Anda di halaman 1dari 32

SASARAN BELAJAR

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Kemih Bawah


LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroanatomi Saluran Kemih Bawah
LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroanatomi Saluran Kemih Bawah
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Infeksi Saluran Kemih
LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih
LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Infeksi Saluran
Kemih
LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih
LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi Saluran
Kemih
LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
LO.3.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih
LO.3.11. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang
LI.5. Memahami dan Menjelaskan Salasil Baul Rukshah dalam Taharah

1
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Kemih Bawah
LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroanatomi Saluran Kemih Bawah

URETER

Ureter adalah lanjutan dari renal


pelvis yang panjangnya antara 10 sampai
12 inchi (25-30 cm), dan diameternya
sekitar 1 mm sampai 1 cm. Ureter terdiri
atas dinding luar yang fibrus, lapisan
tengah yang berotot, dan lapisan mukosa
sebelah dalam. Ureter terdiri dari 2
bagian yaitu pars abdominalis pada
cavum abdominalis dan pars pelvica
pada rongga panggul (pelvis).Pars
abdominalis berubah menjadi pars
pelvica setelah menyilang melewati
arteri illiaca communis.
Ureter berfungsi untuk
menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih. Gerakan peristaltik mendorong urine
melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran,
melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Jalan ureter pada pria dan
wanita berbeda terutama pada daerah pelvis karena ada alat-alat yang berbeda pada
panggul. Pada pria ureter menyilang superficial didekat ujungnya didekat duktus
deferen, sedangkan wanita ureter lewat diatas fornix lateral vagina namun dibawah lig.
Cardinal atau A. Uterina.
Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan anatomis, yaitu :
1. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis
sampai bagian ureter yang mengecil
2. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri iliaka
3. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika urinaria
(kandung kemih).

Perdarahan ureter terbagi 2, ureter atas oleh A. Renalis sedangkan ureter bawah
oleh A. Vesicalis Inferior. Untuk persarafan dilakukan oleh plexus hypogastricus
inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.

VESIKA URINARIA
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urineyang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter.Vesica urinaria ketika tidak sedang terisi oleh urin (kosong) memiliki
bagian :

2
1. Fundus vesicae : sisi berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal,
berhadapan dengan rectum. Pada pria dipisahkan dari rectum oleh fascia
rectovesicalis yang meliputi vesicular seminalis dan ampulla ductus deferens.
Sedangkan pada wanita dipisahkan dari rectum oleh fornix, portio supravaginalis.
2. Apex / vertex vesicae : terdapat plica umbilicalis mediana dan lig. Umbilicale
mediana.
3. Facies Superior : sisi berbentuk segitiga yang dibatasi oleh margo lateral di kedua
sisi lateralnya dan margo posterior di bagian dorsalnya. Terdapat fossa
paravesicalis (lekukan peritoneum di sebelah lateral margo lateral). Pada pria
menghadap colon sigmoid dan lengkung ileum. Sedangkan pada wanita
menghadap corpus uteri.
4. Facies Inferior : diliputi oleh fascia endopelvina. Terbagi atas 2 daerah :
5. Area prostatica : berhadapan langsung dengan prostat. Merupakan tempat
keluarnya urethra.
6. Facies inferolateral : dipisahkan dari sympisis pubis dan corpus os. Pubis oleh
spatium retropubica / cavum retzii
7. Cervix Vesicae / Collum vesicae : merupakan tempat bertemunya keduafacies
inferolateral. Pada pria menerus pada prostat. Sedangkan pada wanita terletak di
cranial m.pubococcygeus
8. Angulus posterosuperior : merupakan tempat bertemunya margo lateral dan
margo posterior. Merupakan tempat masuknya ureter

Vesica urinaria ketika penuh terisi oleh urinakan berbentuk oval dan memiliki bagian :
1. Facies Posterosuperior : bagian ini diliputi oleh peritoneum parietal. Padapria
dipisahkan dari rectum oleh excavatio retrovesicalis. Sedangkan padawanita
dipisahkan dari rectum oleh excavation vesicouterina, portio supravaginalis
cervicis uteri, fornix anterior vagina.
2. Facies Anteroinferior : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.
3. Facies Lateralis : bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.

Lapisan Vesica Urinaria (VU) dari luar ke dalam :


Tunica Serosa (Peritoneum Parietal) Tela Subserosa (Fascia Endopelvina) Tunica
Muscularis (m. detrussor) Tela Submucosa Tunica Mucosa.
Pada bagian dalam dari Vesica Urinaria terdapat sebuah area yang disebut dengan
Trigonum Vesicae. Trigonum Vesicae ini dibentuk oleh sepasang ostium ureteris

3
(lubang tempat masuknya ureter ke dalamVesica Urinaria) dan ostium urethra internum
(OUI) serta plica interureterica.
Pada pria trigonum Vesicae ini akan terfiksasi pada prostat. Sedangkan pada
wanita akan terfiksasi pada dinding anterior vagina. Mucosa pada trigonum Vesicae ini
akan melekat erat pada m. Trigonalis.
Vesica Urinaria bagian cranial divaskularisasi oleh 2 atau 3 a.vesicalis superior (cabang
dari a. umbilicalis). Sedangkan Vesica Urinaria bagian caudal dan cervix divaskularisasi
oleh a. vesicalis inferior. Pada wanita mendapatkan tambahan vaskularisasi dari a.
vaginalis. Pada bagian fundus vesicae pada pria divaskularisasi oleh a. deferentialis dan
pada wanita oleh a. vaginalis dan a. vesicalis inferior.Sedangkan aliran vena nya akan
bermuara pada plexus venosus prostaticus & vesicalis yang akan bermuara pada
v.hypogastrica.
Vesica Urinaria mendapatkan persarafan simpatik dari plexus hipogastricus
inferior yaitu : serabut post ganglioner simpatis glandula para vertebralis L1-2 dan
serabut preganglioner parasimpatis N. cervicalis 2,3,4 melalui N. Splancnicus dan
plexus hypogastricus inferior mencapai dinding Vesica Urinaria. Persarafan ini
memberikan fungsi untuk menggiatkan m. spinchter interna dan menginhibisi m.
detrussor serta menghantarkan rasa nyeri dari Vesica Urinaria. Selain itu Vesica Urinaria
juga mendapatkan persarafan parasimpatik dari n. splanchnicus pelvicus Segmen Sacral
II-IV. Persarafan ini memberikan fungsi untuk merelaksasi sfingter interna,
menggiatkan m.detrussor, menghantarkan peregangan dinding Vesica Urinaria dan
mengosongkan Vesica Urinaria.

Sintopi Vesica Urinaria


Vertex Lig. umbilical medial
Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri,
excav. vesicouterina
(perempuan)
Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

URETRA

1. Saluran terakhir dari sistem urinarius


2. Mulai dari orificium urethra internum sampai orificium urethra externum
3. Pada laki-laki lebih panjang dari perempuan (L=18-20 cm, P=3-4 cm)

Urethra Masculina

4
Urethra pars prostatica
Urethra pars prostatica ini terletak di dalam
Prostat. Urethra pars prostatica memiliki
panjang sekitar 3 cm. Di dalam prostat,
urethra menerima sepasang ductus
ejaculatorius yang merupakan
penyatuanantara ductus ekskretorius dan
ductus vesicular seminalis. Selain itu,
urethra pars prostatica juga mendapatkan
muara dari ductus-ductus dari kelenjar
prostat itu sendiri.

Urethra pars membranosa


Urethra pars membranosa merupakan bagian
urethra yang paling pendek (1-2cm) dan juga
paling sempit. Urethra pars membranosa
terbentang dari apex prostat sampai ke bulbus penis. Urethra pars membranosa terletak
di dalam diaphragma pelvis (diaphragma urogenitalia). Urethra bagian ini berdinding
tipis dan dikelilingi oleh m. sfingter urethra externa dan merupakan bagian yang mudah
robek saat dilakukan kateterisasi urin.

Urethra pars spongiosa


Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra yang terpanjang (15 cm) terletak di
dalam bulbus penis, corpus spongiosum dan glans penis.Urethra pars spongiosa juga
dimuarai oleh ductus glandula bulbourethralis dan lacuna urethralis yang merupakan
muara dari ductus glandula urethralis. Terdapat 2 buah pelebaran yakni fossa
intrabulbaris (pelebaran pada bulbus penis) dan fossa navicularis (pelebaran pada glans
penis). Urethra pars spongiosa kemudian akan berakhir pada Orificium (ostium) urethra
externum (OUE) pada glans penis.

Urethra Feminina
Urethra pada wanita hanya berukuran 3,75 -
5cm, berbentuk lurus dan mudah
diregangkan. Karena alasan ini pulalah yang
menyebabkan wanita sering mengalami
Infeksi Saluran Kemih (ISK). Urethra akan
berakhir pada Orificium (Ostium) Urethra
Externum (OUE) pada vestibulum vagina.
Perdarahan Urethradi urus oleh cabang
cabang arteria pudenda interna
1. Dorsalis penis
2. Bulbo Urethralis
Persarafan Urethra di urus oleh cabang
cabang N. Pudendus ke N. Dorsalis penis.

LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroanatomi Saluran Kemih Bawah

URETER

5
1. Terdiri dari lapisan mukosa,muskularis dan adeventisia.

2. Tunika mukosa mempunyai Lamina propia berupa


jaringan ikat jarang dibawahepitel

3. Tunika muskularis terdiri dari 3 lapisan otot polos ,yaitu :


sebelah dalam berjalan longitudinal,di bagian tengah
sirkular dan di sebelah luar longitudinal.

Vesika Urinaria

1. Disusun oleh 3 lapisan ,yaitu: Lapisan mukosa,lapisan muskular dan lapisan


adventisia/serosa.
2. Lapisan sel yang menyusun epitel yang terenggang
dapat ditemukan sel payung dengan dindiing
apikalnya berwarna asidofil.
3. Dibawah epitel terdapat lamina propia.
4. Tunika muskularis : tersusun oleh lapisan-lapisan otot
polos yang berjalan ke berbagai arah.
5. Tunika adventasia : berupa jaringan ikat,sebagia
vesika urinaria ditutupi oleh loritoneum(serosa).

Urethra Pada Laki-Laki

1. Pars Prostatica
a. Paling dekat ke vesica urinaria
b. Ductus ejaculatorius bermuara dekat
verumontanum,tonjolan ke dalam lumen.
c. Dilapisi epitel transitional

2. Pars Membranosa
a. Dilapisi epitel bertingkat torak
b. Dibungkus oleh sphinter urethra
externa(voluntary)

3. Pars bulbosa/Spongiosa
a. Terletak dalam corpus spongiosum penis
b. Dilapisi epitel bertingkat torak di beberapa tempat terdapat epitel berlapis
gepeng

4. Pars Pendulosa
a. Ujung distal lumen urethra melebar : fossa navicularis
b. Kelenjar littre,kelenjar mukosa yang terdapat di sepanjang urethra,terutama pars
pendulosa

6
Urethra Pada Perempuan

Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan


tanduk ,di beberapa tempat terdapat epitel
bertingkat torak. Dipertengahan urethra terdapat
sphinter externa (muskular bercorak).

Daerah Epitel Lamina Propria Lapisan muskularis


Kandung Transisional, dalam Jaringan ikat 3 lapisan yang tidak
kemih/vesika keadaan fibroelastik yang beraturan terdiri atas
urinaria kosong lapisan sel banyak berkas otot polos yang
epitel 5-6, mengandung yang saling
bila penuh, 3-4 pembuluh darah menganyam, mirip
lapisan. dengan yang
Daerah trigonum: ditemukan pada
area miometrium uterus
segitiga, 2 titik
ujungnya =
muara ureter, 1 lagi
=
pembukaan ke
uretra
Uretra Transisional pada Jaringan ikat Lapis longitudinal
perempuan pangkal fibroelastik yang dalam, sirkular luar;
dekat vesika; vaskular; kelenjar sfingter otot skeletal
sisanya gepeng mukus Littre melingkari uretra pada
berlapis diafragma urogenital
(dasar panggul)
Uretra pars Transisional dekat Stroma Lapisan otot polos:
prostatik kandung fibromuskular Longitudinal dalam,
lelaki kemih; kemudian kelenjar prostat; luar sirkular.
silindris beberapa kelenjar
berlapis atau mukus Littre
bertingkat
Uretra pars Kolumnar/silindris Stroma Serat otot bercorak
membranosa berlapis fibroelastik; diafragma urogenital
atau bertingkat dengan sedikit membentuk sfingter
kelenjar mukus eksternus
Littre
Uretra pars Silindris/kolumnar Digantikan oleh Digantikan oleh seratserat
kavernosa berlapis korpus otot polos,
atau bertingkat; spongiosum trabekula pembatas
pada fossa (kavernosum ruang vaskular
navikularis, uretra); banyak jaringan erektil

7
berubah menjadi kelenjar Littre
gepeng berlapis
seperti
permukaan glans
penis

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih


A. Struktur otot detrusor dan sfingter
Susunan sebagian besar otot polos kandung kencing sedemikian rupa sehingga bila
berkontraksi akan menyebabkan pengosongan kandung kencing. Pengaturan serabut detrusor
pada daerah leher kandung kencing berbeda pada kedua jenis kelamin, pria mempunyai
distribusi yang sirkuler dan serabut-serabut tersebut membentuk suatu sfingter leher kandung
kencing yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd sfingter interna yang
ekivalen. Sfingter uretra (rhabdosfingter) terdiri dari serabut otot luruk berbentuk sirkuler.
Pada pria, rhabdosfingter terletak tepat di distal dari prostat sementara pada wanita
mengelilingi hampir seluruh uretra. Rhabdosfingter secara anatomis berbeda dari otot-otot
yang membentuk dasar pelvis. Pemeriksaann EMG otot ini menunjukkan suatu discharge
tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter pada awal proses miksi.

B. Persarafan dari kandung kencing dan sfingter

1. Persarafan parasimpatis (N.pelvikus)


Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari neuron preganglion
parasimpatis dengan badan sel terletak pada kolumna intermediolateral medula spinalis antara
S2 dan S4. Neuron preganglionik keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior
dan mengirim akson melalui N. pelvikus ke pleksus parasimpatis pelvis. Ini merupakan suatu
jaringan halus yang menutupi kandung kencing dan rektum. Serabut postganglionik pendek
berjalan dari pleksus untuk menginervasi organ organ pelvis. Tak terdapat perbedaan khusus
post junctional antara serabut post ganglionik dan otot polos dari detrusor. Sebaliknya,
serabut post ganglionik mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung
vesikel dimana asetilkolin dilepaskan. Meskipun pada beberapa spesies transmiter
nonkolinergik nonadrenergik juga ditemukan,keberadaannya pada manusia diragukan.

2. Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral)


Kandung kencing menerima inervasi simpatis dari rantai simpatis torakolumbal
melalui hipogastrik. Leher kandung kencing menerima persarafan yang banyak dari sistem
saraf simpatis dan pada kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis,
sedangkan peran sistim simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi lumbal
saja tidak berpengaruh pada kontinens atau miksi meskipun pada umumnya akan
menimbulkan ejakulasi retrograd. Leher kandung kencing pria banyak mengandung mervasi
noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi menyebabkan penutupan dari leher
kandung kencing untuk mencegah ejakulasi retrograde.

3. Persarafan somantik (N.pudendus)

8
Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari traktus urinarius
yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz menggambarkan suatu nukleus pada kornu
ventralis medula spinalis pada S2, S3, dan S4. Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai
nukleus Onuf, mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter
anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior
lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan
bahwa lebih bersifat skeletomotor dibandingkan persarafan perineal parasimpatis
preganglionik. Serabut motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 kedalam N.
pudendus dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang
perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik
sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah.

4. Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah


Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada pleksus
suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. Karena banyak dari serabut ini
mengandung substansi P, ATP atau calcitoningene-related peptide dan pelepasannya dapat
mengubah eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik
motorik daripada sensorik murni. Ketiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal,
parasimpatis sakral dan pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang
berjalan dalam n. pelvikus dan membawa sensasi dari distensi kandung kencing tampaknya
merupakan hal yang terpenting pada fungsi kandung kencing yang normal. Akson aferen
terdiri dari 2 tipe, serabut C yang tidak bermyelin dan serabut A bermyelin kecil. Peran aferen
hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan beberapa sensasi dari
distensi kandung kencing dan nyeri. Aferen somatik pudendal menyalurkan sensasi dari
aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam
medula spinalis sakral sebagai aferen kandung kencing. Hal ini menggambarkan
kemungkinan dari daerah-daerah penting pada medula spinalis sakral untuk intergrasi
viserosomatik. Nathan dan Smith (1951) pada penelitian pasien yang telah mengalami
kordotomi anterolateral, menyimpulkan bahwa jaras asending dari kandung kencing dan
uretra berjalan di dalam traktus spiotalamikus. Serabut spinobulber pada kolumna dorsalis
mungkin juga berperan pada transmisi dari informasi aferen.

C. Hubungan dengan susunan saraf pusat


1. Pusat Miksi Pons
Pons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks spinal-bulberspinal atau
long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan bahwa pusat miksi pons
merupakan titik pengaturan (switch point) dimana refleks transpinal-bulber diatur sedemikian
rupa baik untuk pengaturan pengisian atau pengosongan kandung kencing. Pusat miksi pons
berperan sebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima input dari
daerah lain di otak

2. Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian anteromedial dari lobus
frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi, inkontinens, hilangnya

9
sensibilitas kandung kemih atau retensi urine. Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya
kandung kencing yang hiperrefleksi.

Pengisian Kandung Kemih


Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut-serabut spiral,
longitudinal dan sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi
peristalitik yang reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal
ke kandung kemih, dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan
gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding kandung kemih dan walaupun
disini tidak terdapat alat seperti spingter uretra, jalannya yang miring cenderung membiarkan
ureter tertutup, kecuali sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari
kandung kemih (Ganong,1983).

Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
Sensasi kandung kemih harus intak
Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan rendah walaupun
volume urine bertambah.
Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat terjadi peninggian
tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.
Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter.

Pengosongan Kandung Kemih


Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan
(pengisian) dan mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak. Aktifitsas sistem saraf
untuk kedua sistem ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu proses yang sangat
komplet dan masih banyak membingungkan. Berkemih dasarnya adalah suatu reflek spinal
yang dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak, seperti halnya perangsangan
defekasi, dan penghambatan ini volunter. Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak
menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal yang berarti, sampai kandung kemih benar-
benar terisi penuh. Seperti otot polos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat
elastis bila diregangkan. Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor
tekanan intra vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama
untuk berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal
dan muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor
mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang
terdapat pada sisi uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana
fungsi utamanyadiduga untuk mencegah refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu
ejakulasi (Ganong,1995).

Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah satu
peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang menyebabkan
tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya. Otot-otot perineal dan
spingter eksterna berkontraksi secara volunter yang mencegah urine masuk kedalam uretra
atau menghentikan aliran saat berkemih telah dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan

10
untuk mempertahankan spingter eksterna dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang
dewasa dapat menahan kencing sampaiada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih
uretra wanita kosong akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra lakilaki
dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo kavernosus.
(Tanagho,1995;Turek,1993)

Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali
reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk
berkemih di pons dan daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat
berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter
reflek pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu
pengeluaran urine dengan menaikkan tekanan intra abdomen. Residual urine yaitu jumlah
sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin ini dapat dihitung dengan pengukuran
langsung yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto
post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang
pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari
100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita
prostat hipertrofi. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan
apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi spingter
(internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-buli. Tekanan
uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan didalam kandung
kemih naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar melalui uretra. (Rochani,
2000).

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih


LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih (mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra). ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme
dalam urin. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan,
biasanya urin tidak mengandung bakteri.
Adanya bakteri dalam urin disebut bakteriuria.Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme lebih dari 105 colony forming units
(CFU) pada biakan urin.Bakteriuria bermakna tanpa disertai manifestasi klinis ISK
disebut bakteriuria asimptomatik.Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai
manifestasi klinis disebut bakteriuria simptomatik. ISK akan menunjukkan adanya
ketidaknyamanan dan rasa sakit berulang pada kandung kemih dan disekitar pelvis.

LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Infeksi Saluran Kemih

11
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian
dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis(infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang
air kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil
(atau keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di
samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi
samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut adalah
Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab
meskipun jarang.
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatiftersebut, ternyataEscherichia colimenduduki tempat teratas kemudian diikuti
oleh :
a. Escherichia Coli : 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK
sedangkan EnterococcidanStaphylococcus aureussering ditemukan pada pasien
dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan
hiperplasia prostat atau pada pasienyang menggunakan kateter urin. Demikian juga
denganPseudomonas aeroginosadapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira
25% pasien demam tifoid dapat diisolasisalmonelladalam urin. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen
adalahbrusella,nocardia,actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.Candida
spmerupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien yang
menggunkan kateter urin atau pasien yang mendapat pengobatn antibiotic spectrum
luas. Jenis Candida yang palingsering ditemukan adalah Candida albican dan
Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :
1. Bendungan aliran urin
a. Anomali kongenital ; Batu saluran kemih
b. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
a. Neurogenic bladder
b. Striktura uretra
c. Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi uretra
c. Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
a. Faktor statis dan bendungan
b. PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Senggama

12
LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih
Usia
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan lebih banyak
yang terkena ISk dibandingkan laki-laki.
Gender
ISk berulang pada laki-laki jarang dilaporkan. Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih
sering ditemukan pada perempuan.
Faktor Pencetus
Litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes
mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesic, penyakit sickle cell, senggama,
kehamilan, dan peserta KB dengan tablet progesterone, kateteresasi

LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Secara Anatomi

1. ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.

A. Perempuan :
a. Sistitis : infeksi VU bermakna
b. Sindrom Uretra akut : presentasi sistitis tanpa ditemukan MO (steril)
B. Laki-laki :
a. Sistitis
b. Prostatitis
Prostatitis akut disebabkan oleh infeksi akut pada kelenjar prostat
seluruh, mengakibatkan demam dan rasa sakit lokal. Mikroskopis, infiltrat
neutrophilic, edema difus, dan microabscesses dapat dilihat, yang dapat
bergabung menjadi koleksi yang lebih besar.
Prostatitis kronis dapat disebabkan oleh penyakit inflamasi
yang penyebab paling umum adalah dari kekambuhan infeksi saluran urin pada
pria.

c. Orchitis
Orkitis adalah salah satu infeksi genitourinari beberapa hasil dari patogen
virus.
d. Epididimitis
Epididimitis adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi atau
peradangan pada epididimis. Kondisi ini adalah penyebab paling umum dari
skrotum akut pada populasi pria dewasa. Komplikasi jangka panjang termasuk
abses, infark, kambuh, sakit kronis, dan infertilitas
e. Ureteritis

2. ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk

13
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

Secara Klinis

1. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang
tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
2. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada
anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung
kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesikouretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap
dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus sp yang
memproduksi urease.

LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Infeksi Saluran


Kemih
Infeksi dapat
terjadi melalui
penyebaran hematogen
(neonatus) atau secara
asending (anak-anak).
Faktor predisposisi
infeksi adalah fimosis,
alir-balik vesikoureter
(refluks vesikoureter),
uropati obstruktif,
kelainan kongenital
buli-buli atau ginjal,
dan diaper rash.
Patogenesis infeksi
saluran kemih sangat
kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor
organismenya. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika
urinaria atau dari uretra.

14
Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur,
urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Pada bayi dan anak anak
biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar secara asending. Bakteri
uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi
kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter.
Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut.
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi
sebagai anti bakteri. Ketika seseorang mencoba untuk menahan kencing agar tidak
ngompol, dimana kontraksi otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal
ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas, kemudian semuanya akan menyebabkan bakteriuria. Dan
akhirnya menyebabkan robeknya lapisan glycoprotein mucin layer sehingga bakteri
dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel
dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter
dan sampai keginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks
vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya buli buli yang terinfeksi, dapat
mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi
terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu miksi
(dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan
(hematuria).
Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi
ginjal. Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal,
ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial,
akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya
produk bakteri atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak,
mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).

LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih


Pyelonephritis Akut : panas tinggi (39,5-40,5C), disertai menggigil dan
sakit pinggang. Sering didahului gejala infeksi saluran
kemih bawah.
Infeksi saluran kemih bawah : sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, dan
stranguria (pengeluaran urin lambat dan nyeri).
Sindrom urethra akut : sulit dibedakan dengan cystitis. Sering ditemukan
pada perempuan usia 20-50 tahun. Hanya disuria dan
sering kencing serta bakteri di uri <100.000 koloni/ml
urin
Infeksi saluran kemih rekuren : terdiri dari 2 kelompok
a. Reinfeksi: episode infeksi dengan interval >6 minggu dengan mikroorganisme
yang berlainan.
b. Relapsing infection: setiap kali infeksi disebabkan oleh mikroorganisme yang
sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.

LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Infeksi Saluran
Kemih
1. Tanda dan Gejala, bergantung pada organ saluran kemih yang terkena
15
Pielonefritis akut
- Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen, dan diare. Dapat ditemukan
gejala sistitis.
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut kostovertebral atau palpasi
abdomen dalam.
- Urinalisis ditemukan silinder leukosit.
Prostatitis
- Akut: nyeri pada perineum, demam, dan prostat yang membengkak pada
pemeriksaan.
- Kronis: gejala serupa sistitis, pancaran urin lemah, sulit mulai buang air
kecil
Sistitis
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif.
- Trias: disuria, frekuensi, urgensi
- Nyeri suprapubik atau dapat bermanifestasi sebagai nyeri pinggang
bawah.
- Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin dapat berdarah pada 30% kasus.
- Kemerahan pada uretra atau area suprapubik.
Uretritis
- LUTS iritatif
- Disuria, frekuensi, piuria

2. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis: piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit (+), leukosit >5/LPB
b. Kultur urin (dari urin porsi tengah atau sam ple diambil langsung dari kateter)
dapat menegakkan diagnosis definitive ISK apabila:
- Jumlah koloni 100.000/ml dari jenis sample apapun. Apabila
didapatkan jumlah koloni >100.000/ml tapi banyak spesies bakteri
ditemukan, kemungkinan sample mengalami kontaminasi.
- Pada pasien simtomatik, jumlah koloni 100-10.000/ml mungkin
mengindikasikan infeksi.
- urin berasal dari pungsi suprapubik; berapapun jumlah koloni.
- Urin berasal dari kateter, jumlah koloni 1000/ml.
c. Kultur darah untuk pasien yang demam tinggi atau dicurigai mengalami
komplikasi.
d. Pada pasien dicurigai prostatitis, specimen yang diambilL urin pertama kali
pagi hari, porsi tengah, dan urin setelah masase prostat.
e. Pencitraan: USG ginjal, CTscan abdomen, sistografi
f. Pada perempuan hamil dan pasien yang menjalani operasi urologi selalu
curiga kemungkinan adanya ISK asimtomatik.

Diagnosis Banding

1. Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri berbagai
gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus, mikobakteri, klamidia,
jamur, schistosomal) dan tidak menular ( sistitis radiasi , kimia, autoimun,
hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan sindrom kandung kemih / sistitis
interstisial ( PBS / IC).

16
2. Gagal Ginjal karena Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang
signifikan; , pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric); sepsis, atau
sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.
3. Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung kemih ke
saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa kecil.Keberadaannya
adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang paling signifikan untuk anak
usia jaringan parut ginjal dan gejala sisa.
4. Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing, dari ginjal
ke meatus uretra.Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran
kemih, kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin, sepsis atau kematian.Gejala
hematuria mungkin ada dengan atau tanpa infeksi.

LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih

17
18
Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)

Jenis infeksi Penyebab tersering Pilihan antimikroba

19
Sistitis akut E.coli, Nitrofurantion,
S.saprophyticus, ampisilin, trimetroprim
kuman gram negative
lainnya

Pielonefritis akut E.coli, kuman gram Untuk pasien rawat:


negative lainnya,
Gentamisin(atau
Streptococcus
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol
parenteral, sefalosporin
generasi III, aztreonam

Untuk pasien berobat


jalan:

Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat

Prostatitis akut E.coli, kuman gram Kotrimoksazol atau


negative lainnya, fluorokuinolon, atau
E.faecalis aminoglikosid+ampisili
n parenteral

Prostatitis kronis E.coli, kuman gram Kotrimoksazol atau


negative lainnya, fluorokuinolon atau
E.faecalis trimetroprim

1. Yang termasuk aminoglikosida:gentamisin, tobramisin, netilmisin, dan amikasin


(streptomisin dan kanamisin tidak termasuk)
2. Yang termasuk sefalosporin generasi III:sefotaksim, sefoperazon, setriakson,
seftazidin, sefsulodin, moksalaktam, dll.
3. Yang termasuk fluorokuinolon:siprofloksasin, ofloksasin, pefloksasin, norfloksasin,
dll.

SULFONAMID
Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA(p-aminobenzoic-acid)untuk
membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide
merupakan penghambat kompetitif PABA.

20
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik,
karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung
basa purin dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim menyebabkan hambatan berangkai dalam
reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa
jenis sulfa di absorpsi di lambung.
Distribusi: Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam
derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu
berguna untuk infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik
pada janin.
Sulfonamide di bagi ke dalam 4 golongan besar:
1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat
2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya
dalam lumen usus
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topicalsulfasetamid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang

SULFADOKSIN
Efek samping
1. Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala
reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan. Dan tidak
diberikan lagi.
2. Gangguan system hematopoetik: anemia hemolitik akut, Agranulositosis
(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala HPS.
3. Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
4. Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe stevens-
johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke tujuh
sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan erupsi
kulit, semuanya bersifat reversible).
5. Lain2:mual dan muntah
6. Tidak diberikan pada wanita hamil aterm

CORTIMOKSAZOL
1. Trimetropin + sulfametoksazol
2. Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus, S.viridans,
dll
3. Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin

21
4. Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis
a. Sulfo = hambat PABA,
b. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar dari
sulfa.
5. Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
6. E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena
sulfonamid

GOL. PENISILIN
Farmako dinamik :
a. penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri yang
penting untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
b. Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki penisilin.
Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan beratnya
infeksi.
Cara pemberian :
Ampisilin + sulbaktam IV, IM
Tikarsilin + as. klavulanat
Amoksisilin ORAL
Amoksisilin + as. klavulanat
Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di
absorpsi, absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung =
30-60 menit sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh,
penisilin bisa melewati sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP
Ekskresi : melalui ginjal
E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis
(metisilin), neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan karsilin =
antipseudomonas), toksisitas kation
a. Tidak bisa untuk kuman B-laktamase
b. Resistensi E.Coli
c. Efek samping : reaksi alergi , Syok anafilaksis umumnya tidak toksik pada manusia
d. Dapat di gunakan secara oral dan parenteral.

GOL. CEPHALOSPORIN
Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan
obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus ,
Providencia , Srratia , Dan Haemophillus Spesies.

22
Farmakodinamik :
Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)
Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)
a. Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui
empedu ke dalam feses
b. E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason = anti
vitamin K
2. Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi
3. Secara oral
4. Obat Mahal
GOL. TETRACYCLIN
1. Efektif untuk infeksi Chlamydia
2. Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.
3. Secara Oral
GOL. FLUOROKUINOLON
1. Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
2. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan
transkripsi dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman
dan bersifat bakterisid
Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit
yang terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat,
T1/2 panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal
sebagian empedu.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak
dan sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif
dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan
obat yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
1. Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh O2,
aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih tinggi),
aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang dibentuk
porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang periplasmik.

23
Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis protein
kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
2. Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral hanya
untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral, ikatan protein
rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam cairan otak sangat
terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200 mg/ml, gangguan ginjal
hambat ekskresi.
3. Efek samping : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
a. Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
b. Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
c. Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
ANTISEPTIK
1. Metenamin
a. Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada residu
kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
b. Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
c. E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran kemih,
proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
d. KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan bersama
sulfonamid.
e. Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
f. Oral 4 x 1 gram/hari

2. Nitrofrantoin
a. Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK
menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam
antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
b. Untuk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
c. FK : lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat protein
plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
d. KI : Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil, bayi < 3
bulan anemia hemolitik
e. ES : mual, muntah dan siare ; sakit kepala vertigo, nyeri otot.

3. Asam nalidiksat
a. Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak efektif untuk
ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.
b. FD : hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap kuman penyebab
ISK, E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas resisten.
c. FK : per oral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah jadi asam
hidroksinalidiksat, masa penuh 11/2 2 jam
d. ES : mual, muntah, urtikaria ; diare demam fosfosensitivitas : sakit kepala,
ngantuk, vertigo, meningkat pada pasien epilepsi, parkinson.
e. KI : bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil : hati-hati untuk gangguan hati atau
ginjal : pembesaran dengan nitrofurantonin

24
f. Dosis : 4 x 500 mg/hr

4. Fosfomisin trometamin
a. Indikasi : ISK tanpa komplikasi ( Sistitis akut ) pada wanita yang disebabkan
oleh E.Coli dan E.Faeccalis
b. Efek samping : Diare , Mual , Sakit kepala , Vaginitis
c. FD : hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
d. FK : Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan menurunkan penyerapan,
tidak terikat protein plasma, ekskresi renal 38%, ekskresi di urin dan tinja
e. ES : mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita hamil,
f. Sediaan ; bubuk 3 gram dicampur air 100 ml tidak boleh dengan air panas
Perlu di perhatikan bahwa ada beberapa antibiotik tidak boleh dipergunakan selama
masa kehamilan karena dapat menyebabkan toksik pada janin, seperti
nitrofurantion, asam nalidik, dan tetrasiklin.
ISK bawah
Meliputi intake cairan yang banyak,antibiotik yang adekuat dan bila perlu terapi
simtomatik untuk alkalinisasi urin
Antibiotik

a. Dosis tunggal : ampisilin 3gr dan trimetoprim 200mg


b. Memberikan respon setelah 48 jam
c. Bila infeksi menetap (leukosuria),diperlukan terapi konvensional selama 5-10
hari
d. Bila terjadi reinfeksi

a) Disertai faktor predisposisi : terapi antibiotik intensif


b) Tanpa faktor predisposisi : meningkatkan asupan cairan dan cuci tangan
sebelum senggama diikuti terapi antimikroba single dose (trimetoprim)

ISK ATAS
Terapi awal pemberian Antibiotik IV selama 48-72 jam
a) Fluoroquinolon
b) Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c) Sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih


o Reaksi alergi merupakan resiko terapi antibiotik.
o Anak dengan pielonefritis akut dapat berkembang menjadi inflamasi lobus ginjal atau
abses ginjal.
o Inflamasi parenkim ginjal dapat mengawali pembentukan jaringan parut.
o Komplikasi jangka panjang dari pielonefritis akut adalah hipertensi, fungsi ginjal
terganggu, ESRD dan komplikasi terhadap kehamilan (cth. ISK, hipertensi pada
kehamilan, BBLR).

25
o Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang
adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan
gagal ginjal kronik.
o ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati:
pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
o ISK pada kehamilan normal : retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral
palsy, fetal death.
o Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran
kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan
gangguan fungsi ginjal.
o Sistitis emfisematosa , sering terjadi pada pasien DM.
o Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
o Abses perinefrik

LO.3.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Infeksi Saluran Kemih


ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan
pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap
kemungkinan infeksi berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita
dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan
pengobatan yang adekuat dan dilakukan koreksi bedah. Hal ini terjadi terutama pada
penderita dengan nefropati refluks. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis,
pengobatan yang segera pada fase akut. Kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah
urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
perburukan yang mengarah pada terminal gagal ginjal kronis.

LO.3.11. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih


1. Minum banyak cairan, terutama air putih. Minum air membantu mengencerkan urin
Anda dan memastikan bahwa pasien akan buang air kecil lebih
sering . Memungkinkan bakteri akan diekskresikan dari saluran kemih pasien
sebelum infeksi dapat dimulai.
2. Bersihkan organ intim dari depan ke belakang. Melakukan hal setelah buang air
kecil dan setelah buang air besar membantu mencegah bakteri di daerah anus dari
menyebar ke vagina dan uretra.
3. Kosongkan kandung kemih segera setelah berhubungan.Juga, minum segelas penuh
air untuk membantu ekskresi bakteri .
4. Hindari produk feminin berpotensi mengiritasi.Menggunakan semprotan deodoran
atau produk feminin lain, seperti douche dan bubuk, di daerah kelamin dapat
mengiritasi uretra.
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan laboratorium
1. Analisa Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang
dalam sedimen urin.
Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).

26
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah)
5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau
penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess
nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan: ditemukan lebih 100.000 bakteri.
Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.
4. Tes Dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui
jenis bakteri.
5. Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning.

Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelainan
lainnya.
Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi:
1. Bakteriologi / biakan urin
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca keteterisasi urin.
Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif praktis digunakan
dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104 sampai 105 CFU (colony forming unit) kuman.
Media Pembiakan
Kultur (kultur : pembiakan mikroorganisme) yang negatif akan menyingkirkan diagnosis
infeksi saluran kemih. Sedangkan pada kultur yang positif, proses pengambilan contoh urin
harus diperhatikan. Jika kultur positif berasal dari aspirasi suprapubik atau kateterisasi, maka
hasil tersebut dianggap benar. Namun jika kultur positif diperoleh dari kantung penampung
urin, perlu dilakukan konfirmasi dengan kateterisasi atau aspirasi suprapubik. Media
pembiakan yang digunakan untuk kultur ini umumnya adalah agar darah/blood agar dan agar
mac conkey.
1. Agar darah
Salah satu agar pembiakan yang umum digunakan. Mengandung sel darah yang
dapat berasal dari hewan (misal: domba); banyak bakteri yang dapat tumbuh
pada media ini.
2. Agar mac conkey
Media agar ini adalah media yang spesifik untuk pertumbuhan bakteri gram negatif. Yang
paling umum adalah E. coli, yang mana pada agar ini akan terlihat sebagai suatu koloni
berwarna merah karena adanya indikator pH. Ada dua versi agar ini: pertama, adalah yang

27
ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan gula. Karena E.
coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna merah pada agar.

2. Interpretasi hasil biakan urin


Pada biakan urin dinilai jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU),
serta tes sensitivitas terhadap antimikroba (dalam satuan millimeter luas zona hambatan).
Pada uretra bagian distal, daerah perianal, rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat
sejumlah flora normal seperti laktobasilus, dan streptokokus epidermis. Untuk membedakan
infeksi saluran kemih yang sebenarnya dengan mikroorganisme kontaminan tersebut, maka
hal yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering terdapat kesulitan dalam mengumpulkan
sampel urin yang murni tanpa kontaminasi dan kerap kali terdapat bakteriuria bermakna
tanpa gejala, yang menyulitkan penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan
jumlah CFU, maka interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a. Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan bakteriuria bermakna
Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis disebut bakteriuria
asimtomatik
Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada wanita muda asimtomatik yang
disertai dengan piuria disebut infeksi saluran kemih.
b. Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra pubik adalah infeksi saluran
kemih.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila didapatkan:
> 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara berturut
turut.
> 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit > 10/ml urin
segar.
> 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis infeksi
saluran kemih.
> 10.000 CFU/ml urin kateter.
Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada infeksi
saluran kemih:
Faktor fisiologis
Diuresis yang berlebihan
Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
Terdapat bakteriofag dalam urin
Faktor iatrogenic
Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
Cara biakan yang tidak tepat:
Media tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi
Infeksi E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan basil tahan asam. Jumlah
koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.

28
3. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari piuria
a. Urin tidak disentrifus (urin segar)
Piuria apabila terdapat 10 leukosit/mm3 urin dengan menggunakan kamar hitung.
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB) disebut sebagai piuria. Pada
pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan mikroskop fase kontras, jika terdapat
leukosit >2000/ml, eritrosit >8000/ml, dan casts leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai
infeksi saluran kemih.
c. Urin hasil aspirasi suprapubik
Disebut piuria jika didapatkan >800 leukosit/ml urin aspirasi supra pubik. Keadaan piuria
bukan merupakan indikator yang sensitif terhadap adanya infeksi saluran kemih, tetapi
sensitif terhadap adanya inflamasi saluran kemih.

4. Tes Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess test),
dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%. Kegunaan
tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada infeksi saluran
kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam. Membedakan
bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria berarti inflamasi, bila
hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria dengan bakteriuria disertai tes
nitrit yang positif adalah infeksi saluran kemih.

5. Lokalisasi infeksi
Tes ini dilakukan dengan indikasi:
a. Setiap infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda tanda sepsis.
b. Setiap episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c. Wanita dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan faal ginjal.
d. Biakan urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk mengetahui etiologi infeksi
saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria, sekaligus memperkirakan prognosis, dan untuk
panduan terapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa infeksi saluran kemih atas lebih mudah
menjadi infeksi saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes noninvasif pembeda infeksi saluran
kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated Bacteria). Pemeriksaan ini
berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari saluran kemih atas umumnya diselubungi
antibody, sementara bakteri dari infeksi saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih
dianjurkan untuk studi epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
Identifikasi / lokalisasi sumber infeksi:
a. Non invasif
Imunologik
ACB (Antibody-Coated Bacteria)
Autoantibodi terhadap protein saluran Tam-Horsfall
Serum antibodi terhadap antigen polisakarida
Komplemen C
Nonimunologik
Kemampuan maksimal konsentrasi urin
Enzim urin
Protein Creaktif
Foto polos abdomen
Ultrasonografi; CT Scan

29
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Bakteriuria polimikrobial / relaps setelah terapi (termasuk pada terapi tunggal)
b. Invasif
Pielografi IV / Retrograde / MCU
Kultur dari bahan urin kateterisasi ureteroan bilasan kandung kemih
Biopsi ginjal (kultur pemeriksaan imunofluoresens)

6. Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya


Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi saluran kemih, yaitu
hal hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau hal hal yang menyebabkan
gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan tersebut antara lain berupa:
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system
pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih
yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi
saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat
mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu
radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini
sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada
penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl,
dan pada keadaan dehidrasi.
c. Sistouretrografi saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral, terutama
pada anak anak.
d. Ultrasonografi ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan
bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.
e. Pielografi antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan
mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada refluks
vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari factor predisposisi
infeksi saluran kemih.
f. CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal,
termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk
menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan
bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan
potensi nefrotoksisitas.
g. DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan
dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA).
Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak anak dengan infeksi saluran kemih akut
dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih
sensitif untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.

LI.5. Memahami dan Menjelaskan Salasil Baul Rukshah dalam Taharah

30
PENGERTIAN SALISUL-BAUL
Menurut mazhab Hanafisalisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air
kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret
yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Hanbalisalisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air
kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Malikisalisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti
keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau
sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing
tersebut tidak jatuh ke tempat shalat

SYARAT-SYARATDIBOLEHKAN IBADAH DALAM KEADAAN SALISUL-BAUL


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar hadas
tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat seusai
wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang
berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak
menggugurkan syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika melakukannya
sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di waktu shalat.
6. Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar
air kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan
istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

Orang yang terkena penyakit Salisul Baul hukumnya sama dengan wanita istihadhah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada wanita yang terkena istihadhah:

Sesungguhnya itu darah yang keluar dari urat, bukan darah haid. Jika tiba masa haid,
hendaklah ia meninggalkan shalat. Jika masa haid telah selesai, cucilah darahnya darimu
lalu shalatlah.

Hukum bagi orang yang memiliki udzur untuk meringankan kesulitannya. Syariat telah
datang untuk menghilangkan kesulitan dari umat ini, sebagaimana firman Allah Subhaanahu
wa Taala:

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.


(Al-Baqarah: 185)

31


Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian [At-Taghabun : 16]

Cara bersuci dan mandi bagi penderita salisul baul (tidak dapat menahan kencing), atauterlalu
sering buang angin.

1. Hendaklah berwudhu setiap kali tiba waktu shalat lalu mengerjakan shalat dengan wudhu
tersebut hingga tiba waktu shalat berikutnya.
2. Wudhu tidak batal karena kencing atau angin yang keluar, meskipun keluar pada waktu
shalat, sebab ia tidak mampu menahannya dan tidak ada jalan untuk menghentikannya.

Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu terus mengerjakan shalat sementara darah
mengalir dari lukanya. Sebab darah itu terus mengucur dalam jangka waktu yang tidak bisa
ditentukan. Demikian juga kencing tersebut barangkali terus menerus keluar.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan wanita yang mengalami istihadhah agar berwudhu setiap kali hendak shalat.
Demikian pula hukumnya atas orang yang hadasnya terus menerus keluar. Misalnya nanah,
salisul baul, buang angin terus menerus dan lain sebagainya.

32

Anda mungkin juga menyukai