Tugas Mandiri Skenario 1 Blok Reproduksi
Tugas Mandiri Skenario 1 Blok Reproduksi
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis
yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada
pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut
saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal
dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
1
parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,
dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa
berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina yaitu untuk mengeluarkan ekskresi
uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
2
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus,
isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari, paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri
di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar
ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid
akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan
3
fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap
isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang
8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-
beda pada setiap bagiannya.
2. Pars ampularis (medial/ampula) : Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah
ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
Mesosalping : Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari
korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel
germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan
4
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.
5
Vagina
Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis, dan adventitia. Mukosa ini berada
didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa berlapis tanpa
lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung glikogen
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis membentuk
jaringan padat. Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan banyak
limfosit, bersama dengan leukosit granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki
kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi dari leher rahim (servix).
Muskularis terdiri dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan dalam
dan longitudinal di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan serat
elastis. Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.Epitel skuamosa bertingkat
nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum germinativum),
diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum korneum).
Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan adiposa. Pada
orang dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar keringat dan
sebasea. Labia majora adalah homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora terdiri dari
inti yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang
sangat menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia minora tidak terdapat
rambut, tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.
Klitoris
6
Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup dalam
lapisan jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung bebas
dari klitoris berakhir dalam tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitoris
dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan
banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus spongiosum , oleh karena itu tidak
dilalui oleh uretra.
7
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Keputihan yang Patologis
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Keputihan
Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah
haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak
normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari
suatu penyakit organ reproduksi wanita.
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Keputihan
Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis. Keputihan
fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang patologis terdapat banyak
leukosit.
Keputihan fisiologis ditemukan pada:
a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; di sini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukore di sini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
8
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelanjar servik uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Mansjoer, et al (2001) mengklasifikasikan keputihan sebagai berikut:
a. Jernih berlendir banyak dan tidak berbau. Keputihan jenis ini disebabkan oleh adanya
ovulasi, hiperesterogen, dan stress.
b. Berwarna seperti susu, kental, lengket, jumlanya sangat banyak dan tidak berbau.
Keputihan ini dapat disebabkan oleh karena adanya vaginitis
c. Berwarna coklat, encer seperti air, sangat banyak jumlahnya, dan lembab. Keputihan
ini terjadi akibat vaginitis, servisitis, stenosis serviks, endometeritis, dan neoplasma
pasca radiasi.
d. Berwarna abu-abu dengan garis darah, encer, jumlahnya sangat banyak dan berbau
busuk. Keputihan ini terjadi akibat adanya ulkus vagina, vaginitis, servisitis piogenik
(trauma pesarium), neoplasma ganas/jinak.
e. Jika hasil pemeriksaan fisik dan sediaan apus 2 kali berturut-turut negatif,
kemungkinan penyebabnya adalah vulvovaginitis psikosomatik.
f. Keputihan akibat adanya benda asing dengan infeksi sekunder misal tampon
penyebabnya adalah toxic shock syndrome.
g. Berwarna merah muda, terdapat serosa, banyak, dan tidak berbau. Keputihan ini
terjadi akibat infeksi bakteri non-spesifik, hiperesterogen hal ini dapat menyebabkan
vaginitis atrofi, dispareunia, gatal, vagina kering.
h. Putih, encer berbintik banyak, berbau apek disertai penyakit sistemik, saat buang air
kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang disebabkan oleh candida albicans.
i. Kuning kehijauan, berbusa, sangat banyak, gatal, berbau busuk, nyeri tekan di vulva
dan sekitar eritema vagina yang ptekie. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi trichomonas vaginalis.
j. Kuning, kental, sangat banyak, terasa panas, gatal, nyeri tekan, sakit saat miksi dapat
abses atau menjalar endometrium/salping. Keputihan ini dapat terjadi disebabkan oleh
infeksi neisseria gonorrheae.
LO 2.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Keputihan
Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik
dan patologik.
a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur
kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dingding vagina. Kelelahan
fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya ditemukan
pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan
yang patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada:
9
a. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini
dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
b. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
c. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
d. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah dalam
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun
maupun obat obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan
keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena
merupakan faktor yang sangat memperburuk terjadinya keputihan Diet
memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi jamur. Dengan
makanan yang cukup gizi kita bisa membantu tubuh kita memerangi
infeksi dan mencegah keputihan vagina yang berlebihan. Hindari
makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi
seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang
berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang
bermanfaat yang tinggal di dalam vagina. Selaput lendir dinding vagina
mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula. Bakteri yang hidup di vagina
disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat.
Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan
infeksi vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan
bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam
laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah
menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah
banyak.
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun
untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau
pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh celana. penyebab dari
keputihan, antara lain:
1. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab.
Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak dapat menyerap keringat
sehingga menyebabkan kelembaban. Campuran keringat dan
sekresi alamiah vagina sendiri mulai bertimbun, sehingga membuat
selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan ini menjadi
tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur candida dan bakteri
lain yang merugikan.
2. Penggunaan celana panjang yang ketat
10
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan
yang merupakan penghalang terhadap udara yang berada disekitar
daerah genetalia dan merupakan perangkap keringat pada daerah
selangkangan. Bila pemakaian jeans digabungkan dengan celana
nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan.
3. Penggunaan deodorant vagina
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi
membran mukosa dan mungkin menimbulkan keputihan. Deodorant
tidak dapat bekerja semestinya karena deodorant tidak
mempengaruhi kuman- kuman di dalam vagina. Deodorant
membuat vagina menjadi lebih kering dan gatal serta dapat
menyebabkan reaksi alergi. Mandi dengan busa sabun dan
antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama. Keduanya
dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang
mirip dengan antibiotika
d. Keputihan Patologik
Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat
berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi.
1) Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah
keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis, candidiasis,
trichomoniasis.
a) Vaginitis
Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina.
Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau
busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat
berhubungan seksual dan saat kencing. Vaginosis bakterialis merupakan sindrom
klinik akibat pergantian Bacillus Duoderlin yang merupakan flora normal vagina
dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus
Sp, Peptostreptococcus Sp dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh
tubuh vagina yang banyak, Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan,
terutama waktu berhubungan seksual. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang
menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa menimbulkan
terlepasnya amino dari perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap
menimbulkan bau yang khas.
b) Candidiasis
Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna
putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada
kelamin dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh
Candida,spp, terutama Candida albicans. Gejala yang muncul adalah kemerahan pada
vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema,
fissuring, sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Usaha pencegahan
terhadap timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi
dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi
misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak
menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang
11
sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan
mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam
tubuhnya sendiri atau diluarnya.
c) Trichomoniasis
Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan
berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin,
biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan
terkadang sakit pinggang. Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering
tidak menunjukan keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak,
berwarna kehijauan dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit
ini. Pada pemeriksaan dengan kolposkopi tampak gambaran Strawberry cervix yang
dianggap khas untuk trichomoniasis. Salah satu fungsi vagina adalah untuk
melakukan hubungan seksual. Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan
senggama. Vagina juga menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak
mukosa (selapu lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port dentre)
mikro organisme penyebab infeksi PHS.
d) Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan salah satu dari empat spesies genus chlamydia
yang merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel. Chlamydia
trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang ditemukan diseluruh dunia.
Chlamydia trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini terdapat dalam dua
bentuk, dalam bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis merupakan sferoid
berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di
sebut badan elementer. Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui
endositosis dan setelah berada didalam berubah menjadi organisme yang secara
metabolis aktif yang bersaing dengan sel penjamu memperebutkan nutrien.
Organisme ini memicu timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali memadat
menjadi EB sampai sel penjamu pecah, terjadi ratusan EB untuk menginfeksi sel-sel
sekitarnya. Chlamydia trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, serviks,
dan konjungtiva mata. Pada laki-laki uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah
manifestasi infeksi tersering. Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti
oleh uretritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul.dapat juga
menginfeksi faring dan rektum orang yang melakukan hubungan seks oral atau anal
reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan
pneumonia. Infeksi oleh Chlamydia trachomatis tidak menimbulkan imunitas
terhadap infeksi di kemudian hari.
12
Chlamydia trachomatis
e) Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis pada keadaan normal ditemukan dalam saluran pernapasan.
Namun, bakteri ini terdapat pada kira-kira 30% flora normal vagina wanita normal.
Organisme ini merupakan basil gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan
dengan keberadaan bakteri anaerob. Mungkin terjadi penularan melalui hubungan
seksual, karena 90% laki-laki terinfeksi.
Gardnerella vaginalis
f) Human papillomavirus
Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Virus
ini ditularkan secara seksual umumnya mengenai kedua pasangan dan menyerang
kelompok umur yang sama dengan penyakit lainnya. HPV diketahui sebagai penyebab
kanker kongenital, termasuk karsinoma serviks. Papillomavirus menggambarkan
konsep bahwa strain virus alamiah bisa berbeda dalam potensi onkogenik. Yang paling
sering di temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun beberapa kanker mengandung DNA
dari HPV tipe 31 atau tipe 45.
