2, 2010
Abstract
A Qualitative analysis of nitrite and nitrate preservative and analysis of protein content in sausage fast food
foundedin some markets in Padang has been done. The preservative in samples were extracted by mixing with water,
and then identified by colour reaction. Analysis of preservative in samples was compared with standard preservative
substance. From the identification, all samples contain preservative agent, nitrite and nitrate. Micro Kjehdahl method
used to analysed protein in samples. The result showed that from each samples contained. Protein content 16.5% for
samples A; 17.6% for samples B and 8.31% for samples C.
Pendahuluan
Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan Daging mudah rusak, oleh karena itu untuk
pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui penyimpanan yang lama perlu digunakan pengawet.
pada makanan dan minuman. Salah satu bahan Salah satu zat pengawet yang digunakan adalah
tambahan yang digunakan pada makanan adalah Natrium nitrat. Nitrat dan nitrit merupakan salah satu
bahan pengawet. Bahan pengawet adalah bahan kimia zat pengawet yang digunakan dalam proses
yang berfungsi untuk memperlambat kerusakan pengawetan daging untuk memperoleh warna yang
makanan, baik yang disebabkan oleh mikroba baik dan mencegah pertumbuhan mikroba (Norman,
pembusuk, bakteri, maupun jamur dengan cara 1988).
menghambat, mencegah, menghentikan proses
pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan Natrium nitrat dan garam-garamnya serta derivat-
(Winarno, 1984). derivatnya adalah satu kelompok zat pengawet kimia
yang digunakan secara luas. Pemakaian Natrium
Daging termasuk makanan yang mengandung protein. nitrat dalam bahan pangan merupakan subjek yang
Protein merupakan salah satu zat makanan yang banyak dibicarakan, karena dalam kadar yang cukup
penting bagi tubuh, mempunyai fungsi untuk besar nitrat tidak dihendaki bahkan beracun (Norman,
pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan 1988; Ronald, 1993; Departemen Kesehatan Republik
sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh Indonesia, 1995).
sebab itu, kekurangan protein dapat menyebabkan
gangguan pada manusia (Winarno, 1984; Ronald, Garam Nitrit dan Nitrat mekanismenya belum
1993; John, 1997). diketahui, tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi dengan
gugus sulfihidril (-SH) dan membentuk garam yang
Sosis merupakan produk olahan daging yang tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba dalam
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Komposisi gizi keadaan anaerob. Dalam daging, nitrit akan
sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging membentuk nitroksida. Nitroksida dengan pigmen
yang digunakan dan proses pengolahannya. Produk daging akan menjadi nitrosomioglobin yang berwarna
olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai merah cerah. Pembentukan nitroksida akan banyak
sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki bila hanya menggunakan garam nitrit, karena itu
kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, biasanya digunakan campuran garam nitrit dan garam
sehingga berpotensi menimbulkan penyakit seperti nitrat. Garam nitrit akan tereduksi oleh bakteri
jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi menghasilkan nitrit. Penggunaan Natrium nitrit
berlebihan. sebagai pengawet untuk mempertahankan warna
daging dan ikan, ternyata menimbulkan efek yang
membahayakan kesehatan karena nitrit dapat
89
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 2, No. 2, 2010
90
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 2, No. 2, 2010
91
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 2, No. 2, 2010
dititrasi dengan HCl standar dengan menggunakan Natrium nitrit pembanding dan sampel menunjukkan
indikator merah metil (Sudarmadji, 1996). hasil yang sama yaitu terbentuknya gelembung gas
coklat. Ketika direaksikan dengan FeSO4 + H2SO4
Hasil baik Natrium nitrit pembanding dan sampel
menunjukkan hasil yang sama yaitu terbentuknya
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil cincin coklat. Ketika direaksikan dengan BaCl2 baik
sebagai berikut : Natrium nitrit pembanding dan sampel menunjukkan
1. Dari Pengamatan Sampel Sosis daging sapi siap hasil yang sama yaitu tidak terbentuknya endapan.
saji mengandung Senyawa Nitrit Ketika direaksikan dengan AgNO3 0,1 N baik
2. Dari Pengamatan Sampel Sosis daging sapi siap Natrium nitrit pembanding dan sampel menunjukkan
saji mengandung Senyawa Nitrat. hasil yang sama yaitu terbentuknya endapan putih.
