Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

SOSIOLOGI PETERNAKAN

STRATIFIKASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT PETERNAKAN

NAMA : MEYGI CAESARIKA PUTRI ILAHUDE

NIM : I111 14 506

KELOMPOK : 3 (TIGA)

ASISTEN : RAHMAT MANDASINI S.Pt

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita tinjau secara etimologis, istilah sosiologi berasal dari bahasa latin,

yaitu socius dan logos. Socius berarti teman atau kawan. Karena manusia hidup

tidak mempunyai satu kawan saja, hubungan antar kawan dapat diartikan pula

sebagai pergaulan hidup. Adapun, logos yang berasal dari bahasa yunani berarti

kata atau bicara. Jadi secara harfiah sosiologi berarti membicarakan atau

memperbincangkan pergaulan hidup manusia.

Beberapa menurut para ahli antara lain, yaitu menurut Auguste Comte yang

menyatakan sosiologi merupakan studi positif tentang hokum-hukum dasar dari

gejala social yang di dalamnya dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi

dinamis. Adapun menurut Roucek dan Warren dalam bukunya Sociology An

Introduction, mereka mngemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok .

Stratifikasi social, secara harfiah berasal dari bahasa latin stratum (tingkatan)

dan socius (teman atau masyarakat). Stratifikasi social menempatkan seorang

individu/kelompok pada kelas-kelas social yang berbeda-beda secara hirearki dan

memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antar individu pada suatu

lapisan social lainnya. Stratifikasi social muncul karena adanya sesuatu yang

dianggap berharga dalam masyarakat.


Beberapa pendapat para ahli mengenai definisi stratifikasi. Max Webber,

stratifikasi social adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu

system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirearki menurut dimensi kekuasaan,

privilese dan prestise. Sedangkan, menurut P.J Bouman mengemukakan stratifikasi

social merupakan golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam

kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi

kemasyarakatan.

Pada umumnya manusia dalam bermasyarakat dibedakan kedalam kelas-kelas

secara bertingkat secara hirearkis menurut dimensi kekuasaan, previlese dan prestise

yang disebut sebagai stratifikasi sosial. Adanya perbedaan stratifikasi sosial dapat

mengakibatkan terbentuknya sistem pranata sosial masyarakat yang akan

berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap masyarakat. Jika

perbedaan tersebut berlebihan tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan

konflik antara kelas sosial satu dengan kelas sosial lainnya.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti dan membahas

mengenai stratifikasi di kabupaten bulukumba.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari dilakukannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah

dapat melihat dan mengetahui secara langsung bagaimana stratifikasi social dalam

masyarakat peternakan di Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa Kabupaten

Bulukumba, Sulawesi Selatan


Tujuan dilaksanakannya praktek lapang sosiologi peternakan ini adalah untuk

memperoleh pengetahuan tentang bagaimana stratifikasi social dalam masyarakat

peternakan di Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, Sulawesi

Selatan membandingkan dengan teori yang didapatkan dalam perkuliahan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sapi Potong

Sapi sebagai hewan ternak belum bisa diketahui secara pasti kapan mulai

diternakkan, sebab setiap daerah atau Negara mempunyai perkembangan yang

berbeda. Mesir misalnya, 8.000 tahun seb.Mas. telah menegenal sapi piaraan;

demikian pula Mesopotamia dan India. Tetapi di daerah eropa dan cina baru pada

kurang lebih 6.000 tahun Seb.Mas. (AAK., 1990).

Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primtif, diklasifikasikan menjadi 3

kelompok besar yang memiliki andil warna genetic sapi, yakni (Murtidjo., 1990) :

1. Bos Sondaicus, atau Bos Banteng, sampai sekarang masih bisa ditemui hidup liar

di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa, seperti di Pangandaran dan

Ujung Kulon.
2. Bos Indicus, atau Sapi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India

dan Asia.
3. Bos Taurus, atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di

Eropa.

Perkembangan ternak sapi potong dan kerja di Indonesia belum begitu

memadai dan belum begitu maju seperti Negara-negar maju. Hal ini tentu saja banyak

factor penyebabnya, antara lain (AAK., 1990) :

a. Para petani ternak belum memberikan perhatian sepenuhnya, terutama pada segi

pemeliharaan, pemberian makan dan bibit yang dipergunakan :


1) Baik sapi potong maupun kerja, pemeliharannya masih merupakan bagian dari

usaha pertanian
2) Pada umumnya makanan yang diberikan jumlahnya minim dan mutunya pun

kurang
3) Bibit sapi yang dipakai jelek atau seadanya, karena belum dilakukan seleksi

yang terarah. Dalam hal ini biasanya masyarakat petani ternak yang ingin

memelihara sapi masih terbatas menurut kemampuan yang ada, dan belum bisa

memilih sapi-sapi yang secara genetis lebih memeberikan imbalan yang tinggi

atas pemeliharannya.
b. Konsumen kurang
Di Indonesia masih berlaku konsumen musiman. Sebab mereka yang

menginginkan atau akan membeli daging sapi dalam jumlah yang besar hanya

terbatas pada hari-hari besar saja, atau bulan-bulan baik untuk suatu peralatan.
Di luar hari-hari itu pemasaran menjadi sepi, sebab daging dipandang sebagai

salah satu bahan makanan yang sangat mewah, dan belum disadari bahwa daging

sebagai zat pembangunan yang mutlak diperlukan tubuh, lebih-lebih untuk anak

yang sedang mengalami fase pertumbuhan.


c. Konsumen belum bisa menghargai mutu daging
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka baik mengenai

manajemen ataupun produksi daging. Semua daging dinilai memiliki mutu yang

sama karena kelezatannya. Di luar criteria itu para konsumen tidak pernah

memiliki penilaian lain. Mereka tidak bisa membedakan antara mutu daging paha

dan leher, antara sekitar punggung dan bahu.


B. Definisi Stratifikasi Sosial

Stratifikasi social berasal dari istilah Social Stratification yang berarti system

berlapis-lapis dalam masyarakat; kata stratification berasal dari stratum (jamaknya :


strata) yang berarti lapisan; stratifikasi social adalah pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat(hierarkis)(Moeis., 2008).

Staratifikasi social merujuk pada suatu hirearki hak-hak istimewa relative

yang berdasar pada kekuasaan, kepemilikan, dan prestise. Setiap masyarakat

menstratifikasi para anggotanya, dan dalam tiap masyarakat, laki-laki ditempatkan

diatas perempuan (James M.H., 2007).

Stratifikasi berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan

masyarakat. Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi social adalah perbedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).

Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas social lebih tinggi dan kelas social yang

lebih rendah. Selanjutnya, Sorokin menjelaskan bahwa dasar dan inti lapisan social

dalam masyrakat disebabkan tidakadanya keseimbangan dalam pembagian hak,

kewajiban dan tanggung jawab nilai social di antara anggota masyarakat(Bagja W.,

2007).

Stratifikasi social adalah dimensi vertical dari struktur social masyarakat.

Artinya melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah

berlapis-lapis vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Menurut

Paul B. Horton dan Chester L. hunt menyatakan bahwa stratifikasi social merupakan

system peringkat status dalam masyarakat. Peringkat tersebut memberitahukan

kepada kita adanya dimensi vertical dalam status social yang ada dlam masyarakat

(Andreas S., 2008).

Beberapa pengertian stratifikasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut (Janu

M., 2003) :
1. Menurut Robert M.Z. Lawang, stratifikasi social adalah penggolongan orang-

orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan

hierarkis menurut dimensi kekuasaa, privilege dan prestise


2. Munurut Horton dan Hunt, stratifikasi sosail berarti system perbedaan status yang

berlaku dalam suatu masyarakat.


3. Menurut Soerjono Soekanto dengan mengutip pendapat Pitirim A. Sorokin

menyatakan bahwa stratifikasi social adalah perbedaan penduduk atau masyarakat

ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.


4. Menururt Bruce J. Cohen, stratifikasi social adlah system yang menempatkan

seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada

kelas social yang sesuai.


5. Menurut Astrid S. Susanto, stratifikasi social adalah hasil kebiasaan hubungan

antar manusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang setiap saat

mempunyai situasi yang menentukan hubbungannya dengan orang secara vertical

maupun horizontal dalam masyarakatnya.


C. Fungsi Stratifikasi Sosial

Jika dilihat dari beberapa fungsi stratifikasi. Kingsley Davis dan Wilbert E.

Moore menyebutkan bahwa stratifikasi social berfungsi untuk member rangsangan

agar manusia mau menempati status social. Namun agar stratifikasi social berfungsi,

masyarakat harus (Puline P., 2006) :

1. Memotivasi anggota masyarakatnya yang layak untuk posisi yang semestinya


2. Memotivasi pribadi-pribadi yang menempati posisi tertentu untuk melakukan

kewajiban yang ditetapkan

Sementara menurut Kari Marx dan Max Weber, fungsi stratifikasi social

adalah untuk membentuk terjadinya perbedaan kekayaan, kekuasaan, privilese dan

prestise. Sedangkan menurut pendapat Soerjono Soekanto, fungsi stratifikasi adalah


untuk membentuk kelas social yang memberikan fasilitas hidup tertentu (life chances)

bagi anggotanya, dan membentuk gaya dan tingkah laku hidup masing-masing(Puline

P., 2006).

Stratifikasi social dapat berfungsi sebagai berikut (Kun M dan Juju S., 2001) :

1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,

tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang.


2. Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan

dan penghargaan.
3. Criteria system pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,

keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.


4. Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
5. Alat solidaritas si antara individu-individu atau kelompok yang menduduki system

social ynag sama dalam masyarakat.

Menurut Herdiyanto (2005), stratifikasi social dapat berfungsi sebagai berikut:


1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti imenentukan penghasilan,

tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/ pangkat/ kedudukan

seseorang.
2. System pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang

menyangkut presitise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima

anugerah penghargaan/ gelar/ kebangsawan, dan sebagainya.


3. Criteria system pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,

kenggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.


4. Penentu lambang-lambang (symbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,

cara berpakaian dan bentuk rumah.


5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki system

social yang sama dalam masyarakat.

Menurut Anonimous (2010), fungsi stratifikasi adalah sebagai berikut :

1. Mendorong individu untuk menempati status-status social tertentu


2. Mendorong timbulnya konflik social akibat dari ketidakadilan social
3. Memberikan fasilitas hidup tertentu (life chance) dan membentuk gaya tingkah

laku hidup (life style) bagi masing-masing anggotanya.

Fungsi stratifikasi social (Haira., 2012) :

a. Kingsley Davis & Wilbert E. Moore : untuk memberikan rangsangan agar manusia

mau menempati status social dengan harapan masyarakat.


b. Karl Max & Mark Weber : menumbuhkan persaingan untuk mendapatkan dan

mempertahankan kekayaan, kekuasaan, dan prestise yang jumlahnya sangat

terbatas.
c. Soerjono Soekanto : memberikan fasilitas fasilitas hidup tertentu bagi

anggotanya dan membentuk gaya hidup masing masing warganya(life style)


d. Joseph Schumpeter : menyediakan masyarakat dengan keperluan yang nyata

Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial mempunyai fungsi sebagai berikut

(Bondet Wrahatnala., 2012) :

a. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas

utama. Hal ini dilaksanakan dengan mendistribusikan prestise maupun privelese

(hak yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam sebuah strata). Setiap

strata ditandai dengan pangkat atau simbol-simbol yang nyata yang menunjukkan

rangking, peranan khusus, dan standar tingkah laku dalam kehidupan. Semuanya

diorganisir untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Penghargaan

masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki dan melaksanakan tugasnya


dapat dipandang sebagai insentif yang dapat menarik mereka untuk melaksanakan

tugasnya dengan baik.


b. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di antara

anggota masyarakat. Peranan, norma, dan standar tingkah laku dilibatkan dan

diperhatikan dalam setiap hubungan di antara strata yang ada di dalam masyarakat.

Stratifikasi sosial cenderung mengatur partisipasi individu dalam kehidupan secara

menyeluruh dalam suatu masyarakat. Ia memberi kesempatan untuk memenuhi

dan mengisi tempat-tempat tertentu, dan pada pihak lain ia juga dapat membatasi

ruang gerak masyarakat. Tetapi terlepas dari tinggi rendahnya strata yang dimiliki

seseorang, stratifikasi berfungsi untuk mengatur partisipasinya di tempat-tempat

tertentu dari kehidupan social bersama.


c. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan

mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam struktur

sosial itu. Dengan demikian, ia berperan dalam memengaruhi fungsi dari berbagai

unit dalam strata sosial yang ada.


d. Stratifikasi sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga

dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di

antara mereka. Dalam kelompok primer, fungsi ini kurang begitu penting karena

para anggota saling mengenal secara dekat.

