DISUSUN OLEH :
NPM : 17116025
KELAS : 1KA23
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
Serta tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, saya mendapat beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan. Oleh Karena itu , saya mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
Karena itu saya mohon maaf dan mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang membangun.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
PENDAHULUAN
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat. Sebagimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi
tindakan yang demikian presentasinya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu
proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu :
1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan
Hal yang dilakukan manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan oleh
manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bias kita sebut sebagai way of life, yang
digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN
Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
Herskovits
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
WUJUD KEBUDAYAAN
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguaikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam
yaitu:
Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat
2. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba dan
difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak
tersimpan dalam arsip kartu komputer, pita komputer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan
manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat.
Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu
sistem, disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat
istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial atau sosial sistem, yaitu mengenai
tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola
tertentu. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya
manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba,
difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan ideal dan adat-
istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya
manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik
membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan mansia dari lingkungan
alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya.
Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok
tiap kebudayaan di dunia ini, ialah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari misalnya; pakaian,
perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
2. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonom. Misalnya; pertanian perternakan,
sistem produksi
3. Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan
4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis
5. Ilmu pengetahuan
6. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak
7. Sistem religi.
Masing-masing unsur kebudayaan universal ini pasti menjelma dalam ketiga wujud
budaya tersebut di atas, yaitu wujud sistem budaya, sistem sosial, dan unsur budaya fisik.
Kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia yang hidup dalam masyarakat. Dari hidup
bermasyarakat itulah maka timbullah kebudayaan. Hanya saja karena manusia yang hidup
bermasyarakat itu terpencar-pencar di segala penjuru dunia, maka kebudayaan yang
ditimbulkan juga bermacam-macam pula.
Misalnya; semua bangsa menginginkan pakaian, rumah dan makanan. Tetapi pakaian, rumah
dan makanan yang diinginkannya itu bagaimana bentuknya, masing-masing bangsa berbeda-
beda.
Contoh; pakaian nasional bangsa Eropa berbeda dengan pakaian bangsa Arab, dan
berbeda pula dengan bentuk pakaian bangsa Indonesia. Begitu pula bentuk rumah dan jenis
makanan.
Apakah yang mempengaruhi perbedaan itu?
Dengan kata lain: faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan
itu?
Jelas ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
(+) Faktor alam (lingkungan geografis)
Yang dimaksud faktor alam atau lingkungan geografis adalah faktor letak tata bumi,
termasuk iklim, alam fisis seperti kayu, batu dan sebagainya. Faktor alam ini umumnya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan suatu kebudayaan. Pengaruh Islam
ini tidak saja nampak pada kebudayaan kebendaan, tetapi juga pada kebudayaan kerohanian.
Misalnya;
Bangsa-bangsa di daerah sekitar kutub utara, berhubungan keadaan alamnya, mereka
makan lemak, atau beruang es. Pakaian mereka dibuat dari kulit binatang dan tebal-tebal.
Rumah-rumah dibentuk dari es. Demikian pula kepercayaan, perkawinan, kehidupan
keluarga, semuanya disesuaiakn dengan alam sekelilingnya.
Sedang bangsa-bangsa di daerah tropic, mereka makan daging, sayur-sayuran dan hasil
bumi. Alat-alat dibuat dari batu, kayu, besi dan lain-lain. Pakaian mereka tipis. Rumah-rumah
mereka dibuat dari kayu, bambu besi, batu dan lain-lain. Demikian pula kehidupan keluarga,
kepercayaan, perkawinan, upacara-upacara
Jelaslah kiranya, bahwa makan, pakaian dan hasil-hasil bumi lainnya yang terdapat pada
bangsa-bangsa di daerah kutub berlainan sekali dengan di daerah tropic, dan juga dipadang
pasir, dan seterusnya. Kepandaian membuat rumah dari kayu tentu terdapat pada daerah yang
banyak kayu. Kepandaian berburu terdapat pada daerah yang banyak binatangnya. Begitu
seterusnya.
3) kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan dengan pandangan hidup atau nilai
yang ada dalam masyarakat bersangkutan: misalnya free lover untuk masyarakat
Indonesia akan ditentang kalau harus diterima sebagai suatu cara hidup;
4) disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu mahal biayanya juga akan terhambat
dalam penciptaannya maupun dalam penyebaran atau difusinya, terkecuali kalau oleh
kelompok yang digolongkan sebagai vested interests inovasi tersebut dianggap
menguntungkan maka inovasi akan diterima.
Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan
baru telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah
dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak
selamanya suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial
terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang
mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai diaektis,
maksudnya saling terikat satu sama lain.
Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu:
1. Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan
membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup
dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Dari Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan akan terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu yang harus
diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan perkembangan kebudayaan.
Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama manusia hidup dimuka bumi ini
karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana
kita menyikapi dan memilah milah kebudayaan asing yang masuk dan mengintervensi
kebudayaan asli yang kita kita miliki.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://robertusbeny.blogspot.co.id/2012/01/unsur-unsur-kebudayaan.html
https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/03/14/manusia-dan-kebudayaan/