Human papillomavirus
13
kepada bayi yang baru lahir. Ini menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada
infeksi manusia.
a. Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain ) Masuk melalui
prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan,
infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau
sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
b. Keganasan/Neoplasia
Kanker merupakan penyebab keputihan hal ini karena meningkatanya proliferasi sel-
sel genital yang cepat dan mudah rusak. Sehingga timbul nekrosis sel yang
menyebabkan ikut pecahnya pembulu darah. Pada kasus seperti ini maka akan keluar
cairan bercampur darah yang berbau busuk.
c. Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas hormonal
seperti estrogen yang berdampak pada penurunan aktivitas organ genital. Seperti
vagina menjadi lebih keras, menipisnya epitel dan kurangnya degenerasi sel epitel.
Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan keputihan
d. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan
antiseptik genital secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ
genital dan juga menyebabkan kematian flora normal organ genital. Hal ini
14
menyebabkan mudahnya terjadi infeksi daerah vagina yang dapat menimbulkan
keputihan.
15
mycoplasma hominis dan mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini
menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada
fluor albus pada vaginosis bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang
menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang
sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid
dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin. Hipotalamus bereaksi mengontrol
sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan dengan sekresi hormon peptida
termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida
ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga
meningkat, stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang terdapat
pada neuroendokrin dapat mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan
melepaskan suatu mediator yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi
limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.
Penelitian dari Dasgupta (2003) melaporkan bahwa ada impuls langsung dari stressor yang
mengenai hipokampus yang diteruskan ke resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway
khusus sehingga terjadi supresi estrogen yang berakibat pergeseran pH vagina.
16
dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital tidak ada komplikasi yang serius.
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus.
Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
Manifestasi Klinis berdasarkan etiologi :
A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa
sedikit atau cukup banyak
B. Patologis
a. Bakteri
1. Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema, rapuhnya
serviks
2. Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis, rasa
gatal atau terbakar biasanya minimal
3. Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada masa
pubertas)
b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti
dadih berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina,
eritema dan edema vulva dan vagina
c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk
d. Virus
1. HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat
pada vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral,
imunosupresi
2. herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri
pada genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan
Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak
seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita,
penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.
17
dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas
objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan
diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah
didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive dibanding
pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat
kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan
basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang
homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan
menggunakan nitrazine paper.
Test PAP,Smear
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus) dan
prakanker serviks. Ketepatan sitologinya kurang lebih 90% pada dysplasia keras (karsinoma
in situ) dan 76% pada dysplasia ringan/sedang.Pap Smear merupakan tes skrining untuk
mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi
kanker.
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan
penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker yang menyerang wanita. Penyebabnya yaitu
adanya perubahan gen mikroba seperti; virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau
pencemaran bahan kimia. Kanker leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat
sembuh 100%.
Alat yang dibutuhkan:
c. Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label
e. Tabung berisi larutan fiksasi sediaan di kaca benda yaitu alkohol 95%
18
1. Negative: tidak ditemukan sel ganas.
4. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada
erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
3. Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang
1 bulan sesudah pengobatan
4. Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
a. Dilakukan biopsy
b. Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
5. Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti
pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
Interpretasi dan Rekomendasi dari Jawaban Sitologi
a. Negatif. Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi
b. Inkonklusif. Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang menutupi. Ulang pemeriksaan
setelah diberikn pengobatan radang
19
c. Dysplasia. Terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat
ringan, sedang sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi denagn kolposkopi
dan biopsy. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya.
d. Positif. Terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan
biopsy untuk memastika diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit
rujukan dengan orang ahli onkologi.
e. HPV. Pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negatif atau dysplasia.
Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.
Persiapan PAP'smear :
1. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari kontaminasi
ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
2 Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear
Diagnosis Banding
1. Ca Cervix
2. infeksi Chlamydia
3. atropik vaginitis
4. gonorrhea
20
Obat obatan untuk keputihan Patologis :
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan
alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang
disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai
pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif
pemakaian harus dihentikan.
2 Anti biotik
Clotrimazole : Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan
vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Efek samping: pemakaian
topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%
dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali
sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu
minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa
dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah
vaginal tablet.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg
3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis. Diberikan 500 mg
2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam
dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan.
Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan
tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol
dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
Penisilin
1 Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
21
2 Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar
Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
Amoksisilin : Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap
obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi
dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk
digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus
hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.
Sistemik
a. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
b. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
c. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
2. Chlamidia trachomatis
a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
22
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
4. Neisseria gonorhoeae
a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im atau
c. Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7
hari
b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Tiamfenikol 3,5 gram oral
d. Kanamisin 2 gram im
e. Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
a. Seftriaxon 250 mg im atau
b. Spektinomisin 2 mg im atau
c. Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
23
D. Biasakan membasuh dengan cairan yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang
E. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
F. Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina.
G. Hindari pemakaian barang-barang yang memdahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi.
24