Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan sesuatu yang pada umumnya setiap orang menyatakannya
dengan hal yang dapat mencemari lingkungan, bau, dan sisa dari hasil produksi
suatu bahan atau produk. Limbah dapat dikatakan juga sebagai sampah. Limbah
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau
tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984). Limbah jika tidak
kelola dengan baik, akan menimbulkan dampak serius atau dampak negative yang
apabila konsentrasinya dilingkungan telah melebihi baku mutu. Menurut UU RI
No 23 Tahun 1997 tentang baku mutu menyatakan bahwa batu mutu lingkungan
merupakan ambang batas atau batas kadar maksimum suatu zat atau komponen
yang diperbolehkan berada dilingkungan agar tidak menimbulkan dampak
negative.
Pengelompokan limbah berdasarkan jenis senyawnaya terbagi menjadi limbah
organic dan limbah anorganik, sedangkan pengelompokan limbha berdasarkan
wujudnya terbagi menjadi limbah cair, limbah padat dan limbah gas.
Pengelompokan limbah juga dapat berdasarkan sumbernya, yakni limbah
domestic, limbah industry, limbah pertanian, dan limbah pertambangan. Adapun
limbah dengan bahan berbahaya dan beracun yang umumnya disebut dengan
limbah B3. Limbah B3 ini merupakan sisa suatu kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun, yang karena sifat dan atau konsentrasinya, baik
secara langsung maupun tidak langsung merusak lingkungan hidup, kesehatan
maupun manusia.
Limbah disebut juga dengan sampah dikarenakan sifatnya yang mudah
membusuk dan mudah meracuni lingkungan. Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah sampah ini, yaitu jumlah penduduk, system pembuangan
sampah, reuse dan recycle, kondisi geografis, factor waktu, factor social budaya,
musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi, dan jenis sampah. Sampah
yang terus menumpuk sangat tidak baik bagi lingkungan dikarenakan sifatnya
yang dapat merusak bumi. Dengan begitu, harus dilakukan pengelolahan limbah
secara optimal. Pengelolahan limbah dapat dilakukan dengan cara fisik, kimia
maupun biologis.
Pada pembuatan makalah ini akan dibahas mengenai pengelolahan limbah
secara biologis. Proses Pengelolahan limbah secara biologis umumnya dapat
berupa pengolahan aerob, anaerobic treatment, pencerna anaerobi, proses UASB,
proses lumpur aktif, aerasi, saluran oksidasi, proses bebas bulki, metode standar,
proses nitrifikasi dan denitrifikasi,pengolahan film biologi, lagpon, cakram
biologi, proses filter biologi diaerasi, aerasi kontak, filter trikling, dan proses
media unggun biologi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui pengertian limbah secara umum
2. Untuk dapat mengetahui macam-macam limbah dan proses pengolahannya
3. Untuk dapat mengetahui pengolahan limbah secara biologis

BAB 2. PEMBAHASAN
2.3 Pengolahan Limbah Secara Biofilm
2.3.1 Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis (Biofilm)
Proses pengolahan air limbah dengan system biofilm atau biofilter secara
garis besar dapat diklasifikasikan seperti Gambar 1.

Gambar 1. Klasifikasi Cara Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Film Mikro-
Biologis (Proses Biofilm).
Proses tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobic, anaerobic, dan
kombinasi anaerobic dan aerobic. Proses aerobic dilakukan dengan kondisi
adanya oksigen terlarut didalam reactor air limbah, dan proses anaerobic
dilakukan dengan tanpa adanya oksigen dalam reactor air limbah. Sedangkan
proses kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan gabungan proses anaerobic
dan proses aerobic. Proses ini biasanya digunakan untuk menghilangkan
kandungan nitrogen didalam air limbah. Pada kondisi aerobic terjadi proses
nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitar (NH 4 NO3) dan pada
kondisi anaerobic terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah
menjadi gas nitrogen (NO3 N2).
2.3.2 Prinsip Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Bioflim
Mekanisme proses metabolism didalam system biofilm secara aerobic
sederhana dapat diterangkan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme Proses Metabolisme Di Dalam Proses Dengan Sistem
Biofilm.
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa suatu system biofilm yang
terdiri dari medium peyangga, lapisan biofilm yang melekat pada medium, lapisan
air limbah dan lapisan udara yang terletak diluar. Senyawa polutan yang ada
didalam air limbah misalnya senyawa organic (BOD, COD), ammonia, phosphor
dan lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada
permukaan medium.
Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen yang terlarut
didalam air limbah senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme
yang ada didalam lapisan biofilm dan energy yang dihasilkan akan diubah
menjadi biomassa. Suplay oksigen pada lapisan biofilm dapat dilakukan dengan
beberapa cara misalnya pada system RBC yakni dengan cara kontak dengan udara
luar, pada system Trickling Filter dengan aliran balik udara, sedangkan pada
system biofilter tercelup dengan menggunakan blower udara atau pompa sirkulasi.
Jika lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan
mikrobiologis akan berada dalam kondisi aerobic, sedangkan pada bagian dalam
biofilm yang melekat pada medium akan berada dalam kondisi anaerobic. Pada
kondisi anaerobic akan terbentuk gas H2S dan jika konsentrasi oksigen terlarut
cukup besar maka gas H2S yang terbentuk akan diubah menjadi sulfat (SO 4) oleh
bakteri sulfat yang ada didalam biofilm.
Selain itu, pada zona aerobic nitrogen-ammonium akan diubah menjadi nitrit dan
nitrat dans elanjutnya pada zona anaerobic nitrat yang terbentuk mengalami
proses denitrifikasi menjadi gas nitrogen. Oleh karena itum didalam system
biofilm terjadi kondisi aerobic dan anaerobic pada saat yang bersamaan dengan
system tersebut maka proses penghilangan senyawa nitrogen menjadi lebih
mudah.
Proses Trickling Filter adalah proses pengolahan dengan cara
menyebarkan air limbah kedalam suatu tumpukan atau unggun media yang terdiri
dari bahan batu pecah (kerikil), bahan keramik, sisa tanur (slag), medium dari
bahan plastic atau lainnya. Dengan cara demikian maka pada permukaan medium
akan tumbuh lapisan biologis (biofilm) seperti lender, dan lapisan biologis
tersebut akan kontak dengan air limbah dan akan menguraikan senyawa polutan
yang ada didalam air limbah.
Proses pemgolahan air limbah secara Trickling Filter pada dasarnya sama
dengan system lumpur aktif, dimana mikroorganisme berkembang-biak dan
menempel pada permukaan media penyangga. Didalam aplikasinya, proses
pengolahan air limbah dengan system Trickling Filter secara garis besar
ditunjukkan seperti Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Trickling
Filter.
2.3.3 Keuntungan Proses Mikrobiologis (Biofilm)
1. Pengoperasiannya mudah
didalam proses pegolahan air limbah dengan system biofilm, tanpa
dilakukan sirkulasi lumpur, tidak terjadi masalah Bulking seperti pada
proses lumpur aktif (Activated Sludge Process). Oleh karena itu,
pengolahannya sangat mudah.
2. Lumpur yang dihasilkan sedikit
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan pada
proses biofilm relative lebih kecil. Didalam proses lumpur aktif anatara
30-60% dari BOD yang dihilangkan (Removal BOD) diubah menjadi
lumpur aktif (biomassa) sedangkan pada proses biofilm hanya sekitar 10-
30%. Hal ini disebabkan karena pada proses biofilm rantai makanan lebih
panjang dan melibatan aktifitas mikroorganisme dengan orde yang lebih
tinggi dibandingkan pada proses lumpur aktif.
3. Dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah
maupun konsentrasi tinggi
Didalam proses pengolahan air limbah dengan system biofilm
mikroorganisme atau mikroba melekat pada permukaan medium
penyangga maka pengontrolan terhadap mikroorganisme atau mikroba
lebih mudah. Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah air
limbah lebih mudah. Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk
menglah air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
4. Tahan terhadap fluktulasi jumlah air limbah maupun fluktulasi konsentrasi
Didalam proses biofilter mikro-organisme melekat pada permukaan
unggun media, akibatnya konsentrasi biomassa mikro-organisme persatuan
volume relative besar sehingga relative tahan terhadap fluktuasi beban
organic maupun fluktuasi beban hidrolik.
5. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil
Jika suhu air limbah turun, maka aktifitas mikroorganisme juga berkurang.
Akan tetapi, oleh karena didalam proses biofilm substrat maupun enzim
dapat terdifusi sampai bagian dalam lapisan biofilm dan juga lapisan
biofilm bertamba tebal maka pengaruh penurunan suhu (suhu rendah)
tidak begitu besar.

Anda mungkin juga menyukai