Arus Bolak Balik
Arus Bolak Balik
Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah 2
Disusun oleh:
Kelompok 7
Nina Irnawati (4201412004)
Ajeng Rizki Rahmawati (4201412026)
Danis Alif Oktavia (4201412111)
Rombel 03
Dosen Pengampu: Drs. Hadi Susanto, M.Si.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PENDAHULUAN
Kompetensi Inti:
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalamBOLAK-BALIK
ARUS menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
Konsep PentingnyaParameter Metode Analisis Kuantitatifnya
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
Pentingnya kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
Amplitudo
Nilai Efektifmemecahkan masalah. Metode Fasor
KI 4 : Mengolah, menalar,
Impedansi dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
Frekuensi
Daya terkait dengan Periode Rangkaian
pengembangan dari yang Dasarnya Rangkaian
dipelajarinya Lebih
di sekolah Kompleksnya
secara
Beda Fase Arus-Tegangan Fase
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Rangkaian Resistif
Rangkaian Kapasitif Rangkaian RLC Seri
Rangkaian Induktif
Diaplikasikan Pada
Resonansi
Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis rangkaian arus bolak-balik (AC) serta penerapannya.
4.6 Memecahkan masalah terkait rangkaian arus bolak-balik (AC) dalam kehidupan
sehari-hari.
PETA KONSEP
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
Pada umumnya semua tenaga listrik yang dihasilkan oleh berbagai sumber
pembangkit tenaga listrik adalah berupa arus bolak-balik dan tegangan bolak-balik yang
dihasilkan oleh generator yang digerakkan dengan energi yang berasal dari sumber daya
alam. Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan
arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik.
Karena ggl induksi sama dengan beda tegangan di antara dua kutub ggl induksi maka
dapat ditulis:
V =V maks sin t
dan
I =I maks sin( t+ 90 )
Di mana t atau (t+90) disebut sudut fase yang sering ditulis dengan lambang
. Sedangkan besarnya selisih sudut fase antara kedua gelombang tersebut disebut beda
fase.
Berdasarkan persamaan antara tegangan dan kuat arus listrik tersebut dapat
dikatakan bahwa antara tegangan dan kuat arus listrik terdapat beda fase sebesar 90
dan dikatakan arus mendahului tegangan dengan beda fase sebesar 90. Apabila
dilukiskan dalam diagram fasor dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu dengan beda fase 90.
5. Nilai Efektif
Daya yang dibuang dalam bentuk panas (kalor) oleh peralatan listrik disebut Daya
Disipasi. Yang besarnya adalah: P=R I 2 . Nilai arus yang digunakan untuk
menghitung daya disipasi arus bolak-balik adalah Nilai Efektif. Semua alat-alat ukur
listrik arus bolak-balik menunjukkan nilai efektifnya.
Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik adalah kuat arus dan tegangan bolak-
balik yang dianggap setara dengan arus atau tegangan searah yang menghasilkan jumlah
kalor yang sama ketika melalui suatu penghantar dalam waktu yang sama. Nilai efektif
juga biasa disebut dengan Nilai rms (rms = root mean square) atau nilai akar rata-rata
kuadrat.
Jadi daya disipasi oleh AC dirumuskan:
2
P=R I ef
I ef =I maks sin
2 2 2
dengan .
T
1
sin2 = sin 2 d
T 0
[ ]
T
1
2
I ef =I maks 2
T 0
sin 2 d
[ ]
T
1
V ef 2=V maks2 sin2 d
T 0
dengan nol sebab dalam satu siklus, luas bagian positif sama dengan luas bagian
Karena bentuk grafik I2 terhadap pada gambar berulang setiap , maka periode T sama
dengan . Selanjutnya kita peroleh persamaan:
T
1
I ef 2=I maks2 sin2 d
T 0
1
I ef 2=I maks2 sin2 d
0
I ef =
I maks2
2
I maks
I ef =
2
I ef =0,707 I maks I maks=I ef 2=1,414 I ef
Dengan cara yang sama diperoleh juga nilai efektif untuk tegangan AC. Jadi, hubungan
antara nilai efektif arus dan tegangan AC dengan nilai maksimum arus dan tegangan AC
adalah:
I ef =0,707 I maks I maks=I ef 2=1,414 I ef
gambar di samping. Muatan yang dilewatkan oleh arus bolak-balik dalam setengah
1
T
periode 2 adalah qac yang besarnya:
1
q ac=I r T
2
1
T
Jumlah muatan yang dileatkan oleh arus bolak-balik dalam waktu 2 sama
1
T
dengan luas grafik dengan batas-batas 0 sampai dengan 2 . Luas daerah itu dapat
1
T
2
2
I maks sin t dt
0 T
1
2
( T
( ))
T
2
I maks cos t
2 T 0
T
I maks ( T
2
cos +
2
cos 0)
T
I maks ( 1
2 2 )
+
T
I maks
Sehingga, hubungan antara nilai arus rata-rata (Ir) dan arus maksimum (Imaks) adalah:
2I
I r = maks
Dengan cara yang sama hubungan antara nilai tegangan rata-rata (Vr) dan tegangan
maksimum (Vmaks) adalah:
2V
V r = maks
Nilai rata-rata arus dan tegangan untuk setengah periode ini tidak sama dengan nilai
rata-rata satu periode yang bernilai nol.
Arus dan tegangan bolak balik yang sefase dengan sudut fase t , arus listrik
v =V m sin t
Pada rangkaian ac dapat saja terjadi perbedaan fase antara arus listrik i dan
tegangan v . Ini berarti sudut fase arus dan tegangan tidaklah sama. Misalkan sudut
fase arus adalah t dan sudut fase tegangan adalah t + , maka persamaan arus
t
(+ )
v =V m sin
Jika kita tetapkan sudut fase 0o sebagai acuan sumbu X , maka diagram
murni dengan hambatan listrik sebesar R . Rangkaian ini dialiri arus ac,
i=I m sin t
. Sesuai dengan hukum Ohm, beda tegangan antara ujung-ujung resistor
murni R adalah:
Gambar 10. Rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung resistor murni dan
i=I m sin t
dialiri arus .
Gambar 11. Diagram fasor arus i terhadap tegangan v untuk rangkaian resistif murni. Di
sini arus dan tegangan adalah sefase.
V AB=v=Ri=R ( I m sin t )
v =R I m sin t
R I m =V m
Jika kita ambil , maka persamaan di atas menjadi
v =V m sin t
v =V m sin t
ujung-ujung resistor murni
Vm
V m=R I m I m=
dengan atau R
Rangkaian ac yang hanya mengandung resistor murni disebut juga rangkaian
resitsifmurni. ika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka
diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian resistif murni adalah pada
gambar 11. dari diagram fasor tersebut tampak bahwa pada rangkaian resistif murni
tidakada beda fase antara arus dan tegangan. Dengan kata lain, arus dan tegangan pada
rangkaian resistif murni adalah sefase.
i=I m sin t v =V m sin t
Jika kita melukis grafik kuat arus dan tegangan
dari rangkaian resistif murni pada satu sumbu, maka akan kita peroleh grafik seperti
yang ditunjukkan gambar 12. dari gambar ini tampak bahwa titik awal grafik
gelombang arus i dan tegangan v adalah sama, yaitu titik A . Karena itulah
P=I 2ef R
Gambar 12. Grafik kuat arus i dan tegangan v pada rangkaian resistif murni. Titik awal
gelombang arus i dan tegangan v berimpit, yaitu di titik A. karena itu, arus i dan
tegangan v adalah sefase.
b. Rangkaian AC untuk Induktor Murni
Pada gambar 13. ditunjukkan rangkaian ac yang hanya mengandung indikator
i=I m sin t
murni dengan induktansi , dialiri ac, .
induktansi L , maka antara ujung-ujung induktor akan terbangkit suatu ggl induksi,
L [ I m cos t ]
L I m cos t
sin ( + 90o )
Berdasarkan persamaan trigonometri tersebut maka persamaan (*) menjadi
o
v =L I m cos (t +90 )
L I m=V m
Jika kita pilih , maka persamaan di atas menjadi
o
v =V m cos(t+ 90 )
Gambar 13. Rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung inductor murni dan
i=I m sin t
dialir arus .
Gambar 14. Diagram fasor arus i dan tegangan v untuk rangkaian induktif murni. Di sini
tegangan v mendahului arus i sebesar 90.
Im
V m=L I m I m=
dengan atau L
Rangkaian ac yang hanya mengandung induktor murni disebut juga rangkaian
induktif murni. Jika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka
diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian induktif murni adalah seperti
pada gambar 14. dari diagram fasor tersebut, tampak bahwa pada rangkaian induktif
o
murni terdapat beda fase antara arus i dan tegangan v, yaitu sebesar sudut fase 90 .
o
Di sini fase tegangan v mendahului fase arus i sebesar =90 .
listrik adalah hambatan listrik R dari resistor. Satuan R adalah ohn ( ) dan telah
dinyatakan oleh
Vm Vm
I m= atau R=
R Im
Apakah yang menghambat arus listrik pada rangkaian ac untuk induktor murni?
Mirip dengan rangkian ac untuk resistor murni didefinisikanlah bahwa yang
menghambat arus listrik dalam rangkaian ac untuk induktor murni reaktansi induktif,
XL XL
diberi lambang . Tentu saja satuan adalah ohn dan mirip dengan R ,
XL
reaktansi induksi didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-
Diperoleh
L I m
X L=
Im
Reaktansi Induktif
X L=L=2 fL
f XL
dengan frekuensi. Untuk frekuensi yang sangat besar, menjadi sangat besar,
dan dalam keadaan seperti ini, sebuah induktor memberikan hambatan besar terhadap
arus ac. Dalam keadaan kebalikannya, yaitu untuk frekuensi mendekati nol (yaitu arus
XL
searah atau arus ac), menjadi nol, dan ini menunjukkan bahwa sebuah induktor
sudut pandang daya listrik, karena daya adalah hasil kali kuat arus dan tegangan. Untuk
selang waktu tertentu, baik tegangan maupun arus adalah positif. Karena itu, daya sesaat
juga positif, yang berarti bahwa generator (sumber ac) mengirim energi ke induktor.
Tetapi, dalam selang waktu lainnya, tegangan adalah negatif sementara arus adalah
positif, sehingga daya sesaat sebagai hasil kali keduanya adalah negatif. Selama selang
waktu ini, induktor mengembalikan energinya ke generator. Jadi, daya bergantian antara
nilai-nilai positif dan negatif untuk selang waktu yang sama, dengan kata lain, induktor
secara bergantian menyerap dan membebaskan energi. Secara rata-rata daya adalah nol
dan sebuah indikator dalam rangkaian ac sama sekali tidak menggunakan energi.
c. Rangkaian Arus Bolak-balik untuk Kapasitor
Pada gambar 15. ditunjukkan rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung
i=I m sin t
kapasitor murni dengan kapasitas C , dialiri arus bolak-balik .
Gambar 15. rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung kapasitor murni dan
i=I m sin t
dialiri arus bolak-balik .
Gambar 16. Diagram fasor arus i dan tegangan v untuk rangkaian kapasitif murni. Di
sini tegangan v terlambat sebesar 90 terhadap arus i.
Telah diketahui bahwa muatan listrik q yang dapat disimpan oleh sebuah
Jika kedua ruas persamaan dideferensialkan terhadap waktu, maka kita peroleh
dq d (Cv) dv
= =C
dt dt dt
d (Cv)
i=
dt
1
dv= idt
C
v= [
1 I m
C ] I
cos t = m ( cos t )
C ....... (*)
( 90o )
=sin
cos
Berdasarkan persamaan trigonometri tersebut maka persamaan (*) menjadi
(t 90o )
I
V = m sin
C
Im
Jika kita pilih =V m , maka persamaaan di atas menjadi
C
(t 90 o)
V =V m sin
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
I m sin t
Pada kapasitor murni yang dialiri arus ac , kita peroleh beda tegangan
Dengan
Vm
I I m=
V= m atau 1
C
C
Rangkaian ac yang mengandung kapasitor murni disebut juga rangkaian
kapasitas murni. Jika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka
diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian kapasitif murni adalah
seperti pada Gambar 6.16. dari diagram fasor tersebut tampak bahwa pada rangkaian
kapasitif murni terdapat beda fase antara arus i dan tegangan v , yaitu sebesar
90o .
XC
rangkaian ac untuk kapasitor murni adalah reaktansi kapasitif, diberi lambang .
XC XL XC
Tentu saja satuan adalah ohm dan mirip dengan , reaktansi kapasitif
didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-ujung kapasitor dan kuat
arus melalui kapasitor
V V I
X C = ef = m m
, dan dengan substitusi C , diperoleh
I ef Im
1 1
XC= =
Reaktansi kapasitif C 2 fC
XC
Dengan C adalah kapasitas kapasitor (farad) dan adalah reaktansi kapasitif (
atau ohm).
XC
besar maka mendekati nol dan ini menunjukkan kapasitor hampir sama sekali
tidak menghambat arus bolak-balik. Tetapi sangat berbeda dengan ini, ketika frekuensi
XC
mendekati nol (yaitu arus dc) menjadi sangat besar. Ini menyatakan bahwa
sebuah kapasitor menghambat arus searah sehingga arus searah tidak dapat mengalir
melalui kapsitor. Analisi rangkaian dc yang mengandung kapasitor telah dibahas
(3) Daya pada rangkaian kapasitif murni
Perbedaan fase 90o antara arus dan tegangan mengarah kepada hasil yang sama
untuk daya rata-rata yang terjadi dalam sebuah induktor. Sebuah kapasitor secara
bergantian menyerap dan membebaskankan energi dalam selang waktu yang sama. Jadi,
secara rata-rata daya adalah noldan sebuah kapasitor dalam rangkaian ac sama sekali
tidak menggunakan energi.
i=I m sin t
bolak-balik , masing-masing adalah
V R =V m sin t
V L =V m sin(t+ 90 )
V C =V m sin( t90 )
Jika kita tetapkan sudut t sebagai acuan sumbu X maka diagram fasor untuk
VR VL VC
arus i, tegangan , , dan dirtunjukkan pada gambar 18. Tegangan
V AB=V
antara ujung-ujung rangkaian seri RLC, yaitu adalah jumlah fasor antara
VR VL VC
, , dan .
V =V R +V L +V C
Gambar 18. Diagram fasor arus dan tegangan pada rangkaian seri RLC.
V AB
Besar tegangan atau V adalah
V = V R2+ ( V L V C )
2
Arah fasor V, yaitu sama dengan beda sudut fase antara kuat arus dan tegangan
Kita dapat menentukan beda sudut fase antara kuat arus dan tegangan dengan meninjau
diagram fasor impedansi. Kita telah mengetahui bahwa tegangan masing-masing
komponen dapat dinyatakan dengan
V R =i R , V L=i R , V c =i R
dan
XL XC
antara hambatan R, reaktansi dan , dan impedansi Z, seperti diunjukkan
dalam rangkaian arus bolak-balik dapat kita gantikan dengan sebuah hambatan
pengganti, yang kita sebut dengan impedansi Z rangkaian RLC (lihat gambar 20. a dan
V AB=V =iZ .
b), sehingga berlaku hukum Ohm
V = V R2+ ( V L V C )
2
2
iZ= ( iR ) + ( i X i X ) =i R + ( X L X C )
2 2 2
L C
Z = R + ( X X )
2 2
L C
Gambar 20. Efek hambatan total pada rangkaian (a) dapat kita gantikan dengan sebuah
impedansi Z (rangkaian (b)).
Persamaan umum impedansi :
Z = R 2+ X 2 dengan X =X L X C
Kasus-kasus rangkaian ac
2
Mengandung R, L, dan C X=X L X C Z= R + ( X L X C )
2
Mengandung R dan L X=X L Z= R + X L
2 2
VR, X Vx XL
Kita juga dapat menganalogi Z dengan V, R dengan dengan ,
VL XC VC
dengan dan dengan , memberikan persamaan umum tegangan ac.
V = V R2+ V X 2 dengan V X =V L V C
Kita juga dapat menyatakan rumus tangen dengan notasi yang lebih umum
ini sebagai:
X
tan = dengan X =X L X C
R
VX
tan =
VR dengan V X =V L V C
X L X C
X L> X C tan =
kapasitif rangkaian: (gambar 6.40a) sehingga R bernilai
positif, atau sudut fase bernilai positif. Dalam kasus ini, tegangan mendahului
X L X C
X L< X C tan =
kapasitif rangkaian: (gambar 6.40b) sehingga R bernilai
negatif, atau sudut fase bernilai negatif. Dalam kasus ini, tegangan terlambat arus
X L= X C , bernilai nol,
reaktansi kapasitif rangkaian: (gambar 21c). Sudut fase
dan impedansi rangkaian sama dengan hambatan rangkaian: Z =R . Dalam kasus ini,
tegangan sefase dengan arus dan rangkaian disebut bersifat resistif. Peristiwa ketika
sifat induktif saling meniadakan dengan sifat kapasitif, sehigga rangkaian bersifat
resistif disebut peristiwa resonansi.
X L< X C
induktif. (b) sudut fase bernilai negatif, rangkaian bersifat kapasitif. (c)
X L= X C
sudut fase =0 , rangkaian bersifat resistif.
Frekuensi resonansi rangkaian RLC
Resonansi pada rangkaian seri RLC terjadi ketika reaktansi induktif sama dengan
reaktansi kapasitif. Dari pernyatan ini kita dapat menentukan frekuensi sudut resonansi
r f r.
dan frekuensi resonansi
X L= X C
Syarat resonansi
1 2 1
r L=
r c atau r = LC , sehingga
r =
1
LC
f r=
1
2 1
LC
dengan
L= induksi konduktor (H)
C= kapasitas kapasitor (F)
r = frekuensi sudut resonansi (rad/s)
Kuat arus dan impedansi rangkaian seri RLC pada keadaan resonansi
Arus yang mengalir melalui rangkaian seri RLC dapat kita nyatakan dengan
persamaan berikut.
V
i=
Z
V V
i= =
[ R + ( X X ) ]
[
2 2
)]
2
1
L C 2
(
R + L
C
Gambar 22. Grafik kuat arus listik i terhadap frekuensi sudut . Kuat arus i mencapai
nilai maksimum pada saat frekuensi sumber sama dengan frekuensi resonansi
rangkaian.
Ketika frekuensi sumber arus bolak-balik sama dengan frekuensi resonansi
= r X L= X C
rangkaian ( ), maka , sehingga:
Impedansi Rangkaian :
T
1
Z =sin 2 = sin 2 d=R ( nilai minimum )
T 0
hambatan rangkaian ( Z =R );
V
i=
b) Kuat arus rangkaian nilai maksimum (terbesar), yaitu R
1
fr f r=
frekuensi resonansi ( ) dengan 2 LC
Gambar 23. Rangkaian osilator: kumparan L parallel kapasitor C, dengan resonansi
1
f r=
2 LC .
Rangkaian penala
Rangkaian penala berfungsi untuk memilih satu gelombang radio dari banyak
gelombang radio yang mendekat pada antena penerima radio. Rangkaian penala terdiri
dari sebuah kumparan dengan induktansi L dan sebuah kapasitor variabel dengan
Jika rangkaian penala disetel pada sebuah pemancar tertentu, maka rangkaian
penala akan membangkitkan frekuensi tinggi yang sama dengan frekuensi tinggi dari
pemancar tersebut. Kita katakan bahw a penerima radio beresonansi dengan pemancar
1
f r=
tersebut. Frekuensi resonansi rangkaian penala adalah 2 LC .
Jika kita ingin menerima gelombang radio pemancar lain yang frekuensinya lebih
fr
tinggi maka kita harus menaikkan frekuensi resonansi rangkaian penala. Ini kita
adalah dengan memutar tombol yang menyetel nilai kapasitor C dari kapasitor
variabel.
Gambar 24. Rangkaian penala.
CONTOH SOAL
V ef =220 V
a. I maks=I ef 2
I maks=2 A 2
I maks=2,82 A
b. V maks=V ef 2
V maks =220 V 2
V maks=311,13 V
memenuhi persamaan V =200 sin 200 t , tentukan besarnya arus rata-rata yang
V maks 200 V
I maks= = =4 A
R 50
maka
2 I maks 2 4 A 8 A
Ir = = = =2,55 A
3,14 3,14
3. Apabila tegangan maksimum dan frekuensi pada rangkaian induktor murni adalah
3,6 V dan 1,6 MHz, tentukanlah:
a. Reaktansi induktif dan induktansi induktor yang diperlukan agar arus
maksimumnya 250 A.
b. Arus maksimum yang melalui induktor, jika tegangan maksimum dijaga konstan
dan frekuensi diubah menjadi 16 MHz
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
V m=3,6 V
4
a I m=250 A=2,5 10 A
Reaktansi Induktif
V 3,6
X L= m = =14 400 =14,4 k
I m 2,5 104
Induktansi:
X 14 400
L= L = =1,43 103 H=1,43 mH
2 f 2 ( 3,14 ) (1,6 10 6)
Vm 3,6
I m= = 5
=2,5 105 A=25 A
X L 1,44 10
V =V m sin t volt
4. Suatu rangkaian kapasitif murni memiliki persamaan tegangan
. Apabila diketahui frekuensi sudut 100 rad/s, tegangan efektif 200 volt, dan
kapsitas kapasitor 20 F. Tentukanlah:
a. Persamaan kuat arus sesaat,
b. kuat arus yang melalui rangkaian pada t = 2,5 ms.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
=100 rad/s
V ef =200 V
1
C=20 F=2 105 F X c =
C
1 500
=
( 100 ) (2 10 )
5
a. pada rangkaian kapasitif murni, arus mendahului tegangan dengan beda sudut
fase radian 2 sehingga persamaan umum kuat arus dikaitkan dengan
V =V m sin t
persamaan umum tegangan adalah
I =I m sin (t + )
2
V m 200 2
I m= = =0,4 2
Dengan Xc 500
=100 rad/s
I =0,4 2 sin(100 t + ) A
2
3
b. untuk t=2,5 ms=2,5 10 s , maka
[
t=0,4 2 sin 100 ( 2,5 103 ) +
2 ]
0,5 2
0,75 =0,4 2()=1,26 A
0,4 2sin
Z =(90)2+(10040)2
Z = 8100+ 3600
Z =108,17