Anda di halaman 1dari 18

MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mikromeritik dan Bobot Jenis Zat


A. Mikromeritik
Dalam meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada beberapa
faktor atau aspek yang perlu diperhatikan agar sediaan yang dihasilkan bisa
sesuai, salah satunya adalah bentuk keseragaman ukuran partikel. Ukuran
partikel dari bahan obat merupakan penentu untuk beberapa sifat zat. Hal ini
berlaku baik untuk bahan yang berada dalam kondisi berbentuk serbuk atau
bubuk maupun yang diracik dalam bentuk sediaan tablet, granular, salep,
suppositoria dan emulsi.
Ilmu yang mempelajari tentang partikel kecil disebut Mikromeritik
yang di dalamnya terdapat partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus yang berada dalam jangkauan mikroskop optic.
Ukuran partikel dari bahan obat merupakan penentu untuk beberapa
sifat zat, ukuran partikel itulah yang nantinya akan menentukan suatu efek
dari obat tersebut melalui beberapa tahap perjalanannya. Ukuran partikel
tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan obat yang secara
langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorpsi obat dan membantu
daya larut suatu bahan obat tetapi juga dapat mempengaruhi aktivitas
biologik dan efek terapinya.
Secara klinik ukuran partikel dari suatu obat dapat mempengaruhi
pelepasannya di dalam tubuh. Dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan
secara oral, parental, rectal, dan topical. Ukuran partikel suatu obat dapat
juga sangat mempengaruhi efek farmakologisnya di dalam tubuh. Hal ini
berhubungan dengan derajat kehalusannya. Semakin cepat diabsorbsi
semakin cepat pula respon farmakologisnya.
Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul ukuran partikel sangat
penting untuk melihat dan mengetahui sifat aslinya. Jadi dengan mengetahui
ukuran partikel dari suatu bentuk sediaan padat, kita dapat mengetahui sifat
alirnya, efek farmakologisnya dan dapat menyusun suatu formula yang baik.

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

B. Bobot Jenis dan Kerapatan Zat


Di bidang farmasi, bobot jenis digunakan untuk mengetahui
kekentalan suatu zat cair dan juga digunakan untuk mengetahui kemurnian
suatu zat dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan
teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat
tersebut memiliki kemurnian yang tinggi.
Sebagai seorang farmasis kita harus mengetaui bobot jenis suatu
sediaan sehingga kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk
larutan dapat diketahui dengan jelas.
Bobot jenis mempelajari tentang perbandingan antara bobot jenis
sampel dengan bobot jenis air suling (aquades) sehingga tidak memiliki
satuan. Sedangkan kerapatan jenis adalah suatu besaran yang menyatakan
perbandingan antara massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis
yaitu g/ml.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur
atau tidak dengan zat yang lainnya. Begitupun dengan kerapatan merupakan
salah satu sifat fisika yang paling definitif, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat.

1.2 Tujuan

1. Melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (Shieving)


2. Menentukan bobot jenis beberapa cairan

3. Menentukan kerapatan padatan

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi partikel kecil oleh Dalla


Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspense farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optic. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan. Kisaran ukuran kira kira dari partikel dalam
disperse farmasi (Martin, 2008).
Kerapatan adalah salah satu sifat dari serbuk yang didasarkan atas
sifat sifat dasar yang dimiliki oleh setiap kumpulan materi atau partikel.
Kerapatan dapat didefinisikan sebagai massa (gram) per satuan volume
(mL) suatu zat pada suhu tertentu. (Mochtar, 1989).
Bobot jenis (specific gravity) suatu zat adalag perbandingan rapat zat
itu dengan rapat suatu zat baku. Zat baku ini untuk cairan biasanya adalah
air pada suhu 4C dan untuk gas biasanya adalah udara (Bueche, J. F 1989).
Dengan menentukan bobot jenis suatu zat maka memungkinkan
dilakukan pengubahan jumlah zat dalam formula farmaseutik dari bobot
menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk
mengubah pernyataan kekuatan dalam b/b (persen bobot- dalam bobot),
b/v (persen bobot dalam volume) dan v/v (persen volume-dalam
volume) (Ansel, 2004).
Adapun perbedaan antara kerapatan dan bobot jenis yaitu bobot jenis
adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobo zat baku yang volumenya sama
pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal, sedangkan kerapatan
adalah massa persatuan volume yaitu bobot zat persatuan volume. Jika
kerapatan dinyatakan satuan bobot dan volume, maka bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat baku misalnya air
(Ansel, 2004).

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

Beberapa cara pengukuran partikel (Parrot, 1971 ) :


- Metode Mikroskopis
Didalam metode mikroskopis,diameter rata-rata sistem partikel
diperoleh dengan mengukur partikel secara acak disepanjang garis
yang telah ditentukan.diameter partikel partikel ini dapat diukur
dengan frekuensi yang sama disetiap arah. Oleh karena itu, partikel ini
mungkin dapat digantikan oleh partikel bulat yang diameternya sama
- Metode ayakan
Metode ayakan itu metode paling sederhana untuk mengukur ukuran
rata-rata partikel dengan menggunakan ayakan standar. Ayakan ini
terbuat dari kawat mesh dengan bukaan ukuran yang telah diketahui
- Metode sedimentasi
Untuk partikel dari ayakan pengukur seperti salah satu yang sering
berkaitan dengan farmasi. Metode sedimentasi tersebut didasarkan
pada hukum stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan dalam
cairan, dimana serbuk tidak dapat larut,
- Metode Ultrasi
Metode ultrasi adalah kebalikan dari metode sedimentasi udara
dimasukkan kebagian dasar kolom yang berisi sampel yang diukur
- Metode Sentrifuge
Sentrifuge digunakan hanya untuk penentuan ukuran partikel halus
berdasarkan hukum stokes.
Tujuan dari pengukuran ukuran partikel adalah agar berhasilnya
formulasi, suspense, emulsi dan tablet. Dari segi kestabilan fisik dan respons
farmakologis juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai. Dalam
bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel penting
dilakukan untuk memperoleh sifat air yang diperlukan dan pencampuran
yang baik dari granul dan serbuk (Sinko, 2011).

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayakan yang


dimana jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut.Jika
derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan bahwa

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

semua serbuk dapat melalui pengayak nomor terendah dan tidak lebih dari
40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi (FI III, 1979).
Penggunaan mikromeritik dalam pengujian kestabilan emulsi dan
suspense adalah pada metode sedimentasi menghasilkan suatu ukuran
partikel yang sebanding dengan laju saat partikel mengendap melalui suatu
medium pensuspensi, suatu pengukuran yang penting dalam perkembangan
emulsi dan suspense. Pengukuran volume partikel dengan menggunakan
satu zat yang disebut penghitung coulter, memungkinkan seseorang
menghitung diameter volume equivalen (Sinko, 2011).
Volume bulk (vb) adalah jumlah yang di pakai oleh seluruh massa
serbuk pada pengempakan khusus yang didapat selama pengukuran. Volume
sebenarnya (vp) adalah volume kumulatif yang diambil oleh partikel-
partikel termasuk semua rongga intrapartikel. Porositas (E) adalah
perbandingan volume rongga terhadap volume bulk, dengan persamaan
(Sinko, 2011) :
VbVp 1Vp
E= Vb = Vb

Beberapa macam pembagian kerapatan (Sinko, 2011) :


- Density sebenarnya adalah densitas bahan padat yang sesungguhnya
tidak termasuk rongga dan pori-pori. Alat untuk mengukur densitas
sebenarnya adalah densitometer helium
- Density granul data ditentukan dengan suatu metode serupa dengan
pemindahan cairan. Seperti ditemukan oleh perpindahan tempat dari air
raksa, yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori
yang lebih kecil sekitar 10 mm
- Density ruahan didefinisikan sebagai massa suatu serbuk dibagi dengan
volume ruahan

2.1 Prossedur Kerja (Anonim, 2016)

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

1. Mengukur Diameter Partikel dengan Metode Ayakan

a. Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke


bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.

b. Dimasukkan 100 gram granul paracetamol ke dalam ayakan paling atas


pada bobot tertentu yang di timbang seksama

c. Serbuk diayak selama 3 menit dengan getaran tertentu pada alat shaker.

d. Timbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.

e. Buat kuva distribusi % bobot atas/bobot bawah ayakan

2. Menentukan Kerapatan Bulk

a. Timbang zat padat sebanyak 10 gram

b. Masukkan kedalam gelas ukur 50 ml

c. Ukur volume zat padat

d. Hitung kerapatan bulknya

3. Menentukan Kerapatan Mampat

a. Timbang zat padat sebanyak 10 gram

b. Masukkan ke dalam gelas ukur

c. Ketuk sebanyak 100 kali ketukan

d. Ukur volume yang terbentuk

e. Hitung kerapatan mampatnya

4. Menentukan Bobot Jenis Cairan

a. Gunakan piknometer yang bersih dan kering

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

b. Timbang piknometer kosong, lalu isi dengan Air suling. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering lalu di timbang.

c. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer, lalu isi dengan cairan
yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pemipetan dan timbang.

d. Dihitung bobot jenis cairan.

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Mikromeritik

1. Ayakan

2. Kertas perkamen

3. Kuas

4. Timbangan

5. Vibrator

b. Bobot Jenis dan Kerapatan

1. Gelas ukur 50 ml

2. Pipet tetes

3. Piknometer 25 ml

4. Timbangan analitik

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

3.1.2 Bahan

a. Mikromeritik

1. Paracetamol

b. Bobot Jenis dan Kerapatan

1. Alkohol

2. Aquadest

3. Asam sitrat

4. Gliserin

5. Minyak kelapa

6. Parafin cair

3.2 Cara Kerja


1. Mengukur Diameter Partikel dengan Metode Ayakan

a. Disusun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke


bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan

b. Dimasukkan 100 gram granul paracetamol ke dalam ayakan paling atas


pada bobot tertentu yang di timbang seksama

c. Serbuk diayak selama 3 menit dengan getaran tertentu pada alat shaker

d. Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan

e. Dibuat kuva distribusi % bobot atas/bobot bawah ayakan

2. Menentukan Kerapatan Bulk

a. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram

b. Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

c. Diukur volume zat padat

d. Dihitung kerapatan bulknya

3. Menentukan Kerapatan Mampat

a. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram

b. Dimasukkan ke dalam gelas ukur

c. Diketuk sebanyak 100 kali ketukan

d. Diukur volume yang terbentuk

e. Dihitung kerapatan mampatnya

4. Menentukan Bobot Jenis Cairan

a. Digunakan piknometer yang bersih dan kering

b. Ditimbang piknometer kosong, lalu isi dengan Air suling. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering lalu di timbang.

c. Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer, lalu isi dengan


cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pemipetan dan timbang.

d. Dihitung bobot jenis cairan.

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Mikromeritik dengan metode pengayakan

a. Kecepatan 50 rpm

Nomor Ukuran pori Berat zat yang % tertinggal % tertinggal X


ayakan (rata-rata) (g) tertinggal (g) ukuran pori
35 0,50 74,12 68,06 34,03
40 0,420 14,22 13,05 5,485
60 0,250 8,34 7,65 1,91
120 0,125 5,97 5,48 0,685
170 0,088 4,49 4,12 0,36
230 0,062 1,76 1,6 0,0992
= 108,9 = 99,88 = 42,5692
Diameter rata-rata = (% tertinggal x ukuran pori)
100
= 42,5692
100
= 0,425

b. Kecepatan 60 rpm

Nomor Ukuran pori Berat zat yang % tertinggal % tertinggal X


ayakan (rata-rata) (g) tertinggal (g) ukuran pori
35 0,50 1,26 1,60 0,8
40 0,42 1,80 2,29 0,87
60 0,250 7,42 9,45 2,36
120 0,125 37,35 47,58 5,94
170 0,088 12,66 16,12 1,41
230 0,062 18,00 22,95 14,21
= 78,49 = 99,54 = 25,59
Diameter rata-rata = (% tertinggal x ukuran pori)
100
= 25,59
100
= 0,2559

c. Kecepatan 70 rpm

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

Nomor Ukuran pori Berat zat yang % tertinggal % tertinggal X


ayakan (rata-rata) (g) tertinggal (g) ukuran pori
35 0,50 1,42 1,8 0,9
40 0,42 1,75 2,2 0,92
60 0,250 9,67 12,44 3,11
120 0,125 28,26 36,65 4,54
170 0,088 23,84 30,67 2,69
230 0,062 12,77 16,43 10,16
= 77,71 = 100,19 = 22,32
Diameter rata-rata = (% tertinggal x ukuran pori)
100
= 22,32
100
= 0,2232

B. Kerapatan Bulk

Bobot zat (g) 10,0287 g


Volume bulk (ml) 12 ml
Kerapatan bulk (g/ml) 0,835 g/ml
Perhitungan :
Kerapatan bulk = bobot zat (g)
Volume bulk (ml)
= 10,0287 g
12 ml
= 0,835 g/ml

C. Kerapatan Mampat
Bobot zat (g) 10,0287 g
Volume mampat (ml) 11 ml
Kerapatan mampat (g/ml) 0,9116 g/ml
Perhitungan :
Kerpatan mampat = bobot zat (g)
Volume mampat ml
= 10,0287 g
11 ml

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

= 0,9116 g/ml

D. Bobot Jenis Zat Cair

Bobot piknometer kosong (g) 17,29 g


Bobot piknometer + air (g) 39,06 g
Bobot piknometer + zat cair (g) 40,74 g
Bobot jenis zat cair (g/ml) 1,07 g/ml

Perhitungan :
Dt = W3 W1
W2 W1
= 40,74 g 17,27 g
39,06 g 17,27 g
= 1,077 g/ml

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini kita membahas mengenai Mikromeritik dengan
pengukuran partikel menggunakan metode pengayakan, dan bobot jenis zat
serta rapat jenis zat yaitu kerapatan Bulk dan kerapatan Mampat. Praktikum
ini dilakukan dengan tujuan untuk :
a. Melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (shieving)
b. Menentukan bobot jenis beberapa cairan
c. Menentukan kerapatan padatan

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang ukuran


kecil partikel.Beberapa metode untuk menentukan ukuran partikel adalah
mikroskopi, pengayakan, pengendapan, adsorpsi, permeametri dan pancaran
radiasi atau transmisi tetapi yang kita gunakan pada praktikum ini adalah
metode pengayakan.
Adapun Dalam mengukur diameter partikel dengan metode pengayakan,
pertama-tama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian susun ayakan
berdasarkan nomor ayakannya dari yang terbesar sampai yang terkecil (dari
atas ke bawah) lalu masukkan parasetamol sebanyak 100 gram kemudian
tutup rapat ayakan. Serbuk di ayak selama 3 menit dengan kecepatan 50rpm
lalu di timbang serbuk yang terdapat pada masing masing ayakan. Setelah itu

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

isi lagi ayakan dengan 100 gram paracetamol lalu tutup rapat dan ayak
dengan kecepatan 60rpm. Setelah itu lakukan lagi dengan kecepatan 70rpm.
Untuk menentukan kerapatan Bulk pertama-tama siapkan gelas ukur 50
ml. Kemudian timbang Asam sitrat 10 gram lalu masukkan ke dalam gelas
ukur memakai corong lalu ukur berapa volume zat padat yang terdapat dalam
gelas ukur, kemudian hitung lagi kerapatan bulknya dengan memakai rumus
bobot zat padat/volume bulk.
Untuk menentukan kerapatan mampat pertama-tama siapkan gelas ukur 50
ml, kemudian masukkan asam sitrat yang digunakan pada kerapatan bulk tadi
sebanyak 10 gram ke dalam gelas ukur dengan memakai corong, lalu ketuk
sebanyak 100 kali ketukan dengan memakai alat vibrator, setelah itu ukur
volume yang terbentuk, kemudian hitung lagi kerapatan mampatnya dengan
memakai rumus bobot zat/volume mampat.
Untuk menentukan bobot jenis zat cair pertama-tama siapkan alat dan
bahan, setelah itu ambil piknometer dengan menggunakan tissue agar tidak
ada debu yang terkontaminasi dengan piknometer, setelah itu timbang
piknometer kosong tersebut dengan menggunakan timbangan analitik, catat
bobot jenisnya kemudian isi piknometer dengan air suling lalu bagian luar
piknometernya di lap sampai kering dan di timbang lagi. Setelah itu
masukkan paraffin cair ke dalam piknometer sampai penuh dengan suhu yang
sama seperti pada saat pemipetan kemudian timbang. Catat bobot jenis zat
cairnya dan hitung bobot jenisnya. Kemudian bersihkan piknometer dengan
methanol.
Pada pengukuran diameter partikel dengan metode pengayakan kita
menggunakan sampel parasetamol yang ditimbang sebanyak 100 gram
dengan alat yang digunakan adalah timbangan, ayakan, vibrator, kuas dan
kertas perkamen dengan kecepatan 50 rpm, 60 rpm dan 70 rpm yang dimana
ukuran ayakan dari urutan terkecil sampai urutan terbesar yaitu 35, 40, 60,
120, 170, 230 karena semakin besar nomor mesh maka semakin kecil juga
ukuran pori partikelnya. Pada kecepatan 50 rpm dihasilkan diameter rata-rata yaitu

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

0,425, pada kecepatan 60 rpm diameter rata-rata 0,2559 sedangkan pada kecepatan
70 rpm diameter rata-rata yaitu 0,2232.
Pada praktikum ini juga dilakukan perobaan rapat jenis zat yaitu
menentukan kerapatan bulk dan perapatan mampat.Sampel yang digunakan
adalah Asam Sitrat karena Asam Sitrat memiliki ukuran pori partikel yang
sangat besar jadi dapat di tentukan massa zatnya. Pada percobaan kerapatan
bulk dengan bobot zat 10,0287 g, volume bulknya 12 ml sehingga kerapatan
bulk yang didapat 0,835 g/ml. Percobaan kerapatan bulk dengan bobot zat
10,0287 g, volume bulknya 11 ml sehingga kerapatan mampat yang didapat
yaitu 0,9116 g/ml.
Pada penentuan bobot jenis zat cair sampel yang digunakan adalah
aquades, paraffin cair, alkohol, gliserin dan minyak kelapa yang dimana bobot
jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air
dalam piknometer, piknometer tidak dapat di pegang langsung oleh tangan
karena apabila di pegang langsung dengan tangan maka bobot jenis pada
piknometer akan berkurang. Pada saat pemipetan cairan ke dalam piknometer,
piknometer harus selalu dalam keadaan bersih dan kering dan setelah
melakukan percobaan tersebut kita menentukan bobot jenisnya dengan
menggunakan Dt. Misalnya pada percobaan ini bobot piknometer kosong
17,29 g, bobot piknometer ditambah air 39,06 g, bobot piknometer ditambahn
zat cair 40,74 sehingga bobot jenis zat cair (Dt) yang didapat adalah 1,07
g/ml.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam
menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat. Kerapatan yaitu salah satu sifat intensif
dengan kata lain kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel dan
untuk menentukan massa zatnya dapat dilakukan dengan menimbang zat
tersebut dengan timbangan yang sesuai.
Adapun kemungkina kesalahan yang terjadi pada saat melakukan
praktikum sehingga replikasi 3 kali yang dilakukan pada bobot jenis zat cair,

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

kerapatan bulk dan kerapatan mampat hasil yang diperoleh pada replikasi
pertama, kedua dan ketiga hasilnya tidak sama, yang dimana replikasi 3 kali
tersebut seharusnya menghasilkan hasil yang tetap sama. Kesalahan yang
mungin terjadi yaitu:
1. Kurangnya ketelitian pada saat penimbangan sehingga mempengaruhi
hasilnya.
2. Kurangnya kebersihan dari alat alat yang digunakan seperti
piknometer dimana jika terdapat debu pada piknometer maka akan
mempengaruhi bobot jenis zat tersebut.
3. Kurang teliti pada saat pengukran volume suatu zat.

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada


percobaan pertama diameter rata-rata yang di dapat di kecepatan 50 rpm yaitu
0,425, kecepatan 60 rpm diameter rata-rata yaitu 0,2559, kecepatan 70 rpm
diameter rata-rata yaitu 0,2232.Pada percobaan kerapatan yaitu kerapatan bulk
hasil yang diperoleh 0,835 g/ml dan kerapatan mampat hasil yang diperoleh
yaitu 0,9116 g/ml. Pada percobaan terakhir yaitu bobot jenis zat cair hasil
yang diperoleh adalah 1,07 g/ml.

5.2 SARAN

Sebaiknya asisten terus memperhatikan praktikannya agar tidak terjadi


kesalahan pada saat praktikum sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.Dan
untuk praktikan agar lebih teliti dan selalu memperhatikan kebersihan alat
yang digunakan.

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard, C., 2004,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press :


Jakarta
Bueche, Frederick J.1989,Fisika Edisi VIII, Erlangga : Jakarta

Ditjen POM., 1979,Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI : Jakarta


Martin, Alfred., 1994, Farmasi Fisik, UI Press : Jakarta
Moechtar,1989, Farmasi Fisika, UGM Press : Yogyakarta
Parrot, 1971,Pharmaceutical Technology, Burgess Publishing Company,
University of Lowa : Lowa
Patrick J, Sinko., 2016, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmaseutika Martin, Edisi V,
Jakarta : EGC

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA


MIKROMERITIK DAN BOBOT JENIS ZAT

LAMPIRAN

KELOMPOK V. B RINY ERFIAH RINDA

Anda mungkin juga menyukai