3. Kandungan Protein dari tiap-tiap sampel, yaitu Ketika direaksikan dengan KI 0,1 N + kanji baik
16,5% pada sampel A ; 17,6% pada sampel B ; dan Natrium nitrit pembanding dan sampel menunjukkan
8,31% pada sampel C. hasil yang sama yaitu terbentuknya warna biru.
Ketika direaksikan dengan KMnO4 baik Natrium
Pembahasan nitrit pembanding dan sampel menunjukkan hasil
yang sama yaitu hilangnya warna KMnO4. Ketika
Pada penelitian ini telah dilakukan analisa zat direaksikan dengan NH4Cl padat baik Natrium nitrit
pengawet dan protein yang terdapat pada sosis siap pembanding dan sampel menunjukkan hasil yang
saji yang beredar di pasaran. Penelitian ini sama yaitu terbentuknya gelembung. Dari
menggunakan 3 macam merek sosis yang berbeda pengamatan sampel C terlihat lebih cepat
pada umumnya beredar dipasaran. Dari pengamatan memberikan reaksi jika dibandingkan dengan sampel
label pada kemasan tidak dicantumkan adanya A dan sampel B.
pengawet. Untuk daging yang diolah biasanya
ditambahkan nitrit dan nitrat yang berfungsi sebagai Untuk pemeriksaan nitrat digunakan pereaksi H2SO4
zat pengawet, memberikan warna dan rasa khusus pekat, FeSO4 dan difenilamina dengan menggunakan
pada daging. Namun zat ini dapat bergabung dengan pembanding Natrium nitrat. Sampel dan pembanding
amin tertentu membentuk berbagai jenis yang ini jika direaksikan dengan zat-zat pereaksi di atas.
kebanyakan bersifat karsinogen kuat (Winarno, Ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat baik Natrium
1984). nitrat pembanding dan sampel menunjukkan hasil
yang sama yaitu terbentuknya gelembung. Ketika
Sebelum dilakukan identifikasi, zat pengawet yang direaksikan dengan FeSO4 + H2SO4 pekat baik
berada dalam bentuk nitrosoamin campuran dengan Natrium nitrat pembanding dan sampel menunjukkan
bahan tambahan lain diekstrak terlebih dahulu. Sosis hasil yang sama yaitu terbentuknya cincin coklat pada
yang akan diuji terlebih dahulu dihancurkan dengan persentuhan kedua cairan. Ketika direaksikan dengan
cara diblender, kemudian dicampur dengan air difenilamina + H2SO4 pekat baik Natrium nitrat
secukupnya karena nitrit dan nitrat larut dalam air. pembanding dan sampel menunjukkan hasil yang
Masing-masing sampel dipindahkan ke dalam sama yaitu terbentuknya warna biru pada persentuhan
erlenmeyer, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kedua. Dari pengamatan sampel B lebih cepat
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 memberikan reaksi jika dibandingkan dengan sampel
menit, sehingga sampel akan memisah menjadi 2 A dan sampel C, ini dapat dikatakan bahwa sampel B
lapisan. Lapisan bening yang mana merupakan mempunyai kadar pengawet yang lebih tinggi jika
lapisan air diambil, karena zat pengawet tersebut dibandingkan dengan sampel lainnya, walaupun ada
telah larut dalam air. beberapa uji yang memberikan hasil negatif. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya ion-ion
Zat pengawet hasil ekstraksi ini diidentifikasikan pengganggu lainnya yang ikut larut dalam sampel
dengan menggunakan pereaksi warna. Pada sehingga ia juga ikut bereaksi dan konsentrasi
pemeriksan nitrit digunakan HCl 0,1 N, FeSO 4 + Natrium nitrit dan nitrat yang terdapat dalam sampel
H2SO4, BaCl2, AgNO3 0,1 N, KI 0,1 N + kanji, berbeda-beda atau sedikit yang terdapat
KMnO4,NH4Cl padat dengan menggunakan mempengaruhi kecepatan dari reaksi (Autherhoff &
pembanding Natrium nitrit. Sampel dan pembanding Kovar 1987; Vogel, 1985).
masing-masing direaksikan dengan zat-zat pereaksi di
atas. Ketika direaksikan dengan HCl 0,1 N baik
92
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 2, No. 2, 2010
Penentuan kadar protein dilakukan dengan (sempurna). Erlenmeyer yang berisi 10 mL asam
menggunakan metoda Mikro Kjehdahl. Prinsip dari borat 3 % + BCG-MR (campuran bromo cresol green
metoda ini adalah oksidasi senyawa organik oleh dan methyl red) ditempatkan di bagian kanan
asam sulfat untuk membentuk CO2 dan H2O serta Kjehdahl. BCG-MR merupakan indikator yang
pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia yaitu bersifat amfoter, yaitu bisa bereaksi dengan asam
penentuan protein berdasarkan jumlah Nitrogen. maupun basa. Indikator ini digunakan untuk
Dalam penentuan protein seharusnya hanya nitrogen mengetahui asam dalam keadaan berlebih . Selain itu
yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan alasan pemilihan indikator ini adalah karena memiliki
tetapi teknik ini sulit sekali dilakukan mengingat trayek pH 6-8 (melalui suasana asam dan basa/ dapat
kandungan senyawa Nitrogen ini biasanya sangat bekerja pada suasana asam dan basa) yang berarti
kecil yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, trayek kerjanya luas (meliputi asam-netral-basa).
nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, pirimidin. Pada suasana asam indikator akan berwarna merah
Oleh karena itu penentuan jumlah N total ini tetap muda, sedang pada suasana basa akan berwarna biru.
dilakukan utuk mewakili jumlah protein yang ada Setelah ditambah BCG-MR, larutan akan berwarna
(Sudarmadji, 1996). Analisa protein dengan metoda merah muda karena berada dalam kondisi asam.
ini terbagi atas 3 tahapan yaitu proses destruksi,
destilasi dan titrasi. Asam borat (H3BO3) berfungsi sebagai penangkap
NH3 sebagai destilat berupa gas yang bersifat basa.
Pada tahap destruksi 1 gram sampel dimasukkan ke Supaya ammonia dapat ditangkap secara maksimal,
dalam labu kjehdahl, kemudian ditambahkan 10 mL maka sebaiknya ujung alat destilasi ini tercelup
katalisator N dan 10 mL H2SO4 pekat. Kemudian semua ke dalam larutan asam standar sehingga dapat
campuran ini dipanaskan sehingga terbentuk suatu ditentukan jumLah protein sesuai dengan kadar
larutan jernih. Pada proses ini terjadi penguraian protein bahan. Selama proses destilasi lama-kelamaan
sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, larutan asam borat akan berubah membiru karena
H, O, N, S, dan P. Unsur N digunakan untuk larutan menangkap adanya ammonia dalam bahan
menentukan kandungan protein dalam sampel yang bersifat basa sehingga mengubah warna merah
tersebut. Asam sulfat bersifat oksidator kuat yang muda menjadi biru.
akan mendestruksi sampel menjadi unsur-unsurnya.
Penambahan asam sulfat dilakukan dalam lemari Reaksi destilasi akan berakhir bila ammonia yang
asam untuk menghindari S yang berada dalam protein telah terdestilasi tidak bereaksi basis. Setelah destilasi
akan terurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. selesai larutan sampel berwarna keruh dan terdapat
Penambahan katalisator N berfungsi untuk endapan di dasar tabung (endapan HgO) dan larutan
mempercepat proses destruksi dengan jalan asam dalam erlenmeyer berwarna biru karena dalam
menaikkan titik didih asam sulfat saat sehingga suasana basa akibat menangkap ammonia. Ammonia
destruksi berjalan lebih optimal. Katalisator N terdiri yang terbentuk selama destilasi dapat ditangkap
dari campuran K2SO4 dan HgO dengan perbandingan sebagai destilat setelah diembunkan (kondensasi) oleh
20 : 1. Dimana tiap 1 gram K2SO4 dapat menaikan pendingin balik di bagian belakang alat Kjehdahl dan
titih didih H2SO4 30C (Sudarmadji dkk, 1996). dialirkan ke dalam erlenmeyer.
Kenaikkan titik didih mengakibatkan asam sulfat
akan lebih lama berkontak dengan sampel sehingga Tahap titrasi merupakan tahap terakhir dari metoda
destruksi lebih optimal. Kjehdahl. Hasil dari destilasi akan dititrasi. Apabila
penampang destilat digunakan asam borat maka
Pada tahap destilasi, larutan sampel yang telah banyaknya asam borat yang bereaksi dengan
terdestruksi didinginkan kemudian ditambahkan 100 ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
mL aquadest untuk melarutkan sampel hasil destruksi asam klorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR).
agar hasil destruksi dapat didestilasi dengan Sebelum dititrasi dilakukan pembakuan larutan HCl,
sempurna, serta untuk lebih memudahkan proses untuk pembakuan digunakan 10 mL larutan Natrium
analisa karena hasil destruksi melekat pada tabung tetra borat 0,1 N dengan menggunakan indikator
reaksi, dimasukkan dalam destilasi dan ditempatkan merah metil dimana titik akhir ditunjukkan dengan
di sebelah kiri. Kemudian alat destilasi berupa pipa terbentuknya larutan berwarna merah muda pucat.
kecil panjang dimasukkan ke dalamnya hingga Pembakuan HCl dilakukan 3 kali pengulangan
hampir mencapai dasar tabung reaksi sehingga dengan rata-rata HCl yang terpakai 8,5 mL. Dari
diharapkan proses destilasi akan berjalan maksimal perhitungan normalitas larutan didapatkan normalitas
93
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 2, No. 2, 2010
Daftar Pustaka
HCl adalah 0,117 N. Hasil dari destilasi dititrasi juga
dilakukan 3 kali pengulangan, didapatkan rata-rata Autherhoff, H., Kovar, A, 1987, Identifikasi Obat,
volume HCl yang terpakai adalah 1,61 mL pada Edisi IV, Institut Teknologi Bandung,
sampel A ; 1,72 mL pada sampel B ; dan 0,81 mL Bandung.
pada sampel C. Hasil titrasi menunjukkan perubahan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979,
warna larutan dari biru menjadi merah muda. Dari Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.
data tersebut dapat diketahui kandungan protein Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995,
dalam 1000 mg sampel adalah 16,5 % untuk sampel Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
A ; 17,6 % untuk sampel B dan 8,31 % untuk sampel John, M., 1997, Kimia Makanan Edisi II, Institut
C. Teknologi Bandung, Bandung.
Norman, W, 1988, Teknologi Pengawetan Pangan
Kesimpulan Edisi 3, terjemahan Muchji Muljohardjo, UI
Press, Jakarta.Ronald, J. E. F., 1993,
Setelah dilakukan penelitian mengenai analisa protein Martindale The Extra Pharmacopoeaia 26th
dan zat pengawet dalam sosis daging sapi siap saji, Ed, The Pharmaceutical Press London.
maka dapat diambil kesimpulan : Roth, J.H., and G. Blaschke, 1998. Analisis Farmasi,
1. Pada pengujian dengan menggunakan metoda Edisi III, diterjemahkan oleh Dr. Sarjono
reaksi warna di dapat bahwa ketiga sampel uji Kreman dan Dr. Slamet Ibrahim,
mengandung zat pengawet nitrit dan nitrat. Universitas Gadjah Mada Press,
2. Terdapat produk sosis yang mengandung zat Yogyakarta.
pengawet meskipun pada komposisi produk Ronald., J. E. F., 1993. Martindale The Extra
tersebut tidak mencantumkan adanya zat Pharmacopoeaia. 26th Ed, The
pengawet. Pharmaceutical Press, London.
3. Pada analisa protein dengan menggunakan Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996, Analisa
metoda Mikro Kjehdahl, didapatkan kadar Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
protein sebesar 16,5% pada sampel A, 17,6% Liberty, Yogyakarta.
pada sampel B, 8,31% pada sampel C, dan kadar Vogel, 1985. Buku Teks Analisis Anorganik
ini memenuhi / tidak memenuhi perstaratan kadar Kualitatif Makro dan Semi mikro Edisi V,
protein. Jakarta.
Winarno. F.G., 1984, Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia, Jakarta.
94