Disusun Oleh:
INDAH NILAWATI
NIM M0613023
USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk menyusun skripsi sarjana farmasi
Program Studi S1 Farmasi
INDAH NILAWATI
M0613023
Dengan Judul
Anif Nur Artanti, M.Sc., Apt. Dr. Rer. Nat. Saptono Hadi, S.Si., M.Si.,
NIP. 18970427200140501 Apt.
NIP. 197604032005011001
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal kronis (GGK) merupakan masalah kesehatan yang paling
banyak terjadi di dunia dan mempengaruhi kira-kira 26 juta orang di Amerika Serikat.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gagal ginjal
kronis (GGK) di Indonesia adalah sebesar 0,2% . Dimana angka kejadian penyakit
Pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK) awal cenderung tidak merasakan sakit
maupun gejala. Satu-satunya cara untuk memastikan apakah seseorang mengalami
gagal ginjal kronis (GGK) adalah melalui pemeriksaan darah dan urin spesifik .
Setelah terdeteksi maka gagal ginjal kronis (GGK) dapat diobati dengan obat-obatan
dan perubahan gaya hidup, termasuk perubahan asupan makanan dan minuman .
Pengobatan tersebut pada umumnya akan menurunkan progresivitas kerusakan ginjal
serta mencegah masalah kesehatan yang lainnya (SIGN, 2008).
Drug Related Problems (DRPs) pada dasarnya berbeda dengan medication error.
Dimana medication error merupakan kejadian yang dapat dicegah yang dapat
menyebabkan pengobatan yang tidak sesuai ataupun membahayakan pasien yang
masih dalam kontrol tenaga kesehatan. Medication error lebih terorientasikan pada
Drug related problems (DRPs) merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang
menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat sehingga kenyataannya
potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan. Kategori DRPs
meliputi indikasi yang tidak diterapi, obat dengan indikasi yang tidak sesuai, obat
salah, interaksi obat, overdosis (dosis lebih), dosis subterapi, Adverse Drug Reactions
dan kegagalan dalam menerima obat (Cipolle et al, 1998).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Luntungan et al pada tahun 2016 di
sebuah rumah sakit di Manado, menunjukkan persentase Drug Related Problems
(DRPs) pada pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK) yaitu indikasi tanpa terapi
(3,6%), terapi tanpa indikasi (0%), pemilihan obat yang tidak tepat (0%), dosis sub
terapi (36,9%), dosis obat berlebih (3,3%) dan penerima gagal menerima obat
(56,2%).
Penanganan pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) harus dilakukan dengan tepat
agar dapat menurunkan persentase kejadian atau prevalensinya di Indonesia . Hal ini
dapat tercapai apabila diagnosis yang diberikan oleh dokter tepat dan pengobatannya
sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian obat yang rasional akan dapat
mengoptimalkan tujuan klinis untuk pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pola penggunaan obat pada pasien gagal ginjal kronis (GGK)
di instalasi ICU RSUD dr. Moewardi?
2. Bagaimanakah profil Drug Related Problems (DRPs) pada pasien gagal ginjal
kronis di instalasi ICU RSUD dr. Moewardi?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah, yaitu:
1. Mengetahui pola penggunaan obat pada pasien gagalginjal kronis (GGK)
di instalasi ICU RSUD dr. Moewardi.
2. Mengetahui profil Drug Related Problems (DRPs) pada pasien gagal
ginjal kronis (GGK) di instalasi ICU RSUD dr. Moewardi.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui persentase angka kejadian dan profil Drug Related
Problems (DRPs) pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) di instalasi ICU
RSUD dr. Moewardi sehingga tenaga kesehatan dapat mengantisipasi dan
Rata rata 10 hingga 15% pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK)
berkesempatan memiliki bentuk herediter penyakit ginjal seperti sindrom Alport,
penyakit Fabry, sindrom nefrotik kongenital, penyakit ginjal polisistik, penyakit
medulari sistik dan amiloidosis familial (Alfrey, ).
a. Kategori Glomerular Filtration Rate (GFR) dalam gagal ginjal kronis (GGK):
(KDIGO, 2013).
Tabel 4. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronis atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau > 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Tabel 5. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronis atas Dasar Diagnosis Etiologi
Penyakit Tipe Mayor (contoh)
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular
(penyakit otoimun, infeksi sistemik,obat, neoplasia
Penyakit vascular
(penyakit pembuluh darah besar, hipertensi,
mikroangiopati)
Penyakit Tubulointerstitial
(pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan obat)
Penyakit kistik
(Ginjal Polisiklik)
Penyakit pada transplantasi Rejeksi Kronik
Keracunan obat
(siklosporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
(Suwitra, 2009).
1.3. Epidemiologi
Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis (GGK) secara signifikan memiliki
tingkat morbiditas, mortalitas, rawat inap, dan pemanfaatan kesehatan yang lebih
tinggi. Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis pada tahap 2 hingga 5 terus meningkat
sejak 1988. Perkiraan saat ini bahwa 26 juta orang di Amerika Serikat yang berusia
lebih dari 20 tahun memiliki penyakit gagal ginjal kronis (GGK) . Namun, perkiraan
prevalensi yang terbaru berdasarkan data NHANES tahun 2003 2006 yaitu dewasa
yang berusia 20 tahun menurun menjadi 15,2% dari 15,9% yang dikutip dari
kumpulan data NHANES tahun 1999-2000. Penurunan ini terjadi pada kelompok
penyakit gagal ginjal kronis (GGK) tahap 1, sedangkan pada kelompok tahap 3
meningkat hingga 6,5% dari 2003 2006. Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis
(GGK) tahap 4 dan 5 meningkat dua kali lipatnya sejak 1988 1999 . Namun tetap
stabil 0,6% sejak tahun 2002 (Henry Ford Health System, 2011).
1.4. Patofisiologi
Beberapa susceptibility factor dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan
ginjal, namun tidak semua faktor tersebut menyebabkan kerusakan ginjal . Faktor
faktor tersebut diantaranya usia lanjut, penurunan massa ginjal dan kelahiran dengan
bobot rendah (low birth weight), ras dan etnik minoritas, riwayat keluarga,
pendidikan atau pendapatan rendah, inflamasi sistemik, serta dislipidemia . Faktor
inisiasi (initiation factors) yang mengawali kerusakan ginjal dan dapat dimodifikasi
melalui terapi obat. Faktor inisiasi tersebut diantaranya diabetes melitus, hipertensi,
penyakit autoimun, penyakit ginjal polycystic, dan toksisitas obat. Sedangkan faktor
progresif (progression factors) dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah
inisiasi gagal ginjal. Faktor faktor tersebut diantaranya glikemia pada diabetes,
jalur umum menuju kerusakan parenkimal renal ireversibel dan ESRD . Elemen
utamanya adalah kehilangan massa nefron, hipertensi kapilari glomerular, dan
proteinuria (Sukandar et al, 2011).
Mekanisme yang dapat menyebabkan CKD adalah glomerulosklerosis, parut
tubulointerstisial, dan sklerosis vaskular (Wilson, 1999).
Glomerulosklerosis
Progresifitas menjadi CKD berhubungan dengan sklerosis progresif glomeruli
yang dipengaruhi oleh sel intraglomerular dan sel ekstraglomerular . Kerusakan sel
intraglomerular dapat terjadi pada sel glomerulus intrinsik (endotel, sel mesangium,
sel epitel) dan ekstrinsik (trombosit, limfosit, monosit/makrofag) . Sel endotel dapat
mengalami kerusakan akibat gangguan hemodinamik, metabolik dan imunologis.
Kerusakan ini berhubungan dengan reduksi fungsi antiinflamasi dan antikoagulasi
sehingga mengakibatkan aktivasi dan agregasi trombosit serta pembentukan
mikrotrombus pada kapiler glomerulus serta munculnya mikroinflamasi. Akibat
mikroinflamasi, monosit menstimulasi proliferasi sel mesangium sedangkan faktor
pertumbuhan dapat mempengaruhi sel mesangium yang berproliferasi menjadi sel
miofibroblas sehingga mengakibatkan sklerosis mesangium. Karena podosit tidak
mampu bereplikasi terhadap jejas sehingga terjadi peregangan di sepanjang
membrana basalis glomerulus dan menarik sel inflamasi yang berinteraksi dengan sel
epitel parietal menyebabkan formasi adesi kapsular dan glomerulosklerosis, akibatnya
terjadi akumulasi material amorf di celah paraglomerular dan kerusakan taut
glomerulo-tubular sehingga pada akhirnya terjadi atrofi tubular dan fibrosis
interstisial.
Parut tubulointerstisial
Proses fibrosis tubulointerstisialis yang terjadi berupa inflamasi, proliferasi
fibroblas interstisial, dan deposisi matriks ekstra selular berlebihan. Gangguan
keseimbangan produksi dan pemecahan matriks ekstra selular mengakibatkan fibrosis
ireversibel.
Sklerosis vaskular
Perubahan pada arteriol dan kerusakan kapiler peritubular mengeksaserbasi
iskemi interstisial dan fibrosis. Tunika adventisia pembuluh darah merupakan sumber
setiap pengecekan kesehatan rutin dan berkala. Individu dengan resiko tinggi
mengalami gagal ginjal kronis (GGK) harus dicek kerusakan ginjal dan GFR nya
secara berkala. Dimana hipertensi dan diabetes dengan prevalensinya masing
masing sebesar 74,5 juta dan 23,6 juta merupakan faktor resiko paling penting dalam
penyakit gagal ginjal kronis (GGK). Faktor resiko lainnya seperti: riwayat cedera
ginjal akut/kronis, obstruksi saluran kemih, batu ginjal, penurunan massa ginjal,
nefrotoksin (analgesik, aminoglikosida, amfoterisin, dan radiokontras), penyakit
autoimun, low birth weight, pre-eklampsia, sosiodemografi (lanjut usia, jenis
kelamin, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, rendahnya tingkat
pendapatan/pendidikan, senyawa kimia berbahaya atau paparan lingkungan) dan etnis
(Henry Ford Health System, 2011).
Tabel 6. Faktor Resiko Penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK)
Diabetes
Hipertensi
Penyakit Kardiovaskuler
Riwayat gagal ginjal
Obesitas (BMI 30 kg/m2)
Perokok
Berusia 60 tahun atau lebih
Riwayat cedera ginjal akut
(Kidney Health Australia, 2015).
1.7. Tata Laksana Gagal Ginjal Kronis
Daftar pustaka
Cipolle RJ, Strand LM, Morley PC. 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York:
Pharmaceutical Care Practie The Clinician's Guide second edition . New York:
Hall, John E. 2016. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology: Thirteenth
Detroit: HFHS.
Jha, Vivekanand., Guillermo Garcia-Garcia, Kunitoshi Iseki, Zuo Li, Saraladevi
Naicker, Brett Plattner, Rajiv Saran, Angela Yee-Moon Wang, Chih-Wei Yang .
Vol. 382.
Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) . 2013. Clinical Practice
Care. Journal of The Malta College for Pharmacy Practice. Issue 10 Summer
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
ISFI.
Suwitra, K. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Halaman 1035-
1037.