Anda di halaman 1dari 19

Nama : ..............................

NIM : ..............................
Gol/Kel : ..............................

PANDUAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN


(PNB-1406)

KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
2017

1
PENDAHULUAN

Kegiatan praktikum di laboratorium dan lapangan yang berkaitan dengan perkuliahan


adalah bagian penting dalam mata kuliah Teknologi Panen dan Pasca Panen, sehingga mahasiswa
wajib menunjukkan bahwa kemampuannya dalam melakukan kegiatan praktik di laboratorium
dengan memuaskan.
Kegiatan praktik di laboratorium atau praktikum merupakan demonstrasi atau verifikasi
dari teori yang didapatkan di kelas. Tujuan praktikum adalah untuk memberikan keahlian
tambahan dari perkuliahan untuk lebih memahami teori-teori yang diberikan. Setelah mengikuti
praktikum termasuk penulisan laporan, mahasiswa diharapkan:
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan menangani peralatan dan bahan kimia
2. Mendapatkan informasi atau pengetahuan tambahan yang mendukung kegiatan perkuliahan
3. Mendapatkan pengalaman personal sesuai di laboratorium dan lapangan untuk menjelaskan
dan menguji validitas teori disamping adanya tambahan pengetahuan dari praktikum itu
sendiri.
4. Mendemonstrasikan kemampuan yang mencukupi untuk mengulang percobaan praktik pada
keadaan yang sebenarnya di masyarakat.
5. Mampu manganalisis, mencatat, mempresentasikan hasil secara memadai untuk dapat
mengikuti kegiatan-kegiatan riil di masyarakat
6. Dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan bila mahasiswa telah tamat dan bekerja pada
bidang teknik pascapanen di masyarakat.

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan hadir 10 menit sebelum rangkaian acara praktikum dimulai.


Praktikan yang terlambat hadir sampai batas waktu dimulainya praktikum dianggap tidak
mengikuti kegiatan acara praktikum yang sedang berlangsung.
2. Praktikan yang tidak mengikuti lebih dari 2 (dua) acara praktikum dianggap tidak
mengikuti seluruh rangkaian acara praktikum, termasuk acara asistensi.
3. Praktikan diwajibkan memakai baju berkerah (sopan), jas laboratorium dan bersepatu
selama berlangsungnya kegiatan praktikum.
4. Praktikan diwajibkan membuat Tugas Pendahuluan (TP) dan Flowchart serta mengikuti
Pre Test sebelum dimulai acara praktikum.
5. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum dan mencatat
hasilnya sebagai laporan sementara. Laporan yang telah mendapat persetujuan pengelola
praktikum digunakan sebagai materi utama untuk membuat laporan resmi yang
dikumpulkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah acara praktikum selesai.
6. Praktikan dilarang merokok, makan, dan minum, atau melakukan aktivitas lain yang tidak
ada kaitannya dengan acara praktikum selama berlangsungnya kegiatan praktikum.
7. Praktikan diwajibkan mengikuti evaluasi akhir praktikum (responsi) dengan syarat
praktikan tidak mempunyai tanggungan kepada laboratorium.
8. Praktikan yang tidak dapat memenuhi standart kelulusan minimal praktikum tidak
diikutkan sebagai peserta ujian akhir semester (UAS).
9. Praktikan yang tidak membawa alat dan bahan praktikum yang telah ditentukan dinyatakan
inhaln praktikum.
10. Hal hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan disampaikan dan diatur
kemudian.

ACARA 1
Pelapisan Lilin dan Penyimpanan Pada Suhu Rendah Produk Hortikultura

2
1.1 Pendahuluan
Pelilinan menggunakan bahan-bahan pelapis merupakan salah satu cara untuk menunda
proses pematangan produk hortikultura. Lilin merupakan bahan pelapis yang memiliki
kemampuan memperpanjang masa simpan komoditas hortikultura (Pantastico, 1986). Lilin atau
wax termasuk dalam senywa ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat
berantai panjang atau sterol (Anon, 1977). Sumber dari senywa-senyawa tersebut berasal
tanaman, hewan, dan senyawa sintetis. Penggunaan pelapis dari lilin dapat diformulasikan
menjadi satu atau lebih senyawa yang dijual dipasaran dalam bentuk beeswax, parafin wax,
carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba palm) dan shellac (lilin dari insekta) .
Penggunaan pelapis pada produk hortikultura melindungi buah atau sayur terhadap
gangguan fisik, mekanik, dan mikrobiologis secara alami. Pelapisan lilin pada buah merupakan
suatu cara untuk menggantikan dan menambah lapisan lilin alami pada buah yang kemungkinan
besar hilang selama proses penanganan pasca panen. Selain itu, pelapisan terhadap buah
diharapkan dapat mengurangi laju respirasi, sehingga memperkecil kerusakan buah selama
proses pasca panen akibat proses respirasi (Roosmani, 1975). Pelilinan pada permukaan buah
berfungsi menutupi pori-pori atau stomata sehingga menurunkan laju respirasi dan mampu
menunda proses kematangan buah serta bermanfaat meningkatkan kilap dan menutupi luka atau
goresan pada permukaan kulit buah yang mempengaruhi penampakanya menjadi lebih baik.
Pelapisan menggunakan lilin dapat dilakukan dengan cara pembusaan, penyemprotan,
pencelupan, atau pengolesan (Pantastico, 1986). Pelapisan lilin secara optimal harus dilakukan
karena pelapisan yang terlalu tebal mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob dan
menghasilkan buah yang masam dan busuk, sedangkan buah jika lapisan lilin terlalu tipis kurang
efektif mengurangi laju respirasi dan transpirasi (Roosmani, l975). Konsentrasi dari lilin menurut
Sunarti (1995) dapat mempengaruhi ketebalan dari lapisan lilin. Semakin tinggi konsentrasi lilin
semakin tebal lapisan lilin yang melapisi buah.
Persyaratan lilin sebagai bahan pelapis komoditas hortikultura menurut Roosmani
(1975) adalah tidak mempengaruhi bau dan flavor dari komoditas yang akan dilapisi, mudah
kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, mudah diperoleh,
tidak bersifat racun, dan murah harganya. Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru
dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup (Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, 1994).

3
Perlakuan pelapisan lilin hanyalah cara tambahan memperlambat kemunduran produk
dari cara pendinginan. Penurunan suhu penyimpanan tetap merupakan cara utama yang efektif
menurunkan laju respirasi.

1.2 Tujuan Kompetensi Bagi Mahasiswa


Meningkatkan pemahaman kegunaan dari pelapisan lilin pada produk hortikultura
Mampu melaksanakan prosedur pelapisan lilin produk hortikultura
Mampu melakukan analisis pengaruh pelapisan lilin terhadap kemunduran mutu produk
hortikultura
Mampu membuat laporan tertulis secara kritis.

1.3 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi 2 buah pisang susu mentah, 2 buah
pisang susu masak, 2 buah tomat mentah dan 2 buah tomat yang masak fisiologis dan cmc 1%. .
Sedangkan peralatan meliputi 1) peralatan untuk perlakuan pelilinan (baskom. nampan, rak,
kuas), 2) peralatan pengukuran mutu (kamera untuk visualisasi).

1.4 Tahapan Kerja


Melapiskan konsentrasi emulsi lilin 1% dengan cara mencampur emulsi lilin yang sudah
jadi (stock emulsion) dengan air dan ukur total padatan terlarutnya.
Mengoleskan larutan emulsi lilin pada permukaan buah secara merata.
Keringkan lapisan lilin dengan menganginkan buah tersebut di atas nampan. Pengeringan
lilin dapat dibantu dengan embusan kipas angin.
Selanjutnya buah disimpan pada suhu kamar.
Selanjutnya dilakukan pengamatan visual setiap hari dan pengamatan karakteristik mutu
secara periodik (2 hari sekali) sampai 10 hari penyimpanan.

1.5 Parameter Pengamatan

4
a. Pengamatan secara subjektif
Karakteristik mutu yang diamati secara subjektif meliputi warna, kekerasan, dan tingkat
kerusakan (pembusukan). Tingkat perubahan karakteristik mutu tersebut dapat di rangking
dengan skala atau skor 1-5 untuk memudahkan analisis data secara statistik. Disamping dengan
rangking, pengamatan juga dilakukan secara deskriptif terhadap perubahan-perubahan tersebut.

Tingkat kekerasan Tingkat perubahan warna Tingkat pembusukan


Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor
Sangat keras 5 0% berubah 5 0% pembusukan 5
Keras 4 25% berubah 4 25% busuk 4
Sedikit lembut 3 50% berubah 3 50% busuk 3
Lembut 2 75% berubah 2 75% busuk 2
Sangat lembut 1 100% berubah 1 100% busuk 1

5
ACARA 2
Modifikasi Atmosfer dengan Pengemasan Untuk Produk Hortikultura

2.1 Pendahuluan
Untuk memperlambat laju kemunduran pasca panen komoditas buah-buahan dan
sayuran diperlukan suatu cara penanganan dan perlakuan yang baik, sehingga laju respirasi dan
transpirasi dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju
respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk, Namun demikian beberapa cara tambahan dari
cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Pengemasan
dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan laju respirasi tersebut (Pantastico,
1997). Dengan kemasan plastik untuk produk segar akan menyebabkan adanya perubahan
konsentrasi C02 dan 02 sekitar produk di dalam kemasan sebagai akibat dari proses respirasi
produk serta interaksinya dengan permeabilitas plastik terhadap gas 02 dan C02. Menurunnya
konsentrasi 02 dan meningkatnya konsentrasi C02 sebagai akibat respirasi produk, dan
karakteristik permeabilitas dari kemasan plastik ikut berperan dalam mengkreasi konsentrasi 0 2
dan C02 di dalam ruang bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju respirasi produk
dalam kemasan itu sendiri.
Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah hal yang kritis karena berhubungan dengan
permeabilitas terhadap 02, C02, dan uap air, yang berarti pula sebagai salah satu cara untuk
mempertahankan RH udara sekitar produk (Pantastico, 1986). Syarief dkk. l989 menyatakan
bahwa jenis plastik polietilen densitas rendah biasanya digunakan untuk mengemas buah-buahan
dan sayuran. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan jenis plastik polietilen
mengakibatkan peningkatan konsentrasi C02 dan penurunan konsentrasi 02 yang mampu
memperlambat proses pematangan dan umur simpan. Namun demikian konsentrasi C0 2
berlebihan dan 02 yang terbatas akibat kesalahan memilih ketebalan dari plastik tersebut
mengakibatkan metabolisme menyimpang dalam buah yaitu terjadinya respirasi anaerobik yang
berakibat terhadap kegagalan pemasakan dan penyimpangan bau (off flavour). Pantastico (1997)
menyebutkan jika konsentrasi C02 yang tinggi dalam kemasan akan mengakibatkan matinya sel-
sel buah akibat terhambatnya aktifitas enzim pada proses respirasi dan asam organik, gagalnya
buah mengalami pemasakan sehingga proses metabolisme yang merombak pati menjadi gula

6
akan terhambat. Dengan permeabilitas tertentu dari plastik film tersebut terhadap 0 2 dan C02
akan menyebabkan adanya kesetimbangan konsentrasi dari gas-gas tersebut yang mampu
menjaga laju respirasi aerobik yang rendah dan berakibat pada laju perpanjangan masa simpan
dari produk segar tersebut.

2.2 Tujuan Kegiatan Praktikum


Mahasiswa memahami adanya interaksi metabolisme produk dengan karakteristik
permeabilitas plastik berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar selama
penyimpanan.
Mahasiswa memahami pentingnya pengemasan sebagai cara untuk memperlambat
kemunduran mutu produk.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi perubahan-perubahan karakteristik mutu produk segar
akibat pengemasan plastik selama penyimpanan.
Mampu membuat laporan tertulis secara kritis.

2.3 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi 2 buah pisang susu mentah, 2 buah
pisang susu masak, 2 buah tomat mentah dan 2 buah tomat yang masak fisiologis. Plastik yang
digunakan mengemas produk bahan percobaan adalah plastik polietilen densitas rendah (LDPE)
dengan ketebalan 0.08 mm.

2.4 Tahapan Kerja


Siapkan buah atau sayur sebagai bahan percobaan.
Bahan dengan jumlah atau berat tertentu sebagai unit percobaan dikemas dengan plastik
LDPE dengan ketebalan yang telah ditentukan di atas.
Yakinkan bahwa tidak ada kebocoran udara pada bagian sambungan kemasan plastik.
Bahan percobaan yang telah dikemas selanjutnya ditempatkan pada suhu kamar.
Amati perubahan mutu bahan percobaan selama periode penyimpanan

7
2.5 Variable Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi mutu-fisik/visual sayuran dan buah bahan
percobaan secara subjektif selama penyimpanan. Pengamatan visual-subjektif mengikuti table
scoring pada Acara I terhadap tingkat kekerasan, warna dan pembusukan buah-buahan.

Tingkat kekerasan Tingkat perubahan warna Tingkat pembusukan


Deskripsi Skor Deskripsi Skor Deskripsi Skor
Sangat keras 5 0% berubah 5 0% pembusukan 5
Keras 4 25% berubah 4 25% busuk 4
Sedikit lembut 3 50% berubah 3 50% busuk 3
Lembut 2 75% berubah 2 75% busuk 2
Sangat lembut 1 100% berubah 1 100% busuk 1

8
ACARA 3
ANALISIS BUAH-BUAHAN
4.1 PENDAHULUAN
Buah merupakan salah satu hasil pertanian yang pada umumnya digunakan sebagai bahan
makanan mempunyai beberapa kimia. Sifat kimia buah berbeda untuk setiap jenisnya.
Kandungan kimia dari buah dapat mengalami perubahan yang tergantung pada peranan
fisiologis, derajat kematangan dan sebagainya. Beberapa sifat kimia buah yang perlu diketahui
adalah total asam, kadar pektin, vitamin C dan pHnya. Nilai gizi secara khusus dari buah-buahan
terletak pada penyediaan vitamin vitamin, khususnya vitamin C atau asam askorbat, karoten
(provit A), berbagai vitamin B, khususnya asam folat, dan mineral-mineral khususnya unsur-
unsur Ca dan Fe. Zat yang terkandung didalam tiap jenis buah buahan memiliki jumlah serta
kadar yang berbeda beda. Tiap buah tersebut memiliki karakteristik dan tingkat kematangan
yang beragam sehingga membuat kandungan zat yang terdapat didalamnya juga berbeda beda.
Sifat kimia buah inilah yang perlu diketahui karena kandungan zat-zat tersebut dianggap dapat
mempengaruhi sifat fisik serta kimia secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi mutu
dari buah-buahan tersebut. Analisis merupakan penguraian bahan menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya yang kemudian dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi bahan tersebut.
Berikut beberapa informasi beberapa buah. Berikut beberapa kandungan kimia buah.
Total Asam
Jenis asam banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman, terutama tanaman buah-
buahan. Asam-asam ini terdapat dalam jumlah kecil dan merupakan hasil antara (intermediete)
dalam metabolisme, yaitu dalam siklus kreb (siklus asam trikarboksilat), siklus asam glioksilat,
dan siklus asam shikimat. Rasa asam yang ada juga dapat disebabkan oleh adanya vitamin C.
Buah yang mempunyai kandungan gula tinggi biasanaya juga disertai adanya asam. Pada buah
klimaterik, asam organik menurun segera setelah proses klimaterik terjadi. Jumlah asam akan
berkurang dengan meningkatnya aktivitas metabolisme buah tersebut. Selama penyimpanan
keasaman buah bervariasi tergantung tingkat kematangan, jenis dan suhu penyimpanan. Biasanya
buah yang masih muda memiliki kandungan asam yang lebih tinggi.

Vitamin C

9
Vitamin C atau asam askorbat merupakan suatu nutrien dan vitamin yang larut dalam air
dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan Sumber vitamin C sebagian besar
berasal dari sayuran dan juga buah-buahan. Oleh karena itu, vitamin C sering disebut fresh food
vitamin. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya; semakin tua buah
semakin berkurang kandungan vitamin C-nya (Winarno,F.G, 1984). Vitamin C adalah vitamin
yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selam pemrosesesan dan
penyimpanan. Vitamin C lebih mudah rusak dalam pemasakan dibanding vitamin-vitamin lain
dan mudah sekali teroksidasi, lebih-lebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim asorbic acid
oksidase, sinar dan temperatur yang sangat tinggi. Vitamin C mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna , titik cair 190-192 0C.
Bersifat larut dalam air sedikit larut dalm aseton atau alcohol yang mempunyai BM rendah.
vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen, dengan logam membentuk garam. Sifat
asam ditentukan oleh ionisasi enol group pada atom C no 3 pada pH rendah vitamin C lebih
stabil daripada pH tinggi.
Metode penentuan vitamin C dengan titrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Titrasi dengan iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara titrasi menggunakan
larutan 0,01 N iodin.
Titrasi dengan 2,6-dikhlrofenol indofenol atau larutan dye. Pengukuran vitamin C dengan
titrasi menggunakan 2,6-dikhlrofenol indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmas pada
tahun 1972.
Titrasi dengan methylelen-blue (biru metilen)
Asam askorbat dapat direduksi methylelen-blue dengan bantuan cahaya menjadi bentuk
senyawa leuco (leuco- methylelen-blue).
Metode tauber
Larutan vitamin C dalam asam asetat ditambah /dicampurkan dengan larutan ferrisulfat dan
asam folat, kemudian ditambahkan larutan permanganat yang akan membentuk warna biru.

10
Struktur vitamin C
Penentuan vitamin C dapat dikerjakandengan titrasi iodin didasarkan bahwa vitamin C
dapat bereaksi dengan iodin. Indikator yang dipakai adalah amilum. titrasi ditandai dengan
terjadinya warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kadar vitamin C dengan standarisasi larutan
iodin yaitu tiap 1 ml 0.01 N iodin ekivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Vitamin C dengan iod
akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang
(Sudarmaji, Slamet, 1989). Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah dengan 2,6 D (2,6 Na-
dikloro indofenol). Asam askorbat dapat mereduksi 2,6 D sehingga terjadi perubahan warna.
Reaksi antara vitamin C dengan Iod adalah sebagai berikut:

C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+


Analisis pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu bahan. Yang dimaksudkan keasaman di sini adalah konsentrasi
ion hidrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH pada buah buahan berbeda beda tergantung
jenis dan varietasnya dan juga tingkat kematangan buah tersebut. pH didalam buah berkaitan
dengan kadar asam yang terkandung didalamnya. Makin asam buah tersebut, maka makin kecil
pula nilai pHnya. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat berupa pHmeter
ataupun kertas pH. Pada umumnya pH buah nanas adalah sebesar 3,30 3,36, jambu biji 3,37
4,10, jeruk 3,30 4,15 dan labu siam sebesar 5-6,5.

4.2 TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisa kandungan kimia yang terdapat dalam buah
seperti kandungan vitamin C, pH dan total asam buah.

4.3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM

11
A. Analisis Total Asam
1. Bahan :
Jeruk mentah 2,5 kg/golongan dan jeruk matang 2,5 kg/golongan.
Aquades; Indikator PP, NaOH 0.1 N
2. Alat :
Labu takar 100 ml Gelas reaksi
Kertas saring Erlenmeyer
Biuret Mortar

3. Cara kerja

Sampel di homogenkan dengan mortar

Ambil 10 g bahan yang telah homogen, masukan ke


dalam labu takar 100 ml

Tambahkan akuades sampai tanda 100 ml dan dikocok

Disaring dengan kertas saring, diambil filtrat 20 ml

Ditetesi indikator pp 2 3 tetes

Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi pink dan
bertahan selama 30 detik, dihitung total asam tertitrasi.

Catat volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi

Perhitungan Total Asam Tertitrasi

Rumus = (V NaOH x N NaOH) / (berat sampel (mg)) x 100 %


V = volume NaOH (ml) N= konsentrasi NaOH (0,1)

B. Analisis Vitamin C

12
1. Bahan :
Nanas dan Jeruk
Aquades, Amilum 1% , Larutan iodium 0.01 N

2. Alat :

Blender Erlenmeyer
Mortar Biuret
Labu takar 100 ml Timbangan

3. Cara kerja

200 g 300 g bahan di hancurkan sampai diperoleh slurry

10 g slurry dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan


aquades sampai batas tanda. Saring dengan sentrifuge.

