Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN INVESTASI

ANALISIS TEKNIKAL

Disusun Oleh :
Fitri Ayuningtyas (141102448)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS 45 SURABAYA
2016
ANALISIS TEKNIKAL

Dalam pandangan analisis teknikal, semua faktor fundamental sudah masuk


ke dalam dan dipresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak lagi perlu
mempertimbangkan segi fundamental suatu saham. Setelah terjadi pembentukan
harga, maka adalah mubazir untuk memperhatikan segi fundamental yang
menyebabkannya. Yang diperlukan adalah justru kemampuan membaca dengan
benar arah yang akan diambil oleh harga. Pekerjaan dalam analisis teknikal baru
dimulai setelah harga terbentuk di bursa.
Calon investor yang berniat terjun di bursa saham sebaiknya menjauhi sikap
menggampangkan persoalan dengan pendekatan untung-untungan. Ia akan
menempatkan diri pada posisi yang rentan dengan mengambil risiko yang sangat
besar.
Termasuk untung-untungan murni adalah judi yang tidak lain adalah
mempertaruhkan uang atau harta untuk dilipatgandakan tanpa kehadiran makna
ekonomis bagi para pesertanya secara kolektif. Vakumnya makna ekonomis terletak
dalam tidak adanya pertambahan nilai bagi semua peserta karena jumlah harta
mereka tetap sama sebelum mau pun sesudah suatu permainan selesai. Bandar dan
pemenang memang mendapatkan harta tambahan, namun itu sesungguhnya berasal
dari kerugian peserta lainnya.
Sebaliknya di bursa saham terdapat makna ekonomis berupa investasi yang
kian bertambah nilainya berupa kenaikan harga saham disebabkan likuiditas semakin
tinggi, yang didorong oleh peningkatan produksi dan atau kinerja perusahaan terbuka
yang terdaftar di sana. Suatu perusahaan disebut terbuka (disingkat tbk) atau publik
karena saham-sahamnya diperdagangkan secara transparan di hadapan masyarakat
umum yang bisa mengikuti perkembangan jual-belinya di jaringan komputer bursa
saham.

1. PERANAN SPEKULAN
Memang bursa saham juga menarik para spekulan yang tidak berminat untuk
berinvestasi dengan menahan saham untuk jangka panjang, atau membeli produk
secara fisik dengan menjualnya sebelum tiba tanggal penyerahannya, sehingga
likuiditasnya semakin meningkat lagi. Para spekulan ingin menarik keuntungan dari
kenaikan harga yang ditimbulkan pada proses peningkatan nilai ekonomis yang
sedang terjadi, sekaligus menghasilkan peningkatan likuiditas yang menjadikan bursa
sebagai pusat ekonomi yang lebih memikat.
Likuiditas adalah tidak lain daripada jumlah peserta bursa yang terdiri dari
para investor saham dan pedagang komoditi dan memang akan meningkat karena
kehadiran para spekulan juga. Meskipun demikian istilah spekulan tidak harus
mengandung arti spekulasi yang memaksudkan sikap untung-untungan, karena hanya
menunjuk kepada golongan peserta bukan investor saham dan bukan pedagang
komoditi juga.
Fenomena likuiditas ini sesungguhnya adalah manifestasi interaksi antara
permintaan dan penawaran yang muncul di bursa dalam bentuk nyata berupa harga
dan volume transaksi yang tercipta dari waktu ke waktu. Satuan waktu ini bisa
ditetapkan dalam menit, jam, hari, pekan, bahkan bulan atau tahun.
Harga dan volume yang terbentuk dalam arus waktu akan menghasilkan grafik yang
bila dibaca dengan tepat akan bisa memberikan petunjuk mengenai arah pergerakan
selanjutnya sehingga para pelaku bursa bisa terbantu untuk mengambil keputusan
yang benar mengenai tindakan jual-beli yang harus dan akan diambilnya kemudian.
Adalah pada pembacaan grafik ini manakala pelaku bursa sudah mulai melaksanakan
suatu analisis, yang tidak mungkin bisa terjadi bila pendekatan yang ditempuh adalah
judi atau untung-untungan secara murni belaka.
Bila ingin diadakan analisis yang lebih terinci dan luas, maka dapat dibuat
penghitungan lebih rumit tentang kinerja perusahaan publik yang merupakan emiten
sahamnya, atau dilaksanakan pengamatan peristiwa yang menyangkut cuaca dan
perkembangan ekonomi serta sosial-politik untuk komoditi yang sedang digelutinya.
Analisis dengan menggunakan grafik harga dan volume dinamakan analisis
teknikal karena berdasarkan pengamatan perkembangannya di lapangan, yaitu
didasari pada realitas berupa kejadian atau kenyataan secara teknis.
Analisis dengan memanfaatkan kinerja perusahaan publik dari laporan
keuangannya dan lain-lain berita penting darinya, termasuk apa yang diseminasikan
oleh media massa, disebut sebagai analisis fundamental karena memang bertopang
pada dasar atau fundamen teoretis. Apa yang diharapkan atau diduga secara teori
biasanya tidak akan menjadi kenyataan persis sesuai dengan apa yang telah
digariskan di atas kertas; sebaliknya apa yang telah terjadi dalam pengalaman di
lapangan lebih mungkin bisa memberikan arah yang praktis akan tindakan yang
harus diambil untuk masa yang akan datang. Masa demikian bisa bersifat jangka
pendek (sampai dua bulan), menengah (dua bulan sampai satu tahun) atau panjang
(di atas satu tahun).
Dengan demikian spekulan tulen sebagai istilah kebursaan, termasuk dalam
kelompok pakar analisis juga, ada yang fanatik berhaluan teknikal dan ada juga yang
berpegang pada faktor-faktor fundamental, namun sebaiknya kedua cara ini
digunakan bersamaan. Adakalanya spekulator sebagai istilah umum dipertukarkan
dengan kata spekulan sebagai istilah kebursaan, maka perlu disadari bahwa ada
perbedaan mendasar antara keduanya.

2. PENGERTIAN ANALISIS TEKNIKAL


Analisa Teknikal adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang
mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, kontrak berjangka (future contract),
indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya.
Para analis teknikal ini melakukan penelitian yang mendasar terhadap pola
pergerakan harga komoditi yang berulang dan dapat di prediksi. Bahkan analisis
teknikal bisa juga diartikan suatu studi utama mengenai harga, termasuk besarnya
(volume) dan posisi terbuka (open interest).
Jadi pada intinya analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola
pergerakan harga di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga
di masa yang akan datang.
Analisis teknikal ini sering juga disebut dengan chartist karena para
analisisnya melakukan studi dengan menggunakan grafik (chart), dimana mereka
berharap dapat menemukan suatu pola pergerakan harga sehingga mereka dapat
mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam analisis teknikal, memprediksikan pergerakan harga saham
sama seperti memprediksi pergerakan harga komoditi karena para analis hanya
melihat faktor grafik dan volume transaksi saja.
3. PRINSIP DASAR ANALISIS TEKNIKAL
Ada 3 (tiga) prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis
teknikal, yaitu :

1. Market Price Discounts Everything


Yaitu segala kejadian-kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa saham
secara keseluruhan atau harga saham suatu perusahaan seperti faktor ekonomi,
politik fundamental dan termasuk juga kejadian-kejadian yang tidak dapat
diprediksikan sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain
sebagainya akan tercermin pada harga pasar.

2. Price Moves in Trend


Yaitu harga suatu saham akan tetap bergerak dalam suatu trend. Harga mulai
bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai
pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan
bergerak kearah yang berlawanan.

3. History Repeats It Self


Karena analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar,
maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga
di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu
digrafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang dapat diinterprestasikan untuk
memprediksikan pergerakan harga.

4. JENIS-JENIS ANALISIS TEKNIKAL

a) Support Level Dan Resistance Level


Satu teknik yang paling sering terdengar dari analisis teknikal adalah dugaan
dari support dan resistance level. Harga yang terjadi merupakan hasil kesepakatan
antara pembeli dengan penjual, terminology dari support dan resistance hampir sama
dengan permintaan dan penawaran.
Support adalah tingkat harga dimana terdapat permintaan yang memadai untuk
menghentikan penurunan harga saham. Support terjadi bila terdapat kesepakatan
bahwa harga tidak akan lebih rendah lagi. Pada tingkat harga support ini jumlah
pembeli melebihi jumlah penjual.
Sedangkan resistance adalah tingkat harga dimana terdapat penawaran yang
memadai untuk menghentikan naiknya harga sehingga pada umumnya sesudah itu
harga bergerak turun. Resistance terjadi bila terjadi kesepakatan bahwa harga tidak
akan lebih tinggi lagi. Pada tingkat harga resistance ini jumlah penjual melebihi
jumlah pembeli.

b) Trend
Trend merupakan salah satu prinsip analisis teknikal yang paling sering
digunakan. Analis berpendapat bahwa harga bergerak dalam suatu trend. Trend harga
ini dapat naik, turun atau mendatar.
Investor mencoba untuk memahami apakah harga suatu komoditi berada
dalam trend naik atau turun untuk memperoleh keuntungan dengan mengikuti trend
tersebut sampai trend tersebut berbalik arah.
Trend dapat dibagi berdasarkan periode waktu, yaitu jangka pendek (1 s/d 3
bulan), menengah (3 s/d 6 bulan) dan panjang (6 bulan s/d 1 tahun). Trend naik
digambarkan dengan menghubungkan 2 atau lebih harga low untuk menentukan
harga permintaan, sedangkan trend turun digambarkan dengan menghubungkan 2
atau lebih harga high untuk menentukan harga penawaran.

c) Moving Average
Moving Average adalah rata-rata harga pada periode waktu tertentu. Untuk
menghitung moving average ini Anda harus terlebih dahulu menentukan periode
waktu, misalnya N hari dan Anda harus memiliki data sebanyak minimal N hari
tersebut.
Moving average yang sederhana dihitung dengan menambahkan harga-harga
untuk N periode waktu kemudian dibagi dengan. Pada penerapannya, moving
average sering digunakan dengan periode waktu yang berbeda untuk menentukan
trend. Jika 2 moving average digunakan, sinyal beli terjadi bila moving
average dengan periode waktu yang lebih pendek bersilangan ke atas moving
average dengan periode waktu yang lebih panjang. Sedangkan sinyal jual terjadi bila
moving average dengan periode yang lebih panjang bersilangan ke atas moving
average dengan periode waktu yang lebih pendek.

d) Relative Strength Index (RSI)


RSI sering disebut sebagai price momentum atau price persistence merupakan
indikator momentum yang dikembangkan oleh Welles Wilder pada tahun 1978. Pada
saat pertama kali diperkenalkan, Wilder merekomendasikan RSI 14 hari, namun
sekarang RSI 9 hari dan 25 hari lebih popular.
Wilder juga merekomendasikan untuk menggunakan level 70 dan 30. Jika
RSI naik ke atas 70, posisi harga tertinggi mungkin telah terjadi dan sinyal jual akan
terlihat, sedangkan jika RSI turun ke bawah 30, kemungkinan besar posisi harga
terendah telah terjadi dan sinyal beli akan terlihat.
Divergensi antara grafik harga dan RSI mengindikasikan bahwa
trend harga akan berubah arah. Jika harga beranjak naik atau mendatar dan RSI
menurun, maka akan terjadi penurunan harga. Sebaliknya, jika harga menurun atau
mendatar dan RSI meningkat, dapat diharapkan harga akan berbalik arah dan
bergerak naik.

e) Stochastic Oscilator
Stochastic Oscilator dikembangkan oleh George C. Lane dan sangat popular
di kalangan para investor, khususnya yang berorientasi jangka pendek, walaupun
tetap efektif jika digunakan pada jangka waktu yang lebih panjang. Mereka banyak
menggunakannya.
Stochastic membandingkan harga penutupan (close) relatif terhadap range
harga pada periode tertentu (misalnya 5 hari). Jika harga bergerak naik, maka harga
penutupan cenderung untuk dekat dengan harga tertinggi pada periode tersebut,
sedangkan jika harga menurun, harga penutupan cenderung untuk dekat dengan
harga terendah pada periode tersebut.
Stochastic diperlihatkan dengan 2 garis. Garis pertama dinamakan %K dan
garis kedua disebut %D yang merupakan moving average dari %K. Garis %K
disajikan dalam bentuk garis solid dan garis %D disajikan dengan garis putus-putus.
Sinyal beli dihasilkan bila %K atau %D turun ke bawah level tertentu (misalnya 20)
dan kemudian naik melewati level tersebut, sedangkan sinyal jual terjadi bila %K
atau %D naik melewati level tertentu (misalnya 80) dan kemudian turun ke
bawah level tersebut. Selain itu sinyal beli juga muncul bila garis %K naik ke atas
garis %D dan sinyal jual muncul jika garis %K turun ke bawah garis %D.

f) Moving Average Convergence / Divergence (MACD)


MACD (Moving Average Convergence / Divergence) merupakan trend yang
mengikuti indikator momentum yang memperlihatkan relasi antara 2 moving average
harga. MACD dikembangkan oleh Gerald Appel.
MACD menunjukkan perbedaan antara moving average eksponensial
26 dan 12 hari, kemudian moving average eksponensial 9 hari, yang disebut garis
sinyal, disusun dari perbedaan sinyal beli dan jual.
Panduan dasar untuk menggunakan MACD adalah sinyal jual yang terjadi
pada saat garis MACD bersilangan ke bawah garis sinyal. Sebaliknya, sinyal beli
terjadi ketika garis MACD bersilangan ke atas garis sinyal. Selain itu, MACD di atas
0 merupakan saat untuk melakukan pembelian dan menjual ketika MACD di bawah
0. Jika terjadi divergensi antara harga dan MACD menunjukkan bahwa arah trend
saat ini mendekati akhir, untuk kemudian terjadi perubahan arah trend.

5. DASAR-DASAR ANALISIS TEKNIKAL


Dalam analisis teknikal atau analisis grafik harga perlu dimengerti terlebih
dahulu komponen-komponen yang berpengaruh pada pembentukan garis tegak lurus
(bar chart) yang menggambarkan satuan waktu. Untuk saham, satuan tersebut adalah
satu hari perdagangan, yang mencakup harga terrendah dan harga tertinggi sebagai
titik-titik terrendah dan tertinggi pada garis tegak lurus demikian yang
menggambarkan satuan waktu selama hari tersebut. Kemudian harga pembukaan
diletakkan sebagai titik yang menempel di sebelah depan, dan harga penutupan
sebagai titik di sebelah belakang garis tegak lurus tersebut. Untuk valuta atau mata
uang, satuan waktu yang ditetapkan bisa 5 menit karena perdagangannya berjalan
jauh lebih cepat.
Harga penutupan pada umumnya lebih berperan sehingga seringkali
disambung satu sama lain untuk membentuk grafik garis (line chart) yang mirip gigi
gergaji dan disebut grafik harga penutupan. Contoh kedua macam grafik demikian
terdapat pada halaman ini yang dibuat dengan program komputer analisis teknikal
yang dikenal sebagai MetaStock sebagai hasil ciptaan Equis International, Inc. yang
berdomisili di Amerika Serikat.

Bar Chart (Grafik Batang)

Posisi harga penutupan pada grafik batang bisa memberikan


indikasi tentang perkembangan harga di kemudian hari, terutama
pada pola-pola yang telah dibakukan di kalangan analisis teknikal
sebagaimana digambarkan pada gambar di atas.

Yang termasuk pola baku adalah:

GERAKAN BALIK (REVERSALS) yang terdiri dari puncak &


lembah biasa dan lancip (common and V tops & bottoms), puncak
& lembah bulat (saucer or round tops/bottoms), puncak & lembah
dobel/tripel, pola berlian, kepala dan bahu (head & shoulders). Pola
gerak balik selalu berada di ujung atas atau bawah suatu gerak
harga berkesinambungan.
Konsolidasi/kongesti yang terdiri dari pola-pola segitiga,
segipanjang dan bendera naik/turun (ascending/descending
triangles, rectangles and flags), mau pun kelangsungan kepala dan
bahu (head and shoulders continuation pattern), berada pada gerak
harga berkesinambungan sehingga terdapat di antara pola gerak
balik puncak dan lembah.

Kesenjangan (Gaps) yang terdiri dari tipe biasa (common),


tembus (break away), lari (run away), naik (up), dan turun (down)
terdapat pada gerak harga berkesinambungan. Namun bila menjadi
bagian dari pulau gerak balik (island reversal), kesenjangan
demikian termasuk dalam pola gerak balik dan sudah tentu bisa
terjadi kombinasinya.

Grafik Garis (Line Chart)

Semua pola baku tersebut di atas dapat dikenali menurut


gambar-gambar berikut ini, untuk dijadikan pedoman tindakan jual-
beli pada periode atau masa berikutnya.
Golongan Gerak Balik (Reversals)

Untuk gerak balik lembah, yang terjadi adalah sebaliknya dan tidak
begitu sulit untuk membayangkannya. Harga penutupan yang
cenderung berada berdekatan dengan harga terrendah selama
beberapa periode sebelumnya, pada saat gerak balik terjadi, akan
melibatkan kenaikan yang tajam disertai volume yang tinggi.
Pada pola puncak atau lembah bulat (saucer/round top or
bottom) perubahan dalam permintaan dan penawaran berjalan
dengan lambat, dengan demikian juga volume yang terjadi adalah
minim sehingga semuanya menunjuk kepada pasar yang sedang
tidak begitu berminat. Adalah sulit untuk menetapkan suatu
sasaran harga (price objective) sehingga satu-satunya jalan adalah
untuk mengamati kapan terjadi perubahan yang berarti untuk
memberikan aba-aba tentang minat pasar yang telah menjadi lebih
besar dan memberikan harapan lebih baik.

Pola berlian (diamonds) yang tergambar di atas ini, biasanya


termasuk gerakan balik, namun bisa juga merupakan bagian dari
suatu gerak harga berkesinambungan dan sesungguhnya terdiri
dari dua buah segitiga simetris, mirip kepala dan bahu namun
adalah lebih kompleks dengan garis leher berbentuk V.
Yang perlu diperhatikan adalah sasaran harga yang dimulai
dari titik penembusan dan berjalan minimal sejauh jarak antara
puncak dan lembah pola ini.Berikut ini adalah pola gerak balik
berupa kepala dan bahu yang bisa berada di puncak (top) atau
lembah (bottom), namun bisa juga terdapat dalam gerak harga
berkesinambungan.

Pada gerak balik kepala dan bahu, yang perlu diperhatikan


adalah garis lehernya yang tidak selalu harus berupa garis datar,
kemudian adanya titik penembusan dan titik gerak balik pada garis
leher. Selanjutnya yang penting adalah sasaran harga (price
objective) yang berada pada jarak yang sama antaranya terhadap
garis leher dan jarak demikian mulai dari puncak pola ini.
Berbeda dari puncak atau lembah bulat yang juga disebut top
or bottom saucer dan melibatkan pasar yang serba lambat, maka
gerak palik puncak atau lembah ganda (double top or bottom)
menggambarkan pasar yang lebih aktif. Manfaat dari pola ini
adalah adanya aba-aba titik tembus (breakout) sehingga gerak
balik menjadi lengkap dan dapat dimanfaatkan untuk mengambil
tindakan jual atau beli.

6. Golongan kongesti dan kesinambungan (congestion


and continuation patterns)
Dalam gerak harga yang hampir vertikal naik atau turun, bisa
terjadi pola kongesti atau kesinambungan ke samping berupa
segipanjang atau bendera., segitiga, pola berlian (diamonds),
baji/panji/segitiga simetris naik/turun (bullish/bearish
wedges/pennants/symmetrical triangles), dan pola kesinambungan
kepala & bahu naik/turun (bullish/bearish head and shoulders
continuation pattern) sebagaimana digambarkan di bawah ini.
Dalam pola segitiga naik atau turun, harus ada kaki
horisontal sebagai garis penghambat (resistance line) atau
pendukung (support) dan garis pendukung dan penghambat
bersudut negatif dan positif, yang disentuh paling sedikit tiga kali
oleh gelombang harga di antaranya, sebelum tertembus ke atas
atau ke bawah. Namun perlu dipastikan dahulu apakah titik tembus
menjadi kenyataan untuk membuat pola ini terbentuk dengan
sempurna, barulah boleh diambil tindakan beli atau jual.
Pola segipanjang menguat (bullish rectangle) terbentuk bila
garis penghambat dan pendukung adalah sejajar secara horisontal
dan pola kesinambungan ini bersifat menguat (bullish) meskipun
untuk sementara bergerak ke samping. Gelombang harga harus
menyentuh kedua garis arah gejala ini sebanyak paling sedikit tiga
kali untuk dapat disebut sebagai pola yang memenuhi syarat.

Pada bendera turun (descending flag), pola kesinambungan


ini didahului arah gejala naik, bergerak agak menurun untuk
melalui suatu titik tembus, meneruskan arah gejala naik tersebut.
Untuk membentuk pola ini harus ada paling sedikit tiga buah
gelombang harga yang menyentuh garis penghambat dan
pendukung yang berjalan agak sejajar; adalah baik untuk
mengkonfirmasi dahulu selama dua atau tiga periode bahwa titik
tembus adalah memang sah.
Pada baji naik (ascending wedge}, pola kesinambungan ini
didahului arah gejala turun, bergerak agak naik untuk melalui suatu
titik tembus, meneruskan arah gejala turun tersebut. Untuk
membentuk pola ini harus ada paling sedikit tiga buah gelombang
harga yang menyentuh garis penghambat dan pendukung yang
berbentuk seperti baji; adalah baik untuk mengkonfirmasi dahulu
selama dua atau tiga periode bahwa titik tembus adalah memang
sah.
Berbeda dari segitiga naik atau turun, maka segitiga simetris
tidak mencakup garis arah gejala yang horisontal sebagai salah
satu kaki pembatasnya, namun makna yang sama berlaku
meskipun tenaga pendorong untuk menghasilkan titik tembus
tidaklah sekuat seperti pada segitiga naik atau turun yang biasa.
Pada pola kepala dan bahu naik yang berada di pasar yang
sedang menguat, maka kepalanya berada lebih rendah daripada
kedua bahunya. Interpretasi gerak harga adalah juga seperti untuk
pola versi gerak baliknya dan bisa dijadikan sebagai pedoman
tindakan jual-beli.

7. Golongan Kesenjangan (Gaps)


Apa yang disebut sebagai kesenjangan atau gap adalah
lompatan antara harga tertinggi suatu periode ke harga terrendah
pada periode berikutnya (gap up) atau sebaliknya (gap down). Bila
terjadi pada pasar yang tidak begitu aktif atau dalam pola kongesti
dengan volume rendah, maka tidak mengandung makna yang
berarti sehingga disebut sebagai kesenjangan biasa atau common
gap. Bila disertai volume tinggi, maka kita berbicara mengenai
kesenjangan tembus (breakaway gap) dan diharapkan akan terjadi
pergerakan harga yang lebih cepat ke arah penembusan tersebut.
Bisa juga terjadi peningkatan volume pada suatu arah gerak
harga, maka yang ditemukan dengan demikian adalah suatu
kesenjangan lari (runaway gap). Kesenjangan demiikian bisa
menghasilkan suatu sasaran harga (price objective) yang jaraknya
diukur mulai dari titik kesenjangan dan panjangnya adalah sama
dengan lembah atau puncak sebelumnya ke titik tersebut.
Ada juga yang disebut sebagai kesenjangan pulau gerak balik
(island reversal gap) yang dibatasi oleh suatu kesenjangan usai
(exhaustion gap) dan kesenjangan tembus (breakaway gap) seperti
menurut gambar di atas.

8. Garis arah gejala (trend line)


Bila sebagai pedoman perkembangan gerak harga, bisa
dimanfaatkan posisi komponen penutupannya di garis periode
untuk grafik batang, maka pengambilan keputusan jual-beli bisa
juga dibantu dengan mengenali pola dasar yang sedang terbentuk.
Kemudian petunjuk lain adalah arah gejala yang dinyatakan melalui
garis lurus (trend line) yang ditarik dari kanan ke kiri mulai dari
suatu puncak atau lembah yang menghubungi suatu puncak atau
lembah lain lagi. Pada pasar yang melemah (bearish market)
penghubungan puncak dengan puncak akan membentuk garis arah
gejala menurun (down trendline) yang disebut juga garis
penghambat (resistance line) karena penawaran nampak
membatasi permintaan agar harga tidak naik sampai dorongan
permintaan mengalahkan penawaran. Sebaliknya pada pasar yang
menguat (bullish market) penghubungan lembah dengan lembah
harus dilaksanakan sehingga kita berbicara mengenai garis arah
gejala naik (up trendline) atau garis pendukung (support line).
Semakin kecil sudut garis, dan semakin banyak puncak atau
lembah saling berhubungan, maka semakin mudah pula bisa terjadi
perubahan dari garis penghambat menjadi garis pendukung atau
sebaliknya.
Garis arah gejala turun (down trendline) yang ditarik dari
puncak A ke B terus sampai memotong grafik harga pada tanggal
23 September 98 kita mendapatkan pentunjuk membeli pada harga
penutupan Rp375, maka tindakan beli tentu diambil pada hari
berikutnya, namun dengan adanya perkembangan teknologi dalam
bentuk komputer yang bisa menghitung dengan cepat, ada cara
yang lebih canggih untuk mendapatkan sinyal jual-beli.
Pengembangan selanjutnya terhadap garis arah gejala yang
berbentuk lurus, adalah rata-rata arah gejala yang berbentuk
lengkung atau gelombang karena titik-titik harga rata-rata
disambung satu sama lain. Harga rata-rata selama misalnya 10 hari
dapat ditetapkan berupa suatu titik pada hari ke-11 dan
seterusnya, jadi bila titik-titik demikian disambung satu sama lain,
akan terbentuk garis lengkung yang disebut rata-rata bergerak
(moving average) yang dalam hal ini dinamakan rata-rata
begerak 10 hari (10 days moving average, dengan lambang
MA-10). Rata-rata bisa dihitung secara aritmetik sebagai
perhitungan paling sederhana (simple moving average) atau
secara berbobot (weighted moving average) atau eksponensial
(exponential moving average) yang lebih rumit dan
pemakaiannya bergantung selera pemakainya.

Bila pedoman garis gejala turun (down trendline) yang juga


bisa disebut garis penghambat dalam gambar di atas, memberikan
indikasi membeli pada tanggal 23 Sep 98 pada harga penutupan
Rp375, maka petunjuk rata-rata gejala sederhana (simple moving
average) 10 hari, adalah untuk tanggal 18 Sep 98 pada Rp275
sehingga jelaslah bahwa analisis dengan rata-rata gejala adalah
lebih akurat daripada hanya dengan garis gejala.

Sumber : https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=102720305&escape=false&metadata=%7B%22context
%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22logged_in
%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D

Anda mungkin juga menyukai