Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernahkah Anda membakar kayu? Berubah menjadi apakah kayu yang telah Anda
bakar? Pembakaran kayu merupakan salah satu contoh reaksi kimia. Kayu yang terbakar akan
mengalami perubahan wujud. Hasil pembakaran yang berupa abu, gas CO2, dan uap air tidak
dapat berubah menjadi kayu kembali.
Pernahkah Anda membantu ibu membuat kue, apa yang dilakukan ibu? Ternyata ibu
menambahkan setiap bumbu sesuai resep yang tercantum di buku resep, tidak melebihkan
ataupun mengurangi. Mengapa ibu melakukan hal demikian? Apa yang terjadi jika ibu
menambahkan bumbu secara berlebihan atau malah mengurangi? Ternyata kue yang
dihasilkan malah rusak dan rasanya tidak enak. Demikian juga dalam reaksi kimia, setiap zat
pereaksi dapat bereaksi menghasilkan zat hasil reaksi hanya jika jumlahnya sesuai
proporsinya.
Setiap tahun para ahli kimia di seluruh dunia mensintesis ribuan jenis senyawa baru. Dahulu
zat kimia diberi nama sesuai dengan nama penemunya, nama tempat, nama zat asal, sifat zat,
dan lain-lain. Dengan semakin bertambahnya jumlah zat yang ditemukan baik alami ataupun
buatan, maka perlu adanya tata nama yang dapat memudahkan penyebutan nama suatu zat.
IUPAC (International Union Pure and Applied Chemistry) merupakan badan internasional
yang membuat tata nama zat kimia yang ada di dunia ini. Akan tetapi, untuk kepentingan
tertentu nama zat yang sudah lazim (nama trivial) sering digunakan karena telah diketahui
khalayak. Contohnya nama asam cuka lebih dikenal dibanding asam asetat atau asam etanoat.
Tatanama senyawa kimia ini berkaitan dengan adanya stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti unsur
dan metron yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa
antarunsur dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi
(stoikiometri reaksi).
Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743
1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum
kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 1826) menemukan bahwa unsur-
unsur membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap).
Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar
kimia yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut
merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John
Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas
1
atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan
tertentu. Namun demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom-atom dalam
senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay
Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka perbandingan
massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan tentang
massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
Semua yang berkaitan dengan tatanama senyawa dan persamaan reaksi, hukum-hukum dasar
kimia, dan perhitungan kimia akan kita pelajari pada bab pembahasan berikut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa-apa sajakah yang merupakan hukum dasar kimia?
2. Bagaimanakah cara perhitungan kimia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Mata Pelajaran Kimia.
2. Menambah wawasan tentang stoikiometri.
3. Mengetahui lebih mendalam tentang stoikiometri yang kita temukan dalam kehidupan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2
1. Tatanama Senyawa
Di dalam semesta ini terdapat berjuta-juta senyawa, sehinga Komisi Tata Nama
IUPAC (International Union for Pure and Applied Chemistry), suatu badan di bawah
UNESCO menyusun suatu aturan. Tata nama senyawa yang digunakan secara seragam di
seluruh dunia.
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang bermacam-macam. Ada yang didasarkan
pada warna unsur seperti klorin (chloros = hijau), atau pada salah satu sifat dari unsur yang
bersangkutan seperti fosfor (phosphorus =bercahaya) atau nama seorang ilmuwan yang
sangat berjasa seperti einsteinium (untuk albert einstein). Untuk mencegah timbulnya
perdebatan mengenai nama dan lambang unsur-unsur baru, Persatuan Kimia Murni dan Kimia
Terapan (International Union Of Pure and Applied Chemistry = IUPAC) menetapkan aturan
penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur temuan baru sebagai
berikut.
1) Nama berakhir dengan ium, baik untuk unsur logam maupun nonlogam.
2) Nama itu didasarkan pada nomor atom unsur, yaitu rangkaian akar kata yang
menyatakan nomor atomnya.
0 = nil 4 = quad 7 = sept
1 = un 5 = pent 8 = okt
2 = bi 6 = hex 9 = enn
3 = tri
3) Lambang unsur (tanda atom) terdiri atas tiga huruf yakni rangkaian huruf awal dari akar
yang menyatakan nomor atom unsur tersebut.

Contoh:
a. Unsur nomor atom 107
1 0 7
un nil sept + ium
Nama : Unnilseptium Lambang : Uns
b. Unsur nomor atom 105
1 0 5
un nil pent + ium
Nama : Unnilpentium Lambang : Unp
Namun, aturan penamaan IUPAC jarang digunakan. Setiap senyawa perlu mempunyai nama
spesifik. Seperti halnya penamaan unsur, pada mulanya penamaan senyawa didasarkan pada
berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang, atau sifat tertentu dari senyawa yang
bersangkutan.

Sebagai contoh:
3
a. Garam glauber, yaitu natrium sulfat (Na2SO4) yang ditemukan oleh J. R. Glauber.
b. Salmiak atau amonium klorida (NH4Cl), yaitu suatu garam yang awal mulanya
diperoleh dari kotoran sapi di dekat kuil untuk dewa Jupiter Amon di Mesir.
c. Soda pencuci, yaitu natrium karbonat (Na2CO3) yang digunakan untuk melunakkan
air (membersihkan air dari ion Ca2+ dan ion Mg2+).
d. Garam NaHCO3 (natrium bikarbonat) digunakan untuk pengembang dalam
pembuatan kue.
Untuk memudahkan penamaan, senyawa dikelompokkan menjadi 2 yaitu senyawa organik
dan senyawa anorganik. Senyawa anorganik dibagi dua yaitu senyawa biner dan senyawa
poliatomik. Senyawa biner adalah senyawa yang mengandung dua jenis unsur, sedangkan
senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari 2 jenis unsur.

1.1 Tatanama Senyawa Anorganik


Senyawa anorganik terdiri dari senyawa biner dari logam dan non logam, senyawa
biner dari non logam dan non logam, senyawa yang mengandung poliatom senyawa asam,
basa dan garam.
a. Senyawa Biner Dari Logam dan Nonlogam (Senyawa Ion)
Senyawa biner dari logam dan non-logam umumnya merupakan senyawa ion. Logam
membentuk ion positif (kation) dan non-logam membentuk ion negatif (anion). Di bawah ini
nama beberapa kation logam dan anion non-logam (monoatom) yang perlu dikuasai agar tidak
mengalami kesukaran dalam penulisan rumus kimia dan nama senyawa.

Kation dari logam Anion dari logam

Kation Nama Anion Nama


Li+ Litium H Hidrida
Na+ Natrium N3 Nitrida
K+ Kalium O2 Oksida
Mg2+ Magnesium P3 Fosfida
Ca2+ Kalsium S2 Sulfida
Ba2+ Barium Se2 Selenida
Al3+ Aluminium F Fluorida
Sn2+ Timah (II) Cl- Klorida
Sn4+ Timah (IV) Br Bromida
Pb2+ Timbal (II) I- Iodida
Pb4+ Timbal (IV) Si4 Silisida
Cu+ Tembaga (I) As3 Arsenida
Cu2+ Tembaga (II) Te2 Telurida
4
Ag+ Perak (I)
Au+ Emas (I)
Au3+ Emas (II)
Zn2+ Zink (seng)
Cr3+ Kromium
Fe2+ Besi (II)
Fe3+ Besi (III)
Ni2+ Nikel
Pt2+ Platina (II)
Pt4+ Platina (IV)
Berikut ini nama senyawa biner logam dan non-logam:
1) Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion dari logam
Contoh:
Rumus Kimia Kation logam Anion logam Nama Senyawa
NaCl Na+ Cl Natrium klorida
MgF2 Mg2+ F Magnesium fluorida
2) Senyawa yang terbentuk haruslah bermuatan netral.
3) Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka
muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi.
Contoh:
Cu2O dan CuO. Atom Cu dapat membentuk kation Cu + dan Cu2+. Karena oksida (O2-)
mempunyai muatan -2, maka:
kation tembaga pada Cu2O haruslah Cu+ agar menetralkan muatan O2-. Jadi, nama Cu2O
adalah tembaga (I) oksida.
kation tembaga pada CuO karena kation tembaga hanya ada satu buah maka untuk
menetralkan muatan O2- haruslah Cu2+.

b. Senyawa Biner dari NonLogam dan NonLogam (Senyawa Kovalen)


Senyawa biner dari dua non-logam umumnya adalah senyawa molekul. Tata nama
senyawanya yaitu sebagai berikut:
1) Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut
Bi Si As C P N H S I Br Cl O F
Contoh:
HCl (Nama H lalu nama Cl)
NH3 (Nama N lalu nama H)
2) Penamaan dimulai dari nama non-logam pertama diikuti nama non-logam
kedua yang diberi akhiran ida

5
Contoh:
HCl dinamakan hidrogen klorida
3) Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka
digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya
1 = mono 6 = heksa
2 = di 7 = hepta
3 = tri 8 = okta
4 = tetra 9 = nona
5 = penta 10 = deka
Contoh:
CO karbon monoksida
CO2 karbon dioksida
PCl3 fosforus triklorida
P4O10 tetrafosforus dekaoksida