5 ml filtrat di ambil dengan pipet, masukkan ke dalam labu erlenmeyer


125 ml, tambahkan 2 ml larutan amilum 1%

Tambahkan akuades sebanyak 20 ml

Titrasi dengan 0,01 N yodium, hitung kadar vitamin C

Perhitungan Kadar Vitamin C

Rumus = ml iod x 0,88 x FP (factor pengenceran)

C. Analisis pH
1. Bahan :
Filtrat nanas
Filtrat jambu biji
Filtrat jeruk
Filtrat labu siam

13
2. Alat :
pH meter atau kertas pH

3. Prosedur Kerja

Bahan dihancurkan

Diperas hingga diperoleh sarinya

Diukur pHnya dengan kertas pH atau pH meter

IV. DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

A. Analisis Total Asam (TA)


Sampel Bahan Berat (g) Vol. NaOH (ml) N NaOH Filtrat (ml) TA %

B. Analisis Vitamin C
Sampel Bahan Iodium (ml) As.Askorbat (mg/10gr bahan)

Perhitungan : 1 ml yodium 0,01 = 0,88 mg asam askorbat x FP

C. pH Buah
Sampel pH

14
FORMAT LAPORAN

BAB 1. PENDAHULUAN
3 spasi
1.1 Latar Belakang
3 spasi
1.1 Tujuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3 spasi


(text book minimal 2 buah dan 5 jurnal: 2 internasonal, 3 nasional diatas 2010)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3 spasi


3.1 Waktu dan Tempat 3 spasi

15
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan 3 spasi
3.2.2 Alat
3.3 Cara Kerja 3 spasi
(tersusun teratur dengan menggunakan kalimat aktif)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3 spasi


4.1 Hasil Pengamatan
(dalam bentuk tabel berisi data yang telah diolah, bukan data mentah)
3 spasi
4.2 Pembahasan
(bahas data pengamatan yang diperoleh, jika ada grafik maka ditampilkan di pembahasan)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 3 spasi


5.1 Kesimpulan
(berdasarkan tujuan praktikum dan pembahasan, bukan menyalin kata-kata pada pembahasan)
5.2 Saran 3 spasi

DAFTAR PUSTAKA 3 spasi


(sesuai dengan tinjauan pustaka yang ditulis (min. 2 text book dan 5 jurnal : 2 internasional 3
nasional terbaru diatas 2010, ditulis secara urutan alfabetis dan berdasarkan kaedah penulisan
daftar pustaka karya ilmiah).

Contoh:

Penulisan dari text book


Tjitrosomo, S. S. 1990. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Penulisan dari text book terjemahan
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan oleh Dr. Diah R.
Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc. 1995. Bandung: Penerbit ITB.

Penulisan dari terbitan berkala (Jurnal)


Dinarwi. 2008. Pengaruh Penggunaan Gas Oksigen da Karbondioksida terhadap Umur Simpan
Buah Mangga. Litbang Industri, 39(1): 24-35.

LAMPIRAN
(data-data mentah, flowchart, foto, jurnal, dll yang perlu dilampirkan)

KETERANGAN
Kertas : A4 dengan batas tepi atas, bawah, kiri, kanan : 4,3,4,3 cm
Penulisan judul bab rata tengah (center) dan penulisan isi bab rata kanan kiri (justify)
Diketik komputer

16
Warna cover putih dengan warna font sesuai dengan golongan masing-masing:
- Golongan A (Merah)
- Golongan B (Hijau)
- Golongan C (Biru)
Jurnal dan flowchart dilampirkan (untuk penulisan jurnal yang digaris bawah nama jurnal
nyabukan judul jurnal dan yang dilampirkan bagian abstrak dan bagian yang dikutip saja,
beri tanda bisa dengan stabilo).

3x3

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK


HORTIKULTURA
3 spasi

LAPORAN PRAKTIKUM

17
Oleh :
Golongan A/Kelompok 1
1. Sarah Amelia 141510501020

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI 1,5 spasi


FAKULTAS PERTANIAN 1,5 spasi
UNIVERSITAS JEMBER
2015

18

Anda mungkin juga menyukai