Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Struktur komposit merupakan gabungan antara dua atau lebih bahan bangunan
yang berbeda sehingga merupakan satu kesatuan dalam menahan gaya atau beban
luar, dimana komposit menjadi salah satu alternatif bahan yang mampu membuat
perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek teknik sipil menjadi lebih baik dan
efisien. Struktur komposit memanfaatkan sifat fisik dan mekanik masing - masing
bahan sehingga akan diperoleh komponen yang lebih baik dan mempunyai kelebihan-
kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan bahan yang membentuknya. Perilaku
komposit pada struktur dimaksudkan sebagai interaksi antara beberapa elemen
struktur yang berbeda dan memungkinkan untuk dikembangkan dengan
menggunakan perbedaan atau persamaan pada struktur material-material tersebut.
Kayu mempunyai sifat cukup elastis, sehingga dapat menerima gaya tarik
lebih baik, dengan kata lain kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar. Beton
merupakan bahan yang bersifat getas. Dari masing-masing sifat bahan tersebut
apabila dikompositkan, maka diharapkan akan diperoleh sifat gabungan yang lebih
baik dari sifat komponen penyusunnya.
Agar kedua bahan tersebut dapat disatukan, sehingga aksi komposit dapat
tercipta dengan baik pada bidang kontak antara dua bahan penyusun komposit kayu
beton, maka harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser
ini berfungsi untuk mencegah terjadinya gelinciran (slip) dan pemisahan (uplift)
antara kedua bahan tersebut. Berdasarkan pedoman teknis standar spesifikasi
komponen struktur lantai tingkat komposit kayu beton untuk gedung dan rumah ( Pt
S-10-2000-C ) terdapat dua jenis konektor geser yang dipakai yaitu paku dan dowel
dimana, dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penghubung geser paku (paku
polos dan paku ulir). Paku polos hanya terdapat guratan pada leher paku dan
penampang kepala paku polos berbeda dengan paku ulir yang memiliki struktur yang
mirip sekrup hal ini membuat paku ulir memiliki kuat geser dan ikatan antara kayu
beton lebih besar. Guratan pada kepala paku polos dan paku ulir berfungsi agar martil

1 Teknik Sipil, FST, Undana


2

tidak tergelincir pada waktu memasukkan paku dan guratan pada leher paku polos
berfungsi untuk menambah daya ikat paku ke dalam kayu setelah seluruh badan paku
terbenam sedangkan paku ulir yang pada prinsipnya sama, namun memiliki daya ikat
yang lebih kuat. Aplikasi paku polos jauh lebih cepat daripada sekrup dengan daya
ikat yang lebih rendah kecuali paku ulir. Dan dengan alat bantu tangan saat ini, dalam
hitungan detik kita bisa membenamkan beberapa paku sekaligus. Tidak perlu dibuat
lubang 'pre-drilling' karena paku lebih mudah dibenamkan. Kekurangan paku polos
berada pada daya ikatnya terhadap kayu. Ketika terjadi penyusutan kayu, ikatan
antara paku polos dan kayu menjadi berkurang sedangkan pada paku ulir hal ini tidak
terjadi. Selain itu paku polos ketika dicabut dari kayu lebih mudah dibandingkan
dengan paku ulir. Untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan pekerjaan
tersebut tidak akan ada perubahan, maka paku adalah alat pengikat yang paling tepat.
Atau sebagai alat pengikat sementara, paku bekerja sangat baik dan praktis. Untuk
konstruksi yang membutuhkan daya ikat lebih baik maka paku ulir adalah pilihan
yang lebih baik daripada paku polos. Kerapihan hasil kerja bisa dibilang sama karena
jika melihat dari lubang yang dihasilkan paku justru lebih kecil dan lebih mudah
ditutupi dengan wood filler (Tentangkayu.com, 2008). Paku tersedia dalam berbagai
bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari
panjang paku dan diameter paku (crayonpedia.org, 2011). Jumlah dan penempatan
harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan timbul pada bidang kontak
kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang tertanam dalam kayu, dua kali
panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap beton ( Suwandojo dan
Zubaidah, 1987). Dengan demikian balok komposit tersebut merupakan satu kesatuan
yang monolit yang mampu bereaksi terhadap beban kerja dan juga diharapkan dapat
menahan gaya lentur dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya penelitian tentang pemanfaatan
bahan struktural kayu beton sebagai bahan komposit dengan judul Tinjauan Kuat
Lentur Balok Komposit Kayu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Polos Dan
Paku Ulir.

Teknik Sipil, FST, Undana


1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu:
1) Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan
penghubung geser paku polos.
2) Seberapa besar kekuatan lentur balok komposit kayu beton dengan
penghubung geser paku ulir.

1.2.2 Pembatasan Masalah


Untuk memperkecil ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dilakukan
dengan beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1) Bahan balok yang digunakan adalah kayu jati dan plat beton bertulang dengan
tulangan minimum. Tulangan minimum pada plat ini tidak diperhitungkan
menahan tarik lentur pada balok.
2) Rencana campuran beton menggunakan cara ACI dengan fas 0,5.
3) Penghubung geser dipakai paku polos dan paku ulir dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Paku polos diameter 3,2 mm panjang 77 mm.
b. Paku ulir diameter 3,4 mm panjang 78 mm.
4) Kedalaman penghubung geser pada kayu minimal 2/3 dari tebal kayu.
5) Benda uji dibuat masing-masing 3 sampel, pengujian kuat lentur
balok komposit pada saat beton berumur 28 hari.
6) Variasi penghubung geser ada 2 macam, yaitu :
a. Balok komposit dengan penghubung geser paku polos.
b. Balok komposit dengan penghubung geser paku ulir.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui kuat lentur balok komposit kayu-beton dengan penghubung
geser paku polos.
2) Untuk mengetahui kuat lentur balok komposit kayu-beton dengan penghubung
geser paku ulir.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan pada para pelaksana dan perencana proyek mengenai balok komposit kayu-
beton. Selain itu diharapkan dapat dipakai sebagai bahan alternatif yang tepat untuk
lantai tingkat bangunan gedung bertingkat rendah 2 4 lantai, khususnya bangunan
rumah susun biaya rendah dengan kriteria : kuat, kaku, ringan, kedap suara, mudah
dibuat dan ekonomis.

1.4 Definisi Operasional Konsep


Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan judul dan untuk
memberikan kesamaan pengertian akan konsep yang akan diangkat dalam penelitian
ini, maka definisi operasional konsepnya sebagai berikut :
1) Tinjauan : hasil meninjau; pengamatan; pandangan; pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari, dsb)
2) Kuat Lentur : kemampuan suatu balok atau plat benda uji untuk melawan
kegagalan patah (building)
3) Balok : batang dengan bentuk penampang persegi empat yang dapat
berupa batang kayu yg telah dirimbas, tetapi belum dijadikan
papan, beton hasil cetakan dengan bekisting persegi empat, dsb
4) Komposit : gabungan dua macam atau lebih bahan bangunan yang
berbeda, yang mampu beraksi terhadap beban kerja secara satu
kesatuan
5) Kayu : suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-
pohon di hutan, sebagai bagian dari pohon
6) Beton : material yang dibuat dari campuran agregat halus (pasir),
agregat kasar (batu pecah), air dan semen portland atau bahan
pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan menggunakan atau
tidak menggunakan bahan tambahan lain.
7) Penghubung Geser : alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai
penahan gaya geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang
kampuh dari bahan bahan yang membentuk komponen
komposit (Suwandojo dan Zubaidah, 1987).
8) Paku (polos atau ulir) : sejenis alat yang digunakan untuk menyambung,
merapatkan, mengencangkan serta mengikat bagian -bagian
atau elemen-elemen dari suatu konstruksi (PUBI, 1982).
Jadi, dari definisi operasional di atas maka defenisi umum dari Tinjauan Kuat
Lentur Balok Komposit Kayu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Polos Dan
Paku Ulir adalah hasil pengamatan kuat lentur balok dari dua macam bahan
bangunan kayu dan beton dengan menggunakan alat sambung mekanik penahan gaya
geser paku polos dan paku ulir.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diskripsi Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dan sumber kekayaan alam yang masih berupa
bahan mentah dan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan manusia. Kayu yang dimaksud di sini adalah kayu yang dipergunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan, yaitu kayu olahan yang diperoleh dengan
memproses kayu bulat (gelondongan) menjadi kayu berbentuk balok, papan dan
bentuk-bentuk lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif
rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat
dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat
dalam waktu singkat ( Felix, 1965 ).
Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternatif
pengganti besi dan beton bertulang. Rata rata konstruksi kayu dengan daya dukung
yang sama, harganya 25 % sampai 40 % lebih murah dari pada konstruksi baja dan
beton bertulang ( Wiryomartono, 1976 ).
Menurut Suwandojo dan Zubaidah (1987), kayu untuk bahan komposit harus
memenuhi persyaratan antara lain :
1) Berat jenis kayu kering udara adalah 0,5 0,8. Jika diketahui Bj = 0,4 0,5
maka kayu harus diawetkan;
2) Jenis dan mutu kayu yang digunakan memiliki nilai tegangan geser searah serat;
2
3) TS > 12 kg / cm ;
4) Batang kayu harus lurus dan ukuran penampang seragam;
5) Batang kayu harus bebas dari cacat yang dapat membahayakan struktur;
6) Modulus elastis kayu mendekati sama dengan modulus elastisitas beton;
7) Kuat lentur patah kayu atau Modulus Of Rupture ( MOR ) dan modulus
elastisitas kayu ditentukan dengan pengujian lentur kayu.

6 Teknik Sipil, FST, Undana


7

2.2 Pengertian Beton


Beton didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat kasar, air
dan kadang kadang campuran lain. Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor,
antara lain : proporsi dari campuran, kondisi temperatur, kelembaban dari tempat
dimana campuran diletakan dan mengeras. Rasio air terhadap semen merupakan
faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton. Semakin rendah perbandingan air
semen, kuat tekan beton semakin tinggi. Rasio air tertentu diperlukan untuk
memberikan aksi kimiawi didalam pengerasan beton. Kelebihan air meningkatkan
kemampuan pengerjaan, akan tetapi menurunkan kekuatan ( Wang & Salmon, 1985
dalam Prakosa, 2008).
Beton mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tariknya sangat rendah.
Untuk mengatasinya, pada elemen struktur yang betonnya mengalami tegangan tarik
diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit,
yang kemudian disebut dengan sebutan beton bertulang (Tjokrodimuljo, 1996). Kuat
tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik beton antara
9 15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat getas
(Kadir, 2000 dalam Prakosa, 2008).
Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya digunakan rumus
rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat tekan beton. SK SNI
T15199103 memberikan nilai modulus elastisitas beton tersebut, yaitu untuk
beton ringan dan beton normal ( Istimawan, 1994 dalam Prakosa, 2008 ).

2.3 Komposit Kayu Beton


2.3.1 Pengertian Komposit Kayu Beton
Balok merupakan bagian struktur yang menerima beban dengan arah tegak
lurus memanjang batang. Balok-balok yang dibangun lebih dari satu bahan disebut
balok komposit (composite beams) (Timoshenko dan Gere, 1996). Sedangkan
struktur komposit adalah gabungan dua jenis bahan atau lebih yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat bekerja sama dalam memikul beban. Struktur

Teknik Sipil, FST, Undana


komposit ini dibuat untuk memperoleh sifat gabungan yang lebih baik dari sifat
masing-masing komponen penyusunnya (Morisco, 1991 dalam Fityastutik, 2002).
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan balok komposit kayu beton
adalah balok kayu yang di atasnya diberi plat bertulang. Kedua komponen tersebut
dihubungkan dengan paku polos dan paku ulir yang berfungsi sebagai penghubung
geser (shear connector). Aksi komposit timbul bila dua batang struktural memikul
beban seperti konstruksi pelat/lantai beton dan balok kayu disambung secara integral
dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung
pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linier tunggal dari atas plat
beton sampai muka bawah penampang kayu.
Pada balok kayu tidak komposit (Gambar 2.1.a), jika gesekan antara plat dan
balok diabaikan, balok dan plat masing-masing memikul suatu bagian beban secara
terpisah. Bila plat mengalami deformasi beban vertikal, permukaan bawahnya akan
tertarik dan memanjang, sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek. Bila
suatu sistem bekerja secara komposit (Gambar 2.1.b), plat dan balok tidak akan
menggelincir relatif dengan lainnya. Gaya horisontal (geser) bekerja pada permukaan
bawah plat dan permukaan atas balok sehingga plat tertekan dan memendek dan
balok memanjang.

Gambar.2.1. Perbandingan antara balok komposit dan balok tak komposit yang
melendut
2.3.2 Komponen Pembentuk Komposit
Komponen pembentuk Balok Komposit terdiri dari kayu, plat beton bertulang
dan penghubung geser. Keterangan mengenai masing-masing bahan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
1) Kayu Jati (Tectona grandis L.f)
Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu
jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos,
kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di dunia.
Berdasarkan PPKI 1961 termasuk kayu dengan tingkat pemakaian I, tingkat
kekuatan II dan tingkat keawetan I (Setyawan, 2006).
Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang
mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah
dengan musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm
per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,
Maluku dan Lampung. Pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 45 m dengan
panjang batang bebas cabang 15-20 m dan diameter batang 50-220 mm dengan
bentuk batang beralur dan tidak teratur (Setyawan, 2006).
2) Plat beton bertulang
Pada umumnya plat beton bertulang dipakai sebagai lantai, atap dan
dinding dari gedung-gedung, serta sebagai pelat lantai (decks) dari jembatan.
Beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan yaitu beton dan batang
tulangan yang ditanam di dalam beton.
Beton bertulang terbentuk dari 4 (empat) jenis bahan, yaitu :
a. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihaluskan dengan cara
menghaluskan clincer, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai tambahan (PUBI,1982). Semen Portland
merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan .
Fungsi semen untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa
yang kompak dan padat. Kekuatan semen yang telah mengeras bergantung
1
0

pada jumlah air yang dipakai pada waktu proses hidrasi berlangsung.
Sedangkan jenis-jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya dibagi
menjadi lima jenis, yaitu (Tjokrodimuljo, 1996) :
Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain;
Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang;
Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi;
Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah dan
Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
b. Agregat
Agregat yang mempunyai ukuran butir besar disebut agregat kasar, sedangkan
agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus. Sebagai batas antara ukuran
butir yang kasar dan yang halus umumnya dipakai ukuran ayakan 4,75 mm
atau 4,80 mm. Agregat yang lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar,
dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut agregat halus
(Tjokrodimuljo,1996).
c. Air
Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting. Air diperlukan
untuk bereaksi dengan semen serta sebagai bahan pelumas antara butir-butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Pengerasan beton dipengaruhi
reaksi semen dan air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat
tertentu, dan sebaiknya air yang digunakan adalah air yang dapat diminum.
d. Baja Tulangan
Baja mempunyai kekuatan yang tinggi dan merata, dibuat di pabrik dengan
peralatan yang canggih, sehingga pengawasan mutu baja dapat
dipertanggungjawabkan. Kekuatan tarik yang cukup besar dijadikan bahan
11

untuk menahan regangan beton sehingga dipakai bersama-sama dengan beton,


yang masing-masing mempunyai sifat saling mendukung, yaitu baja tulangan
diutamakan untuk menahan beban tarik dan beton bekerja menahan beban
tekan.

2.3.3 Analisis Penampang Balok Komposit


Untuk menganalisis balok komposit digunakan metode penampang
transformasi (tranformed section method), yaitu mentransformasikan penampang
yang terdiri dari lebih satu bahan ke dalam suatu penampang ekivalen yang disusun
dari satu bahan. Tampang transformasi tersebut dianalisis dengan cara yang biasanya
dipergunakan untuk balok satu bahan (Timoshenko dan Gere, 1996).
Tahap perhitungannya sebagai berikut :
1) Direncanakan balok komposit dengan ukuran tertentu
n x beff

c
hf

y
h

bw

Gambar 2.2. Penampang balok komposit


2) Dihitung faktor transformasi
= ........................................................................................................ (2.1)

3) Dihitung luas penampang


A beton = n . beff . hf ........................................................................................... (2.2)
AKayu = bw . h .................................................................................................. (2.3)
4) Dihitung arah garis netral terhadap sisi bawah

+ + ..
. 2 2
= ................................................................... (2.4)
. + .

c = ( hf + h) y ............................................................................................... (2.5)
5) Dihitung momen Inersia
It = n.1/12.beef.hf 3+1/12bw.h 3+n.beef.hf(c-hf/2) 2+bw.h(y-h/2) 2 .......................... (2.6)
6) Dihitung tegangan-tegangan
a. Tegangan maksimal beton
.
= . ............................................................................................ (2.7)

b. Tegangan maksimal kayu


.
= ................................................................................................. (2.8)

c. Tegangan geser maksimal


.
= ......................................................................................................... (2.9)
.

2.4 Penghubung Geser


2.4.1 Pengertian Penghubung Geser
Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai
penahan gaya geser dan gaya angkat yang timbul pada bidang kampuh dari bahan
bahan yang membentuk komponen komposit ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987).
Gaya geser horisontal yang timbul antara plat beton dan balok selama
pembebanan harus ditahan agar penampang komposit bekerja secara monolit.
Walaupun lekatan yang timbul antara plat beton dan balok mungkin cukup besar,
lekatan ini tidak dapat diandalkan untuk memberi interaksi yang diperlukan. Gaya
gesek antara plat beton dan balok juga tidak mampu mengembangkan interaksi ini.
Sebagai gantinya penghubung geser mekanis yang disambung di puncak balok harus
dipasang (Salmon, 1991).
Beton dan kayu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat mekanis
dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang kuat
menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan kayu merupakan
organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang dikandungnya, dan
mempunyai kuat tarik dan tekan yang hampir sama. Bila dua bahan tersebut disatukan
dengan cara tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai,
maka keduanya akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur
komposit. Agar aksi komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada kampuh
atau bidang kontak antara dua bahan kayu dan beton tidak boleh terjadi geser (slip),
dan atau pemisahan (uplift). Untuk itu pada bidang kampuh harus dipasang alat
sambung ( shear connector ) yang mampu menahan slip dan uplift. Jumlah dan
penempatan penghubung geser harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan
timbul pada bidang kampuh kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang
tertanam dalam kayu, dua kali panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap
beton ( Suwandojo dan Zubaidah, 1987).

2.4.2 Perencanaan Penghubung Geser


Pada penelitian ini penghubung geser yang dipakai adalah paku polos dan
paku ulir. Rumus yang dipakai untuk kapasitas batas penghubung geser pada beton
adalah sebagai berikut :
2
qult = 0,0004.ds . . ................................................................................... (2.10)
Sedangkan pada kayu menggunakan rumus :
Untuk paku qult = 0,5.b.d. kd untuk b < 7d ............................. (2.11)
qult = 3,5.d2. kd untuk b > 7d ............................ (2.12)
dimana : b = tebal kayu, cm
d = diameter paku, cm
2
kd = kuat desak kayu, kg/cm
Untuk perencanaan pada beban kerja, menggunakan rumus :

Vh = 0,85 . .
= ....................................................................................... (2.13)
2
2
./
Vh = = ............................................................................................ (2.14)
2 2

Jumlah penghubung geser yang diperlukan, diperoleh dengan membagi


harga Vh terkecil dengan gaya geser yang diizinkan pada satu penghubung geser.

N=


............................................................................................................ (2.15)

Jumlah penghubung geser total yang diperlukan disebar secara merata


sepanjang daerah balok.
2.5 Perencanaan Adukan Beton
Perhitungan rencana adukan beton yang digunakan adalah menurut American
Concreate Institute (ACI) dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1) Menghitung kuat tekan rata-rata beton berdasarkan kuat tekan yang disyaratkan
(dulu disebut kuat tekan karakteristik) dan nilai margin yang tergantung tingkat
pengawasan mutunya. Nilai margin adalah :
m = 1,64 sd ............................................................................................. (2.16)
dimana, sd : nilai deviasi standar yang diambil dari Lampiran Tabel 1.
Kuat tekan rata-rata dihitung dari kuat tekan yang disyaratkan ditambah margin :
f cr = f c + m ........................................................................................... (2.17)
dimana : fcr = kuat tekan rata-rata, MPa
fc = kuat tekan yang disyaratkan, MPa
m = nilai margin, MPa
2) Tetapkan faktor air semen berdasarkan kuat tekan rata-rata pada umur yang
dikehendaki (lihat Lampiran Tabel 2) dan keawetannya (berdasarkan jenis
struktur dan kondisi lingkungan (lihat Lampiran Tabel 3).
3) Berdasarkan jenis strukturnya, tetapkan nilai slump dan ukuran maksimum
agregatnya, diambil dari Lampiran Tabel 4 dan Lampiran Tabel 5.
4) Tetapkan jumlah air yang diperlukan, berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
nilai slump yang diinginkan (lihat Lampiran Tabel 6)
5) Hitung semen yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah 2 dan 4 di atas.
6) Tetapkan volume agregat yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
ukuran maksimum agregat dan nilai modulus kehalusan agregat halusnya (lihat
Lampiran Tabel 7).
7) Hitung volume agregat halus yang diperlukan, berdasarkan jumlah air, semen, dan
agregat kasar yang diperlukan, serta udara yang terperangkap dalam adukan,
dengan cara hitungan volume absolut yang ditulis sebagai berikut :
Volume agregat halus = 1 ( Va + Vk + Vs + Vu ) ................................. (2.18)
dimana :
3
Va = Volume air, m
3
Vk = Volume kerikil, m
3
Vs = Volume semen, m
3
Vu = Volume udara, m

2.6 Pengujian Balok Komposit


2.6.1 Pengujian kuat tarik baja
1) Pengujian kuat tarik tulangan
Besi tulangan berfungsi sebagai penahan gaya tarik dan lentur akibat
momen yang berkerja pada konstruksi beton. Agar dapat menjadi baja tulangan
dalam konstruksi, maka besi tersebut tidak boleh menunjukkan retak-retak,
bergelombang, lipatan dan lain-lain dalam jangka waktu mengerjakan
pengangkutan, pembengkokan maupun pemotongan. Beton kuat terhadap tekan,
tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu, perlu tulangan untuk menahan gaya
tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan baja
tersebut perlu untuk beban-beban berat dalam hal untuk mengurangi lendutan
jangka panjang. Dalam hal ini beton bertulang komposit yang mampu menahan
tarik maupun gaya tekan. Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989.
Besarnya kuat tarik dari baja tulangan dihitung dengan rumus :

fy = ..........................................................................................
(2.19)
0.25 2

fu = ..........................................................................................
(2.20)
0.25 2

dimana :
fy = tegangan leleh tarik baja tulangan, Mpa
fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa
Pleleh = Beban leleh tarik, kgf
Ptarik = Beban ultimit tarik, kgf
D = diameter tulangan, mm
2) Pengujian kuat tarik paku
Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai,
dinding atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku
polos dan paku ulir. Paku polos kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena
koefisien gesekan paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar.
Diameter paku dipasaran antara 2,75mm sampai 8mm dengan panjang 40mm
sampai 200mm. Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20mm sampai
40mm. Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai
tingkat komposit kayu- beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C )
panjang paku yang tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku
dan 1/3 tertanam didalam beton.
Besarnya kuat tarik dari baja tulangan dihitung dengan rumus :

fu = =
................................................................................... (2.21)
0.25 2

dimana :
fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa
P = Beban tarik, kgf
D = diameter tulangan, mm

2.6.2 Pengujian kuat tekan beton


Menurut Murdock dan K.M. Brook (1981), beton dapat mencapai kuat tekan
hancur sampai 80 MPa atau lebih, tergantung pada perbandingan air dengan semen,
kualitas agregat, efisiensi perawatan, suhu dan umur beton. Menurut Sagel dkk
(1994). Besarnya kuat tekan dari benda uji dihitung dengan rumus :

= ................................................................................................... (2.22)

2
dengan : f c = kuat tekan beton, N /mm
P = beban maksimum, N
2
A = luas permukaan benda uji yang ditekan, mm
2.6.3 Pengujian kuat lentur balok kayu
Apabila sebuah balok kayu di atas dua perletakan, dibebani dengan gaya P
maka pada serat-serat tepi atas balok akan mengalami gaya desak dan pada tepi
bawah mengalami gaya tarik. Karena serat tepi atas saling desak maka pada serat tepi
atas terjadi tegangan tekan, sebaliknya pada serat-serat tepi bawah akan terjadi
tegangan tarik. Tegangan demikan ini disebut tegangan lentur ( lt ).

8cm

45cm 7.5cm 6cm

7.5cm

(a). Penampang memanjang balok kayu (b). Penampang melintang balok kayu

s lt s tk //
Serat Tarik
Tekan
c 2/5 . x
h/2 c
h Garis Netral 2 /3 x
h T y
Serat Tarik

T
b lt

Tekan
s so tr // 1/3(h-x)
(c). Penampang serat (d). Diagram tegangan elastis (e). Diagram tegangan ultimate
Gambar 2.4. Diagram tegangan pada penampang balok kayu
Jika tegangan yang terjadi telah mencapai tegangan ijin ( ) maka dianggap
garis netral berada pada setengah tinggi balok (0,5.h). Pada saat ini masih
terjadi keseimbangan yaitu tegangan tekan sama dengan tegangan tarik.
0,5 . .
C=T= = 0,25. . . ...................................................... (2.23)

2

Akibat gaya tarik dan gaya tekan, dapat menimbulkan momen.


2
M = C x 2/3.h = 1/6.b.h . .................................................................. (2.24)
2
W = 1/6.b.h ........................................................................................... (2.25)
= M/W = ...................................................................................... (2.26)
dimana :
2
= tegangan ijin lentur kayu, kg/cm
M = momen, kg/cm
3
W = tahanan momen, cm
2
= tegangan lentur yang terjadi, kg/cm
b = lebar kayu benda uji, cm
h = tinggi kayu benda uji, cm
2
// = kuat tarik sejajar serat, kg/cm
x = tinggi diagram tegangan tekan ultimate, cm
y = jarak antara gaya tekan dan gaya tarik, cm
c = gaya tekan, kg
T = gaya tarik, kg
2
// = kuat tekan sejajar serat, kg/cm
2.6.4 Pengujian balok komposit
Pada penelitian ini benda uji berbentuk balok T dengan balok berupa kayu
meranti 6/8 dan plat beton bertulang dengan tulangan minimum.
1

2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7

8
8
9 9

(a). Penampang memanjang alat pengujian (b). Penampang melintang alat pengujian
Gambar 2.5. Skema pengujian kuat lentur balok komposit
Keterangan :
1. Loading Frame 6. Tumpuan Pembebanan Dua Titik
2. Load cell 7. Benda Uji Balok Komposit
3. Pompa Hidrolis 8. Tumpuan Perletakan
4. Hydraulic Jack 9. Pelat Lantai
5. Pelat Tumpuan Pembebanan

Besarnya momen maksimal akibat beban titik dapat diuraikan sebagai berikut:
2
Mmax = 1/6 PL + 1/8 qL ..................................................................... (2.27)
dimana :
P = beban terpusat, kN
q = berat sendiri balok komposit, kg/m
L = panjang bentang, m
20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil
Universitas Nusa Cendana Kupang NTT dan Laboratorium Beton Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Kupang NTT.
3.1.2 Waktu penelitian
Penelitian ini berjalan selama 3 bulan, yakni dimulai pada bulan Desember
2012 sampai dengan Februari 2013.
3.2 Data Primer dan Sekunder
3.2.1 Data primer
Data primer untuk penelitian ini diperoleh dari hasil pengujian di
laboratorium.
3.2.2 Data sekunder
Data sekunder diambil dari literaturliteratur yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.3 Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:

3.3.1 Teknik Pengukuran/Pengujian


Data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dengan mengadakan
pengujian di laboratorium. Pengujian-pengujian yang akan dilakukan di laboratorium
antara lain :
1) Pemeriksaan dan pengujian terhadap agregat halus (pasir) meliputi : pengujian
berat jenis pasir sesuai SNI 1970 : 1990, pengujian gradasi pasir sesuai SNI 03-
1968-1990, pengujian kadar air pasir sesuai SNI 03-1971-1990 dan pengujian
kadar lumpur pasir sesuai SNI 13-6669-2002.

2 Teknik Sipil, FST, Undana


0
22

2) Pemeriksaan dan pengujian agregat kasar (Batu pecah) meliputi pengujian berat
jenis batu pecah sesuai SNI 03-1969-1990, pengujian gradasi batu pecah sesuai
SNI 03-1968-1990, pengujian kadar air batu pecah sesuai SNI 03-1971-1990,
pengujian berat satuan volume sesuai SNI 03-4804-1998, pengujian keausan
agregat kasar sesuai SNI 03-2417-1991
3) Pemeriksaan dan pengujian baja tulangan, yaitu uji tarik.
4) Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku ulir,
yaitu uji tarik dan uji geser.
5) Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu jati.

3.3.2 Teknik dokumentasi


Data-data penunjang lainnya diperoleh dari buku-buku literatur yang
berhubungan dan mendukung penelitian ini.

3.3.3 Teknik observasi


Teknik pengambilan data penelitian melalui observasi secara langsung yang
dilakukan di laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana
Kupang dan Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang.
Data obyek penelitian berupa hasil pengujian berat jenis pasir dan batu pecah, gradasi
pasir dan batu pecah, kadar air pasir dan batu pecah, kadar lumpur pasir, berat satuan
volume batu pecah, keausan batu pecah, kuat tarik baja tulangan dan paku (polos dan
ulir), kuat geser paku polos dan paku ulir, kuat lentur balok kayu jati, kuat tekan
silinder beton serta kuat lentur balok komposit kayu beton.

3.4 Bahan dan Alat Penelitian


3.4.1 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kayu
yang digunakan adalah kayu Jati yang sudah berbentuk batangan dengan dimensi 6/8.
Semen Tiga Roda dengan berat 40 kg, pasir Takari, batu pecah Sumlili dengan
ukuran butiran maksimum 20 mm, air bersih dari penampungan Lab. Beton Jurusan

Teknik Sipil, FST, Undana


Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana, baja tulangan polos diameter 5,8 mm dan 7,3
mm, Paku polos diameter 3,2 mm dan Paku ulir diameter 3,4 mm.
3.4.2 Alat Penelitian
Ayakan / Saringan yang digunakan untuk agregat kasar terdiri dari lubang
ayakan yang berukuran 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18 mm; 0,85 mm;
0,3 mm; 0,15 mm; dan pan, Sedangkan agregat halus menggunakan ayakan ukuran
9,5 mm; 4,75 mm; 2,35 mm; 1,18 mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan pan. Mesin
penggetar ayakan (siever) Alat ini dipakai untuk menggetarkan ayakan yang berisi
agregat agar terpisah sesuai dengan ukuran butirnya. Timbangan dipakai untuk
menimbang berat bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton dan
untuk menimbang berat benda uji. Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada
waktu pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat, Oven yang digunakan
dengan kemampuan suhu 240 . Desicator digunakan untuk mendinginkan bahan
setelah dioven agar sesuai dengan suhu kamar dan dipakai pada waktu pemeriksaan
berat jenis dan penyerapan agregat. Kerucut Abrams digunakan untuk pengujian
slump pada waktu pembuatan adukan beton untuk benda uji, alat ini mempunyai
ukuran diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm.
Tongkat baja mempunyai diameter 16 mm, panjang 60 cm. Papan begesting terbuat
dari kayu, digunakan untuk mencetak beton pada waktu pengecoran benda uji agar
adukan beton tidak tumpah. Cetakan silinder beton terbuat dari baja dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm, alat ini digunakan pada waktu pemeriksaan berat satuan
volume agregat dan untuk mencetak benda uji silinder beton. Mesin Los Angeles
berbentuk silinder putar yang di dalamnya berisi bola baja dan digunakan untuk
menguji ketahanan aus agregat kasar yang diteliti. Mesin uji kuat tekan beton
digunakan untuk menguji kuat tekan silinder beton. Mesin uji tarik baja digunakan
untuk menguji kuat tarik baja tulangan. Mesin uji lentur digunakan untuk menguji
kuat lentur balok. Peralatan penunjang lain yang digunakan misalnya : alat getar
cetakan (form vibrator), cetok, ember, meteran, penggaris siku, meteran, kaliper,
gergaji dan lain lain.
3.5 Langkah-Langkah Penelitian
3.5.1 Tahap pemeriksaan dan persiapan bahan
Persiapan dan pemeriksaan bahan susun beton dilakukan Laboratorium
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana. Bahan
dan tahapan pemeriksaan meliputi pemeriksaan semen secara visual, uji kadar lumpur
pasir, pemeriksaan berat satuan volume batu pecah, pemeriksaan keausan batu pecah,
pemeriksaan berat jenis pasir, pemeriksaan gradasi pasir, pemeriksaan berat jenis batu
pecah, pemeriksaan gradasi batu pecah, pemeriksaan kadar air batu pecah,
pemeriksaan terhadap air dilakukan secara visual, pemeriksaan dan pengujian baja
tulangan, yaitu uji tarik (Lab. Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang
NTT), Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku
ulir, yaitu uji tarik dan uji geser (Lab. Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Kupang NTT), Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu Jati.

3.5.2 Pembuatan dan perawatan benda uji


1) Pembuatan benda uji
Langkah langkah yang dilakukan dalam pembuatan benda uji adalah
sebagai berikut :
a. Pemotongan balok kayu sesuai dimensi yang direncanakan.
b. Pemasangan penghubung geser pada balok kayu.
c. Pembuatan begesting plat beton diatas balok kayu yang telah dipasangi
penghubung geser.
d. Pembuatan adukan beton dengan proporsi campuran yang telah
direncanakan.
e. Pemeriksaan nilai slump, syarat nilai slump yang direncanakan dalam
penelitian ini antara 7,5-15 cm.
f. Pengecoran beton pada cetakan silinder dan begesting plat beton.
2) Perawatan benda Uji
Prosedur Perawatan, setelah beton segar dituang dalam cetakan dan dibiarkan
selama 24 jam, selanjutnya cetakan dibuka dan dilaksanakan perawatan
selama 28 hari dengan cara direndam dalam bak perendaman untuk silinder
beton dan dengan penyiraman terhadap permukaan plat beton agar
kelembabannya terjaga, sedangkan pada balok kayu diusahakan agar tetap
kering, agar kekuatannya tidak menurun.

3.5.3 Pengujian benda uji


Pengujian terhadap benda uji yang akan dilakukan di laboratorium antara lain:
1) Pengujian kuat tarik tulangan dan paku (polos dan ulir)

(a). Tampak depan Alat (b). Detail uji tarik


Gambar 3.1. Skema pengujian kuat tarik tulangan dan paku (polos dan ulir)
2) Pengujian kuat geser paku polos dan paku ulir

1.5cm
0.5cm
0.5cm
0.5cm

A 10cm A

P P

5cm 2.5cm
0.32cm

7cm
10cm
P

(a). Tampak depan Alat (b). Detail uji geser (c). Detail pot. A A
Gambar 3.2. Skema pengujian kuat geser paku (polos dan ulir)
3) Pengujian kuat lentur balok kayu jati

A
8cm

6cm
7.5cm 45cm
A 7.5cm
(a). Penampang memanjang balok kayu (b). Pot. melintang A-A balok kayu
Gambar 3.3. Skema pengujian kuat lentur balok kayu jati

4) Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari.

