Oleh :
Nama : Irfan Hadiyan
NRP : 133020054
Kelompok :N
Tanggal Perobaan : 15 Maret 2017
Asisten : Yosi Hertianto, S.T.
Prinsip Percobaan:
Berdasarkan pada prses fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus
oligosporus dimana setelah diinkubasi selama satu hari kacang kedelai akan
ditutupi oleh miselium kapang.
Diagram Alir :
Kedelai
Ragi Pengukusanuntaian
Pembuatan t=15
Tapioka
Penirisan
Penyangraian Pencampuran
Plastik
Pengemasan
Fermentasi 24jam
Tempe
Pencampuran Penyangraian
Pengukusan
Inkubasi 24 Jam
Hasil Pengamatan:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Tempe
Keterangan Hasil
Basis 200 gram
Kacang Kedelai 95,24%
Bahan Utama
Ragi 0,96%
Bahan Tambahan Tapioka 3,81%
Berat Produk 132 gram
% Produk 66%
Organoleptik
1. Warna 1. Cokelat muda
2. Rasa 2. -
3. Aroma 3. Bau langu
4. Tekstur 4. Lembek
5. Kenampakan 5. Tidak menarik
Pembahasan
Berasarkan hasil percobaan pembuatan tempe dengan basis 200gram,
didapatkan produk seberat 132gram yang berarti 66% dari berat awal. Lalu secara
organoleptis dapat terlihat tempe berwarna coklat muda, aroma bau langu dan
tekstur yang lemebek, dengan penampakan tidak menarik.
Fungsi perlakuan dalam pebuatan tempe diantaranya pencucian pada untuk
membersihkan kedelai dari kotoran yang masih menempel pada kedelai akibat
penyimpanan maupun ada kontaminan lain yang masih terdapat pada kedelai.
Fungsi perendaman pada percobaan ini adalah untuk melunakkan kacang kedelai
serta membuat biji kedelai menjadi mengembang. Pengembangan biji kedelai ini
disebabkan karena adanya penyerapan air oleh biji kedelai secara osmosis. Selain
itu perendaman berfungsi agar kulit ari kacang kedelai dapat mudah terlepas.
Fungsi perebusan dan pengukusan pada percobaan ini berfungsi sebagai proses
hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga
dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai. Fungsi penirisan adalah untuk
menghilangkan air yang terdapat dalam kacang kedelai. Fungsi penyangraian
adalah untuk membunuh mikroorganisme yang tumbuh dalam tepung tapioka.
Pencampuran berfungsi untuk mencampurkan kedelai, ragi dan tepung tapioka
sebelum proses pengemasan dan fermentasi. Pengemasan berfungsi untuk
mengemas tempe yang akan dibuat dan fermentasi berfungsi untuk menginokulasi
jamur tempe sehingga merombat protein dalam kedelai dan menghasilkan
miselium-miselium putih pada tempe.
2. Uap Air Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal
ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk
pertumbuhannya.
4. Keaktifan Laru Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang
keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru yang
belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami
kegagalan (Anonim, 2011).
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh.
arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-
biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang
paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-
enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh. Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida
dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan
protease. Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian
semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4,
sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan
bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur,
jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur (Azizah, 2014).
Perubahan fisik yang terjadi pada proses pembuatan tempe ialah kacang
kedelai diselimuti miselium-miselium putih sehingga terlihat berwarna putih dan
padat, teksturnya lembut. Perubahan kimia dan biologis yang terjadi pada proses
pembuatan tempe ialah pada proses fermentasi dimana hifa jamur tempe akan
menembus biji kedelai yang keras dan tumbuh dengan mengambil makanan dari
biji kedelai atau dari tepung tapioka. Perubahan kimiawi seterusnya dalam biji
terjadi oleh aktifitas enzim ekstraseluler yang diproduksi / dilepas ujung miselia.
Protein akan dirombak menjadi asam-asam amino sehingga gizinya meningkat
dan meningkatkan daya cerna.
W produk
%Produk = W basis x 100%
132
= 200 x 100%
= 66%