Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEORI PRODUKSI
Teori prilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori prilaku
konsumen. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law Of Deminishing Marginal Utility
(LDMU), sedangkan dalam penggunaan faktor produksi berlaku The Law Of Deminishing
Return (LDR).
menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,faktor produksi
dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable
input).
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak
tergantung pada jumlah produksi. Contohnya yaitu mesin-mesin pabrik,sampai pada tingkat
interval produksi tertentu jumlah mesin tak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun
bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi) jumlah mesin tak bisa dikurangi.
besar tingkat produksinya,makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu pula
sebaliknya. Contohnya seperti buruh harian lepas dipabrik rokok. Jika perusahaan ingin
Adapun pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin
dikatakan sebagai faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun) susah
untuk ditambah atau dikurangi. Sebaliknya buruh dikatakan sebagai faktor produksi variabel
karena jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang dari setahun.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor
produksi sifatnya variabel.periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan
tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau
beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor
Produksi dengan satu macam faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka
pendek,dimana faktor produksi yang tidak dapat di ubah. Ekonom membagi faktor produksi
menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).hubungan matematis penggunaan
faktor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi,seperti dibawah
ini.
Q = f(K,L)
K = barang modal
L = tenaga kerja
Dalam model produksi satu macam faktor produksi variabel, barang modal dianggap
sebagai faktor produksi tetap.keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga
kerja.
penggunaan total faktor produksi. Produksi marginal (marginal product) adalah tambahan
produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata (average
product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi.
Produksi Total :
TP = f(K,L)
Produksi Marginal
MP = TP = TP/L
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP < 0,penambahan
tenaga kerja justru menguragi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah
terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau The Law of Deminishing
Return (LDR).
Produksi Rata-Rata
AP = TP/L
Dimana: AP = produksi rata-rata.
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP=0). Dengan
penjelasan matematis,AP maksimum tercapai pada saat AP = MP,dan MP memotong AP pada
saat nilai AP maksimum.
3) Tahap III (stage III ),saat MP sudah bernilai < nol (negatif).
Perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi,karena penambahan tenaga kerja justru
menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negatif).
Secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan
biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal
revenue) yang diterima.tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga kerja.
Tambahan pendapatan adalah produksi marginal dikalikan harga jual barang dinotasikan P,maka
alokasi tenaga kerja (faktor produksi) dianggap efisien bila:
W = MP (P)
Gambar 1.1 kurva TP,MP, dan AP
c. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas meningkat. Secara grafis dapat
digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasikurva TP. Pada diagram 1.2,akibat
kemajuan teknologi,luas kurva TP3 > TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan perunit
faktor produksi semakin besar. Dari Diagram 1.2 tampak bahwa: Q3/L1 > Q2/L1 > Q1/L1.
Asumsi-asumsi isokuan:
1) Konveksitas (convexity)
Asumsi konveksitas
analogi dengan asumsi pembahasan perilaku konsumen,yaitu kurva indiferensi yang menurun
dari kiri atas ke kanan bawah (down ward sloping). Produsen dapat melakukan berbagai
kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap.
Derajad Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of Technical Substitution
adalah bilangan yang menunjukan berapa unit faktor produksi L harus dikorbankan untuk
menambah 1 unit faktor produksi K pada tingkat produksi yang sama.
Diagram 1.3 Marginal Rate Of Technical Substitution (MRST)
2) Penurunan nilai MRTS (Diminishing of MRTS)
Produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin langka yang menjadi
sebab nilai MRTS semakin menurun (hukum LDR). MRTS konstan bila kedua faktor produksi
bersifat substitusi sempurna (perfect substitution) atau MRTS akan nol bila kedua faktor
produksi mempunyai hubungan proporsional tetap.
3) Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law of Diminishing Return)
4) Daerah Produksi Yang Semakin Ekonoms (Relevance Range of Production)
penambahan factor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output meningkat lebih dari 1 unit,
fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik (increasing return to scale)
ke K2), output meningkat lebih dari 2x lipat. Pencapaian hasil ini dimungkinkan antara lain
karena kemampuan menajemen dalam menangani produksi skala besar, ada sinergi antara mesin
produksi memiliki karakter skala hasil konstan (constant return to scale), seperti di gambarkan
Diagram 1.6
Jika penambahan 1 unit factor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari 1
unit fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (Decreasing return to scale) seperti di
tunjukan pada diagram 1.7 penjelasannya adalah kebalikan penjelasan terjadinya skala hasil
menaik.
Menurun
c. Perkembangn Teknologi
Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan factor produksi yang lebih
sedikit. Diagram 1.8 menggambarkan hal tersebut. Karena kemajuan teknologi, teknologi,
tingkat produksi 90 unit (Q 90 periode perrtama ) dapat di capai dengan penggunaan factor
mengakibatkan porsi penggunaan barang modal menjadi lebih besar di banding tenaga kerja,
disebut teknologi padat modal (Capital using atau Capital intesive). Sebaliknya jika
menyebabkan porsi penggunaan tenaga kerja menjadi lebih besar, disebut teknologi padat karya
(lobour using atau labour intesiv). Jika tidak mengubah porsi (rasio factor produksi tetap),
disebut teknologi netral (neutral tecnology). Perubahan-perubahan dapat dilihat dari angka
MRTS yang tercermin dari perubahan sudut kemiringan isokuan. Hal-hal tersebut di gambar
Gambar (a) adalah porsi penggunaan barang modal (mesin) makin besar
Gambar (b) adalah porsi penggunaan barang modal (mesin)tetap
Gambar (c) adalah porsi penggunaan tenaga kerja makin besar (baran modal menurun)
penggunaan dua macam factor produksi yang memerlukan biaya yang sama. Jika yang berubah
persinggungan itu kombinasi penggunaan factor produksi akan meberikan hasil output yang
harga factor produksi. Analisi perubahan keseimbangan produsen analogis dengan anlisis prilaku
konsumen.
Perubahan jumlah factor produksi yang digunakan merupakan interaksi kekuatan efek
sebtitusi dan efek skala prduksi. Karena itu produsen juga mengenal factor produksi inferior,
yaitu factor produksi penggunaannya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan
meningkat (kemampuan produksi meningkat) misalnya tenaga kerja adalah factor produksi
inferior
tentukan, dicapai output masksimum (diagram 2.2) prinsim minimalisasi biaya menyatakan
target output yang sudah di tetapkan harus di capai dengan biaya minimum (diagram 5.16.b)
Diagram
Tujuan perusahan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan itu, dalam jangka
pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap mempertahankan efisiensinya. Biasanya
perusahaan menetapkan target yang akan di capai setiap tahunnya, yang harus di capai dengan
biaya minimum. Dalam jangka panjang perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi