NIM : ..............................
Gol/Kel : ..............................
PANDUAN PRAKTIKUM
1
PENDAHULUAN
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM
ACARA 1
Pelapisan Lilin dan Penyimpanan Pada Suhu Rendah Produk Hortikultura
2
1.1 Pendahuluan
Pelilinan menggunakan bahan-bahan pelapis merupakan salah satu cara untuk menunda
proses pematangan produk hortikultura. Lilin merupakan bahan pelapis yang memiliki
kemampuan memperpanjang masa simpan komoditas hortikultura (Pantastico, 1986). Lilin atau
wax termasuk dalam senywa ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat
berantai panjang atau sterol (Anon, 1977). Sumber dari senywa-senyawa tersebut berasal
tanaman, hewan, dan senyawa sintetis. Penggunaan pelapis dari lilin dapat diformulasikan
menjadi satu atau lebih senyawa yang dijual dipasaran dalam bentuk beeswax, parafin wax,
carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba palm) dan shellac (lilin dari insekta) .
Penggunaan pelapis pada produk hortikultura melindungi buah atau sayur terhadap
gangguan fisik, mekanik, dan mikrobiologis secara alami. Pelapisan lilin pada buah merupakan
suatu cara untuk menggantikan dan menambah lapisan lilin alami pada buah yang kemungkinan
besar hilang selama proses penanganan pasca panen. Selain itu, pelapisan terhadap buah
diharapkan dapat mengurangi laju respirasi, sehingga memperkecil kerusakan buah selama
proses pasca panen akibat proses respirasi (Roosmani, 1975). Pelilinan pada permukaan buah
berfungsi menutupi pori-pori atau stomata sehingga menurunkan laju respirasi dan mampu
menunda proses kematangan buah serta bermanfaat meningkatkan kilap dan menutupi luka atau
goresan pada permukaan kulit buah yang mempengaruhi penampakanya menjadi lebih baik.
Pelapisan menggunakan lilin dapat dilakukan dengan cara pembusaan, penyemprotan,
pencelupan, atau pengolesan (Pantastico, 1986). Pelapisan lilin secara optimal harus dilakukan
karena pelapisan yang terlalu tebal mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob dan
menghasilkan buah yang masam dan busuk, sedangkan buah jika lapisan lilin terlalu tipis kurang
efektif mengurangi laju respirasi dan transpirasi (Roosmani, l975). Konsentrasi dari lilin menurut
Sunarti (1995) dapat mempengaruhi ketebalan dari lapisan lilin. Semakin tinggi konsentrasi lilin
semakin tebal lapisan lilin yang melapisi buah.
Persyaratan lilin sebagai bahan pelapis komoditas hortikultura menurut Roosmani
(1975) adalah tidak mempengaruhi bau dan flavor dari komoditas yang akan dilapisi, mudah
kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, mudah diperoleh,
tidak bersifat racun, dan murah harganya. Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru
dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup (Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, 1994).
3
Perlakuan pelapisan lilin hanyalah cara tambahan memperlambat kemunduran produk
dari cara pendinginan. Penurunan suhu penyimpanan tetap merupakan cara utama yang efektif
menurunkan laju respirasi.
4
a. Pengamatan secara subjektif
Karakteristik mutu yang diamati secara subjektif meliputi warna, kekerasan, dan tingkat
kerusakan (pembusukan). Tingkat perubahan karakteristik mutu tersebut dapat di rangking
dengan skala atau skor 1-5 untuk memudahkan analisis data secara statistik. Disamping dengan
rangking, pengamatan juga dilakukan secara deskriptif terhadap perubahan-perubahan tersebut.
5
ACARA 2
Modifikasi Atmosfer dengan Pengemasan Untuk Produk Hortikultura
2.1 Pendahuluan
Untuk memperlambat laju kemunduran pasca panen komoditas buah-buahan dan
sayuran diperlukan suatu cara penanganan dan perlakuan yang baik, sehingga laju respirasi dan
transpirasi dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju
respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk, Namun demikian beberapa cara tambahan dari
cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Pengemasan
dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan laju respirasi tersebut (Pantastico,
1997). Dengan kemasan plastik untuk produk segar akan menyebabkan adanya perubahan
konsentrasi C02 dan 02 sekitar produk di dalam kemasan sebagai akibat dari proses respirasi
produk serta interaksinya dengan permeabilitas plastik terhadap gas 02 dan C02. Menurunnya
konsentrasi 02 dan meningkatnya konsentrasi C02 sebagai akibat respirasi produk, dan
karakteristik permeabilitas dari kemasan plastik ikut berperan dalam mengkreasi konsentrasi 0 2
dan C02 di dalam ruang bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju respirasi produk
dalam kemasan itu sendiri.
Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah hal yang kritis karena berhubungan dengan
permeabilitas terhadap 02, C02, dan uap air, yang berarti pula sebagai salah satu cara untuk
mempertahankan RH udara sekitar produk (Pantastico, 1986). Syarief dkk. l989 menyatakan
bahwa jenis plastik polietilen densitas rendah biasanya digunakan untuk mengemas buah-buahan
dan sayuran. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan jenis plastik polietilen
mengakibatkan peningkatan konsentrasi C02 dan penurunan konsentrasi 02 yang mampu
memperlambat proses pematangan dan umur simpan. Namun demikian konsentrasi C0 2
berlebihan dan 02 yang terbatas akibat kesalahan memilih ketebalan dari plastik tersebut
mengakibatkan metabolisme menyimpang dalam buah yaitu terjadinya respirasi anaerobik yang
berakibat terhadap kegagalan pemasakan dan penyimpangan bau (off flavour). Pantastico (1997)
menyebutkan jika konsentrasi C02 yang tinggi dalam kemasan akan mengakibatkan matinya sel-
sel buah akibat terhambatnya aktifitas enzim pada proses respirasi dan asam organik, gagalnya
buah mengalami pemasakan sehingga proses metabolisme yang merombak pati menjadi gula
6
akan terhambat. Dengan permeabilitas tertentu dari plastik film tersebut terhadap 0 2 dan C02
akan menyebabkan adanya kesetimbangan konsentrasi dari gas-gas tersebut yang mampu
menjaga laju respirasi aerobik yang rendah dan berakibat pada laju perpanjangan masa simpan
dari produk segar tersebut.
7
2.5 Variable Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi mutu-fisik/visual sayuran dan buah bahan
percobaan secara subjektif selama penyimpanan. Pengamatan visual-subjektif mengikuti table
scoring pada Acara I terhadap tingkat kekerasan, warna dan pembusukan buah-buahan.
8
ACARA 3
ANALISIS BUAH-BUAHAN
4.1 PENDAHULUAN
Buah merupakan salah satu hasil pertanian yang pada umumnya digunakan sebagai bahan
makanan mempunyai beberapa kimia. Sifat kimia buah berbeda untuk setiap jenisnya.
Kandungan kimia dari buah dapat mengalami perubahan yang tergantung pada peranan
fisiologis, derajat kematangan dan sebagainya. Beberapa sifat kimia buah yang perlu diketahui
adalah total asam, kadar pektin, vitamin C dan pHnya. Nilai gizi secara khusus dari buah-buahan
terletak pada penyediaan vitamin vitamin, khususnya vitamin C atau asam askorbat, karoten
(provit A), berbagai vitamin B, khususnya asam folat, dan mineral-mineral khususnya unsur-
unsur Ca dan Fe. Zat yang terkandung didalam tiap jenis buah buahan memiliki jumlah serta
kadar yang berbeda beda. Tiap buah tersebut memiliki karakteristik dan tingkat kematangan
yang beragam sehingga membuat kandungan zat yang terdapat didalamnya juga berbeda beda.
Sifat kimia buah inilah yang perlu diketahui karena kandungan zat-zat tersebut dianggap dapat
mempengaruhi sifat fisik serta kimia secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi mutu
dari buah-buahan tersebut. Analisis merupakan penguraian bahan menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya yang kemudian dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi bahan tersebut.
Berikut beberapa informasi beberapa buah. Berikut beberapa kandungan kimia buah.
Total Asam
Jenis asam banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman, terutama tanaman buah-
buahan. Asam-asam ini terdapat dalam jumlah kecil dan merupakan hasil antara (intermediete)
dalam metabolisme, yaitu dalam siklus kreb (siklus asam trikarboksilat), siklus asam glioksilat,
dan siklus asam shikimat. Rasa asam yang ada juga dapat disebabkan oleh adanya vitamin C.
Buah yang mempunyai kandungan gula tinggi biasanaya juga disertai adanya asam. Pada buah
klimaterik, asam organik menurun segera setelah proses klimaterik terjadi. Jumlah asam akan
berkurang dengan meningkatnya aktivitas metabolisme buah tersebut. Selama penyimpanan
keasaman buah bervariasi tergantung tingkat kematangan, jenis dan suhu penyimpanan. Biasanya
buah yang masih muda memiliki kandungan asam yang lebih tinggi.
