Anda di halaman 1dari 33

Rangkaian Arus Bolak-balik

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah 2

Disusun oleh:
Kelompok 7
Nina Irnawati (4201412004)
Ajeng Rizki Rahmawati (4201412026)
Danis Alif Oktavia (4201412111)

Rombel 03
Dosen Pengampu: Drs. Hadi Susanto, M.Si.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PENDAHULUAN

Mata Pelajaran : Fisika


Satuan Pendidikan : SMA/MA
Kelas/Semester : XII/II

Kompetensi Inti:
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalamBOLAK-BALIK
ARUS menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
Konsep PentingnyaParameter Metode Analisis Kuantitatifnya
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
Pentingnya kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
Amplitudo
Nilai Efektifmemecahkan masalah. Metode Fasor
KI 4 : Mengolah, menalar,
Impedansi dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
Frekuensi
Daya terkait dengan Periode Rangkaian
pengembangan dari yang Dasarnya Rangkaian
dipelajarinya Lebih
di sekolah Kompleksnya
secara
Beda Fase Arus-Tegangan Fase
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Rangkaian Resistif
Rangkaian Kapasitif Rangkaian RLC Seri
Rangkaian Induktif

Diaplikasikan Pada

Resonansi

Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis rangkaian arus bolak-balik (AC) serta penerapannya.
4.6 Memecahkan masalah terkait rangkaian arus bolak-balik (AC) dalam kehidupan
sehari-hari.

PETA KONSEP
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

Pada umumnya semua tenaga listrik yang dihasilkan oleh berbagai sumber
pembangkit tenaga listrik adalah berupa arus bolak-balik dan tegangan bolak-balik yang
dihasilkan oleh generator yang digerakkan dengan energi yang berasal dari sumber daya
alam. Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan
arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik.

1. Sumber Arus Bolak-balik


Sumber arus bolak-balik adalah generator arus bolak-balik yang prinsip kerjanya
pada perputaran kumparan dengan kecepatan sudut yang berada di dalam medan
magnetik. Sumber ggl bolak-balik tersebut akan menghasilkan tegangan sinusoida
berfrekuensi f.

Gambar 1. Gambar 1. Generator AC

Gambar 2. Lambang sumber arus bolak-balik

2. Kuat Arus dan Tegangan AC Dinyatakan dalam Fasor


Tegangan listrik dan arus listrik yang dihasilkan generator berbentuk tegangan dan
arus listrik sinusoida, yang berarti besarnya nilai tegangan dan kuat arus listriknya
sebagai fungsi sinus. Untuk menyatakan perubahan yang dialami arus dan tegangan
secara sinusoida, dapat dilakukan dengan menggunakan Diagram Fasor.
Fasor berasal dari bahasa Inggris Phasor (Phase vektor atau vektor fase). Fasor
adalah suatu vektor yang berputar terhadap titik pangkalnya. Fasor dinyatakan dengan
suatu vektor yang nilainya tetap berputar berlawanan dengan putaran jarum jam. Fasor
suatu besaran dilukiskan sebagai suatu vektor yang besar sudut putarnya terhadap
sumbu horizontal (sumbu x) sama dengan sudut fasenya.
Contoh:
(a) (b)
Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

3. Tegangan dan Arus Bolak-balik (AC)


Osilasi gaya gerak listrik dan arus bolak-balik dihasilkan dari sebuah kumparan
yang berputar dengan laju tetap. Pada gambar grafik dibawah ini, puncak dan simpul
gelombang menunjukkan kedudukan kumparan terhadap besar sudut yang ditempuhnya.

Gambar 4. Grafik tegangan dan arus listrik bolak-balik terhadap waktu.


Perhatikan gambar 4.(a)! Besar ggl yang dihasilkan dari sebuah generator yang
berputar memenuhi persamaan:

=N
t

atau untuk t0,


d
=N
dt

karena =BA cos


maka
d ( BA cos )
=N
dt

dengan t , maka diperoleh


d ( BA cos t )
=N
dt
Jika persamaan di atas diturunkan, diperoleh:
=NBA sin t

sin t akan maksimum pada t = /2.


sin (/2) = 1 , maka
maks =NBA

sehingga persamaan di atas dapat ditulis:


= maks sin t

Karena ggl induksi sama dengan beda tegangan di antara dua kutub ggl induksi maka
dapat ditulis:
V =V maks sin t

Keterangan Besaran dan Satuan:


= frekuensi sudut putaran kumparan (rad/s)
A = luas bidang kumparan (m2)
B = besarnya medan magnetik (T)
N = jumlah lilitan kumparan
t = waktu (s)
= gaya gerak listrik (volt)
maks = gaya gerak listrik maksimum (volt)
V = tegangan sesaat (volt)
Vmaks = tegangan maksimum (volt)
Perhatikan gambar 4.(b)! Dari gambar tersebut kita ketahui bahwa arus AC yang
melewati kumparan berubah secara sinusoida terhadap waktu. Sehingga diperoleh
persamaan:
I =I maks sin t

Keterangan Besaran dan Satuan:


= frekuensi sudut putaran kumparan (rad/s)
t = waktu (s)
I = arus listrik sesaat yang melewati kumparan (A)
Imaks = arus listrik maksimum yang melewati kumparan (A)

4. Pengertian Sudut Fase dan Beda Fase dalam Arus Bolak-Balik


Arus dan tegangan bolak-balik (AC) dapat dilukiskan sebagai gelombang
sinusoida, jika besarnya arus dan tegangan dinyatakan dalam persamaan:
V =V maks sin t

dan
I =I maks sin( t+ 90 )
Di mana t atau (t+90) disebut sudut fase yang sering ditulis dengan lambang
. Sedangkan besarnya selisih sudut fase antara kedua gelombang tersebut disebut beda
fase.
Berdasarkan persamaan antara tegangan dan kuat arus listrik tersebut dapat
dikatakan bahwa antara tegangan dan kuat arus listrik terdapat beda fase sebesar 90
dan dikatakan arus mendahului tegangan dengan beda fase sebesar 90. Apabila
dilukiskan dalam diagram fasor dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu dengan beda fase 90.

5. Nilai Efektif
Daya yang dibuang dalam bentuk panas (kalor) oleh peralatan listrik disebut Daya

Disipasi. Yang besarnya adalah: P=R I 2 . Nilai arus yang digunakan untuk

menghitung daya disipasi arus bolak-balik adalah Nilai Efektif. Semua alat-alat ukur
listrik arus bolak-balik menunjukkan nilai efektifnya.
Nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik adalah kuat arus dan tegangan bolak-
balik yang dianggap setara dengan arus atau tegangan searah yang menghasilkan jumlah
kalor yang sama ketika melalui suatu penghantar dalam waktu yang sama. Nilai efektif
juga biasa disebut dengan Nilai rms (rms = root mean square) atau nilai akar rata-rata
kuadrat.
Jadi daya disipasi oleh AC dirumuskan:
2
P=R I ef

I ef =I maks sin
2 2 2
dengan .

sin2 adalah nilai rata-rata sin yang didefinisikan sebagai:


2

T
1
sin2 = sin 2 d
T 0

dimana T adalah periode dari grafik fungsi sin2 terhadap .


Rumus untuk menghitung nilai efektif arus dan tegangan bolak-balik sebagai
berikut.

[ ]
T
1
2
I ef =I maks 2

T 0
sin 2 d

[ ]
T
1
V ef 2=V maks2 sin2 d
T 0

Gambar 6. (a) Grafik sinusoida arus I terhadap =t ; nilai rata-rata I sama

dengan nol sebab dalam satu siklus, luas bagian positif sama dengan luas bagian

negative. (b) Grafik kuadrat arus I 2 terhadap .

Karena bentuk grafik I2 terhadap pada gambar berulang setiap , maka periode T sama
dengan . Selanjutnya kita peroleh persamaan:
T
1
I ef 2=I maks2 sin2 d
T 0

1
I ef 2=I maks2 sin2 d
0

Penyelesaian matematis persamaan di atas adalah:


2
I maks
2
I ef =
2 ( )
I maks2
I ef 2=
2

I ef =

I maks2
2
I maks
I ef =
2
I ef =0,707 I maks I maks=I ef 2=1,414 I ef

Dengan cara yang sama diperoleh juga nilai efektif untuk tegangan AC. Jadi, hubungan
antara nilai efektif arus dan tegangan AC dengan nilai maksimum arus dan tegangan AC
adalah:
I ef =0,707 I maks I maks=I ef 2=1,414 I ef

V ef =0,707 V maks V maks =V ef 2=1,414 I ef

6. Nilai Arus dan Tegangan Rata-rata


Nilai kuat arus bolak-balik rata-rata adalah kuat arus atau tegangan bolak-balik
yang nilainya setara dengan kuat arus searah untuk memindahkan muatan listrik yang
sama dalam waktu yang sama.

Gambar 7. Grafik sinusoida arus tegangan rata-rata


1
T
Perhatikan grafik di atas! Perhatikan grafik sinusoida dalam waktu 2 pada

gambar di samping. Muatan yang dilewatkan oleh arus bolak-balik dalam setengah

1
T
periode 2 adalah qac yang besarnya:

1
q ac=I r T
2

1
T
Jumlah muatan yang dileatkan oleh arus bolak-balik dalam waktu 2 sama

1
T
dengan luas grafik dengan batas-batas 0 sampai dengan 2 . Luas daerah itu dapat

dicari memakai persamaan integral berikut.


1
T
2
q ac= I maks sin t
0

Dari kedua persamaan tadi memiliki nilai sama. Sehingga:


1
T
2
1
I r T = I maks sin t dt
2 0

1
T
2
2
I maks sin t dt
0 T
1
2
( T
( ))
T
2
I maks cos t
2 T 0

T
I maks ( T
2
cos +
2
cos 0)

T
I maks ( 1
2 2 )
+

T
I maks

Sehingga, hubungan antara nilai arus rata-rata (Ir) dan arus maksimum (Imaks) adalah:
2I
I r = maks

Dengan cara yang sama hubungan antara nilai tegangan rata-rata (Vr) dan tegangan
maksimum (Vmaks) adalah:
2V
V r = maks

Nilai rata-rata arus dan tegangan untuk setengah periode ini tidak sama dengan nilai
rata-rata satu periode yang bernilai nol.

7. Alat Ukur Arus Bolak-balik


Untuk mengukur nilai tegangan dan kuat arus AC digunakan voltmeter AC dan
ampermeter AC. Alat ukur lisrik arus bolak-balik tidak menunjukkan nilai yang
sesungguhnya, melainkan nilai efektifnya. Untuk keperluan praktis digunakan AVO-
meter atau disebut juga multimeter.
(a) (b)
Gambar 8. (a) Multimeter analog. (b) Multimeter digital.

8. Rangkaian Resistif, Induktif, dan Kapasitif Murni

Arus dan tegangan bolak balik yang sefase dengan sudut fase t , arus listrik

dan tegangannya dapat dinyatakan oleh persamaan


i=I m sin t , dan

v =V m sin t

Pada rangkaian ac dapat saja terjadi perbedaan fase antara arus listrik i dan

tegangan v . Ini berarti sudut fase arus dan tegangan tidaklah sama. Misalkan sudut

fase arus adalah t dan sudut fase tegangan adalah t + , maka persamaan arus

dan tegangan ac dapat kita nyatakan dengan


i=I m sin t , dan

t
(+ )
v =V m sin

Jika kita tetapkan sudut fase 0o sebagai acuan sumbu X , maka diagram

fasor akan ditunjukkan sebagai berikut :


Gambar 9. Diagram fasor arus i dan tegangan v yang berbeda sudut fase .

a. Rangkaian AC untuk Resistor Murni


Pada gambar 10. ditunjukkan rangkaian ac yang hanya mengandung resistor

murni dengan hambatan listrik sebesar R . Rangkaian ini dialiri arus ac,

i=I m sin t
. Sesuai dengan hukum Ohm, beda tegangan antara ujung-ujung resistor

murni R adalah:

Gambar 10. Rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung resistor murni dan

i=I m sin t
dialiri arus .

Gambar 11. Diagram fasor arus i terhadap tegangan v untuk rangkaian resistif murni. Di
sini arus dan tegangan adalah sefase.

V AB=v=Ri=R ( I m sin t )
v =R I m sin t

R I m =V m
Jika kita ambil , maka persamaan di atas menjadi
v =V m sin t

Dapatlah kita nyatakan sebagai berikut.


i=I m sin t
Pada resistor murni yang dialiri arus ac, , kita peroleh beda tengan antara

v =V m sin t
ujung-ujung resistor murni
Vm
V m=R I m I m=
dengan atau R
Rangkaian ac yang hanya mengandung resistor murni disebut juga rangkaian

resitsifmurni. ika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka

diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian resistif murni adalah pada

gambar 11. dari diagram fasor tersebut tampak bahwa pada rangkaian resistif murni
tidakada beda fase antara arus dan tegangan. Dengan kata lain, arus dan tegangan pada
rangkaian resistif murni adalah sefase.
i=I m sin t v =V m sin t
Jika kita melukis grafik kuat arus dan tegangan

dari rangkaian resistif murni pada satu sumbu, maka akan kita peroleh grafik seperti
yang ditunjukkan gambar 12. dari gambar ini tampak bahwa titik awal grafik

gelombang arus i dan tegangan v adalah sama, yaitu titik A . Karena itulah

kita katakan bahwa arus dan tegangan adalah sefase.


Daya pada rangkaian resistif murni
Seperti telah diketahui, arus listrik yang mengalir melalui sebuah hambatan akan
menimbulkan panas pada hambatan itu. Panas ini akan dibebaskan, sehingga disebut

daya disipasi. Besar daya disipasi oleh hambatan R dinyatakan oleh

P=I 2ef R
Gambar 12. Grafik kuat arus i dan tegangan v pada rangkaian resistif murni. Titik awal
gelombang arus i dan tegangan v berimpit, yaitu di titik A. karena itu, arus i dan
tegangan v adalah sefase.
b. Rangkaian AC untuk Induktor Murni
Pada gambar 13. ditunjukkan rangkaian ac yang hanya mengandung indikator

i=I m sin t
murni dengan induktansi , dialiri ac, .

Telah dibahas bahwa bila arus bolak-balik i melalui induktor dengan

induktansi L , maka antara ujung-ujung induktor akan terbangkit suatu ggl induksi,

yang dinyatakan oleh :


di
=V AB=L
dt
i=I m sin t
Dengan memasukkan nilai , kita peroleh:
d
v =L ( I sin t )
dt m

L [ I m cos t ]

L I m cos t

Karena cos ( )=cos , maka dapat kita tulis


v =L I m cos (t) .......................(*)
Perhatikan persamaan trigonometri berikut.
cos =sin ( 90o )

cos ( )=sin [ 90o ( ) ]

sin ( + 90o )
Berdasarkan persamaan trigonometri tersebut maka persamaan (*) menjadi
o
v =L I m cos (t +90 )

L I m=V m
Jika kita pilih , maka persamaan di atas menjadi
o
v =V m cos(t+ 90 )

Gambar 13. Rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung inductor murni dan

i=I m sin t
dialir arus .

Gambar 14. Diagram fasor arus i dan tegangan v untuk rangkaian induktif murni. Di sini
tegangan v mendahului arus i sebesar 90.

Dapat dinyatakan sebagai berikut


I m sin t
Pada induktor murni yang dialiri arus ac, , kita peroleh beda tegangan

antara ujung-ujung induktor murni


v =V m sin ( t+ 90o )

Im
V m=L I m I m=
dengan atau L
Rangkaian ac yang hanya mengandung induktor murni disebut juga rangkaian

induktif murni. Jika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka

diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian induktif murni adalah seperti
pada gambar 14. dari diagram fasor tersebut, tampak bahwa pada rangkaian induktif
o
murni terdapat beda fase antara arus i dan tegangan v, yaitu sebesar sudut fase 90 .

o
Di sini fase tegangan v mendahului fase arus i sebesar =90 .

(1) Reaktansi Induktif


Pada rangkaian ac untuk resistor murni telah diketahui bahwa yang menghambat arus

listrik adalah hambatan listrik R dari resistor. Satuan R adalah ohn ( ) dan telah

dinyatakan oleh
Vm Vm
I m= atau R=
R Im

Apakah yang menghambat arus listrik pada rangkaian ac untuk induktor murni?
Mirip dengan rangkian ac untuk resistor murni didefinisikanlah bahwa yang
menghambat arus listrik dalam rangkaian ac untuk induktor murni reaktansi induktif,

XL XL
diberi lambang . Tentu saja satuan adalah ohn dan mirip dengan R ,

XL
reaktansi induksi didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-

ujung induktor dan kuat arus yang melalui induktor.


V V
X L= ef = m dan dengan mensubstitusikan V m=L I m
I ef Im

Diperoleh
L I m
X L=
Im

Reaktansi Induktif
X L=L=2 fL

(2) Sifat induktor pada frekuensi mendekati nol (arus dc)


XL
Telah diketahui bahwa reaktansi sebagai penghambat arus berbanding lurus

f XL
dengan frekuensi. Untuk frekuensi yang sangat besar, menjadi sangat besar,

dan dalam keadaan seperti ini, sebuah induktor memberikan hambatan besar terhadap
arus ac. Dalam keadaan kebalikannya, yaitu untuk frekuensi mendekati nol (yaitu arus
XL
searah atau arus ac), menjadi nol, dan ini menunjukkan bahwa sebuah induktor

sama sekali tidak menghambat arus ac.


(3) Daya pada rangkaian induktif murni
o
Fakta beda fase 90 antara arus dan tegangan memiliki konsekuensi penting dari

sudut pandang daya listrik, karena daya adalah hasil kali kuat arus dan tegangan. Untuk
selang waktu tertentu, baik tegangan maupun arus adalah positif. Karena itu, daya sesaat
juga positif, yang berarti bahwa generator (sumber ac) mengirim energi ke induktor.
Tetapi, dalam selang waktu lainnya, tegangan adalah negatif sementara arus adalah
positif, sehingga daya sesaat sebagai hasil kali keduanya adalah negatif. Selama selang
waktu ini, induktor mengembalikan energinya ke generator. Jadi, daya bergantian antara
nilai-nilai positif dan negatif untuk selang waktu yang sama, dengan kata lain, induktor
secara bergantian menyerap dan membebaskan energi. Secara rata-rata daya adalah nol
dan sebuah indikator dalam rangkaian ac sama sekali tidak menggunakan energi.
c. Rangkaian Arus Bolak-balik untuk Kapasitor
Pada gambar 15. ditunjukkan rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung

i=I m sin t
kapasitor murni dengan kapasitas C , dialiri arus bolak-balik .

Gambar 15. rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung kapasitor murni dan

i=I m sin t
dialiri arus bolak-balik .
Gambar 16. Diagram fasor arus i dan tegangan v untuk rangkaian kapasitif murni. Di
sini tegangan v terlambat sebesar 90 terhadap arus i.
Telah diketahui bahwa muatan listrik q yang dapat disimpan oleh sebuah

kapasitor dengan kapasitas C adalah


q=Cv

Jika kedua ruas persamaan dideferensialkan terhadap waktu, maka kita peroleh
dq d (Cv) dv
= =C
dt dt dt

Sebab C dianggap konstan terhadap waktu.


dq
=i
Karena dt , maka persamaan tersebut menjadi

d (Cv)
i=
dt
1
dv= idt
C

Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan kita peroleh


1
dv = C I m sin t

v= [
1 I m
C ] I
cos t = m ( cos t )
C ....... (*)

Perhatikan persamaan trigonometri berikut,


cos =sin ( 90o ) =sin [(90 o) ]


( 90o )
=sin
cos
Berdasarkan persamaan trigonometri tersebut maka persamaan (*) menjadi
(t 90o )
I
V = m sin
C
Im
Jika kita pilih =V m , maka persamaaan di atas menjadi
C

(t 90 o)
V =V m sin
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
I m sin t
Pada kapasitor murni yang dialiri arus ac , kita peroleh beda tegangan

antara ujung-ujung kapasitor murni


(t 90o )
v =V m sin

Dengan
Vm
I I m=
V= m atau 1
C
C
Rangkaian ac yang mengandung kapasitor murni disebut juga rangkaian

kapasitas murni. Jika kita tetapkan sudut fase t sebagai acuan sumbu X , maka

diagram fasor untuk arus i dan tegangan v dari rangkaian kapasitif murni adalah

seperti pada Gambar 6.16. dari diagram fasor tersebut tampak bahwa pada rangkaian

kapasitif murni terdapat beda fase antara arus i dan tegangan v , yaitu sebesar

90o .

(1) Reaktansi kapasitif


Mirip dengan reaktansi induktif, yang berfungsi sebagai penghambat arus dalam

XC
rangkaian ac untuk kapasitor murni adalah reaktansi kapasitif, diberi lambang .

XC XL XC
Tentu saja satuan adalah ohm dan mirip dengan , reaktansi kapasitif

didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-ujung kapasitor dan kuat
arus melalui kapasitor
V V I
X C = ef = m m
, dan dengan substitusi C , diperoleh
I ef Im

1 1
XC= =
Reaktansi kapasitif C 2 fC
XC
Dengan C adalah kapasitas kapasitor (farad) dan adalah reaktansi kapasitif (

atau ohm).

(2) Sifat kapasitor pada frekuensi mendekati nol (dc)


Persamaan reaktansi kapasitif menunjukkan bahwa ketika frekuensi menjadi sangat

XC
besar maka mendekati nol dan ini menunjukkan kapasitor hampir sama sekali

tidak menghambat arus bolak-balik. Tetapi sangat berbeda dengan ini, ketika frekuensi

XC
mendekati nol (yaitu arus dc) menjadi sangat besar. Ini menyatakan bahwa

sebuah kapasitor menghambat arus searah sehingga arus searah tidak dapat mengalir
melalui kapsitor. Analisi rangkaian dc yang mengandung kapasitor telah dibahas
(3) Daya pada rangkaian kapasitif murni

Perbedaan fase 90o antara arus dan tegangan mengarah kepada hasil yang sama

untuk daya rata-rata yang terjadi dalam sebuah induktor. Sebuah kapasitor secara
bergantian menyerap dan membebaskankan energi dalam selang waktu yang sama. Jadi,
secara rata-rata daya adalah noldan sebuah kapasitor dalam rangkaian ac sama sekali
tidak menggunakan energi.

9. Rangkaian Seri R, L, dan C


Rangkaian Seri RLC merupakan sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor,
induktor dan juga kapasitor yang disusun secara seri atau juga paralel di dalam satu
rangkaian. Rangkaian RLC seri ini disimbolkan untuk rangkaian aliran listrik
ketahanan, induktansi, dan juga kapasitansi yang tentu saja disusun secara seri.
Rangkaian RLC memang bisa digabung secara seri dan paralel atau juga
dikombinasikan keduanya.

Gambar 17. Rangkaian Seri RLC


Gambar diatas merupakan rangkaian Seri RLC yang disusun secara seri atau
berderet. Rangkaian RLC yang disusun seri ini dihantarkan oleh arus listrik AC atau
searah dimana setiap komponen akan menerima besaran tegangan yang sama. Arus AC
tersebut pada simbol simbol R, L dan juga C akan mendapatkan hambatan pada
komponen tersebut. Dalam hambatan tersebut akan dihasilkan Impedansi dengan simbol
Z. Dan Impedansi atau Z tersebut merupakan proses penggabungan dari simbol R, L dan
C.
Kita telah mengetahui bahwa ketika resistor saja, induktor saja, dan kapasitor
saja yang terdapat pada rangkaian ac, maka yang berfungsi menghambat arus ac
adalah reaktansi , yang berturut-turut untuk resistor , induktor , dan kapasitor
bernilai,
1
X R=R X L=L XC=
; ; dan C

Sehingga hukum Ohm untuk masing-masing komponen ini adalah


V V V
X R= R ; X L= L ; dan X C = C
IR IL IC

a. Sudut Fase antara Kuat Arus dan Tegangan


Tegangan antara ujung-ujung resistor , induktor dan kapasitor yang dialiri arus

i=I m sin t
bolak-balik , masing-masing adalah

V R =V m sin t

V L =V m sin(t+ 90 )

V C =V m sin( t90 )

Jika kita tetapkan sudut t sebagai acuan sumbu X maka diagram fasor untuk

VR VL VC
arus i, tegangan , , dan dirtunjukkan pada gambar 18. Tegangan

V AB=V
antara ujung-ujung rangkaian seri RLC, yaitu adalah jumlah fasor antara

VR VL VC
, , dan .

V =V R +V L +V C
Gambar 18. Diagram fasor arus dan tegangan pada rangkaian seri RLC.
V AB
Besar tegangan atau V adalah


V = V R2+ ( V L V C )
2

Arah fasor V, yaitu sama dengan beda sudut fase antara kuat arus dan tegangan

dihitung dengan menggunakan perbandingan tangen (tan).


V V C
tan = L
VR

Kita dapat menentukan beda sudut fase antara kuat arus dan tegangan dengan meninjau
diagram fasor impedansi. Kita telah mengetahui bahwa tegangan masing-masing
komponen dapat dinyatakan dengan
V R =i R , V L=i R , V c =i R
dan

b. Hukum Ohm pada Tiap Komponen


VR VL VC
Jika nilai , , dan ini kita masukkan ke dalam persamaan arah

fasor V, kita peroleh


i X i X C i ( X L X C )
tan = L =
iR iR
X L X C
tan =
R
Dari persamaaan diatas dapat kita buat diagram yang menunjukkan hubungan

XL XC
antara hambatan R, reaktansi dan , dan impedansi Z, seperti diunjukkan

pada gambar 19.


Gambar 19. Diagram fasor hambatan, reaktansi, dan impedansi pada rangkaian
RLC.
c. Impedansi Rangkaian RLC
XL XC
Efek hambatan total yang dilakukan oleh R, induktor , dan kapasitor

dalam rangkaian arus bolak-balik dapat kita gantikan dengan sebuah hambatan
pengganti, yang kita sebut dengan impedansi Z rangkaian RLC (lihat gambar 20. a dan

V AB=V =iZ .
b), sehingga berlaku hukum Ohm


V = V R2+ ( V L V C )
2

2
iZ= ( iR ) + ( i X i X ) =i R + ( X L X C )
2 2 2
L C

Z = R + ( X X )
2 2
L C

Gambar 20. Efek hambatan total pada rangkaian (a) dapat kita gantikan dengan sebuah
impedansi Z (rangkaian (b)).
Persamaan umum impedansi :
Z = R 2+ X 2 dengan X =X L X C

Kasus-kasus rangkaian ac
2
Mengandung R, L, dan C X=X L X C Z= R + ( X L X C )
2

Mengandung R dan L X=X L Z= R + X L
2 2

Mengandung R dan C X=X C Z= R + X C


2 2

Mengandung L dan C R=0 ; X =X L X C Z= 0+ X = X L X C


2

VR, X Vx XL
Kita juga dapat menganalogi Z dengan V, R dengan dengan ,

VL XC VC
dengan dan dengan , memberikan persamaan umum tegangan ac.
V = V R2+ V X 2 dengan V X =V L V C

Kita juga dapat menyatakan rumus tangen dengan notasi yang lebih umum

ini sebagai:
X
tan = dengan X =X L X C
R

VX
tan =
VR dengan V X =V L V C

d. Resonansi pada Rangkaian RLC


Ada tiga kemungkinan sifat rangkaian yang dapat terjadi pada rangkaian seri
RLC, seperti yang ditunjukkan diagram fasor impedansi pada gambar 21a, b dan c.
Kemungkinan pertama, reaktansi induktif rangkaian lebih besar daripada reaktansi

X L X C
X L> X C tan =
kapasitif rangkaian: (gambar 6.40a) sehingga R bernilai

positif, atau sudut fase bernilai positif. Dalam kasus ini, tegangan mendahului

arus dan rangkaian disebut bersifat induktif.


Kemungkinan kedua, reaktansi induktif rangkaian lebih kecil daripada reaktansi

X L X C
X L< X C tan =
kapasitif rangkaian: (gambar 6.40b) sehingga R bernilai

negatif, atau sudut fase bernilai negatif. Dalam kasus ini, tegangan terlambat arus

dan rangkaian disebut bersifat kapasitif.


Kemungkinan ketiga, reaktansi induktif rangkaian sama dengan daripada

X L= X C , bernilai nol,
reaktansi kapasitif rangkaian: (gambar 21c). Sudut fase

dan impedansi rangkaian sama dengan hambatan rangkaian: Z =R . Dalam kasus ini,

tegangan sefase dengan arus dan rangkaian disebut bersifat resistif. Peristiwa ketika
sifat induktif saling meniadakan dengan sifat kapasitif, sehigga rangkaian bersifat
resistif disebut peristiwa resonansi.

X L> X C bernilai positif, rangkaian bersifat


Gambar 21. (a) sudut fase

X L< X C
induktif. (b) sudut fase bernilai negatif, rangkaian bersifat kapasitif. (c)

X L= X C
sudut fase =0 , rangkaian bersifat resistif.
Frekuensi resonansi rangkaian RLC
Resonansi pada rangkaian seri RLC terjadi ketika reaktansi induktif sama dengan
reaktansi kapasitif. Dari pernyatan ini kita dapat menentukan frekuensi sudut resonansi

r f r.
dan frekuensi resonansi

X L= X C
Syarat resonansi

1 2 1
r L=
r c atau r = LC , sehingga

r =
1
LC
f r=
1
2 1
LC

dengan
L= induksi konduktor (H)
C= kapasitas kapasitor (F)
r = frekuensi sudut resonansi (rad/s)

f r= frekuensi resonansi (Hz)

Kuat arus dan impedansi rangkaian seri RLC pada keadaan resonansi
Arus yang mengalir melalui rangkaian seri RLC dapat kita nyatakan dengan
persamaan berikut.
V
i=
Z
V V
i= =
[ R + ( X X ) ]
[
2 2

)]
2
1
L C 2
(
R + L
C

Gambar 22. Grafik kuat arus listik i terhadap frekuensi sudut . Kuat arus i mencapai
nilai maksimum pada saat frekuensi sumber sama dengan frekuensi resonansi
rangkaian.
Ketika frekuensi sumber arus bolak-balik sama dengan frekuensi resonansi

= r X L= X C
rangkaian ( ), maka , sehingga:

Impedansi Rangkaian :
T
1
Z =sin 2 = sin 2 d=R ( nilai minimum )
T 0

Kuat Arus Rangkaian :


V
i= ( nilai maksimum )
[ R2 +0 ]
Jadi, ketika frekuensi arus bolak-balik sama dengan frekuensi resonansi rangkaian
maka:
a) Impedansi rangkaian mencapai nilai minimum (terkecil), yaitu sama dengan

hambatan rangkaian ( Z =R );
V
i=
b) Kuat arus rangkaian nilai maksimum (terbesar), yaitu R

c) Daya disipasi rangkaian mencapai maksimum yaitu P=i 2 R

Penerapan resonansi pada osilator dan rangkaian penala


Rangkaian osilator
Untuk mengangkut getaran listrik suara frekuensi audio (di bawah 20 kHz)
diperlukan getaran listrik frekuensi radio (di atas 20 kHz). Ini dilakukan agar suara
dapat dipancarkan ke tempat yang jauh. Rangkaian yang menghasilkan getaran listrik
frekuensi radio adalah rangkaian osilator.
Rangkaian cenderung bergetar (berosilasi) pada frekuensi resonansinya ketika
suatu pulsa energi diberikan pada rangkaian ini.
Energi ini disimpan oleh kapasitor dalam bentuk medan listrik. Kapasitor
kemudian memberikan energi medan listrik ini ke kumparan untuk diubah menjasi
energi magnetik.
Selama proses ini suatu ggl balik diinduksikan oleh kumparan, dan ini
menyebabkan kapasitor diisi muatan listrik kembali.
Siklus perubahan energi listrik menjadi energi mekanik dan energi mekanik
menjadi energi listrik terjadi berulang-ulang pada rangkaian ini. Itulah sebabnya
rangkaian ini disebut rangkaian osilator.
X L= X C
Ketika , proses osilasi dalam rangkaian osilator terjadi pada suatu

1
fr f r=
frekuensi resonansi ( ) dengan 2 LC
Gambar 23. Rangkaian osilator: kumparan L parallel kapasitor C, dengan resonansi
1
f r=
2 LC .

Rangkaian penala
Rangkaian penala berfungsi untuk memilih satu gelombang radio dari banyak
gelombang radio yang mendekat pada antena penerima radio. Rangkaian penala terdiri

dari sebuah kumparan dengan induktansi L dan sebuah kapasitor variabel dengan

kapasitansi C yang dirangkai secara paralel.

Jika rangkaian penala disetel pada sebuah pemancar tertentu, maka rangkaian
penala akan membangkitkan frekuensi tinggi yang sama dengan frekuensi tinggi dari
pemancar tersebut. Kita katakan bahw a penerima radio beresonansi dengan pemancar

1
f r=
tersebut. Frekuensi resonansi rangkaian penala adalah 2 LC .

Jika kita ingin menerima gelombang radio pemancar lain yang frekuensinya lebih

fr
tinggi maka kita harus menaikkan frekuensi resonansi rangkaian penala. Ini kita

lakukan dengan memperkecil nilai kapasitas C dari kapasitor variabel. Caranya

adalah dengan memutar tombol yang menyetel nilai kapasitor C dari kapasitor

variabel.
Gambar 24. Rangkaian penala.
CONTOH SOAL

1. Dalam suatu hasil pembacaan ampermeter dan voltmeter masing-masing


menunjukkan nilai 2 A dan 220 V. Tentukan:
a. nilai kuat arus maksimum.
b. nilai tegangan maksimum.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
I ef =2 A

V ef =220 V

a. I maks=I ef 2

I maks=2 A 2

I maks=2,82 A

b. V maks=V ef 2

V maks =220 V 2

V maks=311,13 V

2. Sebuah hambatan sebesar 50 dihubungkan dengan sumber tegangan AC yang

memenuhi persamaan V =200 sin 200 t , tentukan besarnya arus rata-rata yang

mengalir pada hambatan tersebut!


Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
R=50
V maks=200 V

V maks 200 V
I maks= = =4 A
R 50
maka
2 I maks 2 4 A 8 A
Ir = = = =2,55 A
3,14 3,14
3. Apabila tegangan maksimum dan frekuensi pada rangkaian induktor murni adalah
3,6 V dan 1,6 MHz, tentukanlah:
a. Reaktansi induktif dan induktansi induktor yang diperlukan agar arus
maksimumnya 250 A.
b. Arus maksimum yang melalui induktor, jika tegangan maksimum dijaga konstan
dan frekuensi diubah menjadi 16 MHz
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
V m=3,6 V

f =1,6 MHz =1,6 10 6 Hz

4
a I m=250 A=2,5 10 A

Reaktansi Induktif
V 3,6
X L= m = =14 400 =14,4 k
I m 2,5 104

Induktansi:
X 14 400
L= L = =1,43 103 H=1,43 mH
2 f 2 ( 3,14 ) (1,6 10 6)

b V m=3,6 V dan f =1,6 MHz=1,6 106 Hz

X L=2 fL=2 ( 3,14 ) ( 1,6 106 ) ( 1,43 103 ) =1,44 105

Vm 3,6
I m= = 5
=2,5 105 A=25 A
X L 1,44 10

V =V m sin t volt
4. Suatu rangkaian kapasitif murni memiliki persamaan tegangan

. Apabila diketahui frekuensi sudut 100 rad/s, tegangan efektif 200 volt, dan
kapsitas kapasitor 20 F. Tentukanlah:
a. Persamaan kuat arus sesaat,
b. kuat arus yang melalui rangkaian pada t = 2,5 ms.
Penyelesaian:
Besaran yang diketahui:
=100 rad/s
V ef =200 V

1
C=20 F=2 105 F X c =
C
1 500
=
( 100 ) (2 10 )
5
a. pada rangkaian kapasitif murni, arus mendahului tegangan dengan beda sudut


fase radian 2 sehingga persamaan umum kuat arus dikaitkan dengan

V =V m sin t
persamaan umum tegangan adalah

I =I m sin (t + )
2
V m 200 2
I m= = =0,4 2
Dengan Xc 500

=100 rad/s

Dengan demikian persamaan kaut arus sesaat adalah


I =0,4 2 sin(100 t + ) A
2
3
b. untuk t=2,5 ms=2,5 10 s , maka

[
t=0,4 2 sin 100 ( 2,5 103 ) +

2 ]
0,5 2
0,75 =0,4 2()=1,26 A
0,4 2sin

5. Rangkaian R-L-C seri dengan R = 90 , XL = 100 , dan XC = 40 . Rangkaian ini


dihubungkan dengan tegangan bolak-balik dengan tegangan efektif 220 V.
Tentukanlah:
a. impedansi rangkaian;
b. arus efektif yang mengalir pada rangkaian;
c. tegangan efektif antara ujung-ujung induktor.
Penyelesaian:
a. impedansi rangkaian
Z = R 2+(X L X C )2

Z =(90)2+(10040)2

Z = 8100+ 3600
Z =108,17

b. arus efektif yang mengalir pada rangkaian


V ef 220V
I ef = = =2,03 A
Z 108,17
c. tegangan efektif antara ujung-ujung induktor
V Lef =I ef X L= ( 2,03 A )( 100 )=203 V
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Dudi. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Fisika 3: untuk Kelas XII Sekolah
Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kangenan, Marthen. 2007. Fisika SMA Jilid 3. Cimahi: Penerbit Erlangga.
Pauliza, Osa. 2008. Fisika untuk SMK Kelompok Teknologi dan Kesehatan Kelas XII.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Suharyanto, dkk. 2009. Fisika: untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai