Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur komposit merupakan gabungan antara dua atau lebih bahan bangunan
yang berbeda sehingga merupakan satu kesatuan dalam menahan gaya atau beban
luar, dimana komposit menjadi salah satu alternatif bahan yang mampu membuat
perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek teknik sipil menjadi lebih baik dan
efisien. Struktur komposit memanfaatkan sifat fisik dan mekanik masing - masing
bahan sehingga akan diperoleh komponen yang lebih baik dan mempunyai kelebihan-
kelebihan tertentu bila dibandingkan dengan bahan yang membentuknya. Perilaku
komposit pada struktur dimaksudkan sebagai interaksi antara beberapa elemen
struktur yang berbeda dan memungkinkan untuk dikembangkan dengan
menggunakan perbedaan atau persamaan pada struktur material-material tersebut.
Kayu mempunyai sifat cukup elastis, sehingga dapat menerima gaya tarik
lebih baik, dengan kata lain kayu memiliki kuat tarik yang relatif besar. Beton
merupakan bahan yang bersifat getas. Dari masing-masing sifat bahan tersebut
apabila dikompositkan, maka diharapkan akan diperoleh sifat gabungan yang lebih
baik dari sifat komponen penyusunnya.
Agar kedua bahan tersebut dapat disatukan, sehingga aksi komposit dapat
tercipta dengan baik pada bidang kontak antara dua bahan penyusun komposit kayu
beton, maka harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser
ini berfungsi untuk mencegah terjadinya gelinciran (slip) dan pemisahan (uplift)
antara kedua bahan tersebut. Berdasarkan pedoman teknis standar spesifikasi
komponen struktur lantai tingkat komposit kayu beton untuk gedung dan rumah ( Pt
S-10-2000-C ) terdapat dua jenis konektor geser yang dipakai yaitu paku dan dowel
dimana, dalam penelitian ini akan menggunakan jenis penghubung geser paku (paku
polos dan paku ulir). Paku polos hanya terdapat guratan pada leher paku dan
penampang kepala paku polos berbeda dengan paku ulir yang memiliki struktur yang
mirip sekrup hal ini membuat paku ulir memiliki kuat geser dan ikatan antara kayu
beton lebih besar. Guratan pada kepala paku polos dan paku ulir berfungsi agar martil
tidak tergelincir pada waktu memasukkan paku dan guratan pada leher paku polos
berfungsi untuk menambah daya ikat paku ke dalam kayu setelah seluruh badan paku
terbenam sedangkan paku ulir yang pada prinsipnya sama, namun memiliki daya ikat
yang lebih kuat. Aplikasi paku polos jauh lebih cepat daripada sekrup dengan daya
ikat yang lebih rendah kecuali paku ulir. Dan dengan alat bantu tangan saat ini, dalam
hitungan detik kita bisa membenamkan beberapa paku sekaligus. Tidak perlu dibuat
lubang 'pre-drilling' karena paku lebih mudah dibenamkan. Kekurangan paku polos
berada pada daya ikatnya terhadap kayu. Ketika terjadi penyusutan kayu, ikatan
antara paku polos dan kayu menjadi berkurang sedangkan pada paku ulir hal ini tidak
terjadi. Selain itu paku polos ketika dicabut dari kayu lebih mudah dibandingkan
dengan paku ulir. Untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dan pekerjaan
tersebut tidak akan ada perubahan, maka paku adalah alat pengikat yang paling tepat.
Atau sebagai alat pengikat sementara, paku bekerja sangat baik dan praktis. Untuk
konstruksi yang membutuhkan daya ikat lebih baik maka paku ulir adalah pilihan
yang lebih baik daripada paku polos. Kerapihan hasil kerja bisa dibilang sama karena
jika melihat dari lubang yang dihasilkan paku justru lebih kecil dan lebih mudah
ditutupi dengan wood filler (Tentangkayu.com, 2008). Paku tersedia dalam berbagai
bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari
panjang paku dan diameter paku (crayonpedia.org, 2011). Jumlah dan penempatan
harus disesuaikan dengan besar gaya geser yang akan timbul pada bidang kontak
kayu dan beton. Panjang penghubung geser yang tertanam dalam kayu, dua kali
panjang penghubung geser yang tertanam dalam sayap beton ( Suwandojo dan
Zubaidah, 1987). Dengan demikian balok komposit tersebut merupakan satu kesatuan
yang monolit yang mampu bereaksi terhadap beban kerja dan juga diharapkan dapat
menahan gaya lentur dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya penelitian tentang pemanfaatan
bahan struktural kayu beton sebagai bahan komposit dengan judul Tinjauan Kuat
Lentur Balok Komposit Kayu Beton Dengan Penghubung Geser Paku Polos Dan
Paku Ulir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diskripsi Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dan sumber kekayaan alam yang masih berupa
bahan mentah dan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan manusia. Kayu yang dimaksud di sini adalah kayu yang dipergunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan, yaitu kayu olahan yang diperoleh dengan
memproses kayu bulat (gelondongan) menjadi kayu berbentuk balok, papan dan
bentuk-bentuk lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif
rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat
dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat
dalam waktu singkat ( Felix, 1965 ).
Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternatif
pengganti besi dan beton bertulang. Rata rata konstruksi kayu dengan daya dukung
yang sama, harganya 25 % sampai 40 % lebih murah dari pada konstruksi baja dan
beton bertulang ( Wiryomartono, 1976 ).
Menurut Suwandojo dan Zubaidah (1987), kayu untuk bahan komposit harus
memenuhi persyaratan antara lain :
1) Berat jenis kayu kering udara adalah 0,5 0,8. Jika diketahui Bj = 0,4 0,5
maka kayu harus diawetkan;
2) Jenis dan mutu kayu yang digunakan memiliki nilai tegangan geser searah serat;
2
3) TS > 12 kg / cm ;
4) Batang kayu harus lurus dan ukuran penampang seragam;
5) Batang kayu harus bebas dari cacat yang dapat membahayakan struktur;
6) Modulus elastis kayu mendekati sama dengan modulus elastisitas beton;
7) Kuat lentur patah kayu atau Modulus Of Rupture ( MOR ) dan modulus
elastisitas kayu ditentukan dengan pengujian lentur kayu.
Gambar.2.1. Perbandingan antara balok komposit dan balok tak komposit yang
melendut
2.3.2 Komponen Pembentuk Komposit
Komponen pembentuk Balok Komposit terdiri dari kayu, plat beton bertulang
dan penghubung geser. Keterangan mengenai masing-masing bahan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
1) Kayu Jati (Tectona grandis L.f)
Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu
jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos,
kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di dunia.
Berdasarkan PPKI 1961 termasuk kayu dengan tingkat pemakaian I, tingkat
kekuatan II dan tingkat keawetan I (Setyawan, 2006).
Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang
mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah
dengan musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm
per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,
Maluku dan Lampung. Pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 45 m dengan
panjang batang bebas cabang 15-20 m dan diameter batang 50-220 mm dengan
bentuk batang beralur dan tidak teratur (Setyawan, 2006).
2) Plat beton bertulang
Pada umumnya plat beton bertulang dipakai sebagai lantai, atap dan
dinding dari gedung-gedung, serta sebagai pelat lantai (decks) dari jembatan.
Beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan yaitu beton dan batang
tulangan yang ditanam di dalam beton.
Beton bertulang terbentuk dari 4 (empat) jenis bahan, yaitu :
a. Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihaluskan dengan cara
menghaluskan clincer, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai tambahan (PUBI,1982). Semen Portland
merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan .
Fungsi semen untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa
yang kompak dan padat. Kekuatan semen yang telah mengeras bergantung
1
0
pada jumlah air yang dipakai pada waktu proses hidrasi berlangsung.
Sedangkan jenis-jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya dibagi
menjadi lima jenis, yaitu (Tjokrodimuljo, 1996) :
Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain;
Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang;
Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi;
Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah dan
Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
b. Agregat
Agregat yang mempunyai ukuran butir besar disebut agregat kasar, sedangkan
agregat yang berbutir kecil disebut agregat halus. Sebagai batas antara ukuran
butir yang kasar dan yang halus umumnya dipakai ukuran ayakan 4,75 mm
atau 4,80 mm. Agregat yang lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar,
dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut agregat halus
(Tjokrodimuljo,1996).
c. Air
Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting. Air diperlukan
untuk bereaksi dengan semen serta sebagai bahan pelumas antara butir-butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Pengerasan beton dipengaruhi
reaksi semen dan air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat
tertentu, dan sebaiknya air yang digunakan adalah air yang dapat diminum.
d. Baja Tulangan
Baja mempunyai kekuatan yang tinggi dan merata, dibuat di pabrik dengan
peralatan yang canggih, sehingga pengawasan mutu baja dapat
dipertanggungjawabkan. Kekuatan tarik yang cukup besar dijadikan bahan
11
c
hf
y
h
bw
c = ( hf + h) y ............................................................................................... (2.5)
5) Dihitung momen Inersia
It = n.1/12.beef.hf 3+1/12bw.h 3+n.beef.hf(c-hf/2) 2+bw.h(y-h/2) 2 .......................... (2.6)
6) Dihitung tegangan-tegangan
a. Tegangan maksimal beton
.
= . ............................................................................................ (2.7)
Vh = 0,85 . .
= ....................................................................................... (2.13)
2
2
./
Vh = = ............................................................................................ (2.14)
2 2
N=
............................................................................................................ (2.15)
dimana :
fy = tegangan leleh tarik baja tulangan, Mpa
fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa
Pleleh = Beban leleh tarik, kgf
Ptarik = Beban ultimit tarik, kgf
D = diameter tulangan, mm
2) Pengujian kuat tarik paku
Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai,
dinding atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku
polos dan paku ulir. Paku polos kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena
koefisien gesekan paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar.
Diameter paku dipasaran antara 2,75mm sampai 8mm dengan panjang 40mm
sampai 200mm. Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20mm sampai
40mm. Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai
tingkat komposit kayu- beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C )
panjang paku yang tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku
dan 1/3 tertanam didalam beton.
Besarnya kuat tarik dari baja tulangan dihitung dengan rumus :
fu = =
................................................................................... (2.21)
0.25 2
dimana :
fu = tegangan tarik maksimum baja tulangan, Mpa
P = Beban tarik, kgf
D = diameter tulangan, mm
8cm
7.5cm
(a). Penampang memanjang balok kayu (b). Penampang melintang balok kayu
s lt s tk //
Serat Tarik
Tekan
c 2/5 . x
h/2 c
h Garis Netral 2 /3 x
h T y
Serat Tarik
T
b lt
Tekan
s so tr // 1/3(h-x)
(c). Penampang serat (d). Diagram tegangan elastis (e). Diagram tegangan ultimate
Gambar 2.4. Diagram tegangan pada penampang balok kayu
Jika tegangan yang terjadi telah mencapai tegangan ijin ( ) maka dianggap
garis netral berada pada setengah tinggi balok (0,5.h). Pada saat ini masih
terjadi keseimbangan yaitu tegangan tekan sama dengan tegangan tarik.
0,5 . .
C=T= = 0,25. . . ...................................................... (2.23)
2
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8
8
9 9
(a). Penampang memanjang alat pengujian (b). Penampang melintang alat pengujian
Gambar 2.5. Skema pengujian kuat lentur balok komposit
Keterangan :
1. Loading Frame 6. Tumpuan Pembebanan Dua Titik
2. Load cell 7. Benda Uji Balok Komposit
3. Pompa Hidrolis 8. Tumpuan Perletakan
4. Hydraulic Jack 9. Pelat Lantai
5. Pelat Tumpuan Pembebanan
Besarnya momen maksimal akibat beban titik dapat diuraikan sebagai berikut:
2
Mmax = 1/6 PL + 1/8 qL ..................................................................... (2.27)
dimana :
P = beban terpusat, kN
q = berat sendiri balok komposit, kg/m
L = panjang bentang, m
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2) Pemeriksaan dan pengujian agregat kasar (Batu pecah) meliputi pengujian berat
jenis batu pecah sesuai SNI 03-1969-1990, pengujian gradasi batu pecah sesuai
SNI 03-1968-1990, pengujian kadar air batu pecah sesuai SNI 03-1971-1990,
pengujian berat satuan volume sesuai SNI 03-4804-1998, pengujian keausan
agregat kasar sesuai SNI 03-2417-1991
3) Pemeriksaan dan pengujian baja tulangan, yaitu uji tarik.
4) Pemeriksaan dan pengujian penghubung geser berupa paku polos dan paku ulir,
yaitu uji tarik dan uji geser.
5) Pemeriksaan dan pengujian lentur balok kayu jati.
1.5cm
0.5cm
0.5cm
0.5cm
A 10cm A
P P
5cm 2.5cm
0.32cm
7cm
10cm
P
(a). Tampak depan Alat (b). Detail uji geser (c). Detail pot. A A
Gambar 3.2. Skema pengujian kuat geser paku (polos dan ulir)
3) Pengujian kuat lentur balok kayu jati
A
8cm
6cm
7.5cm 45cm
A 7.5cm
(a). Penampang memanjang balok kayu (b). Pot. melintang A-A balok kayu
Gambar 3.3. Skema pengujian kuat lentur balok kayu jati
4) Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari.
15cm
30cm
5) Pengujian kuat lentur balok komposit kayu beton dilakukan setelah beton
berumur 28 hari.
A
20cm
5cm
8cm
6cm
10cm A
75cm 10cm
(a). Pot. melintang A-A balok komposit (b). Penampang memanjang balok komposit
Gambar 3.4. Skema Pengujian kuat lentur balok komposit
13 h
2
3 h
h b
Gambar 3.5. Skema dimensi paku yang tertanam dalam kayu
Diperbaiki
Ya
Tidak
Tes
slump
Ya
Pembuatan Benda uji
silinder Beton dan Balok
komposit Kayu - Beton
Perawatan
Kesimpulan
SELESAI
Keterangan :
1 = Pengujian Bahan
2 = Pembuatan Benda Uji
3 = Perendaman dan Perawatan Benda Uji
4 = Pengujian Benda Uji
5 = Pengolahan Data Hasil Pengujian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
Tabel 1. Nilai deviasi standar, kg/cm
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
Tabel 2. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata beton pada umur
28 hari
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
3
1
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
Tabel 6. Perkiraan kebutuhan air (liter) berdasarkan nilai slump dan ukuran
maksimum agregat
Sumber : Tjokrodimuljo,1996
Tabel 7. Perkiraan kebutuhan agregat kasar per meter kubik beton, berdasarkan
3
ukuran maksimum agregat dan modulus halus pasirnya, dalam m
3
Sumber : Tjokrodimuljo,1996 1