Anda di halaman 1dari 17

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH :

SHIRLI TALITHA AMALIA

NPM : 17116025

KELAS : 1KA23

SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
Serta tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian makalah ini, saya mendapat beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan. Oleh Karena itu , saya mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
Karena itu saya mohon maaf dan mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang membangun.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, 20 April 2017

Shirli Talitha Amalia


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat. Sebagimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi
tindakan yang demikian presentasinya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu
proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.

Selanjutnya hubungan antara manusia dan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu :

1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan

Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang


meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan sehingga manusia melakukan berbagai cara.

Hal yang dilakukan manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan oleh
manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bias kita sebut sebagai way of life, yang
digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 UNSUR UNSUR YANG MEMBANGUN MANUSIA


Dari sekian banyak unsur yang membangun manusia di sederhanakan menjadi 2
klasifikasi, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Ada dua pandangan tentang unsur-unsur
yang membangun manusia:
1. Manusia itu terdiri atas empat unsur yang saling berkaitan
a. Jasad, yaitu badan kasar manusia yang nampak, dapat diliat, dapat difoto, dapat dilihat
dan menempati ruang dan waktu
b. Hayat, yaitu mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
c. Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran
d. Nafas, dalam pengertian diri atau keakuan yaitu kesadaran akan diri sendiri
2. Manusia Sebagai Satu Kepribadian Mengandung Tiga Unsur :
a. Id yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak tampak.
Id merupakan libido murni atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang
irrasional dan terkait dengan sex.
b. Ego merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id,
berperan menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti
oleh orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan udua tahun.
c. Superego merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada
usia lima tahun. Dibandingkan dengan id dan ego, superego yang berkembang secara
internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal.

2.2 HAKIKAT MANUSIA


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hakikat adalah intisari atau dasar.Selain itu,
hakikat juga memiliki arti sebagai kenyataan yang sebenarnya atau sesungguhnya. Jadi
dapat di katakan bahwa yang dimaksud dengan hakikat manusia adalah dasar atau
kenyataan dari manusia itu sendiri yaitu :
A. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi.Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap.Jiwa terdapat didalam
tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi.jika manusia
meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak
mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sebagai
penggerak dan sumber kehidupan.
B. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Kesempumaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat didalam jiwa
manusia.Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia mampu
mempertimbangkan, menilai dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan,
kebaikan atau sebaliknya.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya :
1. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan. Seseorang
merasa senang atau puas apabila ia dapat mengetahui sesuatu, sebaliknya tidak
senang atau tidak puas apabila ia tidak berhasil mengetahui sesuatu.
2. Perasaan estetis,yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan. Seseorang merasa
senang apabila ia melihat atau mendengar sesuatu yang indah, sebaliknya timbul
perasaan kesal apabila tidak indah.
3. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan. Seseorang merasa
senang apabila sesuatu itu balk, sebaliknya perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
4. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan
dari yang lain. Apabila seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi,
angkuh, dan sombong, sebaliknya apabila ada kekurangan pada dirinya ia merasa
rendah did (minder)
5. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau
hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil,
ia ikut senang, apabila orang gagal, memperoleh musibah, ia ikut sedih.
6. Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.
Seseorang merasa tentram jiwanya apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi
segala perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.
C. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi.
D. Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan tekologi mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran eksistensialisme
memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah mahluk alamiah yang
terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada
hukum alamiah pula.

2.3 KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


Manusia mendiami wilayah yang berbeda dan berada di lingkungan yang berbeda
pula. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap
manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat
tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Kita di Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang
berkepribadian baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan
bersahabat. Orangorang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa Timur
yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain. Meskipun begitu,
kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan Timur Tengah.
Dalam ilmu psikologi yang notabanenya berasal dari Barat, banyak mengembangkan
konsep-konsep dan teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode dan alat untuk
menganalisis dan mengukur secara detail tentang variasi jiwa individu. Tetapi, tidak
terlepas dari itu semua, konsep-konsep tersebut masih kurang mengembangkan suatu
konsep yang berkaitan dengan jiwa individu dan lingkungan sosial budaya.
Oleh karena itu, Francis L.K Hsu seorang sarjana Amerika keturunan Cina,
mengembangkan suatu konsepsi tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya,
yang ia sebut sebagai Bagan Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah seperti
lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.

2.4 PENGERTIAN KEBUDAYAAN


Kata budaya atau kebudayaan sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
'Budhayyah', yang merupakan bentuk jamak dari 'Buddhi' yaitu budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang ada hubungannya dengan budi atau akal
manusia atau juga segala sesuatau yang berasal dari budi atau akal manusia. Dalam
bahasa Inggris sendiri, kebudayaan disebut juga dengan 'Culture' yang berasal dari bahasa
Latin yaitu 'Colere' yang mempunyai arti mengolah atau mengerjakan tanah (bertani).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaiana, bangunan, dan karya seni. Budaya juga merupakan suatu pola hidup
menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.

Definisi Kebudayaan menurut beberapa tokoh:

Koentjaraningrat
Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
Herskovits
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

2.5 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN


Unsur kebudayaan besar(cultural universal): dikemukakan oleh C. Kluckhon ada 7
1. Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius.
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur tanggap bahwa
diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu
manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang
menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan (homo socius)
Merupakan prodak manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal maka disusunlah
organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem pengetahuan (homo safiens)
Merupakan prodak manusia sebagai homo safiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo ekonomicus)
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan
tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo faber)
Merupakan produk manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya
manusia dapat membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya
itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya .
6. Sistem bahasa (homo longuens)
Merupakan produk manusia sebagai homo longuens.

WUJUD KEBUDAYAAN
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguaikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam
yaitu:
Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat
2. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba dan
difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak
tersimpan dalam arsip kartu komputer, pita komputer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan
manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat.
Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu
sistem, disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat
istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut sistem sosial atau sosial sistem, yaitu mengenai
tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola
tertentu. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya
manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba,
difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan ideal dan adat-
istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya
manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik
membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan mansia dari lingkungan
alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya.
Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok
tiap kebudayaan di dunia ini, ialah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari misalnya; pakaian,
perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
2. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonom. Misalnya; pertanian perternakan,
sistem produksi
3. Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan
4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis
5. Ilmu pengetahuan
6. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak
7. Sistem religi.
Masing-masing unsur kebudayaan universal ini pasti menjelma dalam ketiga wujud
budaya tersebut di atas, yaitu wujud sistem budaya, sistem sosial, dan unsur budaya fisik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia yang hidup dalam masyarakat. Dari hidup
bermasyarakat itulah maka timbullah kebudayaan. Hanya saja karena manusia yang hidup
bermasyarakat itu terpencar-pencar di segala penjuru dunia, maka kebudayaan yang
ditimbulkan juga bermacam-macam pula.
Misalnya; semua bangsa menginginkan pakaian, rumah dan makanan. Tetapi pakaian, rumah
dan makanan yang diinginkannya itu bagaimana bentuknya, masing-masing bangsa berbeda-
beda.
Contoh; pakaian nasional bangsa Eropa berbeda dengan pakaian bangsa Arab, dan
berbeda pula dengan bentuk pakaian bangsa Indonesia. Begitu pula bentuk rumah dan jenis
makanan.
Apakah yang mempengaruhi perbedaan itu?
Dengan kata lain: faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan
itu?
Jelas ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
(+) Faktor alam (lingkungan geografis)
Yang dimaksud faktor alam atau lingkungan geografis adalah faktor letak tata bumi,
termasuk iklim, alam fisis seperti kayu, batu dan sebagainya. Faktor alam ini umumnya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan suatu kebudayaan. Pengaruh Islam
ini tidak saja nampak pada kebudayaan kebendaan, tetapi juga pada kebudayaan kerohanian.
Misalnya;
Bangsa-bangsa di daerah sekitar kutub utara, berhubungan keadaan alamnya, mereka
makan lemak, atau beruang es. Pakaian mereka dibuat dari kulit binatang dan tebal-tebal.
Rumah-rumah dibentuk dari es. Demikian pula kepercayaan, perkawinan, kehidupan
keluarga, semuanya disesuaiakn dengan alam sekelilingnya.
Sedang bangsa-bangsa di daerah tropic, mereka makan daging, sayur-sayuran dan hasil
bumi. Alat-alat dibuat dari batu, kayu, besi dan lain-lain. Pakaian mereka tipis. Rumah-rumah
mereka dibuat dari kayu, bambu besi, batu dan lain-lain. Demikian pula kehidupan keluarga,
kepercayaan, perkawinan, upacara-upacara
Jelaslah kiranya, bahwa makan, pakaian dan hasil-hasil bumi lainnya yang terdapat pada
bangsa-bangsa di daerah kutub berlainan sekali dengan di daerah tropic, dan juga dipadang
pasir, dan seterusnya. Kepandaian membuat rumah dari kayu tentu terdapat pada daerah yang
banyak kayu. Kepandaian berburu terdapat pada daerah yang banyak binatangnya. Begitu
seterusnya.

2.6 ORIENTASI NILAI BUDAYA


Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya
secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
Hakekat Hidup Manusia hakekat, Hidup setiap kebudayaan berbeda secara exstern.
Seperti bcrusaha memadamkan hidup,menganggap kelakuan hidup tertentu sebagai
suatu hal yang baik.
Hakekat karya Manusia, Kebudayaan hakekatnya berbeda-beda ada yang bertujuan u-
ntuk hidup,dan lain sebagainya.
Hakekat waktu Manusia, Hakekat waktu setiap budaya berbeda,ada yang
mementingkan orientasi masa lampau dan mementingkan orientasi masa kini.
Hakekat Alam Manusia, Manusia memiliki anggapan yang berbeda,ada yang
beranggapan kebudayaan harus mengeksploitasi alam dan ada pula yang beranggap
manusia harus harmonis dengan alam.
Hakekat Hubungan Manusia, Mementingkan hubungan antar sesamanya dan orientasi
pada tokoh,yang berpandanga individualis ditinggalkan saja.
2.7 PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Faktor faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur
kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:
1. Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-
hubungan dengan orang yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung
menghasilkan warga masyarakat yang bersikap terbuka terhadap unsur-unsur
kebudayaan asing. Sikap mudah menerima kebudayaan asing lebih-lebih lagi
nampak menonjol kalau masyarakat tersebut menekankan pada ide bahwa kemajuan
dapat dicapai dengan adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang datang dan berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari kebudayaan yang
datang dari luar.
2. Kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut
ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini terjalin
erat dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut; maka
penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami
kelambatan karena harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan
pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru
akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak pranata-
pranata yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur
kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter akan
sukar untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau unsur
kebudayaan baru tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan oleh rezim yang
berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat
kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa,
adanya sepeda sebagai alat pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di
terimanya sepeda motor di daerah pedesaan di Jawa; dan memang dalam kenyataan
demikian.
5. Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan
mudah dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan,
dibandingkan dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan
yang sukar secara konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya
radio transistor dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari
golongan berpenghasilan rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.

Dari beberapa pokok pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan


penerimaan unsur-unsur baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena:

1) inovasi tersebut bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang sudah ada;

2) kalau inovasi tersebut akan mengakibatkan perubahan pola-pola kebudayaan dan


struktur sosial yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru;

3) kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan dengan pandangan hidup atau nilai
yang ada dalam masyarakat bersangkutan: misalnya free lover untuk masyarakat
Indonesia akan ditentang kalau harus diterima sebagai suatu cara hidup;

4) disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu mahal biayanya juga akan terhambat
dalam penciptaannya maupun dalam penyebaran atau difusinya, terkecuali kalau oleh
kelompok yang digolongkan sebagai vested interests inovasi tersebut dianggap
menguntungkan maka inovasi akan diterima.

Penerimaan atas unsur baru atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya


berbagai kekacauan sosial yang merupakan perwujudan- perwujudan dari proses
perubahan sosial, sebelum inovasi tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku
dalam tata kehidupan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut
biasanya dinamakan sebagai disorganisasi sosial (social disorganization). Dalam keadaan
kekacauan sosial ini, aturan-aturan atau norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi atau
sebagian-sebagian masih berlaku sedangkan aturan-aturan atau norma-norma lama
tersebut dalam mengatur kehidupan sosial warga masyarakat. Sehingga dalam tahap ini
terdapat semacam kebingungan atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan sosial.

Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan
baru telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah
dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak
selamanya suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial
terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang
mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.

Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya


sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

A. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)


Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam
masyarakat (sebab intern)
1. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah
penduduk.
2. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat,
baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru
yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut
terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia
(Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran
dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan
pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang
mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
B. Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-
sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-
sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa
masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal
yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga
dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2. Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara
dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya
akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak
yang kalah.
3. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua
kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh
suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut
demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak,
maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai
taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser
atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
2.8 KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur
manusia agar sesuai dengannya.

Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai diaektis,
maksudnya saling terikat satu sama lain.
Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu:
1. Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun
dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan
membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup
dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Dari Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan akan terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu yang harus
diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan perkembangan kebudayaan.
Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama manusia hidup dimuka bumi ini
karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana
kita menyikapi dan memilah milah kebudayaan asing yang masuk dan mengintervensi
kebudayaan asli yang kita kita miliki.

3.2 SARAN

Sebagai bangsa yang besar dan memiliki keanekaragaman budayasudah sepantasnya


kita menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Disamping itu kita juga harus
membudayakan rasa bangga atas kebudayaan yang kita miliki dan tidak malu untuk
memakainya.

DAFTAR PUSTAKA

http://robertusbeny.blogspot.co.id/2012/01/unsur-unsur-kebudayaan.html

https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/03/14/manusia-dan-kebudayaan/

Anda mungkin juga menyukai