Anda di halaman 1dari 9

KASUS 2 : PPOK

Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. TF
Umur : 50 tahun
Tanggal MRS : 17 Januari
Tanggal KRS : 20 Januari

Tn. TF, seorang pria Kaukasia 50 tahun, datang ke instalasi gawat darurat dengan
memburuknya dyspnea, demam, batuk, dan peningkatan produksi sputum yang purulen.
Dia ditemani oleh adiknya, yang mengatakan TF telah mengalami sesak napas, merasa
lelah dan belum berpikir jernih. Adiknya menyatakan bahwa TF telah memiliki demam
selama tiga hari terakhir, yang ia mencoba untuk mengelola demamnya dengan Tylenol.

Riwayat medis
TF telah menjadi perokok selama 30 tahun dan telah berhenti satu tahun lalu ketika
ia didiagnosis dengan stadium II penyakit obstruksi (moderat) kronis paru. Sejak
didiagnosa, TF telah menggunakan salbutamol PRN dan tiotropium bromida (Spiriva)
setiap hari. Dia tidak memiliki kondisi medis lainnya, dan tidak ada alergi diketahui. Tidak
memiliki riwayat diabetes dan hipertensi.

Riwayat Sosial
Ia seorang ayah dari anak kembarnya yang telah dewasa, istrinya telah meninggal
sehingga ia tinggal bersama adiknya. Ia dulu bekerja pada sebuah pabrik silica terkenal,
akibat batuk yang sering dideritanya maka ia pensiun dini.

Hasil pemeriksaan
Pasien menggunakan otot aksesori untuk bernafas, memiliki mengi, ekspirasi terdengar
keras dan crackles inspirasi, dan napas berkurang terdengar rendah di lobus pada auskultasi.

Data klinis

Spuntum purulen (+) Mengi (+)


Sesak (+) RPD : Alergi (-)
Demam (+) 3 hari terakhir DM (-)
Batuk (+) HT (-)
Riwayat Pengobatan
Salbutamol prn dan tiotropium bromida, untuk demam digunakan tylenol (komposisi:
ibuprofen)
Catatan: Pasien telah merokok selama 30 tahun namun sudah tidak merokok sejak 1 tahun
yang lalu saat didiagnosa PPOK st II
Hasil pemeriksaan data laboratorium dan data klinik

Pengobatan di rumah sakit


OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Pemberia Interaksi ESO Outcome terapi
n
- Tremor Bronkus melebar
Bronkodilator Inhalasi (20%) sehingga mempermudah
1. Salbutamol 5 mg/4 jam
kerja cepat pernafasan, mengurangi
sesak

2. IVFD RL - 20 tpm Oral - - Keseimbangan cairan

DM,
perforasi GI,
supresi
Eksaserbasi adrenal (ES Pengurangan terjadinya
3. Prednisolon 30 mg od Oral -
berulang tersebut eksaserbasi
frekuensi
jarang
terjadi)
Melalui
Eksaserbasi/sesa
4. O2 2L/min kanula - - Sesak pasien berkurang
k nafas
hidung
Mengencerkan Mempercepat perbaikan
5 Ambroksol 10 mg 3x1 Oral - -
spuntum eksaserbasi
6 Paracetamol Demam 1x1 prn Oral - hepatotoksik Menurunkan demam
Assessment

Problem Medik Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP

Pasien menggunakan otot Salbutamol Agonis 2 kerja Bisa diberikan


aksesori untuk bernafas, 5 mg setiap singkat, sebagai tambahan
Dyspnea Sesak semakin memiliki mengi, ekspirasi 4 jam antikolinergik
bronkodilator
memburuk terdengar keras dan crackles (inhalasi) kerja lama
SaO2 80% (tgl inspirasi, dan napas berkurang seperti
17), 90% tgl Prednisolon
terdengar rendah di lobus pada Kortikosteroid oral. tiotropium
(19)
auskultasi 30 mg od bromida untuk
Terjadi eksaserbasi
p.o terapi
akut, berfungsi untuk
menekan inflamasi pemeliharaan
yang terjadi. Px tetap (melanjutkan
memiliki gejala terapi
meskipun sudah sebelumnya)
Oksigen
mendapat pengobatan
2L/min
bronkodilator
maksimal
Meningkatkan saturasi
O2 dalam tubuh

Ambroksol Sebaiknya
Eksaserbasi akut - Dyspnea memburuk, demam, Diberikan pada px
Tipe I batuk, peningkatan produksi 10 mg 3x1 untuk
eksaserbasi akut karena
spuntum yang pirulen pemilihan
akan mempercepat
Leukosit : 20.000 (tgl 17), antibiotik
perbaikan eksaserbasi
17.500 (tgl 19) dilakukan tes
Kultur bakteri (+) Doksisiklin terutama dengan resistensi
S. Pneumoniae dan P. iv setiap 8 spuntum yang viscous terlebih
Aeruginosae jam dahulu, lebih
baik dimulai
Antibiotik golongan dari antibiotik
tetrasiklin untuk infeksi yang paling
gram positif maupun rendah dulu
gram negatif jika pasien
belum resisten.
Bisa diberikan
levofloxacin
dikarenakan
ada bakteri
P.aerogenosa
Sebaiknya
- Suhu badan : 38,7 C (tgl 17), Paracetamol Antipiretik untuk untuk
37,8 C (tgl 19) 1x1 prn menurunkan suhu badan pemantauan
Demam
px suhu badan
pasien
dilakukan
secara teratur
Penurunan kadar - Hb 12g/dL (tgl 17), 12,4 g/dL Suplemen Untuk meningkatkan DRP
Hb (tgl 19) penambah jumlah/kadar hemoglobin untreated
darah dalam darah indication
Sangobion
Care Plan
1. Penggunaan salbutamol golongan agonis 2 digunakan sebagai brnkodilator dan
bisa juga dikombinasi dengan antikolinergik kerja lama seperti tiotropium bromida
2. Penggunaan prednisolon diberikan dikarenakan pasien mengalami eksaserbasi akut,
selain itu juga pasien ini sudah sejak satu tahun yang lalu didiagnosa PPOK namun
pasien tetap memiliki gejala meskipun sudah mendapat pengobatan bronkodilator
maksimal. Jadi prednisolon merupakan terapi yang tepat.
3. Dikarenakan pada data laboraturium menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan
saturasi oksigen dan pasien sesak, selain itu juga tekanan darah pasien meningkat
ada kemungkinan hipertensi pulmonal, sehingga diberikan O2 melalui kanula
hidung.
4. Dikarenakan pasien tersebut merupakan pasien dengan eksaserbasi akut sehingga
tepat diberikan ambroxol sebagai pengencer dahak, karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi terutama dengan spuntum yang viscous (kental berwarna).
5. Pada data laboratorium terlihat data leukosit menurun dan pemeriksaan spuntum
pasien terdapat positif S. Pneumoniae dan P. Aeruginosae sehingga perlu diberikan
antibiotik, pada kasus di atas diberikan antibiotik golongan tetrasiklin yaitu
doksisiklin. Antibiotik tersebut tepat, akan tetapi sebaiknya untuk pemilihan
antibiotik dilakukan tes resistensi terlebih dahulu, lebih baik dimulai dari antibiotik
yang paling rendah dulu jika pasien belum resisten.
6. Dikarenakan pasien mengalami demam / kenaikan suhu yang kemungkinan karena
infeksi sehingga pasien diberikan paracetamol.
7. Data laboratorium diatas menunjukkan data hemoglobin pada pasien menurun,
sehingga perlu diberikan terapi suplemen penambah darah. Namun jika Hb pasien
7 perlu diberikan PRC (Packed Red Cell) / transfunsi darah. Akan tetapi di atas
belum diberikan terapi tersebut sehingga termasuk DRP Untreated Indication.
8. Untuk kondisi peningkatan tekanan darahnya ada beberapa kemungkinan, tidak
harus selalu diberikan obat antihipertensi. Akan tetapi jika memang ingin diberikan
antihipertensi untuk membantu penurunan TDnya, jangan diberikan yang golongan
bloker non selektif. Karena akan ikut memblokir reseptor 2 yang ada di bronkus
sehingga akan memperparah dari sesak pasien. Tidak masalah jika diberikan
golongan bloker selektif 1 seperti metoprolol, selain itu juga karena golongan
blocker bekerja langsung pada jantung. Lalu bisa juga dengan ACEI, ARB, dan
CCB ( pasien tidak memiliki riwayat HT )
9. Untuk kondisi hiperglikemi pada pasien ini dapat dilakukan diet tanpa harus
diberikan obat antidiabetes oral (pasien tidak memiliki riwayat DM)

Terapi non farmakologi


1. Kurangi konsumsi makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah rendah
natrium, tinggi kolesterol, dsb.
2. Kurangi konsumsi gula dan juga karbohidrat untuk membantu penurunan GDP
3. Jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat karena akan memperburuk
PPOK

Monitoring

1. Monitoring sesak napas

2. Monitoring tekanan darah pasien

3. Monitoring kadar leukosit dan Hb

4. Monitoring spuntum pasien

5. Monitoring keadaan umum pasien dan keberhasilan terapi

6. Monitoring kepatuhan pasien mengkonsumsi obat

7. Monitoring efek samping yang mungkin terjadi saat penggunaan obat

Obat-obat yang dibawa pulang

Inhealer salbutamol

Melanjutkan antibiotik akan tetapi melalui rute oral

Dilanjutkan penggunaan ambroksol jika adanya spuntum masih berlanjut


DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta
Dipiro J, Marie A, Barbara G, Terry L, Patrick M, Jill M, John C. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach Seventh Edition. Washington
DC : MC Graw Hill Medical. hlm 909-924.
Dipiro, Joseph T., et al, 2015. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Ninth
Edition, Mc Graw-Hill, New York.
Mariyono.H.H, Susanto, A. 2007. J.Penyakit Dalam. Bagian Ilmu Penyakit Dalam. FK.
Unud. Denpasar
MIM. Petunjuk Konsultasi 2014/2015, edisi 14.
Wells B.G, et al. 2008. Pharmacotherapy handbook. Edisi ke-7. New York.

Tjay, T.N, dan Rahardja K. Obat-Obat Penting, khasiat, penggunaan dan efek efek
sampingnya. Edisi V. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2002.

Anda mungkin juga menyukai