1
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Kemih Bawah
LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroanatomi Saluran Kemih Bawah
URETER
Perdarahan ureter terbagi 2, ureter atas oleh A. Renalis sedangkan ureter bawah
oleh A. Vesicalis Inferior. Untuk persarafan dilakukan oleh plexus hypogastricus
inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.
VESIKA URINARIA
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urineyang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter.Vesica urinaria ketika tidak sedang terisi oleh urin (kosong) memiliki
bagian :
2
1. Fundus vesicae : sisi berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal,
berhadapan dengan rectum. Pada pria dipisahkan dari rectum oleh fascia
rectovesicalis yang meliputi vesicular seminalis dan ampulla ductus deferens.
Sedangkan pada wanita dipisahkan dari rectum oleh fornix, portio supravaginalis.
2. Apex / vertex vesicae : terdapat plica umbilicalis mediana dan lig. Umbilicale
mediana.
3. Facies Superior : sisi berbentuk segitiga yang dibatasi oleh margo lateral di kedua
sisi lateralnya dan margo posterior di bagian dorsalnya. Terdapat fossa
paravesicalis (lekukan peritoneum di sebelah lateral margo lateral). Pada pria
menghadap colon sigmoid dan lengkung ileum. Sedangkan pada wanita
menghadap corpus uteri.
4. Facies Inferior : diliputi oleh fascia endopelvina. Terbagi atas 2 daerah :
5. Area prostatica : berhadapan langsung dengan prostat. Merupakan tempat
keluarnya urethra.
6. Facies inferolateral : dipisahkan dari sympisis pubis dan corpus os. Pubis oleh
spatium retropubica / cavum retzii
7. Cervix Vesicae / Collum vesicae : merupakan tempat bertemunya keduafacies
inferolateral. Pada pria menerus pada prostat. Sedangkan pada wanita terletak di
cranial m.pubococcygeus
8. Angulus posterosuperior : merupakan tempat bertemunya margo lateral dan
margo posterior. Merupakan tempat masuknya ureter
Vesica urinaria ketika penuh terisi oleh urinakan berbentuk oval dan memiliki bagian :
1. Facies Posterosuperior : bagian ini diliputi oleh peritoneum parietal. Padapria
dipisahkan dari rectum oleh excavatio retrovesicalis. Sedangkan padawanita
dipisahkan dari rectum oleh excavation vesicouterina, portio supravaginalis
cervicis uteri, fornix anterior vagina.
2. Facies Anteroinferior : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.
3. Facies Lateralis : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.
3
(lubang tempat masuknya ureter ke dalamVesica Urinaria) dan ostium urethra internum
(OUI) serta plica interureterica.
Pada pria trigonum Vesicae ini akan terfiksasi pada prostat. Sedangkan pada
wanita akan terfiksasi pada dinding anterior vagina. Mucosa pada trigonum Vesicae ini
akan melekat erat pada m. Trigonalis.
Vesica Urinaria bagian cranial divaskularisasi oleh 2 atau 3 a.vesicalis superior (cabang
dari a. umbilicalis). Sedangkan Vesica Urinaria bagian caudal dan cervix divaskularisasi
oleh a. vesicalis inferior. Pada wanita mendapatkan tambahan vaskularisasi dari a.
vaginalis. Pada bagian fundus vesicae pada pria divaskularisasi oleh a. deferentialis dan
pada wanita oleh a. vaginalis dan a. vesicalis inferior.Sedangkan aliran vena nya akan
bermuara pada plexus venosus prostaticus & vesicalis yang akan bermuara pada
v.hypogastrica.
Vesica Urinaria mendapatkan persarafan simpatik dari plexus hipogastricus
inferior yaitu : serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2 dan
serabut preganglioner parasimpatis N. cervicalis 2,3,4 melalui N. Splancnicus dan
plexus hypogastricus inferior mencapai dinding Vesica Urinaria. Persarafan ini
memberikan fungsi untuk menggiatkan m. spinchter interna dan menginhibisi m.
detrussor serta menghantarkan rasa nyeri dari Vesica Urinaria. Selain itu Vesica Urinaria
juga mendapatkan persarafan parasimpatik dari n. splanchnicus pelvicus Segmen Sacral
II-IV. Persarafan ini memberikan fungsi untuk merelaksasi sfingter interna,
menggiatkan m.detrussor, menghantarkan peregangan dinding Vesica Urinaria dan
mengosongkan Vesica Urinaria.
URETRA
Urethra Masculina
4
Urethra pars prostatica
Urethra pars prostatica ini terletak di dalam
Prostat. Urethra pars prostatica memiliki
panjang sekitar 3 cm. Di dalam prostat,
urethra menerima sepasang ductus
ejaculatorius yang merupakan
penyatuanantara ductus ekskretorius dan
ductus vesicular seminalis. Selain itu,
urethra pars prostatica juga mendapatkan
muara dari ductus-ductus dari kelenjar
prostat itu sendiri.
Urethra Feminina
Urethra pada wanita hanya berukuran 3,75 -
5cm, berbentuk lurus dan mudah
diregangkan. Karena alasan ini pulalah yang
menyebabkan wanita sering mengalami
Infeksi Saluran Kemih (ISK). Urethra akan
berakhir pada Orificium (Ostium) Urethra
Externum (OUE) pada vestibulum vagina.
Perdarahan Urethradi urus oleh cabang
cabang arteria pudenda interna
1. Dorsalis penis
2. Bulbo Urethralis
Persarafan Urethra di urus oleh cabang
cabang N. Pudendus ke N. Dorsalis penis.
URETER
5
1. Terdiri dari lapisan mukosa,muskularis dan adeventisia.
Vesika Urinaria
1. Pars Prostatica
a. Paling dekat ke vesica urinaria
b. Ductus ejaculatorius bermuara dekat
verumontanum,tonjolan ke dalam lumen.
c. Dilapisi epitel transitional
2. Pars Membranosa
a. Dilapisi epitel bertingkat torak
b. Dibungkus oleh sphinter urethra
externa(voluntary)
3. Pars bulbosa/Spongiosa
a. Terletak dalam corpus spongiosum penis
b. Dilapisi epitel bertingkat torak di beberapa tempat terdapat epitel berlapis
gepeng
4. Pars Pendulosa
a. Ujung distal lumen urethra melebar : fossa navicularis
b. Kelenjar littre,kelenjar mukosa yang terdapat di sepanjang urethra,terutama pars
pendulosa
6
Urethra Pada Perempuan
7
berubah menjadi kelenjar Littre
gepeng berlapis
seperti
permukaan glans
penis
8
Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari traktus urinarius
yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz menggambarkan suatu nukleus pada kornu
ventralis medula spinalis pada S2, S3, dan S4. Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai
nukleus Onuf, mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter
anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior
lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan
bahwa lebih bersifat skeletomotor dibandingkan persarafan perineal parasimpatis
preganglionik. Serabut motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 kedalam N.
pudendus dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang
perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik
sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah.
9
sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya
kandung kencing yang hiperrefleksi.
Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
Sensasi kandung kemih harus intak
Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun
volume urine bertambah.
Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat terjadi peninggian
tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.
Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter.
Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu
peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan
tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan
spingter eksterna berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra
atau menghentikan aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan
10
untuk mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang
dewasa dapat menahan kencing sampaiada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih
uretra wanita kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra lakilaki
dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus.
(Tanagho,1995;Turek,1993)
Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali
reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk
berkemih di pons dan daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat
berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter
reflek pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu
pengeluaran urine dengan menaikkan tekanan intra abdomen. Residual urine yaitu jumlah
sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin ini dapat dihitung dengan pengukuran
langsung yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto
post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang
pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari
100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita
prostat hipertrofi. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan
apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter
(internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli. Tekanan
uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan didalam kandung
kemih naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra. (Rochani,
2000).
11
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian
dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis(infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang
air kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil
(atau keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di
samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi
samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut adalah
Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab
meskipun jarang.
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatiftersebut, ternyataEscherichia colimenduduki tempat teratas kemudian diikuti
oleh :
a. Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK
sedangkan EnterococcidanStaphylococcus aureussering ditemukan pada pasien
dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan
hiperplasia prostat atau pada pasienyang menggunakan kateter urin. Demikian juga
denganPseudomonas aeroginosadapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira
25% pasien demam tifoid dapat diisolasisalmonelladalam urin. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen
adalahbrusella,nocardia,actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.Candida
spmerupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien yang
menggunkan kateter urin atau pasien yang mendapat pengobatn antibiotic spectrum
luas. Jenis Candida yang palingsering ditemukan adalah Candida albican dan
Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :
1. Bendungan aliran urin
a. Anomali kongenital ; Batu saluran kemih
b. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
a. Neurogenic bladder
b. Striktura uretra
c. Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi uretra
c. Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
a. Faktor statis dan bendungan
b. PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Senggama
12
LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih
Usia
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan lebih banyak
yang terkena ISk dibandingkan laki-laki.
Gender
ISk berulang pada laki-laki jarang dilaporkan. Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih
sering ditemukan pada perempuan.
Faktor Pencetus
Litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes
mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesic, penyakit sickle cell, senggama,
kehamilan, dan peserta KB dengan tablet progesterone, kateteresasi
Secara Anatomi
A. Perempuan :
a. Sistitis : infeksi VU bermakna
b. Sindrom Uretra akut : presentasi sistitis tanpa ditemukan MO (steril)
B. Laki-laki :
a. Sistitis
b. Prostatitis
Prostatitis akut disebabkan oleh infeksi akut pada kelenjar prostat
seluruh, mengakibatkan demam dan rasa sakit lokal. Mikroskopis, infiltrat
neutrophilic, edema difus, dan microabscesses dapat dilihat, yang dapat
bergabung menjadi koleksi yang lebih besar.
Prostatitis kronis dapat disebabkan oleh penyakit inflamasi
yang penyebab paling umum adalah dari kekambuhan infeksi saluran urin pada
pria.
c. Orchitis
Orkitis adalah salah satu infeksi genitourinari beberapa hasil dari patogen
virus.
d. Epididimitis
Epididimitis adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi atau
peradangan pada epididimis. Kondisi ini adalah penyebab paling umum dari
skrotum akut pada populasi pria dewasa. Komplikasi jangka panjang termasuk
abses, infark, kambuh, sakit kronis, dan infertilitas
e. Ureteritis
2. ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
13
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Secara Klinis
1. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang
tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
2. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada
anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.
14
Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur,
urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak
biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri
uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi
kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter.
Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut.
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi
sebagai anti bakteri. Ketika seseorang mencoba untuk menahan kencing agar tidak
ngompol, dimana kontraksi otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal
ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Dan
akhirnya menyebabkan robeknya lapisan glycoprotein mucin layer sehingga bakteri
dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel
dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter
dan sampai keginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks
vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang terinfeksi, dapat
mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi
terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi
(dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan
(hematuria).
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi
ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal,
ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial,
akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya
produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak,
mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).
LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi Saluran
Kemih
1. Tanda dan Gejala, bergantung pada organ saluran kemih yang terkena
15
Pielonefritis akut
- Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen, dan diare. Dapat ditemukan
gejala sistitis.
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut kostovertebral atau palpasi
abdomen dalam.
- Urinalisis ditemukan silinder leukosit.
Prostatitis
- Akut: nyeri pada perineum, demam, dan prostat yang membengkak pada
pemeriksaan.
- Kronis: gejala serupa sistitis, pancaran urin lemah, sulit mulai buang air
kecil
Sistitis
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif.
- Trias: disuria, frekuensi, urgensi
- Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi sebagai nyeri pinggang
bawah.
- Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30% kasus.
- Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
Uretritis
- LUTS iritatif
- Disuria, frekuensi, piuria
2. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis: piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit (+), leukosit >5/LPB
b. Kultur urin (dari urin porsi tengah atau sam ple diambil langsung dari kateter)
dapat menegakkan diagnosis definitive ISK apabila:
- Jumlah koloni 100.000/ml dari jenis sample apapun. Apabila
didapatkan jumlah koloni >100.000/ml tapi banyak spesies bakteri
ditemukan, kemungkinan sample mengalami kontaminasi.
- Pada pasien simtomatik, jumlah koloni 100-10.000/ml mungkin
mengindikasikan infeksi.
- urin berasal dari pungsi suprapubik; berapapun jumlah koloni.
- Urin berasal dari kateter, jumlah koloni 1000/ml.
c. Kultur darah untuk pasien yang demam tinggi atau dicurigai mengalami
komplikasi.
d. Pada pasien dicurigai prostatitis, specimen yang diambilL urin pertama kali
pagi hari, porsi tengah, dan urin setelah masase prostat.
e. Pencitraan: USG ginjal, CTscan abdomen, sistografi
f. Pada perempuan hamil dan pasien yang menjalani operasi urologi selalu
curiga kemungkinan adanya ISK asimtomatik.
Diagnosis Banding
1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis
interstisial ( PBS / IC).
16
2. Gagal Ginjal karena Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
signifikan; , pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau
sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke
saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya
adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak
usia jaringan parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal
ke meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran
kemih, kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian.Gejala
hematuria mungkin ada dengan atau tanpa infeksi.
17
18
Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)
19
Sistitis akut E.coli, Nitrofurantion,
S.saprophyticus, ampisilin, trimetroprim
kuman gram negative
lainnya
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat
SULFONAMID
Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA(p-aminobenzoic-acid)untuk
membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide
merupakan penghambat kompetitif PABA.
20
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik,
karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung
basa purin dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim menyebabkan hambatan berangkai dalam
reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa
jenis sulfa di absorpsi di lambung.
Distribusi: Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam
derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu
berguna untuk infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik
pada janin.
Sulfonamide di bagi ke dalam 4 golongan besar:
1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat
2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya
dalam lumen usus
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topicalsulfasetamid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang
SULFADOKSIN
Efek samping
1. Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala
reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan. Dan tidak
diberikan lagi.
2. Gangguan system hematopoetik: anemia hemolitik akut, Agranulositosis
(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala HPS.
3. Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
4. Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe stevens-
johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke tujuh
sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan erupsi
kulit, semuanya bersifat reversible).
5. Lain2:mual dan muntah
6. Tidak diberikan pada wanita hamil aterm
CORTIMOKSAZOL
1. Trimetropin + sulfametoksazol
2. Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus, S.viridans,
dll
3. Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
21
4. Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis
a. Sulfo = hambat PABA,
b. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar dari
sulfa.
5. Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
6. E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena
sulfonamid
GOL. PENISILIN
Farmako dinamik :
a. penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri yang
penting untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
b. Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki penisilin.
Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan beratnya
infeksi.
Cara pemberian :
Ampisilin + sulbaktam IV, IM
Tikarsilin + as. klavulanat
Amoksisilin ORAL
Amoksisilin + as. klavulanat
Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di
absorpsi, absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung =
30-60 menit sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh,
penisilin bisa melewati sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP
Ekskresi : melalui ginjal
E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis
(metisilin), neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan karsilin =
antipseudomonas), toksisitas kation
a. Tidak bisa untuk kuman B-laktamase
b. Resistensi E.Coli
c. Efek samping : reaksi alergi , Syok anafilaksis umumnya tidak toksik pada manusia
d. Dapat di gunakan secara oral dan parenteral.
GOL. CEPHALOSPORIN
Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan
obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus ,
Providencia , Srratia , Dan Haemophillus Spesies.
22
Farmakodinamik :
Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)
Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)
a. Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui
empedu ke dalam feses
b. E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason = anti
vitamin K
2. Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi
3. Secara oral
4. Obat Mahal
GOL. TETRACYCLIN
1. Efektif untuk infeksi Chlamydia
2. Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.
3. Secara Oral
GOL. FLUOROKUINOLON
1. Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
2. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan
transkripsi dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman
dan bersifat bakterisid
Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit
yang terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat,
T1/2 panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal
sebagian empedu.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak
dan sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif
dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan
obat yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
1. Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh O2,
aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih tinggi),
aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang dibentuk
porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang periplasmik.
23
Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis protein
kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
2. Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral hanya
untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral, ikatan protein
rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam cairan otak sangat
terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200 mg/ml, gangguan ginjal
hambat ekskresi.
3. Efek samping : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
a. Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
b. Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
c. Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
ANTISEPTIK
1. Metenamin
a. Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada residu
kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
b. Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
c. E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran kemih,
proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
d. KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan bersama
sulfonamid.
e. Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
f. Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
a. Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK
menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam
antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
b. Untuk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
c. FK : lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat protein
plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
d. KI : Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil, bayi < 3
bulan anemia hemolitik
e. ES : mual, muntah dan siare ; sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
a. Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak efektif untuk
ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.
b. FD : hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap kuman penyebab
ISK, E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas resisten.
c. FK : per oral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah jadi asam
hidroksinalidiksat, masa penuh 11/2 2 jam
d. ES : mual, muntah, urtikaria ; diare demam fosfosensitivitas : sakit kepala,
ngantuk, vertigo, meningkat pada pasien epilepsi, parkinson.
e. KI : bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil : hati-hati untuk gangguan hati atau
ginjal : pembesaran dengan nitrofurantonin
24
f. Dosis : 4 x 500 mg/hr
4. Fosfomisin trometamin
a. Indikasi : ISK tanpa komplikasi ( Sistitis akut ) pada wanita yang disebabkan
oleh E.Coli dan E.Faeccalis
b. Efek samping : Diare , Mual , Sakit kepala , Vaginitis
c. FD : hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
d. FK : Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan menurunkan penyerapan,
tidak terikat protein plasma, ekskresi renal 38%, ekskresi di urin dan tinja
e. ES : mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita hamil,
f. Sediaan ; bubuk 3 gram dicampur air 100 ml tidak boleh dengan air panas
Perlu di perhatikan bahwa ada beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama
masa kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti
nitrofurantion, asam nalidik, dan tetrasiklin.
ISK bawah
Meliputi intake cairan yang banyak,antibiotik yang adekuat dan bila perlu terapi
simtomatik untuk alkalinisasi urin
Antibiotik
ISK ATAS
Terapi awal pemberian Antibiotik IV selama 48-72 jam
a) Fluoroquinolon
b) Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c) Sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida
25
o Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang
adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan
gagal ginjal kronik.
o ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
o ISK pada kehamilan normal : retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral
palsy, fetal death.
o Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran
kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan
gangguan fungsi ginjal.
o Sistitis emfisematosa , sering terjadi pada pasien DM.
o Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
o Abses perinefrik
26
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah)
5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau
penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess
nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan: ditemukan lebih 100.000 bakteri.
Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.
4. Tes Dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui
jenis bakteri.
5. Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning.
Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelainan
lainnya.
Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi:
1. Bakteriologi / biakan urin
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca keteterisasi urin.
Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif praktis digunakan
dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104 sampai 105 CFU (colony forming unit) kuman.
Media Pembiakan
Kultur (kultur : pembiakan mikroorganisme) yang negatif akan menyingkirkan diagnosis
infeksi saluran kemih. Sedangkan pada kultur yang positif, proses pengambilan contoh urin
harus diperhatikan. Jika kultur positif berasal dari aspirasi suprapubik atau kateterisasi, maka
hasil tersebut dianggap benar. Namun jika kultur positif diperoleh dari kantung penampung
urin, perlu dilakukan konfirmasi dengan kateterisasi atau aspirasi suprapubik. Media
pembiakan yang digunakan untuk kultur ini umumnya adalah agar darah/blood agar dan agar
mac conkey.
1. Agar darah
Salah satu agar pembiakan yang umum digunakan. Mengandung sel darah yang
dapat berasal dari hewan (misal: domba); banyak bakteri yang dapat tumbuh
pada media ini.
2. Agar mac conkey
Media agar ini adalah media yang spesifik untuk pertumbuhan bakteri gram negatif. Yang
paling umum adalah E. coli, yang mana pada agar ini akan terlihat sebagai suatu koloni
berwarna merah karena adanya indikator pH. Ada dua versi agar ini: pertama, adalah yang
27
ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan gula. Karena E.
coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna merah pada agar.
28
3. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari piuria
a. Urin tidak disentrifus (urin segar)
Piuria apabila terdapat 10 leukosit/mm3 urin dengan menggunakan kamar hitung.
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB) disebut sebagai piuria. Pada
pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan mikroskop fase kontras, jika terdapat
leukosit >2000/ml, eritrosit >8000/ml, dan casts leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai
infeksi saluran kemih.
c. Urin hasil aspirasi suprapubik
Disebut piuria jika didapatkan >800 leukosit/ml urin aspirasi supra pubik. Keadaan piuria
bukan merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya infeksi saluran kemih, tetapi
sensitif terhadap adanya inflamasi saluran kemih.
4. Tes Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess test),
dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%. Kegunaan
tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada infeksi saluran
kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam. Membedakan
bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria berarti inflamasi, bila
hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria dengan bakteriuria disertai tes
nitrit yang positif adalah infeksi saluran kemih.
5. Lokalisasi infeksi
Tes ini dilakukan dengan indikasi:
a. Setiap infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda tanda sepsis.
b. Setiap episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c. Wanita dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan faal ginjal.
d. Biakan urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk mengetahui etiologi infeksi
saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria, sekaligus memperkirakan prognosis, dan untuk
panduan terapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa infeksi saluran kemih atas lebih mudah
menjadi infeksi saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes noninvasif pembeda infeksi saluran
kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated Bacteria). Pemeriksaan ini
berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari saluran kemih atas umumnya diselubungi
antibody, sementara bakteri dari infeksi saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih
dianjurkan untuk studi epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
Identifikasi / lokalisasi sumber infeksi:
a. Non invasif
Imunologik
ACB (Antibody-Coated Bacteria)
Autoantibodi terhadap protein saluran Tam-Horsfall
Serum antibodi terhadap antigen polisakarida
Komplemen C
Nonimunologik
Kemampuan maksimal konsentrasi urin
Enzim urin
Protein Creaktif
Foto polos abdomen
Ultrasonografi; CT Scan
29
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Bakteriuria polimikrobial / relaps setelah terapi (termasuk pada terapi tunggal)
b. Invasif
Pielografi IV / Retrograde / MCU
Kultur dari bahan urin kateterisasi ureteroan bilasan kandung kemih
Biopsi ginjal (kultur pemeriksaan imunofluoresens)
30
PENGERTIAN SALISUL-BAUL
Menurut mazhab Hanafisalisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air
kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret
yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Hanbalisalisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air
kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Malikisalisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti
keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau
sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing
tersebut tidak jatuh ke tempat shalat
Orang yang terkena penyakit Salisul Baul hukumnya sama dengan wanita istihadhah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada wanita yang terkena istihadhah:
Sesungguhnya itu darah yang keluar dari urat, bukan darah haid. Jika tiba masa haid,
hendaklah ia meninggalkan shalat. Jika masa haid telah selesai, cucilah darahnya darimu
lalu shalatlah.
Hukum bagi orang yang memiliki udzur untuk meringankan kesulitannya. Syariat telah
datang untuk menghilangkan kesulitan dari umat ini, sebagaimana firman Allah Subhaanahu
wa Taala:
31
Cara bersuci dan mandi bagi penderita salisul baul (tidak dapat menahan kencing), atauterlalu
sering buang angin.
1. Hendaklah berwudhu setiap kali tiba waktu shalat lalu mengerjakan shalat dengan wudhu
tersebut hingga tiba waktu shalat berikutnya.
2. Wudhu tidak batal karena kencing atau angin yang keluar, meskipun keluar pada waktu
shalat, sebab ia tidak mampu menahannya dan tidak ada jalan untuk menghentikannya.
Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu terus mengerjakan shalat sementara darah
mengalir dari lukanya. Sebab darah itu terus mengucur dalam jangka waktu yang tidak bisa
ditentukan. Demikian juga kencing tersebut barangkali terus menerus keluar.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan wanita yang mengalami istihadhah agar berwudhu setiap kali hendak shalat.
Demikian pula hukumnya atas orang yang hadasnya terus menerus keluar. Misalnya nanah,
salisul baul, buang angin terus menerus dan lain sebagainya.
32