c. Senyawa yang mengandung poliatom


Ion-ion yang telah dibahas di atas merupakan ion-ion monoatom. Masing-masing ion
terdiri atas atom tunggal. Ada pula ion-ion poliatom, yaitu dua atau lebih atom-atom terikat
bersama-sama dalam satu ion yang dapat berupa kation poliatom dan anion poliatom. Di
bawah ini beberapa ion poliatom dan namanya.
Rumus Nama Ion Anion dari logam
NH4+ amonium NH4Cl
OH hidroksida NaOH
CN sianida NaCN
NO2 nitrit NaNO2
NO3- nitrat NaNO3
ClO klorit KClO
ClO2 hipoklorit KClO2
ClO3 klorat KClO3
ClO4 perklorat KClO4
BrO3 bromat KBrO3
IO3 iodat KIO3
MnO4 permanganat KMnO4
MnO42 manganat K2MnO4
CO32 karbonat Na2CO3
SO32 sulfit Na2SO3
6
SO42 sulfat Na2SO4
S2O32 tiosulfat Na2S2O3
CrO42 kromat K2CrO4
Cr2O72 dikromat K2Cr2O7
PO3 fosfit Na3PO3
PO43 fosfat Na3PO4
Tata nama senyawa ion yang mengandung poliatom yaitu sebagai berikut:
1) Untuk senyawa yang terdiri atas kation logam dan anion poliatom, maka
penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom.

Contoh:
NaOH dari Na+ dan OH_ nama senyawanya Natrium hidroksida;
KMnO4 dari K+ dan MnO4- nama senyawanya Kalium permanganat;
PbSO4 dari Pb2+ dan SO42- nama senyawanya Timbal (II) sulfat.
2) Untuk senyawa yang terdiri atas kation poliatom dan anion monoatom atau
poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion
monoatom atau poliatom.
Contoh:
NH4Cl : ammonium klorida
NH4CN : ammonium sianida
(NH4)2SO4 : ammonium sulfat

d. Senyawa asam, basa, dan garam


1) Senyawa asam
Asam adalah zat kimia yang di dalam air dapat melepaskan ion H +. Misalnya adalah HCl; jika
dilarutkan ke dalam air, maka akan terurai menjadi ion H+ dan ion Cl. Tata nama senyawa
asam adalah sebagai berikut:
a) Untuk senyawa asam biner (terdiri atas dua jenis unsur), penamaan dimulai dari
kata asam diikuti nama sisa asamnya, yaitu anion non-logam.
Contoh:
HF : asam fluorida
H2S : asam sulfida
b) Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari
kata asam diikuti nama sisa asamnya, yaitu anion poliatom.
7
Contoh:
HCN : asam sianida
H2SO4 : asam sulfat
HCH3COO : asam asetat
2) Basa
Basa adalah zat yang di dalam air dapat menghasilkan ion OH -. Pada umumnya, basa adalah
senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH -. Tata nama basa adalah nama
kationnya diikuti kata hidroksida.
Contoh:
NaOH : natrium hidroksida
Ca(OH)2 : kalsium hidroksida
Al (OH)3 : alumunium hidroksida
3) Garam
Garam adalah senyawa ion yang terdiri atas kation basa dan anion sisa asam. Rumus garam
diperoleh dengan memberi angka indeks pada kation dan anionnya, sehingga jumlah muatan
positif sama dengan jumlah muatan negatif. Nama garam adalah rangkaian nama kation yang
diikuti oleh nama anion.

Kation Anion Rumus Garam Nama Garam


Na+ NO3 NaNO3 natrium nitrat
Ca2+ NO3 Ca(NO3)2 kalsium nitrat
Al3+ SO42 Al2(SO4)3 alumunium sulfat

1.2 Tatanama Senyawa Organik


Tata nama senyawa organik lebih kompleks daripada tata nama senyawa anorganik.
Hal ini disebabkan sebagian besar senyawa organik tidak dapat ditentukan dari rumus
kimianya saja, akan tetapi harus dari rumus strukturnya. Jumlah senyawa organik lebih
banyak dibandingkan senyawa anorganik. Di sini akan dibahas tata nama untuk senyawa
organik sederhana.
a. Senyawa organik paling sederhana hanya mengandung atom C dan H. Nama
senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C dan diberi akhiran ana.
Contoh :
Rumus Kimia Jumlah Atom C Awalan Nama Senyawa
CH4 1 Met- Metana
C2H6 2 Et- Etana
C3H8 3 Prop- Propana
8
b. Senyawa organik penting lainnya ialah benzen (C6H6). Penamaan senyawa jika
atom H diganti dengan atom/gugus lainnya yaitu sebagai berikut:
Rumus Kimia Jumlah Atom C Nama Lazim
C6H6 Benzena -
C6H5OH Hidroksibenzena Fenol
C6H5Cl Klorobenzena -
C6H5NH2 Aminobenzena Anilin
C6H5NO3 Nitrobenzena -
C6H5COO Asam karboksilat benzena Asam Benzoat

2. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia, yang terdiri atas rumus kimia zat-zat
pereaksi dan zat-zat hasil reaksi disertai koefisien dan fasa masing-masing.

2.1 Menulis Persamaan Reaksi


Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi) menjadi zat baru (produk).
Sebagaimana telah dikemukakan oleh John Dalton, jenis dan jumlah atom yang terlibat dalam
reaksi tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antaranya berubah. Ikatan kimia dalam pereaksi
diputuskan dan terbentuk ikatan baru dalam produknya. Atom-atom ditata ulang membentuk
produk reaksi. Perubahan yang terjadi dapat dipaparkan dengan menggunakan rumus kimia
zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Cara pemaparan ini kita sebut dengan persamaan reaksi.
Hal-hal yang digambarkan dalam persamaan reaksi adalah rumus kimia zat-zat
pereaksi (reaktan) di sebelah kiri anak panah dan zat-zat hasil reaksi (produk) di sebelah
kanan anak panah. Anak panah dibaca yang artinya membentuk atau bereaksi menjadi.
Wujud atau keadaan zat-zat pereaksi dan hasil reaksi ada empat macam, yaitu gas (g), cairan
(liquid atau l), zat padat (solid atau s) dan larutan (aqueous atau aq). Bilangan yang
mendahului rumus kimia zat-zat dalam persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien
reaksi diberikan untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Selain untuk
menyetarakan persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan paling sederhana
dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Misalnya, reaksi antara gas hidrogen dengan gas
oksigen membentuk air sebagai berikut.
Pereaksi / Reaktan Produksi
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (l)

Koefisien H2 = 2 Koefisien O2 = 1 Koefisien H2O = 2
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, berarti 2 molekul hidrogen bereaksi

9
dengan 1 molekul oksigen membentuk 2 molekul H2O. Oleh karena itu sebaiknya dihindari
koefisien pecahan karena dapat memberi pengertian seolaholah partikel materi (atom atau
molekul) dapat dipecah. Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dalam dua langkah
sebagai berikut.
1) Menuliskan rumus kimia zat-zat pereaksi dan produk, lengkap dengan keterangan
tentang wujudnya.
2) Penyetaraan, yaitu memberi koefisien yang sesuai, sehingga jumlah atom ruas kiri
sama dengan jumlah atom ruas kanan.
Contoh :
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara logam aluminium yang bereaksi dengan
larutan asam sulfat membentuk larutan aluminium sulfat dan gas hidrogen!
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan persamaan reaksi.
Al(s) + H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + H2(g) (belum setara)

Jumlah atom di kiri Jumlah atom di kanan
Al = 1 Al = 2
H=2 H=2
S=1 S=3
O=4 O = 12
Langkah 2 : Meletakkan koefisien 2 di depan Al, sehingga jumlah atom Al di ruas
kiri menjadi 1 2 = 2 buah Al (setara dengan jumlah Al di ruas
kanan).
Langkah 3 : Meletakkan koefisien 3 di depan H2SO4 , sehingga di ruas kiri
jumlah atom H menjadi 6, atom S menjadi 3, dan jumlah atom O
menjadi 12.
Langkah 4 : Jumlah atom S dan O ruas kiri sudah sama dengan ruas kanan,
sedangkan atom H ruas kanan belum setara dengan ruas kiri.
Langkah 5 : Meletakkan koefisien 3 di depan H2, sehingga jumlah atom H ruas
kanan menjadi 6, setara dengan ruas kiri.
Persamaan reaksi menjadi setara:
2 Al(s) + 3 H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 3 H2(g)

2.2 Penyetaraan Persamaan Reaksi


Banyak reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak, akan tetapi sebagai
permulaan dapat mengikuti langkah berikut.
10
1) Pilihlah satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama dengan 1.
2) Zat-zat yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
3) Setarakan dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi koefisien 1.
4) Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling akhir.
Contoh :
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara gas metana (CH 4) dengan gas oksigen
membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan rumus kimia dan persamaan reaksi.
CH4(g) + O2(g) CO2(g) + H2O (l)
Langkah 2 : Penyetaraan.
a. Tetapkan koefisien CH4 = 1, sedangkan koefisien lain dimisalkan dengan huruf.
1 CH4(g) + a O2(g) b CO2(g) + c H2O (l)
b. Setarakan jumlah atom C dan H.
Jumlah Atom di Jumlah Atom di
=
Ruas Kiri Ruas Kanan
C=1 C=b b=1
H=4 H= 2c 2c = 4, maka c = 2
c. Kita substitusikan persamaan b dan c sehingga menjadi
1 CH4(g) + a O2(g) 1 CO2(g) + 2 H2O (l)
d. Kita setarakan jumlah atom O
Jumlah Atom di Jumlah Atom di
=
Ruas Kiri Ruas Kanan
O = 2a O=2+2=4 2a = 4 , maka a = 2
e. Persamaan reaksi setara berikutnya adalah
1 CH4(g) + 2 O2(g) 1 CO2(g) + 2 H2O (l)

Untuk selanjutnya koefisien 1 tidak pernah ditulis sehingga menjadi :


CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O (l)

3. Hukum-Hukum Dasar Kimia


3.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Apabila kita membakar kayu, maka hasil pembakaran hanya tersisa abu yang
massanya lebih ringan dari kayu. Hal ini bukan berarti ada massa yang hilang. Akan tetapi,
pada proses ini kayu bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan abu, gas karbon dioksida,
dan uap air. Jika massa gas karbon dioksida dan uap air yang menguap diperhitungkan, maka
hasilnya akan sama.
Kayu + gas oksigen abu + gas karbondioksida + uap air
Massa (kayu + gas oksigen) = massa (abu + gas karbondioksida + uap air)

