Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI KALENDER HIJRIAH

Kalender Hijriyah (Komariyah) atau Kalender Islam adalah kalender yang digunakan oleh
umat Islam berdasarkan pada revolusi bulan terhadap bumi.

Perbedaan Kalender Masehi dan Hijriah

Awal ditetapkannya awal tahun pada masing-masing kalender (sejarah).


Acuan bergatinya hari dan bulan.
Nama-nama hari dan bulan.
Penentuan tahun kabisat.
Penentuan tanggal hijriah ke masehi dan sebaliknya.

Sejarah Kalender Hijriah

Sistem Kalender Pra-islam di Arab

Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran
antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan,
dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari
(interkalasi). Praktek interkalasi memungkinkan kaum quraisy menambahkan bulan
ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada
setiap 3 tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim.
Karena itu pula, arti nama di sebagian bulan menunjukkan kondisi musim. Praktek
interkalasi ini juga dilakukan atau disalahgunakan oleh kaum quraisy agar
memperoleh keuntungan perniagaan dengan datangnya jamaah haji pada musim yang
sama di tiap tahun. Praktek ini juga berdampak pada ketidakjelasan masa bulan-bulan
haram. Pada tahun ke-10 setelah hijriah, Allah menurunkan ayat yang melarang
praktek tersebut, yaitu pada surat At-Taubah (9):36. Bulan-bulan haram yang
dimaksud yaitu bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Penentuan Tahun 1 Kalender Islam


Masyarakat arab sejak dulu telah menggunakan kalender qomariyah (revolusi bulan)
bahkan jauh sebelum kedatangan islam. Mereka menentukan tanggal 1 tiap bulan
dengan kehadiran hilal dan menetapkan nama bulan sebagaimana kita ketahui selama
ini pada kalender hijriah. Namun masyarakat pada masa itu tidak menentukan nama
tahun, tapi menggunakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tahun tersebut,
misalnya tahun gajah (lahirnya rasulullah), tahun Fijar (perang fijar), tahun renovasi
kabah, dll. Penentuan nama-nama tahun tersebut terus berlangsung hingga pada masa
rasulullah.

Penentuan tahun dalam islam dimulai sejak pemerintahan Umar bin Khattab. Pada
suatu hari di tahun ke tiga masa jabatannya, umar mendapatkan surat dari Abu Musa
Al-Asyari yang kala itu menjabat menjadi gubernur bashrah. Dalam suratnya, Abu
Musa mengatakan bahwa ada beberapa surat dari beliau yang memiliki bulan sama
yaitu syaban, namun tidak diketahui kapan tahun dari masing-masing syaban
sehingga Abu Musa merasa kebingungan dengan perintah yang tertulis di surat
tersebut. Setelah mengetahui hal tersebut, akhirnya khalifah Umar mengumpulkan
para sahabat untuk bermusyawarah dan mengatakan pada mereka tentang perlunya
menetapkan tahun pada masyarakat sebagai acuan.

Berdasarkan kitab Fathul Bari yang ditulis oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani,
disebutkan bahwa pada saat musyawarah tersebut ada 4 peristiwa yang dapat
dijadikan acuan awal tahun kalender islam, diantaranya yaitu tahun kelahiran
rasulullah, tahun ketika beliau diutus menjadi rasul, tahun ketika terjadi rasulullah
hijrah ke madinah, dan tahun wafatnya rasulullah. Namun terjadi perdebatan ketika
membahas tahun kelahiran serta tahun diangkatnya beliau menjadi nabi dan rasul
karena dikhawatirkan suatu saat nanti terdapat pengagungan berlebihan terhadap
rasulullah. Selain itu, juga terjadi penolakan usulan pada tahun kematian karena dapat
menimbulkan kesedihan bagi kaum muslimin, kemudian yang tersisa yaitu tahun pada
saat peristiwa hijrahnya Rasulullah. Usulan tentang peristiwa hijrahnya rasulullah
disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian berdasarkan acuan tersebut, maka
dipililah peristiwa hijrahnya Rasulullah sehingga kalender islam dinamakan kalender
Hijriah. Selain itu, dipilihnya peristiwa hijrah tersebut juga tak lepas dari harapan agar
setiap pergantian tahun seluruh kaum muslimin dapat menjadi jauh lebih baik atau
hijrah dari tahun sebelumnya.

Setelah ditentukan tahun hijrahnya Rasulullah sebagai tahun pertama dalam kalender
islam, kemudian khalifah Umar dan para sahabat menentukan bulan pertama dari
kalender hijriah. Pada musyawarah tersebut, sahabat Utsman bin Affan mengusulkan
agar bulan pertama pada kalender hijriah adalah bulan Al-Muharram. Seperti tertulis
dalam kitab Fathul Bari, alasan dipilihnya Al-Muharram sebagai awal bulan
diantaranya yaitu pertama karena Al-Muharram merupakan bulan pertama dalam
kalender masyarakat arab di masa silam, lalu yang kedua karena di bulan tersebut
kaum muslimin baru saja menyelesaikan ibadah yang besar yaitu haji ke baitullah,
dan yang terakhir yaitu karena pertama kalinya muncul tekad untuk hijrah terjadi di
bulan muharram karena pada bulan sebelumnya dzulhijjah beberapa masyarakat
madinah melakukan baiat aqobah yang kedua.

Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 19 Juli 622 M, yaitu
pada hari Jumat. Hal ini bukan berarti bahwa Rasulullah hijrah ke madinah pada
tanggal tersebut, melainkan berlangsung sekitar pada tanggal 2 12 bulan Rabiul
Awwal 1 H atau September 622 M.

Nama-Nama Bulan dan Hari dalam Kalender Hijriah

(diisi sendiri ya ila dan riski)

Kenapa dalam kalender hijriah terdapat 12 bulan?

Kalender hijriah didasarkan atas pergerakan sinodis bulan, yaitu selama 29,53059 hari atau
29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Sehingga dalam waktu 12 bulan akan mencapai sekitar
354,367 hari. Menurut Dr. Ali Hasan Musa sebenarnya tidak ada argumentasi astronomis
satupun yang mendasari akan hal ini. Akan tetapi, salah satu alasan yang dapat digunakan
adalah karena dengan 12 bulan akan mendekati jumlah hari pada kalender masehi dalam
setahun.

Sebenarnya apabila kita merujuk kembali pada firman Allah SWT yang artinya yaitu:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah
di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram, ............. (QS.
At-Taubah: 36-37).

Acuan Bergantinya Hari dan Bulan Kalender Hijriah

Pada kalender hijriah, pergantian hari dimulai ketika matahari terbenam dan berakhir sesaat
sebelum terbenam esok harinya. Sedangkan untuk pergantian bulan dalam kalender hijriah
yaitu dikatakan bulan baru (new moon) ketika telah terlihat hilal (metode rukyat).
Tahun Kabisat Kalender Hijriah

Sebelumnya, ada dua macam pergerakan bulan:

1. Siderial month : periode yang dibutuhkan bulan untuk berputar 360 mengelilingi

bumi, lamanya yaitu 27,321 hari.


2. Synodic month : periode antara satu bulan baru dengan bulan baru lainnya, lamanya yaitu
29,53059 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Ada perbedaan sekitar 2 hari
dengan siderial month karen bumi juga berevolusi terhadap matahari pada arah yang
sama, sehingga untuk mencapai konjungsi berikutnya memerlukan tambahan waktu.
Dari kedua fase di atas, yang umum digunakan dalam penentuan kalender hijriah adalah
synodic month. Konjungsi (ijtimak) merupakan peristiwa dimana matahari, bulan, dan
bumi berada dalam satu garis bujur yang sama.

Penentuan tahun kabisat dalam kalender hijriah sangatlah berbeda dengan kalender
masehi. Pada kalender masehi ada sekitar 365 hari, sedangkan dalam kalender hijriah ada
sekitar 354 hari, dan terdapat perbedaan sekitar 11 hari. Pada kalender hijriah yang
menggunakan periode sinodik bulan (29,53059 hari) akan ada 354,367 hari. Sehingga tiap
tahun akan ada sisa 0,367 hari. Lalu tugas kita yaitu mencari suatu bilangan bulat yang
jika dikalikan dengan 0,367 menghasilkan angka yang mendekati 11 dengan selisih

terkecil. Nah, dipilihlah bilangan 30, karena 30 0,367=11,01 hari. Nah, ada sisa 0,01

hari. Lalu para astronom memberikan toleransi pada angka tersebut karena selisih tersebut
dianggap angka kecil dalam setiap 30 tahun sekali. Sehingga dipilihlah bilangan 30
tersebut. Sebenarnya harus ada penambahan 1 hari lagi akibat sisa 0,01 hari tersebut
dalam setiap 3000 tahun kalender hijriah. Tahun ini masih 1438 H, jadi masih
membutuhkan 1562 tahun hijriah lagi untuk menambahkan 1 hari tersebut.
Oke, marilah kita fokus kembali pada bilangan 30 tersebut. Dalam tiap 30 tahun dalam
kalender hijriah akan ada penambahan 11 hari untuk mensinkronkan dengan kalender
masehi. Lalu dari tahun 1 H sampai 30 H, tahun manakah yang akan ditambahkan 1 hari
akibat kurangnya 11 hari tersebut? Oke, perhatikan perhitungan berikut dari tahun 1 H
sampai 30 H. Para astronom menentukan suatu keputusan bahwa apabila terdapat sisa

yang 0,5 , maka pada tahun tersebut adalah tahun kabisat dalam kalender hijriah,

begitupun sebaliknya.
Tahun ke-1 H : 1 0,367=0,367 hari. Maka bukan tahun kabisat (tahun basitah)
Tahun ke-2 H : 2 0,367=0,734 hari. Merupakan tahun kabisat.
Tahun ke-3 H : 3 0,367=1,101 hari. Berhubung 1 hari sudah dipakai di tahun

ke-2 H, maka menjadi 0,101 dan tahun ini bukan tahun kabisat.
Tahun ke-4 H : 4 0,367=1,468 hari. Berhubung 1 hari sudah dipakai di tahun

ke-2 H, maka menjadi 0,468 dan tahun ini bukan tahun kabisat.
Tahun ke-5 H : 5 0,367=1,835 hari. Berhubung 1 hari sudah dipakai di tahun

ke-2 H, maka menjadi 0,835 dan tahun ini merupakan tahun kabisat.
Dan seterusnya. Sehingga didapatkan tahun yang perlu ditambah 1 hari dalam tiap 30
tahun kalender hijriah yaitu tahun ke-2, 5, 8, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29.

Anda mungkin juga menyukai