Abstrak
Bahan bakar fossil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara merupakan sumber energi utama dunia
saat ini. Namun ketersediaan bahan bakar fossil semakin lama semakin menipis. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, saat ini banyak dikembangkan inovasi bahan bakar alternatif yang dapat
diperbaharui. Salah satu inovasi yang menjanjikan saat ini adalah biodiesel. Biodiesel dihasilkan melalui
reaksi transesterfikasi antara minyak dengan alkohol atau dengan esterifikasi asam lemak. Penelitian ini
bertujuan mensintesis dan menganalisa karakteristik biodiesel dari minyak goreng jelantah dengan
katalis CaO tulang ayam. Penelitian dilakukan dengan variabel suhu kalsinasi katalis CaO dan rasio mol
reaktan metanol terhadap minyak. Suhu kalsinasi divariasikan pada suhu 600 oC, 700 oC, 800 oC, dan
900 oC. Sedangkan rasio mol reaktan methanol terhadap minyak divariasikan pada perbandingan 6:1,
9:1, 12:1, dan 15:1. Bahan baku minyak goreng jelantah diadsorpsi terlebih dahulu dengan arang aktif
kulit salak untuk menurunkan kadar FFA. Kemudian dilakukan reaksi transesterifikasi pada suhu 60 oC
selama 120 menit dengan penambahan katalis CaO sebanyak 5% berat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi optimum tercapai pada suhu kalsinasi 900 oC dengan rasio mol metanol/minyak 15:1.
Pada kondisi reaksi tersebut diperoleh yield biodiesel sebesar 94,64%, nilai kalor yang sesuai dengan
SNI yakni 38.964 kJ/kg, dan yield FAME sebesar 25,3%.
Abstract
Fossil fuel such as petroleum oil, natural gas, and coal are becoming the main support system of world
energy demand nowadays. Unfortunately the availability of fossil fuel is limited due to its large demand
and in addition it is non-renewable. Many researchers work on this problem by inventing the new
alternative energy to substitute the use of fossil fuel as main energy source. One of the promising
inovation which has been developed dramatically is biodiesel. Biodiesel is an alternative energy source
derived from transesterification reaction of oil and alcohol or the esterification reaction of fatty acid. The
purpose of this research is to synthesize and analyze biodiesel derived from waste cooking oil with
chicken bone CaO catalyst. It is varied the calcination temperature at 600 oC, 700 oC, 800 oC, and 900 oC
with mol ratio of reactant of methanol to oil 6:1, 9:1, 12:1, and 15:1. The raw material, waste cooking oil
is firstly adsorbed by activated carbon derived from salacca peel to dwindle the percentage of FFA. It is
followed by the transesterification reaction operated at 60 oC in 120 minutes by adding 5% wt. CaO
catalyst . The result shows that the optimum condition fulfilled at 900 oC calcination with 15:1 mol ratio
of methanol to oil. In the optimum condition the yield of biodiesel is 94,64%, heat of combustion value at
38.964 kJ/kg (SNI acceptable), and yield of FAME is 25,3%.
teknis dengan wujud padatan, metanol 96% dengan 2.4. Proses Pembuatan Arang Aktif
wujud cair dan tidak berwarna, HCl dengan wujud cair Kulit salak dicuci bersih dengan menggunakan air
tidak berwarna dan aquadest yang diperoleh di toko dan kemudian di oven. Setelah itu kulit salak dihaluskan
bahan kimia Indrasari, Semarang. dengan mortar. Kulit salak yang telah dihaluskan
diprekarbonasi dengan cara difurnace pada suhu 600oC
2.2. Alat yang digunakan selama 1 jam. Setelah itu, arang dari kulit salak
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu labu diimpregnasi dengan larutan KOH 20% dengan
leher tiga, penidngin balik, termometer, heater, magnetic perbandingan massa kulit salak : KOH 1:4. Campuran
stirrer, statif, waterbath, klem, buret, erlenmeyer, pompa kulit salak dan KOH dishaker selama 20 jam. Kulit salak
vakum, oven, dan furnace. kemudian disaring dan di keringkan didalam oven.
Berikut adalah rangkaian alat yang digunakan dalam Selanjutnya kulit salak diaktivasi dengan difurnace pada
penelitian ini : suhu 800oC selama 1 jam. Arang kulit salak kemudian di
Keterangan alat: cuci menggunakan air demin dan larutan HCl encer
1. Labu leher tiga hingga pH 6-7 dan kemudian dikeringkan di dalam
2. Pendingin balik oven.
3. Termometer
4. Heater 2.5. Proses Adsorpsi Minyak Jelantah
5. Magnetic stirrer Bahan baku minyak jelantah disaring menggunakan
6. Statif pompa vakum untuk menghilangkan pengotor. Minyak
7. Waterbath jelantah sebanyak 250 gram yang telah disaring,
dimasukkan ke dalam beaker glass dan dipanaskan
hingga mencapai suhu 80oC. Setelah tercapai suhu 80oC,
arang aktif sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam
Gambar 2.1. Rangkaian alat untuk proses minyak sambil dilakukan pengadukan 500 rpm selama
transesterifikasi 80 menit. Campuran minyak dan arang aktif kemudian
dipisahkan dengan cara filtrasi dengan menggunakan
pompa vacuum dan ambil filtratnya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel.
Keterangan alat:
1. Statif 2.6. Pembuatan Katalis CaO
2. Klem Tulang ayam dicuci bersih dengan air hangat dan
3. Buret dikeringkan. Kelebihan air dihilangkan dengan dioven
4. Erlenmeyer pada suhu 100oC selama 24 jam. Tulang ayam yang
telah kering, dihancurkan dengan mortar hingga menjadi
bubuk. Selanjutnya tulang ayam dikalsinasi dengan cara
difurnace pada suhu sesuai variabel selama 4 jam.
Setelah itu, simpan katalis dalam desikator.
Gambar 2.2. Rangkaian alat untuk proses titrasi 2.7. Proses Transesterifikasi
Menyiapkan minyak jelantah dan metanol sesuai
2.3. Analisa FFA dengan variabel perbandingan mol. Minyak jelantah
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kadar FFA yang telah di pretreatment dan kadar asam lemak
minyak jelantah sebelum dan setelah diadsorpsi oleh bebasnya rendah dipanaskan di dalam labu leher tiga
arang aktif dari kulit salak. Analisa FFA dilakukan hingga mencapai suhu 60oC. Metanol dan katalis CaO
dengan cara 30 ml metanol dimasukkan ke dalam yang telah dikalsinasi sebanyak 5% berat minyak
erlenmeyer dan kemudian ditambahkan 3 tetes indikator dipanaskan didalam beaker glass hingga mencapai suhu
PP. Larutan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai 60oC. Setelah keduanya mencapai suhu 60oC, metanol
bewarna merah jambu. Kemudian catat kebutuhan titran dan katalis CaO yang sudah dipanaskan dicampurkan
(a). Kemudian sebanyak 2,5 gram minyak dimasukkan dengan minyak ke dalam labu leher tiga. Proses
ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan metanol 30 ml. transesterfikasi dilakukan pada suhu 60oC selama 120
Larutan diberi 3 tetes indikator PP dan dititrasi larutan menit dengan pengadukan 400 rpm. Pisahkan hasil
transesterifikasi dengan katalis menggunakan pompa
vakum. Pisahkan FAME hasil transesterifikasi (cair) 9:1 700 88.97 890 3.566
dengan gliserol menggunakan corong pemisah. 12:1 700 84.27 890 3.775
Kemudian biodiesel yang dihasilkan dianalisa dengan
metode ASTM untuk menentukan karakteristik sebagai 15:1 700 87.95 892 3.775
bahan bakar dan dianalisa untuk menentukan yield 6:1 800 81.14 894 5.449
biodiesel yang dihasilkan. Yield biodiesel dapat
9:1 800 90.26 895 4.716
diketahui dengan perhitungan dengan rumus:
massa produk tanpa metanol sisa 12:1 800 88.53 897 4.908
(%)= x 100%
massa minyak awal 15:1 800 89.13 896 4.425
Untuk menghitung yield FAME pada biodiesel,
6:1 900 88.46 893 3.791
dapat dihitung dengan rumus :
% x massa produk 9:1 900 88.53 890 3.758
(%)= x 100%
massa minyak awal (gr) 12:1 900 90.58 894 4.566