Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara
Daerah Upau, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan
Oleh : Tony Rahadinata dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi
ABSTRAK
Daerah Upau berada di wilayah Kabupaten Tabalong dan Balangan, Propinsi
Kalimantan selatan. Berdasarkan data-data pendukung dan keterdapatannya batubara di Indonesia, khususnya di daerah Daerah Upau, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan masih termasuk ke dalam sumber daya tereka, oleh sebab itu perlu dilakukan penyelidikan seismik refleksi untuk melengkapi data bawah permukaan, sehingga diharapkan bisa memberikan informasi tambahan mengenai keterdapatannya. Dari hasil pengolahan data semua lintasan didapatkan gambaran konfigurasi bawah permukaan yang saling bersesuaian, yaitu tergambarkan 3 lapisan formasi batuan dengan arah kemiringan ke barat dan selatan dan membentuk cekungan di bagian baratlaut daerah penyelidikan. Cekungan ini tergambarkan cukup jelas pada penampang lintasan B, karena lintasan B ini memotong 2 singkapan lapisan batubara yang mempunyai kemiringan masing masing ke arah barat dan ke arah selatan. Lapisan batuan yang pertama berada mulai di permukaan dan yang terdalam berada pada kedalaman 200 meter dengan konfigurasi kemiringan ke arah barat (lintasan A dan C) dan ke arah selatan (lintasan B), Lapisan batuan berikutnya berada mulai di permukaan (tersingkap di ujung utara dan timur) sampai kedalaman 400 meter dengan konfigurasi kemiringan ke arah barat( Lintasan A dan C) dan ke arah selatan (lintasan B). Lapisan batuan yang ketiga berada mulai kedalaman 100 meter dan batas bawah lapisan ketiga tidak tergambarkan dengan jelas karena tidak terdapat reflektor lagi pada kedalaman > 500 meter Kata Kunci: Seismik Refleksi, Batubara, Upau.
1. PENDAHULUAN Penyelidikan seismik refleksi
Batubara adalah merupakan energi endapan batubara di daerah Upau adalah fosil yang dewasa ini merupakan untuk menambah informasi data bawah primadonanya bahan galian tambang. permukaan di daerah tersebut. Fokus Secara besar-besaran batubara kegiatan adalah untuk mengetahui pola diekploitasi demi untuk memenuhi sebaran, ketebalan lapisan serta bentuk kebutuhan nasional akan energi, baik yang geometris dari endapan batubara pada digunakan secara langsung ataupun kedalaman > 100 m. secara tidak langsung seperti antara lain Daerah rencana penyelidikan sebagai bahan bakar pada pembangkit merupakan bagian dari cekungan Barito. listrik tenaga uap (PLTU). Cekungan Barito terletak di sepanjang sisi Berdasarkan data-data pendukung Tenggara Paparan Kontinen Sunda. dan keterdapatannya batubara di Cekungan ini dipisahkan dari Sub- Indonesia, khususnya di daerah Daerah cekungan Asem asem dan Sub-cekungan Upau, Kabupaten Tabalong, Provinsi Pasir di bagian Timur oleh pengangkatan Kalimantan Selatan masih termasuk ke Tinggian Meratus. Di sebelah Utara dalam sumber daya tereka, oleh sebab itu dipisahkan dari Cekungan Kutai oleh perlu dilakukan penyelidikan seismik Struktur patahan (Adang fault) / Barito refleksi untuk melengkapi data bawah Cross High. permukaan, sehingga diharapkan bisa Bedasarkan hasil penyelidik memberikan informasi tambahan mengenai terdahulu, di daerah Balangan sekitarnya keterdapatannya. dan di Kalimantan Selatan pada umumnya fomasi yang bertindak sebagai pembawa adalah 400 shot dimana setiap shot endapan batubara adalah Formasi Dahor, dilakukan 3-4 kali stack. Banyaknya stack Warukin dan Formasi Tanjung (Gambar 2). dalam 1 shot tergantung dari kualitas data Formasi Warukin di daerah yang dihasilkan, apabila dengan 3 stack inventarisasi pelamparannya hampir masih belum dirasa cukup baik maka mencapai 40% luas daerah. Bagian bawah ditambahkan lagi 1 stack. formasi tersingkap pada aliran Sungai Parameter lapangan survei seismik Balangan bagian hulu dan beberapa lokasi refleksi daerah tebo adalah dengan Jumlah pada cabang Sungai Balangan. Bagian channel 24,Record length 1 s,Sampling bawah formasi menunjukan kehadiran Interval 2 ms,Sweep length 16 s, Low cut batugamping, ke arah atas berubah : out, High cut : out, Pre amp gain : taper 3 menjadi batupasir kuarsa yang berselingan channel low gain, Spasi geofon 15 m,Spasi dengan batulumpur atau batulempung. Shot point 15 m, Stack per Shot Point : 3- Bagian tengah disusun oleh batulempung 4 stack, Konfigurasi penembakan end-off bersisipan batupasir dan beberapa lapisan spread , Near offset 15 m, Far offset 360 batubara. Berdasarkan informasi yang m, Panjang lintasan 800 1500 meter diperoleh tebal batubara pada formasi Tahapan proses data seismik refleksi Warukin dapat mencapai ketebalan sekitar dibagi menjadi 3 yaitu pre-prosesing, 30 m. prosesing, dan post-prosesing Tahapan Pre-prosesing yang pertama 2. METODE DAN TEORI adalah TAR (true amplitude recovery) yang Secara umum kegiatan akuisisi data bertujuan untuk mengembalikan nilai seismik adalah dimulai dengan membuat amplitudo sinyal dari sumber getar ke nilai sumber getar buatan, seperti vibroseis atau aslinya. Editing, muting dan filtering dinamit, kemudian mendeteksi dan dilakukan untuk menghilangkan noise merekamnya ke suatu alat penerima, berupa ground roll, spike noise, dan seperti geofon atau hidrofon. Getaran hasil random noise yang terekam saat ledakan akan menembus ke pengukuran. Filter yang digunakan pada dalampermukaan bumi dimana sebagian pemrosesan data ini adalah band pass dari sinyal tersebut akan diteruskan dan filter dengan parameter low cut 8 Hz dan sebagian akandipantulkan kembali oleh high cut 120 Hz. Setelah tahapan pre- reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali prosesing selesai, maka dilakukan stacking tersebut akan direkam oleh alat perekam di untuk melihat penampang sesimik masing- permukaan. Sedangkan sinyal yang masing lintasan. Hasil stack disini menembus permukaan bumi akan dinamakan brute stack karena masih dipantulkan kembali oleh bidang refleksi menggunakan kecepatan linier (asumsi). yang kedua sinyalnya akan diterima Pada brute stack, belum terlihat reflektor kembali oleh alat perekam dan seterusnya yang jelas yang menggambarkan hingga ke alat perekam yang terakhir. Alat perlapisan batuan di bawah permukaan . perekam akan menghasilkan data berupa Tahap berikutnya adalah analisis trace seismik.. kecepatan. Metode analisis kecepatan Setelah akuisisi data seismik, tahap yang digunakan adalah metode semblance berikutnya adalah pengolahan data yang akan menghasilkan kecepatan rms. seismik. Secara umum pengolahan data Prinsip dari metode ini adalah menunjukan seismik dapat dilihat pada Gambar 3 kecepatan optimum pada reflektor dengan kontur yang tinggi. Pencuplikan kecepatan 3. HASIL PENYELIDIKAN dilakukan setiap 20 CDP (200 meter) pada Pengukuran seismik refleksi di daerah data supergather yaitu data 11 cdp gather Upau-Balangan telah dilakukan pada 6 yang di stack dengan tujuan menguatkan lintasan berarah hampir Utara selatan sinyal dan mereduksi noise. Seiring dan Barat-timur dengan panjang lintasan dengan berubahnya nilai kecepatan berkisar antara 800 meter 1500 meter setelah dilakukan analisis kecepatan I, (Gambar 4). Jumlah titik shot yang diukur maka nilai statik pun akan berubah. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan statik lagi terputus-putus) dan kecerahan untuk mendapatkan nilai koreksi statik tampilannya yang kemudian dibandingkan residual. Koreksi statik residual dilakukan dengan hasil penafsiran penampang dengan membuat window pada data stack geologi daerah penyelidikan. Penampang kemudian akan dilakukakan perhitungan kedalaman seismik dapat memberikan matematis yang menghasilkan nilai koreksi gambaran kurang lebih tiga formasi statik residual. Perubahan terlihat jelas batuan. setalah dilakukan koreksi statik residual I. Penampang Kedalaman Lintasan A Terlihat lebih banyak reflektor yang muncul Penampang ini (Gambar 5) dengan kemenerusan yang lebih baik dan memberikan gambaran pendeteksian mulai menunjukan gejala keberadaan sampai kedalaman > 500 m dari lapisan batuan dimana terdapat reflektor permukaan tanah. Lintasan ini berarah yang jelas dan menerus. Berikutnya adalah barat-timur dan merupakan penggabungan Analisis kecepatan II sama halnya dengan dari lintasan 1 dan lintasan 2. Secara analisis kecepatan I, hanya saja umum pada lintasan A ini diinterpretasikan pencuplikan kecepatan dilakukan lebih terdapat 3 lapisan formasi batuan dengan detail setiap 10 CDP (100 meter) pada data kemiringan mengarah ke barat, hal ini supergather. Kecepatan RMS masih sesuai dengan informasi geologi. Lapisan berada pada kisaran 1500 2500 m/s. pertama berada pada kedalaman 0 m Tahap berikutnya adalah Koreksi Statik (permukaan) sampai kedalaman 200 m Residual II dan Preconditioning, Pada dibagian barat dan menerus sampai tahap ini data cdp gather dibersihkan dari tersingkapkan di sekitar CDP 4150 (ujung noise dengan lebih kuat. Utamanya timur lintasan 1). pembersihan dilakukan untuk random Penampang Kedalaman Lintasan B noise sehingga diharapkan data Penampang ini (Gambar 6) penampang memiliki kemenerusan yang memberikan gambaran pendeteksian lebih baik. Perubahan terlihat jelas setalah sampai kedalaman > 500 m dari dilakukan koreksi statik residual II, dimana permukaan tanah. Lintasan ini berarah terlihat lebih banyak reflektor yang muncul utara- selatan dan merupakan dengan kemenerusan yang lebih baik dan penggabungan dari lintasan 4,5 dan terlihat adanya kemiringan lapisan batuan lintasan 6. Secara umum pada lintasan B ke arah barat, hal ini mendukung informasi ini diinterpretasikan terdapat 3 lapisan geologi yang menyatakan bahwa formasi batuan dengan kemiringan kemiringan lapisan batubara ke arah barat mengarah ke selatan, akan tetapi ada yang dan selatan daerah survei. menarik pada lintasan ini dimana terlihat Setelah Preconditioning akan gambaran seperti cekungan. Hal ini dilakukan migrasi. Migrasi data dilakukan dikarenakan pada batas selatan lintasan ini dengan tujuan mengembalikan reflektor ke memotong lapisan batubara yang lokasi sebenarnya atau menghilangkan mempunyai kemiringan ke arah barat. difraksi yang diakibatkan efek kemiringan Lapisan pertama berada pada kedalaman pada data topografi. Difraksi dihilangkan 0 m (permukaan) sampai kedalaman 100 karena bisa mengecoh pada saat m dan membentuk cekungan mulai dari interpretasi data penampang. Untuk data CDP 2001-2250. ini migrasi yang dilakukan adalah post Lapisan kedua berada mulai stack time migration dengan metode kedalaman 100 meter sampai kedalaman kirchoff. 300 meter dan menerus hingga tersingkap di sekitar CDP 2280 (Ujung utara lintasan 4. DISKUSI 5), lapisan kedua ini juga membentuk Proses penafsiran penampang gambaran cekungan akan tetapi singkapan kedalaman dari hasil ahir prosesing data dibagian selatannya tidak tergambarkan. (yang bisa dilakukan) adalah dengan cara Lapisan ketiga berada mulai kedalaman membedakan berdasarkan kemenerusan 300 m, dan untuk batas bawah lapisan besaran amplitudo yang sama (walaupun ketiga tidak bisa dilihat dengan jalas, karena penetrasi gelombang seismik sudah Lintasan A dan C) dan ke arah selatan tidak tertangkap oleh geofon. (lintasan B). Lapisan batuan yang ketiga Penampang Kedalaman Lintasan C berada mulai kedalaman 100 meter dan Penampang ini (Gambar 7) batas bawah lapisan ketiga tidak memberikan gambaran pendeteksian tergambarkan dengan jelas karena tidak sampai kedalaman > 500 m dari terdapat reflektor lagi pada kedalaman > permukaan tanah. Lintasan ini berarah 500 meter. barat-timur dan merupakan pengolahan lintasan 3. Secara umum pada lintasan C 6. UCAPAN TERIMA KASIH ini hampir sama dengan lintasan A karena ucapan terima kasih tim penulis merupakan lintasan yang sejajar, hantarkan kepada para staf Pusat Sumber diinterpretasikan terdapat 3 lapisan formasi Daya Geologi bidang bawah permukaan batuan dengan kemiringan mengarah ke dan energi fosil yang telah berperan serta barat, hal ini sesuai dengan informasi dalam penulisan ini. Kegiatan diskusi geologi. Lapisan pertama berada pada terutama tentang informasi geologi daerah kedalaman 0 m (permukaan) sampai Upau. kedalaman 100 m dibagian barat dan menerus sampai tersingkapkan di sekitar DAFTAR PUSTAKA CDP 6132. Lapisan kedua berada mulai Darman, H., dkk.,2000, An Outline kedalaman 100 meter sampai kedalaman Of The Geology of Indonesia, IAGI 200 meter dan menerus hingga tersingkap Darman, H. & Sidi, H, 2007.The di sekitar CDP 6070. Lapisan ketiga berada Geology of Indonesia, wikibooks mulai kedalaman 200 m, dan untuk batas Diessel, C.F.K.,1984, Coal geology, bawah lapisan ketiga tidak bisa dilihat Workshop Course 274/84, Australian dengan jalas, karena penetrasi gelombang MineralFoundation, 20-24th February 1984, seismik sudah tidak tertangkap oleh Indonesia. geofon. H.V. Lyatsky and D.C. Lawton; Canadian Jurnal Of Geophysics, Vol 24. 5. KESIMPULAN No. 2, December 1988, Application Of The Dari hasil pengolahan data semua Surface Reflection Seismik Method To lintasan didapatkan gambaran konfigurasi Shallow Coal Exploration In The Plains Of bawah permukaan yang saling Alberta bersesuaian, yaitu tergambarkan 3 lapisan Koesoemadinata, R.P.,dkk, 1978, formasi batuan dengan arah kemiringan ke Tertiary Coal Bassins of barat dan selatan dan membentuk Indonesia,Prepared for the 10th Ann. OF cekungan di bagian baratlaut daerah CCOP, Geology Survey of Indonesia. penyelidikan. Cekungan ini tergambarkan R. Heryanto, dkk, 1994.Peta cukup jelas pada penampang lintasan B, Geologi Lembar Sampanahan, Kalimantan, karena lintasan B ini memotong 2 Pusat Survey Geologi, Bandung. singkapan lapisan batubara yang Robertson Research, Coal mempunyai kemiringan masing masing ke Resources of Indonesia. Vol. I Report, arah barat dan ke arah selatan. Robertson Research (Australia) PTY Lapisan batuan yang pertama Limited, New South Wales berada mulai di permukaan dan yang Shell Mijnbouw, 1978, Explanatory terdalam berada pada kedalaman 200 Notes Of The Geological Map of The South meter dengan konfigurasi kemiringan ke SumateraCoal Province, Exploration report arah barat (lintasan A dan C) dan ke arah Soeyitno, T.,1986, Eksplorasi selatan (lintasan B), Lapisan batuan Batubara Untuk Studi Kelayakan, berikutnya berada mulai di permukaan Direktorat Batubara, Ditjen Pertambangan (tersingkap di ujung utara dan timur) Umum, Departemen Pertambangan sampai kedalaman 400 meter dengan Energi. konfigurasi kemiringan ke arah barat( Gambar 1 Peta Lokasi daerah penyelidikan di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Gambar 2. Kolom Stratigrafi daerah penyelidikan
Gambar 3. Alur Pengolahan Data Seismik Refleksi Gambar 4. Peta Desain Survei Seismik Refleksi daerah Upau-Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan