Bab 2
Bab 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam (Gofir, 2009). Fase akut stroke adalah
jangka waktu antara awal mula serangan stroke berlangsung sampai satu minggu
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau
membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab
vaskuler. Defenisi ini mencakup stroke akibat infark otak (stroke iskemik),
Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke
patogenesisnya serupa.
adalah:
2. Stroke Iskemik yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak Sehingga
dapat menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 85% dari semua stroke
b. Trombosis Serebri.
c. Embolia Serebri.
1. Transient Ischemic Attack (TIA) adalah Suatu gangguan akut dari fungsi fokal
serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh
yang timbul dan akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak
1. Sistem Karotis.
2. Sistem Vertebrobasiler.
(Gofir, 2009)
Selain itu stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu, stroke perdarahan
(hemoragik) dan stroke iskemik. Dua kategori ini memiliki Suatu kondisi yang
berlawanan dimana pada stroke hemoragik, kranium yang tertutup memiliki darah
yang terlalu banyak. Sedangkan pada stroke iskemik terjadi gangguan ketersedian
darah pada suatu daerah di otak. Sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik dan
sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark. (Gofir,
2009).
7
Menurut The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular Disorders
a) Usia
b) Jenis Kelamin
c) Etnis /Ras
d) Hereditas
a. Hipertensi.
a) Penyakit jantung.
b) Obesitas.
c) Diabetes mellitus.
d) Hiper-agregasi trombosit.
e) Alcoholism.
f) Merokok.
g) Peningkatan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida, LDL).
h) Hiperurisemia.
i) Infeksi.
absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin. Gejala gejala yang khas
Diabetes mellitus telah lama menjadi perhatian dari WHO. Penelitian pertama
neuropati, yang dapat mengakibatkan kecacatan serta kematian dini (WHO, 2000).
dalam pelayanan kesehatan dan juga sudah terbukti sebagai faktor resiko stroke
dengan peningkatan resiko relatif pada stroke iskemik 1.6 sampai 8 kali dan pada
stroke hemoragik 1.02 hingga 1.67 kali (Antonios & Silliman, 2005).
Penelitian prospektif terhadap 3642 pasien yang diamati selama 10.4 tahun
dkk, 2000). Pada penelitian ini HbA1C menurun dari median 7.9% ke 7.0%.
Kemungkinan resiko stroke dapat diperkecil lagi jika penanganan diabetes yang
sebagai faktor risiko stroke dengan peningkatan risiko relatif pada stroke iskemik 1.6
sampai 8 kali. Hal ini didukung dengan penelitian dalam jurnal National
9
Menurut penelitian dalam Diabetes Care Journal (Richard J. Steven et al, 2004)
stroke, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh untuk memicu terjadinya stroke
sehingga hubungan antara diabetes melitus dan stroke masih sulit dibuktikan.
Pernyataan tersebut juga didukung pernyataan dalam British Journal (Sander dirk et
al, 2011) yang menyatakan bahwa hubungan diabetes dengan stroke masih belum
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit
vascular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi yang
paling utama. Selain itu, kematian fetus intrauterine pada ibu ibu yang menderita
Diabetes yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan gangguan siklus haid
pada wanita. Pengobatan terbaik adalah dengan mengendalikan kadar gula darah pada
Kadar gula kulit (glukosa kulit) merupakan 55% kadar gula darah (glukosa darah)
pada orang biasa. Pada diabetes, rasio meningkat sampai 69 71% dari glukosa darah
yang sudah meninggi. Pada penderita yang sudah diobati pun rasio melebihi 55%
keadaan ini yang dinamakan sebagai diabetes kulit (Juanda dkk, 2007).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
IDDM ditandai dengan defisiensi mutlak insulin, onset gejala yang berat timbul
tergantung pada insulin dari luar. Usia saat timbulnya gejala klinis biasanya
dibawah 30 tahun,
meskipun gangguan dapat terjadi di semua usia. Sering dikenal dengan juvenile
Diabetes tipe 2 adalah diabetes mellitus yang tak tergantung insulin (NIIDM).
Mencakup hampir 85% dari semua kasus diabetes di negara negara maju, dan
orang eropa biasanya dibuat sesudah usia 40 tahun. Diagnosa dapat ditegakkan
bila kadar glukosa darah puasa meningkat sampai batas yang diterima sebagai
ditemukan pada waktu hamil. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yang
11
2008)
Infeksi
kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati
yang (1) mengekstraksi glukosa, (2) menyintesis glukosa, dan (3) melakukan
glikolisis. Jumlah glukosa yang yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan digunakan
hormon yaitu (1) hormon yang merendahkan kadar glukosa darah, yaitu insulin yang
dibentuk oleh sel-sel beta di pulau langerhans pankreas (Gambar 2.1), dan (2) hormon
yang meningkatkan kadar glukosa darah, ada glukagon yang disekresi oleh sel- sel
alfa pulau langerhans,epinefrin yang disekresikan oleh medulla adrenal dan jaringan
Hormone(GH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior (Gambar 2.2) (Price
INSULIN
GLUKOSA RESEPTOR-RESEPTOR
AKTIVITAS
PEMBAWA GLUKOSA
GAMBAR 2.1
Dikutip dari: Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan
Diabetes Melitus. pp. 63: 1259 1274. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
.Peningkatan kadar gula darah berbanding lurus dengan diabetes mellitus yang
dapat kita ketahui dari tes toleransi glukosa oral (OGTT). Kemampuan sesorang
untuk mengatur kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas batas normal dapat
14
ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum puasa, dan (2) respons glukosa serum
Dikutip dari: Lumbantobing, S.M, 2007. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak.
puasa dan pemeriksaan gula darah setelah makan (beban glukosa). Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (KGD) puasa dan sewaktu. Pasien diminta puasa 8-10 jam
sebelum pemeriksaan gula darah. Pada umumnya pasien juga akan diminta untuk
15
mengumpulkan sample urinnya. Hal ini ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa
dalam urin. Karena selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160 180
mg/dl, glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya direabsorbsi
oleh tubulus ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah melebihi dari 180 mg/dl maka
sebagian akan dibuang melalui urin atau yang biasa disebut sebagai glikosuria.
Gangguan toleransi glukosa harus diwaspadai sebagai gejala awal DM. perubahan
pada keadaan normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari
sumsum tulang. Selama 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit,
meningkat diatas normal, maka jumlah glikat hemoglobin juga akan meningkat.
Dapat dilakukan test HbA1C untuk menetukan kadar glukosa dalam hemoglobin
Dikutip dari: Price Sylvia A. and M.Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses -
Proses Penyakit Edisi 6.Vol. II. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes
Melitus. pp. 63: 1259 1274. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
hemoglobin A1c >7.0 %. Sampai saat ini tujuan umum penanganan diabetes dengan
target HbA1C ke 7.0% masih dipakai pada orang dewasa untuk mencegah resiko
makrovaskular.
merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan saraf saraf perifer
plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat.
Sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi
pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang
bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan
berkurang (polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan
kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami
kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain mengalami
Defisiensi insulin
Hiperglikemi
18
Glikosuria
Osmotik diuresis
Dehidrasi
Vikositas darah
Trombosis
Arthero skeloris
Makrovaskuler mikrovaskuler
Stroke
Gambar.2.3.