11
Antoine Lavoisier (17431794) seorang pelopor yang percaya pentingnya membuat
pengamatan kuantitatif dalam eksperimen, mencoba memanaskan 530 gram logam merkuri
dalam wadah terhubung udara dalam silinder ukur pada sistem tertutup. Ternyata volume
udara dalam silinder berkurang 1/5 bagian. Logam merkuri berubah menjadi merkuri oksida
sebanyak 572,4 gram. Besarnya kenaikkan massa merkuri sebesar 42,4 gram adalah sama
dengan 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen merkuri oksida
530 gram 42,4 gram 572,4 gram
Berdasarkan percobaan di atas Lavoisier merumuskan Hukum Kekekalan Massa yang
berbunyi: Dalam reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.

3.2 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)


Tahun 1799 Joseph Proust melakukan percobaan dengan mereaksikan hidrogen dan
oksigen. Ternyata hidrogen dan oksigen selalu bereaksi membentuk air dengan perbandingan
massa yang tetap yaitu 1 : 8.
Massa H (gram) Massa O (gram) Massa H2O Sisa H atau O
(gram) (gram)
1 8 9 0
2 8 9 1 gram hidrogen
1 9 9 1 gram oksigen
2 16 18 0
Berdasarkan hasil percobaan yang diperolehnya, dia menyimpulkan bahwa: Perbandingan
massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap.

3.3 Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)


Dua unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa. Misalnya unsur karbon
dengan oksigen dapat membentuk karbon monoksida dan karbon dioksida. John Dalton
(17661844) mengamati adanya suatu keteraturan perbandingan massa unsur-unsur dalam
suatu senyawa. Berdasarkan percobaan yang dilakukan Dalton diperoleh data sebagai berikut:
Massa hasil Massa hasil Massa senyawa
Jenis Senyawa Nitrogen Oksigen terbentuk
(gram) (gram) (gram)
Nitrogen monoksida 0,875 1,00 1,875
Nitrogen dioksida 1,75 1,00 2,75
Perbandingan nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan nitrogen monoksida:
1,75 / 0,875 = 2 / 1
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Dalton menyimpulkan bahwa:
12
Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam senyawa maka
perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan bulat
sederhana.

3.4 Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)


Di awal tahun 1781 Joseph Priestley (17331804) menemukan hidrogen dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk air, kemudian Henry Cavendish (17311810)
menemukan volume hidrogen dan oksigen yang bereaksi membentuk uap air mempunyai
perbandingan 2 : 1. Dilanjutkan William Nicholson dan Anthony Carlise berhasil
menguraikan air menjadi gas hidrogen dan oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata
perbandingan volume hidrogen dan oksigen yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808 Joseph
Louis Gay-Lussac (17781850) berhasil mengukur volume uap air yang terbentuk, sehingga
diperoleh perbandingan volume hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2.
Gas Hidrogen + Gas Oksigen Uap Air
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)

Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat sederhana. Berdasarkan hasil percobaan ini,
Gay-Lussac menyimpulkan bahwa:
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil
reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.

4. Perhitungan Kimia
Pada awal abad ke-19, banyak penelitian dilakukan terhadap sifat gas. Salah seorang
peneliti sifat gas yaitu ahli kimia berkebangsaan Prancis yang bernama Joseph Louis Gay
Lussac (1778 1850). Pada tahun 1808, ia melakukan serangkaian percobaan untuk
mengukur volume gas-gas yang bereaksi. Disimpulkannya bahwa pada temperatur dan
tekanan sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi
merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Temuan Gay Lussac ini dikenal
sebagai hukum perbandingan volume. Tetapi kemudian timbul pertanyaan. Mengapa pada
tekanan dan temperatur yang sama perbandingan volume gas yang bereaksi dan hasil reaksi
merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana?

4.1 Penentuan Volume Gas Pereaksi dan Hasil Reaksi

13
Pertanyaan yang timbul setelah Gay Lussac mengemukakan hukum perbandingan
volume dapat dipecahkan oleh seorang ahli fisika Italia yang bernama Amadeo Avogadro
pada tahun 1811.
Menurut Avogadro:
Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan
memiliki jumlah molekul yang sama pula.
Oleh karena perbandingan volume gas hidrogen, gas oksigen, dan uap air pada reaksi
pembentukan uap air = 2 : 1 : 2 maka perbandingan jumlah molekul hidrogen, oksigen, dan
uap air juga 2 : 1 : 2. Jumlah atom tiap unsur tidak berkurang atau bertambah dalam reaksi
kimia. Oleh karena itu, molekul gas hidrogen dan molekul gas oksigen harus merupakan
molekul dwiatom, sedangkan molekul uap air harus merupakan molekul triatom.
Perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien reaksi gas-gas tersebut.
Hal ini berarti bahwa, jika volume salah satu gas diketahui, volume gas yang lain dapat
ditentukan dengan cara membandingkan koefisien reaksinya.

Contoh :
Pada reaksi pembentukan air
2 H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25C dan tekanan 1 atm sebanyak 10 L volume gas
O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang sama dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Volume H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2
Volume O2 = x Volume H2
Volume O2 = x 10 L = 5 L
Volume H2O = x 10 L = 10 L

4.2 Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Realtif


Setelah ditemukan peralatan yang sangat peka di awal abad XX, para ahli kimia melakukan
percobaan tentang massa satu atom. Sebagai contoh, dilakukan percobaan untuk mengukur.
1. massa satu atom H = 1,66 x 1024 g
2. massa satu atom O = 2,70 x 1023 g
3. massa satu atom C = 1,99 x 1023 g
Dari data di atas dapat dilihat bahwa massa satu atom sangat kecil. Para ahli sepakat
menggunakan besaran Satuan Massa Atom (sma) atau Atomic Massa Unit (amu) atau biasa
disebut juga satuan Dalton. Pada materi struktur atom, Anda telah mempelajari juga bahwa

14
atom sangatlah kecil, oleh karena itu tidak mungkin menimbang atom dengan menggunakan
neraca.

a. Massa Atom Relatif (Ar)


Para ahli menggunakan isotop karbon C12 sebagai standar dengan massa atom relatif
sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu
unsur terhadap 1/12 massa atom C12. Atau dapat dituliskan:
1 satuan massa atom (amu) = 1/12 massa 1 atom C12
Contoh:
Massa atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom C 12.
Maka: Ar O = 1,33 x Ar C12
= 1,33 x 12
= 15,96
Para ahli membandingkan massa atom yang berbeda-beda, menggunakan skala massa atom
relatif dengan lambang Ar.
12
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C12 atau isotop C karena mempunyai
kestabilan inti yang inert dibanding atom lainnya. Isotop atom C12 mempunyai massa atom
12 sma. Satu sma sama dengan 1,6605655 x 1024 g. Dengan digunakannya isotop 12C
sebagai standar maka dapat ditentukan massa atom unsur yang lain. Massa atom relatif suatu
unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu atom unsur tersebut
dengan 1/12 massa satu atom C12.
Ar X =
Contoh Soal :
Jika diketahui massa 1 atom oksigen 2,70 x 1023 g, berapakah Ar atom O jika massa atom C
1,99 x 1023 g?
Jawab :
Ar O =
Ar O =
Ar O = 16,283
Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotop tersebut. Sebagai contoh, di
alam terdapat 35Cl dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl dapat dihitung
dengan cara:
Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 37) = 35,5
Ar merupakan angka perbandingan sehingga tidak memiliki satuan. Ar dapat dilihat pada
Tabel Periodik Unsur (TPU) dan selalu dicantumkan dalam satuan soal apabila diperlukan.
b. Massa Molekul Relatif (Mr)
15
Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu. Unsur-
unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur, sedangkan unsur-unsur yang berbeda
membentuk molekul senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa
molekul (Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa
terhadap 1/12 dikali massa atom C12. Secara matematis dapat dinyatakan:
Mr (unsur) =
Mr (senyawa) =
Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar dari atom-atom pembentuk molekul
tersebut.
Mr = r atom penyusun
Contoh Soal :
Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut.
Ca = 40
O = 16
H=1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2!
Jawab:
Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan 2 atom H.
Mr Ca(OH)2 = Ar Ca + (2 Ar O) + (2 Ar H)
= 40 + (2 x 16) + (2 x 1) = 40 + 32 + 2 = 74

4.3 Konsep Mol dan Tetapan Avogadro


Apabila Anda mereaksikan satu atom karbon (C) dengan satu molekul oksigen (O2)
maka akan terbentuk satu molekul CO2. Tetapi sebenarnya yang Anda reaksikan bukan satu
atom karbon dengan satu molekul oksigen, melainkan sejumlah besar atom karbon dan
sejumlah besar molekul oksigen. Oleh karena jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi
begitu besarnya maka untuk menyatakannya, para ahli kimia menggunakan mol sebagai
satuan jumlah partikel (molekul, atom, atau ion).
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu sebanyak
atom yang terdapat dalam 12,000 g atom karbon 12. Jadi, dalam satu mol suatu zat terdapat
6,022 x 1023 partikel. Nilai 6,022 x 1023 partikel per mol disebut sebagai tetapan Avogadro,
dengan lambang L atau N.
Dalam kehidupan sehari-hari, mol dapat dianalogikan sebagai lusin. Jika lusin
menyatakan jumlah 12 buah, mol menyatakan jumlah 6,022 x 1023 partikel zat.
Kata partikel pada NaCl, H2O, dan N2 dapat dinyatakan dengan ion dan molekul, sedangkan
pada unsur seperti Zn, C, dan Al dapat dinyatakan dengan atom.
16
Nama Rumu Jumla Jenis Jumlah Partikel
Senyawa s h Partikel
Seng Zn 1 mol Atom 1 x (6,022 x 1023) atom
Aluminium Al 1 mol Atom 1 x (6,022 x 1023) atom
Natrium NaCl 1 mol Ion 1 x (6,022 x 1023) molekul
Klorida H2O 1 mol Molekul 1 x (6,022 x 1023) molekul
Air

Rumus kimia suatu senyawa menunjukkan perbandingan jumlah atom yang ada dalam
senyawa tersebut.
Jumlah H2SO4 Jumlah Atom H Jumlah Atom S Jumlah Atom O
1 2 1 4
1 mol 2 mol 1 mol 4 mol
1 x (6,022x1023) 2 x (6,022 x 1023) 1 x (6,022 x 1023) 4 x (6,022 x 1023)

1 mol zat mengandung 6,022 x 1023 partikel


Contoh Soal :
1. Pada satu molekul air (H2O) terdapat 6,022 x 1023 molekul H2O.
Ada berapa atom dalam 1 mol air tersebut?
Jawab:
Satu molekul air (H2O) tersusun oleh 2 atom H dan 1 atom O.
Jadi 1 molekul air tersusun oleh 3 atom.
1 mol H2O mengandung 6,022 x 1023 molekul atau
3 x 6,022 x 1023 atom = 1,806 x 1024 atom
2. Tentukan jumlah atom yang terdapat dalam 0,5 mol belerang!
Jawab:
0,5 mol belerang = 0,5 mol x N
= 0,5 mol x 6,02 x 1023 atom belerang
= 3,01 x 1023 atom belerang
3. Dalam 5 mol asam sulfat (H2SO4), tentukan jumlah atom H, S, dan O!
Jawab:
Jumlah molekul = 5 mol x N
= 5 mol x 6,02 x 1023
= 3,01 x 1024 molekul
Jumlah atom H = 2 x 6,02 x 1023 atom = 12,04 x 1023 atom
Jumlah atom S = 1 x 6,02 x 1023 atom = 6,02 x 1023 atom
17
Jumlah atom O = 4 x 6,02 x 1023 atom = 24,08 x 1023 atom
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan mengenai hubungan jumlah mol (n) dengan jumlah
partikel, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jumlah partikel = n x N
Di mana:
n = jumlah mol
N= bilangan Avogadro
a. Massa Molar (Mr)
Massa satu mol zat dinamakan massa molar (lambang Mr). Besarnya massa molar zat adalah
massa atom relatif atau massa molekul relatif zat yang dinyatakan dalam satuan gram per mol.
Massa molar = Mr atau Ar zat (g/mol)

Perhatikan contoh pada tabel berikut !


Nama Zat Rumus Ar dan Mr Massa Molar
Besi Fe Ar = 56 56 g/mol
Air H2O Mr = 18 18 g/mol
Garam Dapur NaCl Mr = 53,5 53,5 g/mol
Karbon C Ar = 12 12 g/mol

Massa suatu zat merupakan perkalian massa molarnya (g/mol) dengan mol zat tersebut (n).
Jadi hubungan mol suatu zat dengan massanya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Dikali massa molar

Mol Massa

Dibagi massa molar

Secara matematis, dapat dinyatakan sebagai berikut.


Massa molar = massa : mol
Massa = mol x Mr/Ar (massa molar)
Contoh Soal :
Diketahui 6 g urea (CO(NH2)2) jika Ar : H = 1, C = 12, N = 14, O = 16, tentukan:
a. mol urea
b. jumlah partikel
Jawab:

18
Mr urea = 12 + 16 + (16 2) = 60
a. mol urea = = = 0,1 mol
b. jumlah partikel = n x N
= 0,1 x 6,02 x 1023 molekul
= 0,602 x 1023 molekul
= 6,02 x 1024 molekul
b. Volume Molar (Vm)
Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar, yang dilambangkan
dengan Vm.
Berapakah volume molar gas? Bagaimana menghitung volume sejumlah tertentu gas pada
suhu dan tekanan tertentu? Avogadro dalam percobaannya mendapat kesimpulan bahwa 1 L
gas oksigen pada suhu 0 C dan tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat
dinyatakan bahwa pada tekanan 1 atm:
1 L gas O2 = mol
1 L gas O2 = mol
1 mol gas O2 = liter
Maka, berdasarkan hukum Avogadro dapat disimpulkan:
1 mol gas O2 = 22,4 L
Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama,
volume gas yang sama mengandung jumlah molekul yang sama atau banyaknya mol dari tiap-
tiap gas volumenya sama. Berdasarkan hukum tersebut berlaku volume 1 mol setiap gas
dalam keadaan standar (suhu 0 C dan tekanan 1 atm) sebagai berikut.
Volume gas dalam keadaan standar = 22,4 L
c. Volume gas pada keadaan tidak standar
Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar (non-STP) digunakan dua
pendekatan sebagai berikut.
1) Persamaan Gas Ideal
Dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat ideal, persamaan yang menghubungkan
jumlah mol (n) gas, tekanan, suhu, dan volume yaitu:
Hukum gas ideal : P . V = n . R . T
P = tekanan (satuan atmosfir, atm)
V = volume (satuan liter, L)
n = jumlah mol gas (satuan mol)
R = tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T = suhu mutlak (C + 273,15 K)

19
P.V = n.R.T V=

Jika, n = 1 mol
R = 0,08205 L atm/mol K
P = 1 atm
T = 273 K
V = = 22,4 L
Contoh Soal :
Tentukan volume dari 4,4 g gas CO2 yang diukur pada tekanan 2 atm dan suhu 27 C! (Ar : C
= 12, O = 16)
Jawab :
Mol CO2 = = = 0,1 mol
Volume CO2 = = = 1,21 L

2) Dengan konversi gas pada suhu dan tekanan yang sama


Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang jumlah molnya sama memiliki volume
sama. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
=
Di mana:
n1 = mol gas 1 V1 = volume gas 1
n2 = mol gas 2 V2 = volume gas 2

d. Molaritas (M)
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya
mol zat dalam 1 L larutan. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
M= x
Di mana:
M = molaritas (satuan M)
massa = dalam satuan g
Mr = massa molar (satuan g/mol)
V = volume (satuan mL)

4.4 Rumus Molekul dan Kadar Unsur Dalam Senyawa


Perbandingan massa dan kadar unsur dalam suatu senyawa dapat ditentukan dari rumus
molekulnya.

20
Kadar unsur = x 100%

a. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur
yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka
indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul. Rumus empiris, rumus yang
menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa.
Rumus molekul, rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang
menyusun satu molekul senyawa. Perhatikan contoh rumus molekul dan rumus empiris
beberapa senyawa dalam tabel berikut.
Nama Zat Rumus Molekul Rumus Empiris
Air H2O H2O
Glukosa C6H12O6 CH2O
Benzena C6H6 CH
Etilena C2H4 CH2
Asetilena C2H2 CH
Rumus Molekul = (Rumus Empiris)n
Mr Rumus Molekul = n x (Mr Rumus Empiris)
n = bilangan bulat
Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat
ditempuh dengan langkah berikut.
1. Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa,
2. Ubah ke satuan mol,
3. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris,
4. Cari rumus molekul dengan cara:
(Mr rumus empiris)n = Mr rumus molekul, n dapat dihitung,
5. Kalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris.

b. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal)


Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia
senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat merupakan
penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat
ditulis sebagai berikut.
Rumus kimia senyawa kristal padat : x . H2O

21
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 . 2H2O, artinya dalam
setiap satu mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.

c. Hitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi harus
diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui harus diubah ke
dalam bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan mol.
Adapun langkah-langkah metode pendekatan mol tersebut dapat Anda simak dalam bagan
berikut.
1. Tuliskan persamaan reaksi dari soal yang ditanyakan dan setarakan.
2. Ubahlah semua satuan yang diketahui dari tiap-tiap zat ke dalam mol.
3. Gunakanlah koefisien reaksi untuk menyeimbangkan banyaknya mol zat reaktan dan
produk.
4. Ubahlah satuan mol dari zat yang ditanyakan ke dalam satuan yang ditanya (L atau g
atau partikel, dll.).

d. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan
tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat
pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu. Pereaksi demikian disebut pereaksi pembatas.
Bagaimana hal ini dapat terjadi? Anda perhatikan gambar di bawah ini!
X + 2Y XY2
= molekul zat X
+ + = molekul zat Y
= molekul zat XY2

Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol zat X
membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa tiga molekul zat X
direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat
X yang bereaksi hanya dua molekul dan satu molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul
zat Y habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir
reaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi
semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi
terkecil merupakan pereaksi pembatas.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
penamaan senyawa anorganik dan organik ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi.
Dalam persamaan reaksi, ada langkah-langkah tertentu untuk menyelesaikannya, yaitu mulai
dengan menuliskan persamaan reaksinya diikuti dengan penyetaraan koefisien tiap senyawa.
Adapun hukum-hukum dasar kimia yang meliputi stoikiometri yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (Proust), hukum kelipatan perbandingan
(Dalton), dan hukum perbandingan Volume (Gay-Lussac). Sedangkan dalam perhitungan
kimia, dikenal adanya penentuan volume gas dan hasil reaksi, massa atom relatif dan massa
molekul relatif, konsep mol dan tetapan Avogadro, rumus molekul serta kadar unsur dalam
senyawa.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam
menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar
mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi stoikiometri karena
materi ini merupakan materi dari salah satu Mata Pelajaran umum yang perlu
diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
3. Seharusnya diberikan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan makalah
stoikiometri ini karena mempertimbangkan masih banyak perhitungan-perhitungan

23
yang seharusnya dicantumkan dalam makalah ini, dan adanya tantangan lain berupa
tugas-tugas MKU lain.

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan Bakti
Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

24

Anda mungkin juga menyukai