15cm

30cm

Gambar 3.4. Skema pengujian kuat tekan beton

5) Pengujian kuat lentur balok komposit kayu beton dilakukan setelah beton
berumur 28 hari.
A
20cm

5cm

8cm

6cm

10cm A
75cm 10cm

(a). Pot. melintang A-A balok komposit (b). Penampang memanjang balok komposit
Gambar 3.4. Skema Pengujian kuat lentur balok komposit
13 h

2
3 h
h b
Gambar 3.5. Skema dimensi paku yang tertanam dalam kayu

3.6 Teknik Analisa Data


Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa
Kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian ditabelkan dan
diolah secara sistematis. Dimulai dari observasi, mengedit, mengklasifikasi,
mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data
(tizarrahmawan.wordpress.com, 2009).
Dengan demikian, dalam penelitian ini analisa terhadap data-data yang
diperoleh dari hasil penelitian yaitu untuk mengetahui seberapa besar kekuatan lentur
balok komposit kayu beton dengan penghubung geser paku polos dan paku ulir
melalui pengamatan kondisi fisik benda uji, analisis data dan pembahasan. Dari
pembahasan tersebut kemudian ditarik kesimpulan.
3.7 Diagram Alir Penelitian
MULAI

Persiapan alat dan penyediaan bahan

Paku Paku Air Agregat Semen Tulangan Balok Kayu Jati


polos ulir

Diperbaiki

Uji Bahan Uji kuat Tarik


Tidak Uji kuat lentur
Uji kuat tarik
Uji kuat geser

Ya

Rencana Proporsi Adukan Beton

Pembuatan Adukan Beton

Tidak
Tes
slump

Ya
Pembuatan Benda uji
silinder Beton dan Balok
komposit Kayu - Beton

Perawatan

Pengujian Kuat Tekan Beton dan


Kuat Lentur Balok Komposit Kayu -
Beton

Analisis Data dan


Pembahasan

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.6. Flowchart Metode Penelitian


3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan Desember Januari Februari

Minggu IV I II III IV I II III IV


1 1
2
Jenis Pekerjaan
3 3 3 3
4
5 5

Keterangan :
1 = Pengujian Bahan
2 = Pembuatan Benda Uji
3 = Perendaman dan Perawatan Benda Uji
4 = Pengujian Benda Uji
5 = Pengolahan Data Hasil Pengujian
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI 5, Departemen


Pekerjaan Umum Indonesia, Bandung.
Asroni, A, 1997, Struktur beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Asroni, A, 2003, Perbandingan Kuat Tekan, Kuat Lentur Dan Kuat Geser, Jurnal
Teknik Gelagar Vol. 14, 01, 9-15.
Departemen Pemukiman Dan Pengembangan Wilayah, 2000, Pedoman Teknis
Standar Spesifikasi Komponen Struktur Lantai Tingkat Komposit Kayu
Beton Untuk Gedung Dan Rumah (Pt S-10-2000-C), LPMB: Bandung.
Fityastutik, A.P, 2002, Tinjauan Kuat Lentur Balok Komposit Kayu Mahoni Dengan
Bambu, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Grandi, R. 2000. Uji Penghubung Geser Balok Komposit Kayu-Beton terhadap
Lentur, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Prakosa, U. 2008. Perilaku Komposit Kayu GluguBeton Dengan Penghubung
Geser Pasak Terhadap Komponen Struktur Lantai Balok T, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia, Yogyarta.
Setyawan, Muh Ibnu Budi. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati
(Tectona Grandis L.F) Pada Mortar Semen Ditinjau Dari Kuat Tekan, Kuat
Tarik Dan Daya Serap Air, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Sina, Dantje, 2010, Pedoman Praktikum Beton, Laboratorium Beton Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana : Kupang.
Tjokrodimuljo K, 1996, Teknologi Beton, PT. Nafiri, Yogyakarta.
3
0

LAMPIRAN

2
Tabel 1. Nilai deviasi standar, kg/cm

Sumber : Tjokrodimuljo,1996

Tabel 2. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata beton pada umur
28 hari

Sumber : Tjokrodimuljo,1996

Tabel 3. Faktor air semen maksimum

Sumber : Tjokrodimuljo,1996
3
1

Tabel 4. Nilai slump, cm

Sumber : Tjokrodimuljo,1996

Tabel 5. Ukuran maksimum agregat, mm

Sumber : Tjokrodimuljo,1996

Tabel 6. Perkiraan kebutuhan air (liter) berdasarkan nilai slump dan ukuran
maksimum agregat

Sumber : Tjokrodimuljo,1996

Tabel 7. Perkiraan kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton, berdasarkan

3
ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasirnya, dalam m
3
Sumber : Tjokrodimuljo,1996 1

Anda mungkin juga menyukai