Sumber pengetahuan adalah tanda-tanda yang ada di dalam alam semesta, yang ada
dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, atau dalam berbagai peristiwa sosial dan berbagai
aspek bangsa dan masyarakat, dalam akal atau prinsip-prinsip yang sudah jelas dan di dalam hati.
Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik),
Alam akal (nalar) dan Hati (intuisi dan ilham).
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber
pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap
orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam
mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra
penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu
yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal
tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar
maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman
tentang suara dan bunyi dalam pikirannya.
Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki,
dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara
kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan
argumen-argumen rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap bernilai
sebagai sumber pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indra-indra itu hanyalah
berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik seperti
manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan dengan semua
konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia, bahkan terdapat
realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan terjangkau oleh indra-indra lahiriah
dan hanya dapat dicapai oleh daya-daya pencerapan lain yang ada pada diri manusia.
Manusia sebagai wujud yang materi, maka selama di alam materi ini ia tidak akan
lepas dari hubungannya dengan materi secara interaktif. Hubungan manusia dengan
materi , menuntutnya untuk menggunakan alat yang sifatnya materi pula, yakni indra,
karena sesuatu yang materi tidak bisa diubah menjadi yang tidak materi . Contoh yang
paling nyata dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula adalah
aktivitas keseharian manusia di dunia ini, seperti makan, minum, dan lain sebagianya.
Dengan demikian, alam semesta yang materi merupakan sumber pengetahuan yang
paling awal dan indra merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan dari alam fisik ini
Pengetahuan yang bersumber dari indra-indra lahiriah seperti hasil dari melihat,
mendengar, meraba, mencium, dan merasa adalah suatu jenis pengenalan dan
pemahaman yang bersifat lahiriah, permukaan, dan tidak mendalam. Berhubungan
dengan alat dan sumber pengetahuan ini tidak terdapat perbedaan antara manusia dan
hewan, karena keduanya sama-sama dapat melihat, mencium, merasa, dan mendengar,
bahkan pada sebagian binatang mempunyai indra yang sangat kuat dan tajam dibanding
manusia.
Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam fisik. Pengetahuan indrawi
bersifat parsial, disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan yang
lainnya. Masing-masing indra menangkap objek atau sesuatu yang berbeda menurut
perbedaan indra dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu, oleh karena itu,
secara objektif, pengetahuan yang ditangkap satu indra saja, tidak dapat dipandang
sebagai pengetahuan yang utuh . Namun pengetahuan indrawi menjadi sangat penting
karena bertindak sebagai pintu gerbang pertama menuju pengetahuan yang lebih utuh.
Kaum Rasionalis, selain alam semesta atau alam fisik, meyakini bahwa akal
merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan.
Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan
indra hanya pembantu saja. Indra hanya merekam atau memotret realita yanng berkaitan
dengannya, namun yang menyimpan dan mengolah adalah akal. Karena kata mereka,
indra saja tanpa akal tidak ada artinya, dan untuk meng-generalisasi-kan indra juga
dibutuhkan akal.
Alam akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan karena
e. Kreativitas. Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan mengeluarkan
pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.
Kaum empiris memandang bahwa sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka
pengetahuan tentang inmateri tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi ( theosofi) yang
meyakini bahwa ada sesuatu hal yang lebih luas dari sekedar materi, mereka meyakini
keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya tidak mungkin lewat indra
tetapi lewat akal dan hati. Hati dapat merasakan sesuatu hal lain yang bukan bersifat
materi, tetapi merasakan apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya sendiri seperti rasa
sakit, rasa lapar, dan sebagainya. Seperti yang tertulis di batu nisan kant, bahwa Ada dua
hal yang sangat mengundang decak kagum manusia, yaitu langit berbintang di atas
kepala kita, dan hati nurani di dalam diri kita . Intinya, Kant sendiri meyakini bahwa yang
merupakan sumber ilmu pengetahuan selain alam semesta adalah hati. Menurut Henry
Bergson, Intuisi adalah semacam kekuatan rohani atau tenaga rohani untuk menyelami
hakikat segala kenyataan yang tentunya telah mendapat kesadaran diri .
ILMU DAN KEBENARAN
Dasar ilmu merupakan suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi serta
diperlukan adanya kegiatan berpikir ilmiah.
a. Bahasa
b. Logika
d. Statistika
5. Kebenaran
Ilmu dapat berkembang apabila ada kegiatan berpikir ilmiah, sebab dengan
berpikir ilmiah inilah hampir semua fakta, hipotesis, premis, dan argumen semuanya akan
diuji dan diteliti secara ilmiah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan yang juga harus
teruji kebenarannya. Jadi, kebenaran disini adalah suatu hasil dari proses penelitian.
Secara umum metode ini dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan,
yaitu:
Cara ini mirip dengan cara trial and error. Namun tetap mempunyai
perbedaan. Metode ini yaitu seseorang yang berspekulasi atas kemungkinan yang
dipilihnya itu dengan dipandu oleh kira-kira. Oleh karena itu, kemungkinan
gagal akan lebih besar daripada keberhasilannya.
METODE ILMIAH
Terdapat hipotesis
Objektif
PENELITIAN ILMIAH
Penelitian merupakan studi atau penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati, sistematis,
sabar dalam satu bidang pengetahuan, yang dilakukan untuk menemukan fakta atau prinsip
(Grinnel, 1993). Berikut ini proses dalam penelitian:
Pengumpulan informasi/data
Analisis informasi/data
Interpretasi informasi/data
Pemecahan masalah
1. Karakteristik penelitian
Suatu penelitian harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu bahwa kegiatan tersebut harus
sedapatvmungkin terkontrol, akurat dan hati-hati, sistematis, valid dan dapat dibuktikan,
empiris, dan kritis (Kumar, 2005).
2. Jenis-jenis penelitian
b. Objektif
Penelitian survey
Penelitian deskriptif
Penelitian eksploratif
Penelitian korelasi
Penelitian eksplanasi
Penelitian evaluasi
Penelitian prediksi
Grounded research
c. Bidang penelitian
d. Tempat penelitian
Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lapangan.
Keuntungan dilakukannya jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti dapat
memperoleh data sedekat mungkin dengan dunia nyata, sehingga
diharapkan pengguna hasil penelitian dapat memanfaatkan hasil dengan
sebaik mungkin dan memperoleh informasi yang selalu terkini.
Penelitian survey
f. Keilmiahan
g. Bidang garapan
Biasanya metode penelitian yang digunakan juga bervariasi sesuai dengan bidang
garapannya.
h. Tipe penyelidikan
Kualitatif
Kuantitatif
3. Tujuan Penelitian
d. Pengembangan: yaitu untuk mengembangkan suatu konsep dari suatu teori atau
kebenaran yang telah ada sebelumnya.
Kesimpulan
Sumber Ilmu pengetahuan secara garis besar itu meliputi alam semesta dengan melalui
alat yang dinamakan indra, Alam akal atau imajinasi juga merupakan sumber ilmu pengetahuan
dengan alat pencapaiannya yakni akal. Tetapi yang lebih tinggi dari semuanya adalah wahyu dan
ilham atau dapat dikatakan hati.
Akal adalah potensi berharga yang diberikan Allah SWT hanya kepada manusia,
anugerah tersebut diberikan Allah SWT untuk membekali manusia yang mengemban misi
penting menjadi khalifah fil ardi, dengan kata lain manusia sebagai duta kecil Allah SWT.
Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah Hubungan Antara Akal dan Wahyu.Ia
menjelaskan bahwa hubungan antara akal dan wahyu sering menimbulkan pertanyaan, tetapi
keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Quran. Dalam
pemikiran islam, baik dibidang filsafat, ilmu kalam apalagi ilmu fiqh, akal tidak pernah
membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada wahyu.Akal dipakai untuk memahami teks wahyu
dan tidak untuk menentang wahyu. Yang bertentangan adalah pendapat akal ulama tertentu
dengan pendapat akal ulama lain