Meskipun beberapa jenis stratifikasi social yang ada dalam masyarakatterlihat

begitu diskriminatif, namun stratifikasi social juga mempunyai beberapa manfaat,

antara lain(Algo Wijaya., 2012) :

a) Adanya spesialisasi peran dalam masyrakat sesuai kedudukannya.


b) Sebagai alat distribusi hak dan kewajiban kepada masyarakat pada setiap lapisan.
c) Menempatkan individu pada lapisan tertentu sesuai dengan fungsi dan peranannya

dalam masyarakat.
d) Mendorong masyarakat agar bergerak sesuai dengan fungsinya.
e) Membentuk budaya dan gaya hidup yang unik pada masing-masing kelas.
f) Sebagai alat pemersatu jika dapat dikoordinasikan dengan benar untuk mencapai

tujuan bersama.

D. Peranan Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Peternakan

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila

seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan

kedudukan itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak sapat dipisahkan, oleh karena

yang satu tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang membedakan

dari keduanya adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan terlebih dahulu baru

kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa berbalik. Pentingnya peranan adalah

bahwa hal itu mengatur perilaku seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan

seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang

lain, sehingga dengan demikian orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan

perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekolompoknya(Moeis., 2008).

Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa

peranan. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Orang

yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-

orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan social yang ada dalam masyarakat


merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan

juga diatur oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Peranan yang

melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsure statis yang

menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat(Bagja Waluya., 2007).

Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai

suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta

menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut (Bagja

Waluya., 2007) :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupkan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarkatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.


3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

social masyarakat.

Tindakan dan interaksi social, stratifikasi social memiliki dua unsur pokok,

yaitu status dan peranan. Status dan peran memiliki hubungan yang erat dan sulit

sekali untuk dipisahkan karena merupakan unsur penentu bagi penempatan seseorang

dalam strata tertentu di masyarakat. Di dalam masyarakat, dengan adanya perbedaan

status dan peran social akan timbul perbedaan perilaku yang terlihat dalam gaya

hidup, terutama dalam hal-hal berikut(Bagja Waluya., 2007) :

1. Cara berpakaian
a. Kelas atas berkecenderung berpakaian yang mengacu pada karya perancang

mode terkenal.
b. Kelas menengah cenderung berpakaian yang mengacu pada karya perancang

mode dalam negeri.


c. Kelas bawah berorientasi pada pakaian jadi atau grosiran.
2. Cara berkendaraan
a. Kelas atas berkendaraan mobil pribadi yang mewah dengan sopir pribadi.
b. Kelas menengah berkendaraan mobil yang sederhana dengan menyetir sendiri.
c. Kelas bawah berkendaraan dengan menggunakan kendaraan umum.
3. Cara bermukim
a. Kelas atas tinggal diperumahan dan apertemen mewah.
b. Kelas menengah tinggal dikompleks perumahan KPR yang layak huni.
c. Kelas bawah tinggal di kompleks perumahan tipe 21 atau rumah sederhana

yang berada dibawahnya.


4. Cara berbelanja
a. Kelas atas berbelanja dipusat-pusat belanja modern dan eksklusif.
b. Kelas menengah berbelanja di pasar swalayan biasa.
c. Kelas bawah berbelanja di pasar tradisional.
5. Cara berekreasi
a. Kelas atas berekreasi ke luar negeri.
b. Kelas menengah berekreasi ke daerah tujuan wisata dalam negeri.
c. Kelas bawah berekreasi ke lokasi hiburan lokal di daerah sendiri.

Peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan

kedudukan, Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat.

Kedudukan dan peranan saling berhubungan, karena tidak ada peranan tanpa

kedudukan. Kedudukan tidak akan berfungsi tanpa peranan(wulan Astuti., 2013)

Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis,

bukan karena usaha.


b) Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya

sendiri.

.Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


a) Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut

dilaksanakan secermat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan

seperti yang telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan

sebagainya.
b) Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan

tersebut dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan

dengan situasi dan kondisi tertentu.

BAB III
METODE PRAKTEK

A. Waktu dan Tempat


Praktek lapang Sosiologi Peternakan mengenai Stratifikasi Sosial dilaksanakan pada

hari jumat minggu tanggal 03 05 April 2015. Bertempat di Desa Tibona

Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.


B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada praktek lapang Sosiologi Peternakan mengenai

Stratifikasi Sosial, yaitu :


1. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
2. Kuantitatif yaitu penelitian yang melibatkan pengukuran tingkatan suatu cirri

tertentu. Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelititna yang

didasarkan atas perhitungan presentase, rata-rata, kuadrat, dan perhitungan

statistic lainnya.
Sumber data yang digunakan pada praktek lapang Sosiologi Peternakan

mengenai Stratifikasi social, yaitu :


1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli atau melalui

narasumber yang tepat dan yang dijadikan responden dalam penelitian.


2. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia, sehingga datanya

tinggal dicari dan dikumpulkan. Misalnya diperpustakaan, perusahaan-

perusahaan, biro pusat statistic dan kantor-kantor pemerintah


C. Metode Pengambilan Data
Metode praktek yang digunakan pada praktek lapang Sosiologi Peternakan

mengenai Stratifikasi Sosial, yaitu :


1. Wawancara adalah proses penggalian informasi melalui Tanya Jawab antara

pewawancara (Interviwer) dengan Narasumber (Interviewe).


2. Kuestioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan

analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik

beberapa orang terutama didalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh system

yang diajukan atau oleh system yang sudah ada.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil dan Gambaran Umum Kondisi Wilayah


1. Administrasi Wilayah
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

Batas Desa/ kelurahan Kecamatan


Sebelah Utara Desa Tellu Limpoe Tellu Limpoe
Sebelah Selatan Desa Bonto Minasa Bulukumpa
Sebelah Timur Desa Sangkala Kajang
Sebelah Barat Kel. Jawi-jawi Bulukumpa
Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.
2. Kondisi Geografis
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

luas pemukiman 5,250 ha/m2

luas persawahan 171,86 ha/ m2

luas perkebunan 1,408 ha/ m2

luas kuburan 425 ha/ m2

luas pekarangan 0,29 ha/ m2

luas taman -

perkantoran 3,60 ha/ m2

luas prasarana umum lainnya 12,75 ha/ m2

total luas 7,083 ha/ m2

Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.


3. Potensi Sumber Daya Alam

4. Kondisi Ekonomi
Pengangguran
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

1. Luas angkatan kerja (penduduk usia 18-56 300 orang


tahun)
2. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang 350 orang
masih sekolah dan tidaak bekerja
3. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang 1000 orang
menjadi ibu rumah tangga
4. Jumlah penduduk usia 18-56 yang bekerja 170 orang
penuh
5. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang 170 orang
bekerja tidak tentu
6. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang 9 orang
j cacat dan tidak bekerja
7. Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang
cacat dan bekerja
Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.

Kesejahteraan keluarga

Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

1. Jumlah keluarga prasejahtera 292 keluarga


2. Jumlah keluarga sejahtera 1 222 keluarga
3. Jumlah keluarga sejahtera 2 412 keluarga
4. Jumlah keluarga sejahtera 3 112 keluarga
5. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 45 keluarga
6. Total jumlah kepala keluarga 907 keluarga
Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.
5. Kondisi Sosial Budaya
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak


royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pembangunan rumah
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pengolahan tanah
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalm pembiayaan pendidikan anak
sekolah/ kuliah/ kursus
Ada tidaknya kehiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pemeliharaan fasilitas umum
dan fasilitas social/ prasarana dan
sarana
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pemberian modal usaha
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pengerjaan sawah dan kebun
Ada tidaknya gotong royong atau Ada/ tidak
sambatan/ sejenisnya dalam
penangkapan ikan dan usaha
peternakan lainnya
Ada tidaknya gotong royong atau Ada/ tidak
sambatan/ sejenisnya dalam menjaga
ketertiban. Ketentraman dan
keamanan
Ada tidaknya gotong royong atau Ada/ tidak
sambatan/ sejenisnya dalam
peristiwa kematian
Ada tidaknya gotong royong Ada/ tidak
menjaga kebersihan desa/ kelurahan
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong membangun jalan/ jembatan/
saluran air/ irigasi
Ada tidaknya kegiatan gotong Ada/ tidak
royong atau sambatan/ sejenisnya
dalam pemberantakan sarang
nyamuk dan kesehatan lingkungan
lainnya
Ada tidaknya kerjasama antar desa/ Ada/ tidak
kelurahan
Ada tidaknya perselisihan antar desa/ Ada/ tidak
kelurahan
Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.

6. Infrastruktur Wilayah

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur


Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

perempuan
usia laki-laki (orang) (orang)

0-12 bulan 40 30
1 tahun 60 30

2 tahun 70 31

3 tahun 38 24

4 tahun 30 29

5 tahun 29 40

6 tahun 31 29

7 tahun 38 36

8 tahun 39 30

9 tahun 40 49

10 tahun 33 40

11 tahun 42 39

12 tahun 26 24

13 tahun 37 20

14 tahun 23 25

15 tahun 30 39

16 tahun 24 31

17 tahun 30 26

18 tahun 40 34

19 tahun 25 26

20 tahun 37 30

21 tahun 23 20

22 tahun 40 29

23 tahun 30 38

24 tahun 37 59
25 tahun 30 34

26 tahun 40 38

27 tahun 33 30

28 tahun 60 39

29 tahun 25 35

30 tahun 30 44

31 tahun 44 46

32 tahun 26 27

33 tahun 33 45

34 tahun 45 53

35 tahun 40 26

36 tahun 27 36

37 tahun 31 24

38 tahun 26 35

39 tahun 70 60

40 tahun 47 52

41 tahun 42 42

42 tahun 18 28

43 tahun 33 33

44 tahun 20 29

45 tahun 26 19

46 tahun 32 20

47 tahun 12 17

48 tahun 8 19

49 tahun 30 40
50 tahun 28 10

51 tahun 20 19

52 tahun 12 15

53 tahun 11 19

54 tahun 11 12

55 tahun 20 15

56 tahun 16 14

57 tahun 13 12

58 tahun 13 20

59 tahun 6 10

60 tahun 28 40

61 tahun 17 10

62 tahun 12 9

63 tahun 14 10

64 tahun 9 10

65 tahun 29 26

66 tahun 9 12

67 tahun 11 13

68 tahun 12 9

69 tahun 9 8

70 tahun 17 25

71 tahun 10 23

72 tahun 7 12

73 tahun 13 10

74 tahun 40 6
75 tahun 10 13

lebih dari 75 29 36

jumlah 2146 2097

jumlah total 4243

Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.

8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Jumlah penduduk adalah jumlah dari sekelompok orang yang menempati atau
tinggal di suatu tempat. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin merupakan
jumlah sekelompok orang yang menempati suatu tempat yang dibedakan
berdasarkan dengan jenis kelamin penduduk Data penduduk di desa Tibona Kec.
Bulukumpa Kab. Bulukumba berdasarkan jenis kelamin, yaitu :
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)


1 Laki-laki 2060 50,815

2 Perempuan 1994 49,185


Jumlah 4054 100
Sumber : Data Sekunder Praktek Lapang Sosiologi Peternakan, 2015.

Berdasarkan tabel... dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki sebanyak


2060 orang dengan persentase 50,815 % dan untuk data perempuan sebanyak 1994
orang dengan persentase 49,185 %. Persentase penduduk laki-laki lebih tinggi
disebabkan karena potensi kerja laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan.
9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel... Data penduduk di Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba

perempuan
jenis pekerjaan laki-laki(orang) (orang)

Petani 1000

buruh tani

buruh migran perempuan

buruh migran laki-laki 13 17


pegawai negeri sipil

pengrajin industri rumah


tangga 2

pedagang keliling 202

Peternak

Nelayan

Montir

dokter swasta

bidan swasta

perawat swasta 1000

pembantu rumah tangga 2

TNI 5

POLRI 8 2

pensiunan kecil dan


menengah 3

Pengacara

Notaries

dukun kampung terlatih 2

jasa pengobatan terlatih

dosen swasta
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Sapi Potong & Kerja. Kanisius. Yogyakarta

Anonimous. 2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial. Universitas Pendidikan


Indonesia. Bandung

http://hairararara.blogspot.com/2012/01/lapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat.html.
diakses pada tanggal 24 maret 2015 pukul 12.00

http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/09/diferensiasi-dan-stratifikasi-sosial.html.
diakses pada tanggal 02 april 2015 pukul 19.00

http://wulanastuti158.blogspot.com/2013/04/stratifikasi-sosial.html. diakses pada


tanggal 02 april 2015 pukul 19.30

http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/stratifikasi-sosial.html. diakses pada tanggal 02


april 2015 pukul 21.00
Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Erlangga. Jakarta

Herdiyanto, A. 2005. Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial. Diakses pada tanggal
15 maret 2015 dari http://110.139.54.15/dir/datapdf/DIFERENSIASI SOSIAL
DAN STRATIFIKASI SOSIAL.pdf.

Maryati, kun dan Juju Suryawati. 2001. Sosiologi. Erlangga. Jakarta

Moies, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial. Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung

Murdiyatmoko, Janu. 2003. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat.


Grafindo. Bandung

Murtidjo, B.A. 1990. Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta

Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2. Quadra. Jakarta

Pudjiastiti, Puline. 2006. Sosiologi XI. Grasindo. Bandung

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi. PT setia Purna Inves. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai