Anda di halaman 1dari 7

AGAMA ISLAM

ISLAM DAN MASALAH HARTA DAN


JABATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12

SULAIMAN
SINDI DILAPANGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulisan makalah
tentang Dasar dasar mikrobiologi dan peranan mikroorganisme
dalam kehidupan manusia ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Agama Islam yang telah di berikan oleh dosen
kepada kami.

Tidak dipungkiri bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat


bantuan berbagai pihak, dan kami menyadari sepenuhnya tanpa
adanya bantuan dan dukungan tersebut makalah ini mungkin tidak
akan dapat diselesaikan tepat waktu. Terkait dengan semua itu pada
kesempatan yang sangat berbahagia ini kami mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen
yang telah mendidik kami.
PEMBAHASAN

A. Harta dan Jabatan Menurut Islam


Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki
manusia dengan sebuah upaya baik itu berupa zat maupun manfaat.
Menurut Hanafiyah, al maaladalah sesuatu yang mungkin dimiliki,
disimpan dan dimanfaatkan. Pendapat Mayoritas Ulama, al maaladalah
segala sesuatu yang memilki nilai dimana bagi orang yang merusaknya,
berkewajiban untuk menanggung atau menggantinya.
Dalam Al-Quran bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Quran
surat AL Kahfi: 46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan
manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau
keturunan, maka kebutuhan manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang
mendasar.
Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia
terhadap harta dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban
manusia mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan
ibadahlainnya. Cara-cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada
kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur oleh masyarakat melalui
wakil-wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan
syarat pemiliknya mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh
mengganggu dan melanggar kepentingan pribadi, selama tidak merugikan
orang lain dan mayarakat, karena pemilikan manfaat berhubungan serta
dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak miliknya
kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya
dan sebagainya.
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas
yang diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu
atau terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang
punya jabatan.
Dalam Al-Quran banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan,
baik yang menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf
maupun yang menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Firaun,
Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan
bahwa pejabat yang tidak beriman itu di akhirat kelak akan mengatakan
bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia
Allah. Disebut sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut
didapat bukan semata-mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena
berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya bukan dimaksud untuk
kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan orang lain.
Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan
atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan
dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.
Itu sebabnya maka Al-Quran dan hadis selalu mengingatkan bahwa
harta itu juga merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada
Surat Al-Anfal ayat 28:

Dan ketahuilah, bahwahartamu dan anak-
anakmuituhanyalahsebagaicobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-
lahpahala yang besar.
Juga Firman Allah pada Surat At-Taghabun ayat 15:

Sesungguhnyahartamu dan anak-anakmuhanyalahcobaan (bagimu): di sisi
Allah-lahpahala yang besar.
Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah karunia
Allah yang sangat baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga
dan dipelihara dengan baik, maka ia akan menjadi fitnah dan bencana.
Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan
membawa manfaat dan barokah, sedangkan harta dan jabatan yang
disalahgunakan atau diperoleh dengan tidak halal akan menjadi fitnah
bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:
( 17763) " "

" " .
Rasulbersabda :Sebaik baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh
orang yang soleh. HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16
hadits 17763 dan sohih Ibnu Hibban 8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini
adalah sohih.
B. Kewajiban Mencari Harta
Tidak dapat diingkari bahwa harta sangat berguna buat manusia, bahkan
bukan hanya untuk kehidupannya di dunia, tetapi juga untuk kepentingan di
akhirat. Kepentingan di dunia maksudnya seperti untuk makan, minum,
pakaian, rumah tempat tinggal, biaya pengobatan, pendidikan dan
sebagainya. Sedangkan kepentingan akhirat maksudnya seperti untuk bisa
kita berinfak, berzakat, berwakaf, menunaikan ibadah haji dan sebagainya.
Oleh sebab itu manusia diperintahkan untuk bekerja keras atau berusaha
dalam rangka mencari harta buat kebahagiaannya dunia akhirat. Hal ini
antara lain difahami dari Firman Allah pada Surat Al-Mukminun ayat 3 dan
4 yang berbunyi:
Artinya:
3 dan orang-orang yang menjauhkandiridari (perbuatan dan perkataan)
yang tiadaberguna,4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
Dan Firman Allah pada Surat Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi:
77 dancarilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeriakhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbua tbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

C. Sikap terhadap Harta dan Jabatan


Disebabkan harta dan jabatan merupakan Amanah dari allah SWT, maka
kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib
berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita
sebagai bagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang
jabatan. Jabatan itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus
ambisius untuk memperolehnya.
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi
misi yang maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan,
dengan ketentuan bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan
keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yabg tidak
punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim
dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta
Surat Al-Ahzab ayat 72 :
Artinya:
54 dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-
cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".
55 berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan".
Artinya:
72 Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.

D. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah


Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan
bahkan didayagunakan di Jalan alah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh
tanggung jawab dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Harta misalnya hendaklah digunakan selain untuk kemaslahatan kehidupan
duniawi, juga harus digunakan sebagai infak atau belanja untuk akhirat.
Sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Munafiqun ayat 10 :
10 dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
Apabila harta telahd ibelanjakan di jalan Allah, maka
kebaikan/pahalanya akan mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai
aset yang permanen, terutamabila yang dibelanjakanitubertahan lama
zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini sesuaidengansabdaNabiSAW
yang berbunyi:

" :
"] [ :

Artinya:
Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia
telah meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3
hal, yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau
anak soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan
tirmidzi. (SunanDarimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di
hari akhirat kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13 dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya
pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
34 Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggunganjawabnya

Anda mungkin juga menyukai