53 126 1 PB PDF
53 126 1 PB PDF
PENDAHULUAN
Penambahan
daun
Aileru
pada
susu
pasteurisasi
Susu
merupakan
bahan
pangan
yang
tersusun
atas
dapat
dijadikan
sebagai
alternatif
bahan
pengawet
alami,
berbagai
nilai
gizi
dengan
proporsi
seimbang.
Tingginya
karena
diperkirakan
memiliki
kandungan
senyawa
kandungan
gizi
pada
susu
justru
merupakan
media
yang
baik
antibakteri
(misalnya
phenol
dan
flavonoid)
yang
dapat
bagi
pertumbuhan
mikrobia,
sehingga
susu
merupakan
salah
memberikan
efek
awet
pada
susu.
Daun
Aileru
dengan
nama
satu
bahan
pangan
yang
mudah
rusak
atau
perishable.
latinnya
Wrigthia
caligria
merupakan
salah
satu
jenis
Faktor
penyebab
kerusakan
susu
dapat
meliputi
faktor
tanaman
yang
tumbuh
di
daerah
berilkim
tropis,
yaitu
pada
kimia,
fisik,
dam
mikrobiologi.
Namun
kerusakan
susu
akibat
daerah
yang
bersuhu
tinggi.
Salah
satu
tempat
tumbuhnya
pengaruh
faktor
mikrobiologi
menjadi
penyebab
utama
tanaman
ini
yaitu
di
daerah
Maluku
Barat
Daya,
tepatnya
di
terjadinya
kerusakan
susu.
Hal
ini
diakibatkan
karena
susu
Pulau
Moa.
Buah
dan
pucuk
muda
tamanan
ini,
oleh
sangat
mudah
tercemar
oleh
mikroba,
baik
pada
waktu
penduduk
Pulau
Moa
pada
masa
penjajahan
dimakan
proses
pemerahan
maupun
pengolahan,
sehingga
mentah
untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidup.
menjadikan
masa
simpan
susu
relatif
singkat,
yaitu
hanya
Kearifan
penduduk
lokal
di
Pulau
Moa
berdasarkan
hasil
sekitar
5
(lima)
jam
apabila
disimpan
dalam
suhu
ruang.
pengamatan,
telah
memanfaatkan
getah
maupun
daun
Kelemahan
susu
dalam
hal
masa
simpan
yang
relatif
tanaman
Aileru
sebagai
bahan
alami
untuk
pengawetan
susu
singkat
membutuhkan
sentuhan
teknologi
modern
berupa
kerbau
dan
dipercaya
dapat
memberikan
efek
awet
dalam
pasteurisasi.
Pasteurisasi
efektif
membunuh
bakteri-bakteri
memperpanjang
masa
simpan
susu
kerbau
yang
dihasilkan
yang
berpotensi
patogenik
di
dalam
susu,
namun
proses
ini
penduduk
setempat
(Monk
et
al.,
1988).
Parameter
ternyata
tidak
dapat
mematikan
sporanya,
terutama
spora
keasaman
yang
diukur
pada
susu
pasteurisasi
dengan
bakteri
yang
bersifat
termoresisten
atau
tahan
terhadap
pemberian
ekstrak
daun
Aileru
dilakukan
untuk
suhu
tinggi,
sehingga
diperlukan
aplikasi
proses
penaganan
menunjukkan
nilai
keasaman
yang
ada
di
dalam
susu
lainnya
berupa
pengawetan
yang
bertujuan
untuk
pasteurisasi.
memperpanjang
masa
simpan
susu
pasteurisasi
(Hariyadi,
2000).
MATERI
DAN
METODE
Materi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Dikirim
10/11/2011,
Diterima
13/1/2012.
C.
V.
Maitimu
adalah
susu
pasteurisasi
dan
daun
Aileru
dari
Pulau
Moa
-
Maluku
staf
Fakultas
Pertanian
Universitas
Pattimura
Ambon,
A.
M.
Barat
Daya,
sedangkan
bahan-bahan
yang
dipakai
dalam
Legowo
dan
A.
N.
Al-Baarri
adalah
staf
Fakultas
Peternakan- penelitian
ini
berupa
kapas,
alumunium
foil,
kertas
label
dan
Universitas
Diponegoro
Semarang,
Indonesia.
Kontak
langsung
aquades.
Peralatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
pada
penulis:
C.
V.
Maitimu
(E-mail:
cen.thya@yahoo.com).
7
Vol.
1
No.
1,
2012
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Parameter
Keasaman
Susu
Pasteurisasi
dengan
Penambahan
berupa
peralatan
pembuatan
ekstrak
daun
aileru
dan
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
peralatan
analisa
nilai
pH
:
timbangan,
gelas
ukur,
beker
glas,
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
semakin
lama
erlenmeyer,
wadah
plastik,
kain
kasa,
plastik
polietilen,
jam
susu
pasteurisasi
disimpan
(0
sampai
24
jam)
yang
dan
pH
meter.
dikombinasikan
dengan
perlakuan
konsentrasi
daun
Aileru
Sebagai
perlakuan
dilakukan
penambahan
ekstrak
maka
nilai
akselerasi
atau
percepatan
terhadap
parameter
daun
Aileru
pada
susu
pasteurisasi
yang
terdiri
atas
4
taraf
keasaman
(pH)
semakin
menurun.
Selama
penyimpanan,
yaitu
:
Tanpa
konsentrasi
ekstrak
daun
Aileru
0
%
(A0),
keasaman
susu
pasteurisasi
meningkat
karena
sebagian
Konsentrasi
ekstrak
daun
Aileru
5
%
(A1),
Konsentrasi
laktosa
akan
diubah
oleh
mikroba
asam
laktat
dan
asam
ekstrak
daun
Aileru
10
%
(A2),
Konsentrasi
ekstrak
daun
organik
karena
besarnya
nilai
keasaman
berbanding
terbalik
Aileru
15%
(A3),
Konsentrasi
ekstrak
daun
Aileru
20
%
(A4)
dengan
nilai
pH,
apabila
keasaman
susu
meningkat
maka
dan
Konsentrasi
ekstrak
daun
Aileru
25%
(A5),
yang
nilai
pH
akan
menurun
selama
penyimpanan.
Hal
ini
pula
disimpan
pada
suhu
ruang
selama
24
jam.
disebabkan
karena
asam-asam
organik
melepaskan
ion-ion
+
Pencampuran
perbandingan
antara
konsentrasi
H ,
seperti
yang
dikemukakan
oleh
Syarief
dan
Krisanta
+
ekstrak
daun
Aileru
dan
susu
pasteurisasi
dilakukan
sebagai
(1992),
bahwa
nilai
pH
adalah
hasil
dari
pelepasan
ion-ion
H
berikut
:
100
ml
susu
pasteurisasi
:
tanpa
ekstrak
daun
Aileru
asam-asam
organik.
Selain
itu
juga
menurut
Buckle,
et
al
(0%),
95
ml
susu
pasteurisasi
:
5
ml
ekstrak
daun
Aileru
(5%),
(1985),
beberapa
mikroorganisme
khususnya
khamir
dan
90
ml
susu
pasteurisasi
:
10
ml
ekstrak
daun
Aileru
(10%),
85
kapang
dapat
memecah
asam
yang
secara
alamiah
ada
ml
susu
pasteurisasi
:
15
ml
ekstrak
daun
Aileru
(15%),
80
ml
dalam
produk
sehingga
mengakibatkan
kenaikan
nilai
pH.
susu
pasteurisasi
:
20
ml
ekstrak
daun
Aileru
(20%),
75
ml
susu
pasteurisasi
:
25
ml
ekstrak
daun
Aileru
(25%).
Hasil
KESIMPULAN
pencampuran
perbandingan
tersebut
dikemas
dan
Dengan
melihat
nilai
akselerasi
atau
percepatan
parameter
selanjutnya
disimpan
pada
suhu
ruang
selama
jam
untuk
keasaman
(pH)
efek
daun
Aileru
terhadap
susu
pasteurisasi
selanjutnya
dilakukan
pengujian
nilai
keasaman
setiap
jam.
yang
menurun
selama
penyimpanan,
maka
kesimpulan
penelitian
ini
yaitu
bahwa
untuk
dapat
mempertahankan
Penentuan
Nilai
Keasaman
(pH)
kestabilan
susu
pasteurisasi
selama
penyimpanan,
maka
Pengujian
nilai
pH
dilakukan
dengan
menggunakan
konsentrasi
daun
Aileru
dapat
diperkecil
(7,5%,
10%
dan
pH
meter.
Prosedurnya
yaitu
pH
meter
dinyalakan
dan
12,%)
dengan
lama
penyimpanan
15
jam.
Selain
itu
proses
dicuci
dengan
aquades,
lalu
dilap
menggunakan
kertas
hisap.
ekstraksi
dilakukan
dengan
penggunaan
buffer
phosphat
Pengukuran
pH
dilakukan
dengan
memasukkan
elektroda
ke
sebagai
penganti
aquades
yang
berfungsi
sebagai
larutan
dalam
susu
fermentasi
kemudian
dibaca
nilai
pH
yang
penyangga
untuk
menahan
perubahan
pH.
tertera.
Tiap
kali
pH
meter
selesai
digunakan
maka
elektrodanya
dibersihkan
seperti
pada
tahap
awal
pengukuran
pH
(Hadiwiyoto,
1994).
Tanpa
Perlakuan
8
Vol.
1
No.
1,
2012
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Parameter
Keasaman
Susu
Pasteurisasi
dengan
Penambahan
Ekstrak
Daun
Aileru
10%
Ekstrak
Daun
Aileru
15%
9
Vol.
1
No.
1,
2012
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Parameter
Keasaman
Susu
Pasteurisasi
dengan
Penambahan
milk
and
cow-goat
milk
mixtures
by
different
DAFTAR
PUSTAKA
fortification
methods.
Pakistan
J.
Biological
Sci.
69
Astawan,
M.
1991.
Teknologi
pangan
Tepat
guna.
Akademika
(23):
1936
1939.
Presindo,
Bogor.
Legowo,
A.
M.,
Nurwantoro
dan
Sutaryo.
2005.
Analisis
Buckle.
K.A,
Edwards.
R.
A,
Fleet.
G.
H,
Wootton.
M.
1987.
Pangan.
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro,
Ilmu
pangan.
Universitas
Indonesia,
Jakarta.
Semarang.
Desroiser,
N.
1988.
Pengawetan
Pangan.
Universitas
Legowo,
A.
M.,
Kusrahayu,
dan
Sri
Mulyani.
2009.
Ilmu
dan
Indonesia,
Jakarta.
Teknologi
Susu.
Badan
Penerbit
Universitas
Dwijiseputro,
D.
1978.
Dasar
Dasar
Mikrobiologi.
Diponegoro,
Semarang.
Djambatan,
Jakarta.
Salni,
Hanifa
Marisa
dan
Ratna
Wedya
Mukti.,
2011.
Isolasi
Fardiaz
S,
F.
Srikandi
dan
F.
G.
Winarno.
1980.
Pengantar
Senyawa
Antibakteri
Dari
Daun
Jengkol
Teknologi
Pangan.
PT.
Gramedia,
Jakarta.
(Pithecolobium
lobatum
Benth)
dan
Penentuan
Nilai
Hariyadi,
P.
(Ed).
2000.
Dasar-dasar
Teori
dan
Praktek
Proses
KHM-nya.
Jurnal
Penelitian
Sains
Vol
14
No
1
(D)
Termal.
Pusat
Studi
Pangan
dan
Gizi
IPB,
Bogor.
14109.
Jurusan
Biologi
FMIPA
Universitas
Sriwijaya,
Hadiwiyoto,
S.
1994.
Teori
dan
Prosedur
Pengujian
Mutu
Sumatera
Selatan.
Susu
dan
Hasil
Olahannya.
Edisi
II.
Penerbit
Liberty,
SNI
01-3951-1995.
Susu
Pasteurisasi.
Badan
Standarisasi
Yogyakarta.
Nasional,
Jakarta.
Ibtisam.
2008.
Skripsi.
Optimasi
Pembuatan
Ekstrak
Daun
Sudarmadji,
S.,
B.
Haryono.,
dan
Suhardi.,1997.
Prosedur
Dewandaru
(Eugenia
uniflora
L)
Menggunakan
Analisa
Untuk
Bahan
makanan
dan
Pertanian
Edisi
Metode
Perkolasi
Fenolik
dan
Flavonoid.
Fakultas
Ketiga.
Yogyakarta.
Farmasi.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta,
Sukanda,
I.
M,.
2009.
Senyawa
Antibakteri
Golongan
Surakarta.
Flavonoid
Buah
Belimbing
Manis
(Avverhoa
Kanvas,
G.,
H.
Uysal,
S.
Kilic,
N.
Akbulut
and
H.
Kosenkas.
carambola
Linn.
L).
Jurnal
Kimia
3
(2)
:
109-116.
2003.
Some
properties
of
yogurt
produced
from
goat
Kelompok
Penelitian
Kimia
Organik
Bahan
Alam
10
Vol.
1
No.
1,
2012
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Parameter
Keasaman
Susu
Pasteurisasi
dengan
Penambahan
Jurusan
Kimia
FMIPA
Universitas
Udaya,
Bukit
Winarno.
F.
G,
Fernandez.
E.
I.
2007.
Susu
dan
Produk
Jimbaran.
Fermentasinya.
MBRIO
PRESS,
Jakarta.
Syarief,
H.
dan
H.
Halid,
1992.
Teknologi
Penyimpanan
Winarno,
F.
G.
dan
B.
Srilaksmi.
1982.
Kerusakan
Bahan
Pangan.
Penerbit
Arcan,
Yogyakarta
Pangan
dan
Cara
Pencegahannya.
Ghalia
Indonesia,
Widodo.
2003.
Bioteknologi
Industri
Susu.
Laticia
Press,
Bogor.
Yogyakarta.
Wirakartahkusuma.
2001.
Rekayasa
Proses
Menghadapi
Winarno.
F.
G.
1993.
Pangan,
Gizi,
Teknologi
dan
Konsumen.
Tantangan
masa
Depan
Industri
Pangan
Indonesia.
Gramedia
Pustaka
Utama,
Jakarta.
Jurusan
Teknologi
Pangan
dan
Gizi
Fakultas
Teknologi
Winarno.
F.
G.
2007.
Teknobiologi
pangan.
MBRIO
PRESS,
Pertanian
IPB,
Bogor.
Jakarta.
Yadav,
H.,
S.
Jain
and
R.
P.
Sinha.
2007.
Evaluation
of
o
Winarno,
F.
G.
1994.
Sterilisasi
Komersial
Produk
Pangan.
changes
during
storage
of
probiotic
dahi
at
7 C.
Int.
J.
Gramedia
Pustaka
Utama,
Jakarta.
Dairy
Technol.
60
(3):
205
210.
11
Vol.
1
No.
1,
2012
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan