PENDAHULUAN
Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan
atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin
suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus
memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah
pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu
mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk
adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Page 1 of 20
BAB II
PEMBAHASAN
Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa Inggris (secara
harfiah artinya "hak salin"). Copyright diciptakan sejalan dengan penemuan mesin
cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan
dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan
proses pembuatan karya aslinya.1 Namun setelah di temukannya mesin cetak oleh J.
Guetenberg pada pertengahan abad ke-15, maka terjadilah perubahan dalam waktu
yang pendek serta dengan biaya yang lebih ringan, sehingga perdagangan buku
menjadi meningkat.
Di bidang hak cipta perlindungan mulai diberikan di Inggris pada tahun 1557
kepada perusahaan alat tulis dalam hal penerbitan buku. Dalam akhir abad ke-17 para
pedagang dan penulis menentang kekuasaan yang diperoleh para penerbit dalam
penerbitan buku, dan menghendaki dapatnya ikut serta dan untuk menikmati hasil
ciptaannya dalam bentuk buku. Sebagai akibat ditemukanya mesin cetak yang
membawa akibat terjadinya perubahan masyarakat maka dalam tahun 1709 parlemen
Inggris menerbitkan Undang-undang Anne (The Statute of Anne). Tujuan undang-
undang tersebut adalah untuk mendorong learned men to compose and write useful
work.Dalam Tahun 1690, John Locke mengutarakan dalam bukunya Two Treatises
on Civil Government bahwa pengarang atau penulis mempunyai hak dasar (natural
right) atas karya ciptanya. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku
hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian
setelah itu karya tersebut menjadi milik umum yang bisa dimanfaatkan siapa saja
secara bebas.
Page 2 of 20
pada tahun 1886 merupakan ketentuan hukum internasional yang pertama mengatur
masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright
diberikan secara otomatis kepada si pembuat karya cipta, dan pengarang atau pembuat
tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah
sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis
mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya
derivatif atau turunannya (karya- karya lain yang dibuat berdasarkan karya pertama),
hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku
copyright tersebut sudah habis. (Ibid.,)
Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada
tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September
1912, Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai berlaku 23 September 1912. 2 Setelah
Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini kemudian masih dinyatakan
berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan yang terdapat dalam Pasal II Aturan
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik
Indonesia Serikat dan 10 Undang- Undang Hak Cipta Belanda ini merupakan
pembaharuan dari undang- undang hak cipta yang berlaku sebelumnya pada tahun
1817; sebelum tahun ini undang- undang hak cipta yang lebih awal mendahuluinya
yang merupakan undang- undang hak cipta pertama di Belanda diundangkan tahun
1803. Dengan demikian, baru setelah mempunyai undang- undang hak cipta nasional
selama 110 tahun, Belanda menjadi peserta Konvensi Bern 1886.Pasal 142 Undang-
Undang Dasar Sementara 1950. Pemberlakuan Auteurswet 1912 ini sudah barang
tentu bersifat sementara. Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan
Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum
tentang hak cipta tidak berlaku lagi, agar para intelektual Indonesia bisa
memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti.
Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat
internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa. Ketentuan lama
Page 3 of 20
zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 berlaku lagi. Setelah 37
tahun Indonesia merdeka, Indonesia sebagai negara berdaulat mengundangkan suatu
Undang-Undang nasional tentang Hak Cipta, tepatnya tanggal 12 April 1982,
pemerintah Indonesia memutuskan untuk mencabut Auteurswet 1912 Staatsblad
Nomor 600 Tahun 1912 dan sekaligus mengundangkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982
Nomor 15. Undang-undang ini pada prinsipnya peraturannya sama dengan
Auteurswet 1912 namun disesuaikan dengan keadaan Indonesia pada saat itu.
3 Ibid, hlm. 59
4 Ibid, hlm. 69
Page 4 of 20
peristiwa pelanggaran hak cipta tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik
dapat melakukan penangkapan terhadap pelakunya.5
Walaupun perubahan pengaturan Hak Cipta melalui UUHC 1997 telah memuat
beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan perjanjian TRIPs, masih terdapat
beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-
karya intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya umtuk memajukan
perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya
bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan hal tersebut dipandang perlu untuk
mengganti UUHC dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Lalu disadari karena kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan
intelektual masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang memadai
agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan
pembangunan nasional, maka dibentuklah UUHC yang baru, yakni Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta agar sesuai dengan perkembangan hukum
dan kebutuhan masyarakat.
5 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta,
Jakarta, 2010, hlm. 5-6.
Page 5 of 20
1997. Di tahun 2002, Undang Undang Hak Cipta kembali mengalami perubahan
dan diatur dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002. Dan yang terbaru adalah
pada Tahun 2014 Undang Undang Hak Cipta mengalami lagi perubahan dan
diatur dalam Undang Undang No 28 Tahun 2014. Beberapa peraturan
pelaksanaan di bidang hak cipta adalah sebagai berikut:
Page 6 of 20
m. Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No.M.02.HC.03.01 Tahun 1991
tentang kewajiban Melampirkan NPWP dalam Permohonan Pendaftaran
Ciptaan dan Pencatatan Pemindahan Hak Cipta Terdaftar.
Hak cipta adalah Hak Alam, dan menurut prinsip ini bersifat Absolut serta
dilindungi haknya selama si Pencipta hidup dan beberapa tahun setelahnya.
Sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap
siapapun, ang mempunyai hak itu dapat menuntut tiap pelanggaran yang
dilakukan oleh siapapun. Dengan demikian, suatu hak absolut mempunai segi
balikannya (segi pasif), yaitu bahwa bagi setiap orang mempunyai kewajiban
untuk menghormati hak tersebut.6
6 H. Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Rajawali Pers, 2010, hal
70.
Page 7 of 20
transfer: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada
pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis,
dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
assignment : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain
berupa pemberian izin/ persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka
waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.
Menurut L.J, Taylor, yang dilindungi Hak Cipta adalah ekspresinya dari
sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri, 7 artinya, yang dilindungi hak
cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih
merupakan gagasan.8
Pada Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah
memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan
perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut :
a. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
1. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
7. Karya seni terapan;
8. Karya arsitektur;
9. Peta;
10. Karya seni batik atau seni motif lain;
11. Karya fotografi;
12. Potret;
13. Karya sinematografi;
7 L.J, Taylor, 1980, Copyright For Librarians, cetakan pertama, East Sussex :
Tamarisk Hastings
Page 8 of 20
14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
16. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
17. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
18. Permainan video; dan
19. Program Komputer.
b. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan tersendiri
dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
c. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman
tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan Penggandaan
Ciptaan tersebut.
1. Perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan
"typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan bentuk
penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan,
komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara
keseluruhan menampilkan wujud yang khas;
2. Alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk 2 (dua) ataupun 3 (tiga)
dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau
ilmu pengetahuan lain;
3. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks diartikan sebagai satu kesatuan
karya cipta yang bersifat utuh;
4. Gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo dan unsur-unsur
warna dan bentuk huruf indah. kolase adalah komposisi artistik yang
dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, atau kayu) yang
ditempelkan pada permukaan sketsa atau media karya;
5. Karya seni terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan menerapkan
seni pada suatu produk hingga memiliki kesan estetis dalam memenuhi
kebutuhan praktis, antara lain penggunaan gambar, motif, atau ornament
pada suatu produk;
6. Karya arsitektur antara lain, wujud fisik bangunan, penataan letak
bangunan, gambar rancangan bangunan, gambar teknis bangunan, dan
model atau maket bangunan;
7. Peta adalah suatu gambaran dari unsur alam dan/atau buatan manusia yang
berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu, baik melalui media digital
maupun non digital;
Page 9 of 20
8. Karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif,
masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena
mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,
maupun komposisi warna. Karya seni motif lain adalah motif yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah,
seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni
motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan;
9. Karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan
kamera;
10. Karya sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar gerak (moving
images) antara lain: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita
yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat
dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik
dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di
bioskop,layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan
salah satu contoh bentuk audiovisual;
11. Bunga rampai meliputi: ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi
karya tulis pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya
tari pilihanyang direkam dalam kaset, cakram optik atau media lain.
Basis data adalah kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca oleh
komputer atau kompilasi dalam bentuk lain, yang karena alasan pemilihan atau
pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi intelektual.Perlindungan terhadap
basis data diberikan dengan tidak mengurangi hak para pencipta atas ciptaan yang
dimaksudkan dalam basis data tersebut.Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu
Ciptaan menjadi bentuk lain. Sebagai contoh dari buku menjadi film.Karya lain
dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan menjadi format bentuk lain.
Sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka lembaga negara,
peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah,
putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan kitab suci atau simbol
keagamaan.10
Page 10 of 20
Subyek Hak Cipta adalah Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Pencipta
adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi. Sementara Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai
Pemilik Hak Cipta atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang
tersebut diatas. Yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang namanya
terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan dan pengumuman resmi tentang
pendaftaran pada Departemen Kehakiman; dan orang yang namanya disebut
dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta. Jika suatu ciptaan terdiri dari
beberapa bagian tersendiri yang diciptakan dua orang atau lebih, maka yang
dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi
penyelesaian seluruh ciptaan itu atau jika tidak ada orang itu, orang yang
menghimpunnya
Negara memegang Hak Cipta atas karya peningkatan pra sejarah, sejarah
dan benda budaya nasional lainnya. Negara juga memegang Hak Cipta terhadap
luar negeri atas ciptaan berikut : hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik
bersama, seperti cerita, hkayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan,
koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya dipelihara dan dilindungi oleh
Negara. Bila suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum
diterbitkan, maka Negara memegang Hak Cipta atas ciptaan tersebut untuk
kepentingan penciptanya
5. Hak Ekonomi
a. penerbitan Ciptaan;
c. penerjemahan Ciptaan;
Page 11 of 20
f. pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
i. penyewaan Ciptaan.
Dari segi kepentingan pencipta atau pemegang hak cipta, suatu ciptaan
dapat dieksploitasi atau digunakan untuk segala bentuk kemungkinan
pemanfaatan nilai-nilai ekonominya. Bentuk-bentuk pemanfaatannya sangat
beragam dan sangat tergantung pada jenis dan sifat ciptaan. Namun demikian,
secara umum dapat dikatakan bahwa eksploitasi dapat berlangsung dalam bentuk
memperbanyak dan mengumumkan ciptaan.
6. Hak Moral
12 http://tugashaki.url.ph/Hak-Pencipta-Karya/
Page 12 of 20
Sementara itu, David Vaver menguraikan sejarah pengaturan hak moral
di Canada. Negara ini mengatur hak moral sesuai dengan ketentuan Article 6bis
Konvensi Bern tahun 1931. Dalam perkembangannya, ketentuan itu diperjelas
dan diperluas tahun 1988, hingga menjadi seperti yang tertera dalam UU Hak
Cipta Canada saat ini.
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
Page 13 of 20
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung,
atau kolase;
g. karya arsitektur;
h. peta; dan
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh)
tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun
berikutnya.
a. karya fotografi;
b. Potret;
c. karya sinematografi;
d. permainan video;
e. Program Komputer;
i. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
1. pewarisan;
Page 14 of 20
2. hibah;
3. wasiat;
4. perjanjian tertulis; atau
5. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan.14
Page 15 of 20
(Ditjen HKI), yang kini berada di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Akan tetapi, sangat jarang pihak pemegang hak cipta mengambil upaya hukum
keperdataan ini. Ada beberapa alasan pihak pemegang hak cipta jarang melakukan
upaya ini, di antaranya: Pertama, proses keperdataan biasanya membutuhkan biaya,
waktu dan tenaga yang tidak sedikit; Kedua, proses keperdataan biasanya menuntut
pemegang hak cipta untuk pro aktif di dalam menyelesaikan masalah. Hal ini tentu
di anggap sebagai hal yang tidak produktif; Ketiga, sedikitnya atau minimnya
pengetahuan pemegang hak cipta terhadap hukum hak cipta dan tidak terkecuali
dalam konteks penyelesaian sengketa. Atas dasar itu, maka tidak sedikit pihak-
pihak yang merasa dirugikan dalam pelanggaran hak cipta akhirnya menempuh
upaya hukum pidana.
Page 16 of 20
Umumnya pelanggaran hak cipta didorong untuk mencari keuntungan
finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan
pemegang izin hak cipta. Perbuatan para pelaku jelas melanggar fatsun hukum
yang menentukan agar setiap orang dapat mematuhi, menghormati, dan
menghargai hak-hak orang lain dalam hubungan keperdataan termasuk penemuan
baru sebagai ciptaan orang lain yang diakui sebagai hak milik oleh ketentuan
hukum.15
15 http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9
16 Ibid.
17 ibid
Page 17 of 20
2. Merugikan kepentingan Negara, misalnya mengumumkan
ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di
bidang pertahanan dan keamanan atau ;
3. Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya
memperbanyak dan menjual video compact disc (VCD) porno.
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
BAB III
Page 18 of 20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hak cipta merupakan hak ekslusif, yang memberi arti bahwa
selain pencipta maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin penciptaan.
Yang dapat diambil dari pembahasan mengenai Hak Cipta adalah dapat
mengetahui apa itu hak cipta, bagaimana prosedur pendaftaran hak cipta serta
bagaimana seharusnya sanksi pidana atas pelanggaran Hak Cipta. Upaya dan
penegakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelanggaran Hak Moral dan Hak
Ekonomi antara lain dengan memperkuat kelembagaan hak cipta, sosialisasi dan
peningkatan kesadaran hukum masyrakat, dan penindakan hukum terhadap
pelanggaran hak moral.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Page 19 of 20
1. Harris Munandar dan Sally Sitanggang, 2002. Mengenal HAKI (Hak Kekayaan
Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya) : Erlangga
2. Gatot Supramono, 2010. Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya. Jakarta : Rineka
Cipta
3. H. Ok Saidin, 2010. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta : Rajawali Pers
5. http://tugashaki.url.ph/Hak-Pencipta-Karya/
6. http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9
Page 20 of 20