Vitamin C
9
Vitamin C atau asam askorbat merupakan suatu nutrien dan vitamin yang larut dalam air
dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan Sumber vitamin C sebagian besar
berasal dari sayuran dan juga buah-buahan. Oleh karena itu, vitamin C sering disebut fresh food
vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya; semakin tua buah
semakin berkurang kandungan vitamin C-nya (Winarno,F.G, 1984). Vitamin C adalah vitamin
yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selam pemrosesesan dan
penyimpanan. Vitamin C lebih mudah rusak dalam pemasakan dibanding vitamin-vitamin lain
dan mudah sekali teroksidasi, lebih-lebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim asorbic acid
oksidase, sinar dan temperatur yang sangat tinggi. Vitamin C mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna , titik cair 190-192 0C.
Bersifat larut dalam air sedikit larut dalm aseton atau alcohol yang mempunyai BM rendah.
vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen, dengan logam membentuk garam. Sifat
asam ditentukan oleh ionisasi enol group pada atom C no 3 pada pH rendah vitamin C lebih
stabil daripada pH tinggi.
Metode penentuan vitamin C dengan titrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Titrasi dengan iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara titrasi menggunakan
larutan 0,01 N iodin.
Titrasi dengan 2,6-dikhlrofenol indofenol atau larutan dye. Pengukuran vitamin C dengan
titrasi menggunakan 2,6-dikhlrofenol indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmas pada
tahun 1972.
Titrasi dengan methylelen-blue (biru metilen)
Asam askorbat dapat direduksi methylelen-blue dengan bantuan cahaya menjadi bentuk
senyawa leuco (leuco- methylelen-blue).
Metode tauber
Larutan vitamin C dalam asam asetat ditambah /dicampurkan dengan larutan ferrisulfat dan
asam folat, kemudian ditambahkan larutan permanganat yang akan membentuk warna biru.
10
Struktur vitamin C
Penentuan vitamin C dapat dikerjakandengan titrasi iodin didasarkan bahwa vitamin C
dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang dipakai adalah amilum. titrasi ditandai dengan
terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan
iodin yaitu tiap 1 ml 0.01 N iodin ekivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Vitamin C dengan iod
akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang
(Sudarmaji, Slamet, 1989). Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Na-
dikloro indofenol). Asam askorbat dapat mereduksi 2,6 D sehingga terjadi perubahan warna.
Reaksi antara vitamin C dengan Iod adalah sebagai berikut:
4.2 TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisa kandungan kimia yang terdapat dalam buah
seperti kandungan vitamin C, pH dan total asam buah.
11
A. Analisis Total Asam
1. Bahan :
Jeruk mentah 2,5 kg/golongan dan jeruk matang 2,5 kg/golongan.
Aquades; Indikator PP, NaOH 0.1 N
2. Alat :
Labu takar 100 ml Gelas reaksi
Kertas saring Erlenmeyer
Biuret Mortar
3. Cara kerja
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi pink dan
bertahan selama 30 detik, dihitung total asam tertitrasi.
B. Analisis Vitamin C
12
1. Bahan :
Nanas dan Jeruk
Aquades, Amilum 1% , Larutan iodium 0.01 N
2. Alat :
Blender Erlenmeyer
Mortar Biuret
Labu takar 100 ml Timbangan
3. Cara kerja
C. Analisis pH
1. Bahan :
Filtrat nanas
Filtrat jambu biji
Filtrat jeruk
Filtrat labu siam
13
2. Alat :
pH meter atau kertas pH
3. Prosedur Kerja
Bahan dihancurkan
Hasil Pengamatan
B. Analisis Vitamin C
Sampel Bahan Iodium (ml) As.Askorbat (mg/10gr bahan)
C. pH Buah
Sampel pH
14
FORMAT LAPORAN
BAB 1. PENDAHULUAN
3 spasi
1.1 Latar Belakang
3 spasi
1.1 Tujuan
15
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan 3 spasi
3.2.2 Alat
3.3 Cara Kerja 3 spasi
(tersusun teratur dengan menggunakan kalimat aktif)
Contoh:
LAMPIRAN
(data-data mentah, flowchart, foto, jurnal, dll yang perlu dilampirkan)
KETERANGAN
Kertas : A4 dengan batas tepi atas, bawah, kiri, kanan : 4,3,4,3 cm
Penulisan judul bab rata tengah (center) dan penulisan isi bab rata kanan kiri (justify)
Diketik komputer
16
Warna cover putih dengan warna font sesuai dengan golongan masing-masing:
- Golongan A (Merah)
- Golongan B (Hijau)
- Golongan C (Biru)
Jurnal dan flowchart dilampirkan (untuk penulisan jurnal yang digaris bawah nama jurnal
nyabukan judul jurnal dan yang dilampirkan bagian abstrak dan bagian yang dikutip saja,
beri tanda bisa dengan stabilo).
3x3
LAPORAN PRAKTIKUM
17
Oleh :
Golongan A/Kelompok 1
1. Sarah Amelia 141510501020
18