Disusun oleh :
Faza Haitami B1J013067
Gayatri Prastika Hening Permana B1J013204
Resti Triani Agustin B1J013208
Sel Leydig memiliki peran dalam sintesis testosterone. Sel Leydig akan
mensintesis testosterone dan mensekresikannya ke dalam aliran darah pada pria.
Pada sel Leydig ini jika diberi suatu rangsangan bahan kimia seperti pyrethroids
akan menyebabkan menurunan enzim testicular, yaitu 17-hydroxysteroid
dehydrogenase (17-HSD) dan glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Jika terjadi
penurunan kedua enzim ini dapat menyebabkan terganggunya sintesis testicular
testosterone. Rangsangan bahan kimia seperti pyrethroids dan cypermethrin dapat
menyebabkan penurunan produksi hormon testosterone.
Testosteron merangsang produksi sperma dengan bertindak pada
seminiferous tubulus. Oleh, penurunan testosteron mungkin juga memiliki efek
yang merugikan pada seminiferous tabung. Selain penurunan harian sperma
produksi testosteron berkurang juga mungkin bertanggung jawab untuk morfologi
kelainan testis dalam cypermethrintreated tikus dalam studi ini. Hasil yang sama
telah dilaporkan dari gangguan Sipermetrin pada sistem reproduksi laki-laki [31
33]. Dalam studi saat ini, struktur menangani kelainan termasuk atrophic dan
menyimpang tubulus seminiferous, reformasi dan acakan susunan sel germ,
berkurang sel germ, sel-sel Sertoli dan sel-sel Leydig, serta vacuolization dan
formasi multinucleated spermatids di cypermethrintreated.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar testosteron male
menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria
yang mengalami menopause biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang
dikaitkan dengan ereksi pagi yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.
Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45
tahun. Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang
langka. Kadar testosteron rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti
depresi, lelah, dan tak bisa berhubungan intim. Selain itu juga terdapat simptom
yang tidak terkait dengan testosteron rendah. Simptom antara lain terdiri dari
gangguan pola tidur, konsentrasi buruk, merasa tidak berharga dan merasa sangat
cemas.
Salah satu gangguan yang terjadi pada organ reproduksi pria yaitu sindrom
andropause. Sindrom andropause merupakan sindrom penurunan kemampuan
fisik, seksual dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormone
testostern dalam darah, andropause terjadi pada pria diatas usia tengah baya yang
mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause
pada wanita. Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause, dimana
produksi ovum, produksi hormone estrogen dan siklus haid yang akan berhenti.
Pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormone testosterone dan hormone-
hormon lainnya terjadi secara perlahan dan bertahap.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi andropause yaitu:
1. Faktor internal
Dapat berasal dari genetic dan dari tubuhnya sendiri. Terjadi karena perubahan
hormonal/organic. Juga dapat terjadi karena mengidap penyakit tertentu
seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas atau DM.
2. Faktor eksternal
Berasal dari factor lingkungan yang tidak lagi kondusif. dapat bersifat fisik
seperti kandungan bahan kimia bersifat estrogenic yang sering digunakan
dalam bidang pertanian, pabrik, dan rumah tangga. Juga dapat disebabkan
factor psikis yang berperan yaitu kebisingan dan perasaan tidak nyaman,
sering terpapar sinar matahari dan polusi yang dapat menyebabkan stress. Juga
dapat disebabkan karena kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol, suka
begadang dan pola makan yang tak seimbang.
III.KESIMPULAN
Baird, D.T. & A.F. Glasier. 1993. Hormonal Contraception. National England
Journal Medical 328-1543.
Bardin, W., R.S. Swerdlof & R.J. Santen. 1991. Androgens: Risks and Benefits.
Journal Clinic Endocrinology Metabolism, Vol. 73 (4).
Fang, L.Y., P. Chen, H.J. Xia, L. Jing & X.L. Chun. 2013. Effects of
Cypermethrin on Male Reproductive System in Adult Rats. Biomedical
Environment Science 26 (3) : 201-208.