ABSTRAK
Penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) Berbantuan Media Movie. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dapat tidaknya model pembelajaran ini meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X-D SMAN 2 Trenggalek berjumlah
35 siswa. Tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan keaktifan
belajar siswa meningkat dari 77,78% siklus I menjadi 88,70% siklus
II. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 76,09 siklus I
menjadi 86,63 siklus II.
ABSTRACT
The research using learning model of Problem Based Instruction
(PBI) with movie media assistance.The purpose of this research is to
know weather the learning model can improve student effectiveness
and learning result in the geography subject. Research subject is the
student in the 10th-D grade of SMAN 2 Trenggalek with the
population number is 35 students. The step in each cycle including
designing, acting, observation and reflection. Research result shows
that the effectiveness of student learning is improve from 77.78% in
the cycle I become 88.70% in the cycle II. The average of student
learning result is improve from 76.09 in the cycle I become 86.63 in
the cycle II.
2
melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan
siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.
METODE PENELITIAN
Penelitian penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) berbantuan media movie untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa mata pelajaran geografi kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek merupakan
penelitian tindakan (action research) dan menggunakan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan memiliki dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri
dari 2 x pertemuan. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari empat
komponen meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi.
Perencanaan tindakan meliputi memilah media movie yang sesuai dengan
materi, mengembangkan sistem penilaian, membuat skenario pembelajaran yang
berisi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan tertuang pada
RPP, menyusun kisi-kisi soal tes dan kisi-kisi soal diskusi yang telah
dikonsultasikan dengan guru bidang studi untuk menunjang kegiatan
pembelajaran, mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi
yang digunakan untuk mencatat setiap proses pembelajaran dengan model PBI
berbantuan media movie, menyusun soal tes hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan tindakan, secara sekilas memiliki tahapan: 1) tahap
penyajian materi, 2) tahap belajar kelompok, menampilkan movie atau film, siswa
menganalisis pokok-pokok yang terkandung dalam film tersebut, 3) Pada tahap
akhir kegiatan guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI
berbantuan media movie. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
3
tindakan. Aspek yang diamati adalah segala aktivitas siswa dalam proses belajar
siswa pada baik dalam hal kerjasama antar siswa dan ketepatan waktu dan hasil
dalam mengerjakan soal.
Tindakan refleksi digunakan untuk memahami segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses dan hasil belajar dari pemberian tindakan pada tiap
siklus. Tindakan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini antara lain: 1)
mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung, 2) melakukan refleksi dengan mengkaji proses
apa yang telah terjadi, atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan, dan tindakan
apa yang nantinya perlu dilakukan, 3) hasil dari refleksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan pada siklus dua sebagai
upaya perbaikan dari siklus satu.
4
Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan
40%
Hasil belajar Siswa
20% Pra Tindakan
0%
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
Baik Kurang
Kriteria hasil belajar
Berdasarkan
erdasarkan Tabel 4.1, ketuntasan hasil belajar individu siswa diperoleh
kriteria tuntas sebesar 42,86%, dengan jumlah siswa sebanyak 15 yang telah
mampu mencapai tingkat ketuntasan siswa 70, sedangkan sebanyak 57,14%
siswa belum mampu mencapai ketuntasan belajar karena nilainya masih dibawah
70. Dari tabel di atas diketahui bahwa belum ada siswa yang mencapai kriteria
baik dan sangat baik.
Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan
dilaksanakan dengan dua kali pertemuan.
Peneliti bertindak sebagai guru mata
m pelajaran pada bab Atmosfer.
Atmosfer Pada tahap
awal guru mengutarakan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi
aperse kepada
siswa. Guru menjelaskan tentang tata cara pembelajaran model PBI berbantuan
media movie kepada siswa sebelum menyampaikan pokok-pokok
pokok pokok materi
mater yang
5
akan dibahas. Guru memberikan nomor urut sesuai absensi kepada siswa untuk
dipasang di dada kiri.
Tahap selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan cara
berhitung sesuai urut tempat duduk. Setelah semua siswa berkelompok, guru
membagikan LKDK untuk dikerjakan semua kelompok belajar. Pada kegiatan
inti, guru memberikan materi secara singkat. Hal ini bertujuan agar waktu untuk
diskusi lebih lama, siswa lebih aktif dalam diskusi, dan mandiri untuk mencari
sumber reverensi lain. Setelah pemberian materi selesai siswa diputarkan movie
untuk didiskusikan bersama kelompoknya permasalahan apa saja yang terdapat di
dalam movie tersebut.
Pada pertemuan ke-2 guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar tenang, guru mengucapkan salam, dan
mengabsensi siswa. Guru mengorganisasi siswa untuk duduk menurut
kelompoknya masing-masing. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
mempersiapkan hasil diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya
untuk dipresentasikan. Pertemuan kedua ini diakhiri dengan memberikan tes akhir
siklus I.
Observasi dilakukan dengan bantuan observer saat proses pembelajaran
sedang berlangsung. Dari hasil observasi diperoleh ketuntasan keaktifan siswa
individu mencapai 54,29%. Tingkat pencapaian ketuntasan keaktifan kelompok
pada siklus I mencapai 60% dengan persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok
sebesar 80%. Sedangkan berdasarkan catatan di lapangan siklus I diketahui bahw
saat diskusi pada pertemuan pertama banyak kelompok yang kurang tepat waktu
dalam mengerjakan tugas, pada saat tes siklus I dilaksanakan banyak siswa yang
masih terlihat gugup dan kebingungan dalam mengerjakan soal-soal.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D
Hasil Observasi
Kelompok Skor rata-rata individu dalam kelompok Persen Kriteria
1 2.44 81.27 Cukup
2 2.37 79.05 Cukup
3 2.20 73.33 Cukup
4 2.23 74.29 Cukup
5 2.43 80.95 Cukup
6
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa semua kelompok masih
memiliki kriteria keaktifan Cukup. Terdapat 2 kelompok diskusi siswa yang
masih belum tuntas yaitu kelopok 3 dan kelompok 4. Kelompok 3 memperoleh
rata-rata
rata keaktifan kelompok sebesar 73.33% dan kelompok 4 memperoleh rata-
rata
rata keaktifan kelompok sebesar 74.29. Sedangkan data nilai hasil belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
100.00
00%
50.00
00% Keterangan
Tuntas
Klasikal
0.00
00%
Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Kriteria hasil belajar
7
belajar individu karena nilainya masih dibawah 70. Tabel 4.2 tersebut
menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan pada nilai pra
tindakan. Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I sebesar 34,28%.
Hasil observasi pelaksanaan siklus I diperoleh kelemahan-kelemahan
bahwa tidak semua siswa memiliki buku, sebagian siswa masih ada yang
melamun, mengantuk, berbicara dengan teman, bermain HP. Pada waktu kerja
kelompok masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada siswa yang tidak
membantu teman kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa
masih ragu-ragu dan malu dalam bertanya, menjawab, menanggapi, dan
berpendapat. Terdapat kelompok yang terlambat dalam mengumpulkan hasil
diskusi kelompoknya. Rencana perbaikan tindakan siklus I antara lain: penertiban
pelaksanaan tindakan sesuai dengan alokasi waktu, membentuk kelompok yang
merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang
memiliki kemampuan rendah, dan Guru harus memberikan pemahaman atau
memberikan motivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Siklus II
Perencanaan tindakan siklus II sama seperti pada siklus I. Pelaksanaan
tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus II sama seperti langkah-
langkah pembelajaran pada siklus I. Pada tahap observasi siklus II, hasil keaktifan
diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar individu siswa sebesar 88,70%
yang termasuk kategori (baik). Keberhasilan tindakan mengalami peningkatan
sebesar 10,92% dari siklus I. Sedangkan tingkat pencapaian katuntasan keaktifan
kelompok pada siklus II mencapai 100% dan meningkat 40% dari siklus I.
Pada siklus II diperoleh hasil keaktifan siswa mencapai 91,43% .
Persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok sebesar 90,22%. Berdasarkan
catatan di lapangan siklus II diketahui bahwa pada saat diskusi sudah tepat waktu
dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan. Saat tes siklus II dilaksanakan
terlihat siswa mulai terbiasa dengan tes yang diberikan dan percaya diri. Terlihat
hanya 2 siswa yang mengobrol sendiri saat pembelajaran. Hasil observasi
keaktifan belajar secara kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
8
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D
Hasil Observasi
Kelompok Skor rata-rata individu dalam kelompok Persen Kriteria
1 2.54 84.76 Cukup
2 2.69 89.52 Baik
3 2.67 88.89 Baik
4 2.65 88.25 Baik
5 2.76 92.06 Baik
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X-D Siklus II
9
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
10
Siswa masih kesulitan menganalisis permasalahan dalam bentuk movie. Pada
siklus I meskipun belum mencapai standar ketuntasan yang diinginkan tetapi hasil
belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan nilai pra
tindakan.
Pada siklus II, pembelajaran di kelas berjalan lebih baik dibandingkan
dengan tindakan siklus I di kelas. Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat jika
dibandingkan dengan siklus I. Siswa mulai mengerti dan paham dengan maksud
dan tujuan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Instruction berbantuan media movie. Siswa sudah terbiasa dengan model Problem
Based Instruction berbantuan media movie dan dalam menganalisis permasalahan
menggunakan movie siswa menjadi lebih mudah dalam menganalisis
permasalahan yang terdapat dalam movie tersebut. Pada siklus II hasil belajar
siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang diharapkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA
Negeri 2 Trenggalek kelas X-D, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie
dapat meningkatkan keaktifan siswa secara berkelompok dan individu pada mata
pelajaran Geografi di kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek. Penerapan model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie dapat
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi di kelas X-D SMA
Negeri 2 Trenggalek Kompetensi Dasar Menganalisis Atmosfer dan Dampaknya
terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
DAFTAR RUJUKAN
11