Anda di halaman 1dari 11

EXECUTIVE SUMMARY

Sumur HLC#11 yang berada pada Lapangan Anteque merupakan sumur reservoir gas
yag saat ini telah diproduksikan dengan laju produksi sebesar 2161.34 MSCF/D dengan
ukuran bean sebesar 16 mm. Pengujian sumur dengan Modified Isochronal Testing melalui
software Saphire v3.20.10 dengan cara curve matching bertujuan mendapatkan model dari
reservoir di lapangan ini dan parameter deliverability sumur. Dari hasil pengujian curve
matching menggunakan software Saphire v3.20.10 didapatkan bahwa model reservoir dari
lapangan ini adalah reservoir dengan Two Porosity Pseudo Steady State yang berarti terdapat
porositas primer dan porositas sekunder dalam formasi, dengan sumur yang dipengaruhi oleh
Wellbore Storage dan Skin serta boundarynya parallel faults yang menggambarkan
terdapatnya patahan-patahan parallel di batas reservoir yaitu sejauh 1480 ft dari sumur ke
arah selatan dan 518 ft dari sumur ke arah utara, AOFP sebesar 2699.11 MSCF/D yang
artinya bahwa sumur saat ini telah berproduksi 80.07% dari AOFP, n sebesar 0.404333, C
sebesar 14.8189 MSCF/D/psia, P rata-rata reservoir sebesar 840.149 psia, Pi sebesar 710.65
psia, K sebesar 5.98 mD dan Skin sebesar -2.59 yang berarti telah terjadi perbaikan pada
formasi melalui stimulasi
Dengan laju produksi yang saat ini, maka perusahaan kami merekomendasi perlunya
menurunkan laju produksi agar sumur berproduksi dengan laju 809.733 MSCF/D (30% dari
AOFP) atau dengan cara menurunkan ukuran bean yang digunakan dibawah 13 mm sehinga
didapatkan laju alir optimum dari sumur.

1
TINJAUAN UMUM LAPANGAN GAS ANTEQUE

Letak Geografis Lapangan Gas ANTEQUE


Secara struktural lapangan gas Anteque berada pada 17 km ke arah Barat Laut dari kota
Medan, Sumatra Bagian Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Lapangan Gas Anteque


Lapangan

2
Sejarah Lapangan Gas Anteque
Lapangan gas Anteque diketemukan pada tahun 1979. Lapangan ini kurang
dikembangkan terutama pada zona-zona reservoir bagian dalam karena hambatan
keekonomian. Sejak tahun 1979 total sebanyak 9 sumur telah dibor. Sumur X-1 selesai dibor
pada bulan April 1980, dan pada bulan Oktober 1996 sumur X-6 mulai diproduksikan yang
menghasilkan gas. Sumur-sumur pada lapangan gas Anteque dominan memproduksi gas
yang mengandung kondensat. Sumur X-1 pernah menghasilkan minyak selama hampir 2
tahun dari zona 2385 Blok IB, tetapi kemudian menjadi sumur penghasil gas juga. Sumur
terakhir yaitu sumur X-7 dibor pada bulan September 1998 dan mulai berproduksi pada bulan
Oktober 1998 .

Kondisi Geologi Lapangan Gas Anteque


Secara geologi lapangan gas Anteque terletak di dalam Cekungan Sumatra Utara.
Cekungan Sumatra Utara di batasi oleh Tinggian Barisan (Pegunungan Barisan) di bagian
barat, paparan Malaka di bagian timur, Lengkungan Asahan di bagian selatan sedang ke utara
membuka dan berangsur ke Cekungan Laut Andaman. Cekungan Sumatra Utara terdiri dari
sub cekungan dan tinggian dengan pola kelurusan utara selatan dan atau barat laut
tenggara, meliputi Tinggian Sigli, Dalaman Jawa, Tinggian Arun Lhok Sukon, Dalaman
Lhok Shukon, Tinggian Alur Siwah, Depresi Tamiang, Tinggian Hyang Besar, Pakol Horst
Graben dan Glaga Horst Graben. Tinggian Yang Besar yang berorientasi utara selatan
memisahkan Blok Aru (Barat) dan Blok Langkat Medan (timur) tempat lapangan gas
Anteque berada.

Stratigrafi Lapangan Gas Anteque


Sedimen Syn Rift (Oligosen Miosen Awal)
Pada awal pengisian cekungan, diendapkan sedimen klastik awal pembentukan
cekungan tarikan, berupa klastik kasar batupasir dan konglomerat. Kelompok sedimen ini
dikenal sebagai Formasi Prapat atau disebut juga Formasi Bruksah. Umur Formasi Prapat
adalah Oligosen (N3 N4). Formasi Prapat yang diendapkan sebagai endapan kipas aluvial
secara berangsur berubah menjadi endapan aluvial di sebelah timurnya, menindih secara tidak
selaras Formasi Tampur (economic basement) yang berumur Eosen.

3
Formasi Bampo
Formasi ini dicirikan oleh, litologi batu lempung hitam atau batu lumpur, tidak
mengandung mikrofosil plankton. Lingkungan pengendapan di perkirakan dari lakustrin
hingga deltaik (inner sublitoral). Umur Formasi Bampo adalah Oligosen Miosen Bawah
(N4 N7).

Sedimen Pasca Rifting


Formasi Belumai
Formasi Belumai dicirikan oleh batu pasir karbonatan, batu gamping klastik yang
menunjukkan berkembangnya fasies marine dalam kondisi transgresif. Formasi Belumai ini
berkembang di bagian selatan dan timur cekungan, sedang di utara berkembang Formasi
Peutu dengan lithologi batu pasir glaukonitan dan batu gamping terumbu. Umur Formasi
Belumai adalah Miosen Bawah hingga awal Miosen Tengah. Reservoir Z2385 dan Z2400
lapangan gas ANTEQUE merupakan bagian dari Formasi Belumai.

Formasi Baong
Formasi Baong dicirikan oleh berkembangnya serpih lingkungan laut dengan
perselingan batu pasir. Formasi ini dibagi menjadi tiga: 1) Anggota Formasi Baong bagian
bawah, 2) Anggota bagian tengah dicirikan oleh dominasi batu pasir (Middle Baong Sand),
dan 3) Anggota Formasi Baong bagian atas dicirikan oleh serpih. Lingkungan pengendapan
formasi ini dibangun oleh lebih dari sekali siklus genang laut yang kemudian air laut menjadi
susut pada saat pengandapan bagian atas formasi sebagai akibat pengangkatan Pegunungan
Barisan. Anggota Batupasir Baong Tengah (MBS) merupakan seri fanlobe turbidite pada
saat air laut susut pada Cekungan Sumatra Utara.

Formasi Keutapang
Formasi Keutapang umumnya dicirikan oleh batu pasir regresif. Proses regresi
berjalan terussejak akhir pengendapan Formasi Baong sehingga lingkungan laut menjadi
lebih dangkal dan bahkan menjadi lingkungan deltaik transisi dengan perubahan fasies yang
tinggi. Lingkungan delta semakin dominan pada umur pengendapan Formasi Keutapang.
Sumber material pengendapan di kawasan Depresi Tamiang berasal dari Bukit Barisan
(barat). Umur Formasi Keutapang adalah Miosen Akhir Pliosen (N16 N18). Reservoir Z
1275 lapangan gas ANTEQUE merupakan bagian dari Formasi Keutapang bagian bawah.

4
Formasi Seureula
Formasi ini dicirikan oleh selang-seling batu pasir, batu lempung dan serpih,
menunjukkan umur Pliosen Bawah (N19/N20). Banyak foraminifera planktonik dan bentonik
mengindikasikan lingkungan pengendapan Neritik Tengah Neritik Luar. Di bagian atas
khususnya, lingkungan menjadi dangkal yakni Neritik Tengah hingga Transisi.

Formasi Juleu Rayeu


Formasi ini dicirikan oleh batu pasir dengan selingan batu lempung atau serpih.
Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal sampai pasang surut (inter tidal). Di beberapa
tempat ditemukan konglomerat dan batubara tipis. Umur Formasi Juleu Rayeu adalah Pliosen
Atas (N21).

5
6
Struktur Geologi Lapangan Gas Anteque
Perangkap yang terbentuk merupakan perangkap kombinasi antara struktur (antiklin,
antiklin sekunder) dan stratigrafi (lensa, pembajian). Perangkap struktur yang terbentuk
berkaitan dengan kegiatan tektonik yang terjadi. Penyekat (sealing) yang berperan terhadap
akumulasi hidrokarbon adalah shale dari Fm. Keutapang, Belumai dan Bampo.

Kondisi Reservoir Lapangan Gas Anteque


Reservoir pada lapangan gas Anteque berada di Fm. Belumai dan Fm. Keutapang.
Batu pasir karbonatan dan batu gamping dengan tekstur mudstone wackstone yang
diendapkan pada lingkungan inner sublitoral dengan pengaruh laut terbuka, merupakan
reservoir Fm. Belumai (Z-2385 & Z-2400). Sedangkan reservoir batupasir di Fm. Keutapang
Bawah (Z-1275) diendapkan pada lingkungan inner sublitoral dengan pengaruh endapan
klastik yang terendapkan dalam sistem pengendapan delta.

7
ANALISIS UJI SUMUR

Pengujian Sumur KRM pada pekerjaan ini meliputi 2 jenis, yaitu:


1. Uji Tekanan Transien : Pressure Build UP (PBU)
2. Uji Potensi Sumur: (Modified Isochronal Test)

Metode analisis yang digunakan adalah:


1. Log-log Plot
2. Semilog Plot
3. Deliverability Plot

Ringkasan Data Test:


Data yang digunakan untuk analisis adalah sebagai berikut:

Sumur HLC#11 SG 0.76


Formation SWIFT Sw (%) 37.64
Int. Perforasi 641.3 - 0.001447
Cg (1/psi)
(m) 642.52 9
0.025916
Porosity (%) 22.64 Bg (cf/scf)
5
0.014331
Thickness (m) 16.9 mg (cp)
3
Temperatur (oF) 235 Cw (1/psi) 3.53E-06
Rw (m) 0.0889 Bw (bbl/stb) 1.04922
Qg (Mscf/d) 2031.94 mw (cp) 0.257444
Water Salinity
10437
(ppm)
Form Compr.(psi-1) 3.00E-06

Sour gas composition


%mol
Hydrogen sulphide 0
e
%mol
Carbon dioxide 0.098
e
0.029 %mol
Nitrogen
8 e

Production Data
Sebelum
PBU
Tb Sep Sep.
Bean Gross KA Minyak Gas Fl
g P T
MMscf Psi
mm m3/d % m3/d Psig Psig O
F
d g

8
66.6
16 4.293 1.43 2.03194 340 285 275 99
7

Saat MIT
Sep Sep.
Bean Gross KA Minyak Gas Tbg Fl
P T
MMscf Psi
Mm m3/d % m3/d Psig Psig deg F
d g
72.7
13 3.498 0.95 1.74711 410 290 280 95
3
66.6
14 4.293 1.43 1.80023 400 290 280 94
7
64.5
16 4.929 1.75 2.15655 345 300 290 107
2
19 3.975 72 1.11 2.20595 320 305 290 95
16 4.929 64.5 1.75 2.16134 340 305 290 107

HASIL ANALISA
Hasil analisa potensi sumur dengan metode uji transient tekanan (pressure build up) dan
modified isochronal test dirangkum sebagai berikut:
Hasil Uji Pressure Build Up

Well : Storage + Skin


Reservoir : Two Porosity PSS
Boundary : Parallel Faults
K k.h C Pi
S Omega Lambda
(mD) (mD.ft) (bbl/psia) (psia)
-
5.98 331 2.59 0.0626 710.65 0.0621 1.70E-04

Dpskin Pmatch Tmatch Boundary


Ci/Cf
(psia) (psia) (hour) S (ft) N (ft)
1.64E-
-130.293 999 07 112 1480 518

Hasil Uji Modified Isochronal Test


Pavera
C AOFP
ge
n
(Mscf/D/p (Mscf/
(psia)
sia) D)

9
0.404 2699. 840.1
14.8189
33 11 49

Pembahasan
Hasil analisa Pressure Transient mendapatkan gambaran model reservoir yang sesuai
melalui curve matching dengan software Saphire v.3.20.10 adalah reservoir dengan two
porosity Pseudo Steady State, sedangkan model sumurnya dipengaruhi oleh wellbore storage
dan skin dimana sumur ini dibatasi oleh parallel faults yang berjarak 1480 ft dari arah selatan
dan 518 ft dari arah utara. Dari pemodelan ini didapat bahwa error yang dihasilkan dari
proses curve matching sebesar 0.64% Reservoir dengan Two porosity Pseudo Steady State
menggambarkan bahwa reservoir memiliki dua porositas,yaitu porositas yang terbentuk
karena adanya patahan (porositas sekunder) dan porositas yang terbentuk bersamaan dengan
proses pengendapan (porositas primer), lalu sumur ini dipengaruhi oleh wellbore storage dan
skin yang menggambarkan bahwa terdapat pengaruh skin terhadap kinerja aliran sumur. Dari
pemodelan ini didapat bahwa error yang dihasilkan dari proses curve matching sebesar
0.64%, yang berarti bahwa pemodelan reservoir dan sumur HCL#11 dilapangan ini sudah
reliable. Dari hasil pengujian dengan software Saphire v.3.20.10 didapatkan permeabilitas
formasi di sumur ini adalah 5.98 md dengan skin negative -2.59 yang berati sumur telah
mengalami perbaikan mealalui stimuasi dengan dPskin sebesar -130.293 psia. Analisa
deliverability test diperoleh AOFP sebesar 2699.11 Mscf/d. Saat ini sumur diproduksikan
dengan laju produksi gas sebesar 2161.34 Mscf/d atau sumur telah diproduksikan sebesar
80.07% dari AOFPnya. Sedangkan untuk laju produksi optimum gas secara teori sebesar 30%
dari AOFPnya dengan laju 809.733 Mscf/d. N (faktor turbulensi) sebesar 0.404333 , C
sebesar 14.8189 MSCF/D/psia, P rata-rata reservoir sebesar 840.149 psia, Pi sebesar 710.65
psia, K sebesar 5.98 mD dan Skin sebesar -2.59 yang berarti telah terjadi perbaikan pada
formasi melalui stimulasi

10
Sehingga pada kondisi saat ini laju produksi telah melampaui batas laju produksi
optimumnya sehingga harus dilakukan penurunan laju produksi dengan cara menurunkan
ukuran bean yang digunakan.

Rekomendasi
Untuk optimasi produksi disarankan sumur ini diproduksikan dengan menurunkan
ukuran bean. Berdasarkan hasil uji produksi, untuk mendapatkan laju alir optimum maka
sumur ini bisa diproduksikan dengan bean dibawah ukuran 13 mm atau sumur berproduksi
dengan laju produksi sekitar 809.73 Mscf/d (30%dari AOFP) sehingga perlu dilakukan
penggantian bean.

11

Anda mungkin juga menyukai