Fix Farfis
Fix Farfis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
semua serbuk dapat melalui pengayak nomor terendah dan tidak lebih dari
40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi (FI III, 1979).
Penggunaan mikromeritik dalam pengujian kestabilan emulsi dan
suspense adalah pada metode sedimentasi menghasilkan suatu ukuran
partikel yang sebanding dengan laju saat partikel mengendap melalui suatu
medium pensuspensi, suatu pengukuran yang penting dalam perkembangan
emulsi dan suspense. Pengukuran volume partikel dengan menggunakan
satu zat yang disebut penghitung coulter, memungkinkan seseorang
menghitung diameter volume equivalen (Sinko, 2011).
Volume bulk (vb) adalah jumlah yang di pakai oleh seluruh massa
serbuk pada pengempakan khusus yang didapat selama pengukuran. Volume
sebenarnya (vp) adalah volume kumulatif yang diambil oleh partikel-
partikel termasuk semua rongga intrapartikel. Porositas (E) adalah
perbandingan volume rongga terhadap volume bulk, dengan persamaan
(Sinko, 2011) :
VbVp 1Vp
E= Vb = Vb
c. Serbuk diayak selama 3 menit dengan getaran tertentu pada alat shaker.
b. Timbang piknometer kosong, lalu isi dengan Air suling. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering lalu di timbang.
c. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer, lalu isi dengan cairan
yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pemipetan dan timbang.
1. Ayakan
2. Kertas perkamen
3. Kuas
4. Timbangan
5. Vibrator
1. Gelas ukur 50 ml
2. Pipet tetes
3. Piknometer 25 ml
4. Timbangan analitik
3.1.2 Bahan
a. Mikromeritik
1. Paracetamol
1. Alkohol
2. Aquadest
3. Asam sitrat
4. Gliserin
5. Minyak kelapa
6. Parafin cair
c. Serbuk diayak selama 3 menit dengan getaran tertentu pada alat shaker
b. Ditimbang piknometer kosong, lalu isi dengan Air suling. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering lalu di timbang.
4.1 Hasil
a. Kecepatan 50 rpm
b. Kecepatan 60 rpm
c. Kecepatan 70 rpm
B. Kerapatan Bulk
C. Kerapatan Mampat
Bobot zat (g) 10,0287 g
Volume mampat (ml) 11 ml
Kerapatan mampat (g/ml) 0,9116 g/ml
Perhitungan :
Kerpatan mampat = bobot zat (g)
Volume mampat ml
= 10,0287 g
11 ml
= 0,9116 g/ml
Perhitungan :
Dt = W3 W1
W2 W1
= 40,74 g 17,27 g
39,06 g 17,27 g
= 1,077 g/ml
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kita membahas mengenai Mikromeritik dengan
pengukuran partikel menggunakan metode pengayakan, dan bobot jenis zat
serta rapat jenis zat yaitu kerapatan Bulk dan kerapatan Mampat. Praktikum
ini dilakukan dengan tujuan untuk :
a. Melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (shieving)
b. Menentukan bobot jenis beberapa cairan
c. Menentukan kerapatan padatan
isi lagi ayakan dengan 100 gram paracetamol lalu tutup rapat dan ayak
dengan kecepatan 60rpm. Setelah itu lakukan lagi dengan kecepatan 70rpm.
Untuk menentukan kerapatan Bulk pertama-tama siapkan gelas ukur 50
ml. Kemudian timbang Asam sitrat 10 gram lalu masukkan ke dalam gelas
ukur memakai corong lalu ukur berapa volume zat padat yang terdapat dalam
gelas ukur, kemudian hitung lagi kerapatan bulknya dengan memakai rumus
bobot zat padat/volume bulk.
Untuk menentukan kerapatan mampat pertama-tama siapkan gelas ukur 50
ml, kemudian masukkan asam sitrat yang digunakan pada kerapatan bulk tadi
sebanyak 10 gram ke dalam gelas ukur dengan memakai corong, lalu ketuk
sebanyak 100 kali ketukan dengan memakai alat vibrator, setelah itu ukur
volume yang terbentuk, kemudian hitung lagi kerapatan mampatnya dengan
memakai rumus bobot zat/volume mampat.
Untuk menentukan bobot jenis zat cair pertama-tama siapkan alat dan
bahan, setelah itu ambil piknometer dengan menggunakan tissue agar tidak
ada debu yang terkontaminasi dengan piknometer, setelah itu timbang
piknometer kosong tersebut dengan menggunakan timbangan analitik, catat
bobot jenisnya kemudian isi piknometer dengan air suling lalu bagian luar
piknometernya di lap sampai kering dan di timbang lagi. Setelah itu
masukkan paraffin cair ke dalam piknometer sampai penuh dengan suhu yang
sama seperti pada saat pemipetan kemudian timbang. Catat bobot jenis zat
cairnya dan hitung bobot jenisnya. Kemudian bersihkan piknometer dengan
methanol.
Pada pengukuran diameter partikel dengan metode pengayakan kita
menggunakan sampel parasetamol yang ditimbang sebanyak 100 gram
dengan alat yang digunakan adalah timbangan, ayakan, vibrator, kuas dan
kertas perkamen dengan kecepatan 50 rpm, 60 rpm dan 70 rpm yang dimana
ukuran ayakan dari urutan terkecil sampai urutan terbesar yaitu 35, 40, 60,
120, 170, 230 karena semakin besar nomor mesh maka semakin kecil juga
ukuran pori partikelnya. Pada kecepatan 50 rpm dihasilkan diameter rata-rata yaitu
0,425, pada kecepatan 60 rpm diameter rata-rata 0,2559 sedangkan pada kecepatan
70 rpm diameter rata-rata yaitu 0,2232.
Pada praktikum ini juga dilakukan perobaan rapat jenis zat yaitu
menentukan kerapatan bulk dan perapatan mampat.Sampel yang digunakan
adalah Asam Sitrat karena Asam Sitrat memiliki ukuran pori partikel yang
sangat besar jadi dapat di tentukan massa zatnya. Pada percobaan kerapatan
bulk dengan bobot zat 10,0287 g, volume bulknya 12 ml sehingga kerapatan
bulk yang didapat 0,835 g/ml. Percobaan kerapatan bulk dengan bobot zat
10,0287 g, volume bulknya 11 ml sehingga kerapatan mampat yang didapat
yaitu 0,9116 g/ml.
Pada penentuan bobot jenis zat cair sampel yang digunakan adalah
aquades, paraffin cair, alkohol, gliserin dan minyak kelapa yang dimana bobot
jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air
dalam piknometer, piknometer tidak dapat di pegang langsung oleh tangan
karena apabila di pegang langsung dengan tangan maka bobot jenis pada
piknometer akan berkurang. Pada saat pemipetan cairan ke dalam piknometer,
piknometer harus selalu dalam keadaan bersih dan kering dan setelah
melakukan percobaan tersebut kita menentukan bobot jenisnya dengan
menggunakan Dt. Misalnya pada percobaan ini bobot piknometer kosong
17,29 g, bobot piknometer ditambah air 39,06 g, bobot piknometer ditambahn
zat cair 40,74 sehingga bobot jenis zat cair (Dt) yang didapat adalah 1,07
g/ml.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. Kerapatan yaitu salah satu sifat intensif
dengan kata lain kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel dan
untuk menentukan massa zatnya dapat dilakukan dengan menimbang zat
tersebut dengan timbangan yang sesuai.
Adapun kemungkina kesalahan yang terjadi pada saat melakukan
praktikum sehingga replikasi 3 kali yang dilakukan pada bobot jenis zat cair,
kerapatan bulk dan kerapatan mampat hasil yang diperoleh pada replikasi
pertama, kedua dan ketiga hasilnya tidak sama, yang dimana replikasi 3 kali
tersebut seharusnya menghasilkan hasil yang tetap sama. Kesalahan yang
mungin terjadi yaitu:
1. Kurangnya ketelitian pada saat penimbangan sehingga mempengaruhi
hasilnya.
2. Kurangnya kebersihan dari alat alat yang digunakan seperti
piknometer dimana jika terdapat debu pada piknometer maka akan
mempengaruhi bobot jenis zat tersebut.
3. Kurang teliti pada saat pengukran volume suatu zat.
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN