Anda di halaman 1dari 68

DIKTAT BAHAN KULIAH

GEODESI GEOMETRIK

GD 2202 BOBOT 4 SKS


SEMESTER IV

OLEH

YOHANNES
NIP. 195204071986031001

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2016
KATA PENGANTAR

Geodesi Geometrik adalah ilmu yang membahas mengenai bidang referensi


bumi berbentuk bola dan elipsoid dengan berbagai perhitungan pada bidang lengkung
dan pemecahan atas Soal Pokok Geodesi (SPG) kesatu dan kedua, dan mengenai
proyeksi peta dari bidang elipsoid ke bidang datar peta. Ilmu ini wajib dipahami, baik
secara teori maupun praktek, oleh mahasiswa Teknik Geomatika, terutama apabila kelak
mereka menghadapi pekerjaan survey dan pemetaan dengan lingkup wilayah sangat luas
atau bersifat global.
Diktat ini disusun bagi mahasiswa Teknik Geodesi - Geomatika walaupun tidak
menutup kemungkinan dipergunakan juga oleh mahasiswa bidang studi lain, alumnus,
atau teknisi yang berkepentingan dengan masalah ini, sebab disamping berisi penjelasan
singkat mengenai konsep bidang bola dan ellipsoid, juga disertai tuntunan praktis dalam
proses perhitungan beberapa contoh soal dan jawaban. Rumus-rumus yang ditampilkan
tidak diuraikan penjabarannya secara rinci namun hanya dibahas penggunaannya saja.
Perhitungan tidak melibatkan elevasi titik terhadap bidang referensi bola atau elipsoid.
Dengan demikian, titik dianggap terletak tepat pada permukaan bidang bola atau elipsoid
dimana elevasi dianggap nol. Oleh karena itu, jika ingin mempelajari ilmu Geodesi
Geometrik lebih mendalam, dianjurkan mempelajari buku teks yang tercantum dalam
daftar pustaka dan buku-buku teks lainnya. Materi mengenai Proyeksi Peta akan
diberikan dalam buku diktat tersendiri.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Program Studi
Teknik Survey dan Pemetaan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan dana demi tersusunnya diktat ini. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Segala saran
dan kritik demi penyempurnaan buku ini sangat penulis harapkan. Semoga buku ini
bermanfaat.

Bandarlampung, Pebruari 2016


Penulis,

Yohannes
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL ............................. i
KATA PENGANTAR .......... ii
DAFTAR ISI ..................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................... v
DAFTAR TABEL ..................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................. ............ 1


1.1 Sejarah Penentuan Dimensi Bumi ......................... 1
1.2 Bidang Referensi Bumi ...................... 4
1.3 Evaluasi ........................ 5

BAB II BIDANG REFERENSI BOLA BUMI .......................... 6


2.1 Pengantar ...................... 6
2.2 Bidang Bola ...................... 6
2.2.1 Menentukan Selisih Lintang () ..................... 8
2.2.2 Menentukan Selisih Bujur () ..................... 8
2.2.3 Menentukan Panjang Jari-jari Lingkaran Paralel ............. 9
2.2.4 Menentukan Jarak Dua Titik Sepanjang
Lingkaran Paralel ............... 10
2.2.5 Menentukan Jarak Dua Titik Sepanjang
Lingkaran Meridian ................... 11
2.3 Evaluasi ........................... 12

BAB III BIDANG REFERENSI ELIPSOID BUMI ....................... 13


3.1. Pengantar .................... 13
3.2. Bidang Geoid ............... 13
3.3. Bidang Elipsoid ............. 14
3.4. Parameter Elips dan Parameter Utama Elipsoid ................. 15
3.5. Evaluasi .................. 18
3.6. Sistem Koordinat pada Bidang Elipsoid ................... 19
3.6.1. Sistem Koordinat Lintang-Bujur Geodetis ............. 19
3.6.2. Sistem Koordinat Kartesian Ortogonal XYZ .............. 21
3.7. Evaluasi .................. 23
3.8. Hubungan Matematis antara Sistem Koordinat ................. 24
3.8.1. Mengkonversi dari Sistem Lintang-Bujur Geodetis
ke Sistem Koordinat XYZ ............................................. 24
3.8.2. Mengkonversi dari Sistem Koordinat XYZ ke Sistem
Lintang-Bujur Geodetis ............................................. 27
3.8.3. Lintang geosentris dan lintang geodetis ..................... 28
3.8.4. Lintang terreduksi dan lintang geodetis ..................... 30
3.9. Evaluasi ................... 31
BAB IV PERHITUNGAN PADA BIDANG LENGKUNG ............................ 32
4.1. Jari-jari Busur pada Elipsoid .............. 32
4.1.1. Jari-jari Busur Meridian (M) dan
Busur Normal Utama (N) ............ 32
4.1.2. Jari-jari Irisan Normal .............. 34
4.1.3. Jari-jari Bola Pengganti ................ 34
4.2. Evaluasi ........................................................ 35
4.3. Panjang Busur Dua Titik pada Elipsoid ............ 36
4.3.1 Panjang Busur Meridian antara Dua Titik ....... 36
4.3.2 Keliling Elipsoid pada Bidang Meridian ...... 38
4.3.3 Penentuan Lintang Titik berdasarkan
Panjang Busur Meridian dari Ekuator ............. 38
4.3.4 Panjang Busur sepanjang Garis Paralel ... 39
4.4. Luas Bidang pada Permukaan Elipsoid ........ 40
4.5. Garis Geodesik .......................................................................... 42
4.6. Konvergensi Meridian .................................................................. 43
4.7. Ekses Sferis ..................................................................................... 44
4.8. Evaluasi .............................................................................................. 45

BAB V SOAL POKOK GEODESI ....................... 46


5.1 Pengertian ....................................................................................... 46
5.2 Metode Soldner .................. 48
5.3 Metode Legendre ................ 51
5.4 Metode Gausz ................. 53
A. Untuk Bidang Bola .................................. 53
B. Untuk Bidang Elipsoid ................ 56
5.5 Evaluasi ............................................................................................. 61

Sumber Pustaka ....................... 62


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pengukuran Erastosthenes .................. 1


Gambar 1.2 Perhitungan Keliling Bumi .................... 2
Gambar 1.3 Bentuk Bumi seperti Elips Putar ................................. 2
Gambar 1.4 Teknik Pengukuran Triangulasi .................................. 3
Gambar 2.1 Bola Bumi ................... 6
Gambar 2.2 Sudut Lintang P .................................... 7
Gambar 2.3 Penentuan Bujur/Meridian ................. 7
Gambar 2.4 Jari-jari Lingkaran Paralel .................... 9
Gambar 2.5 Jarak PQ sepanjang lingkaran paralel ...................... 10
Gambar 2.6 Jarak PQ sepanjang lingkaran meridian .................... 11
Gambar 3.1 Bidang Geoid .................. 13
Gambar 3.2 Permukaan bumi dan bidang acuan .................... 14
Gambar 3.3 Parameter Elips ................... 15
Gambar 3.4 Bidang Elipsoid Bumi .................. 15
Gambar 3.5 Sistem Koordinat Lintang-Bujur Geodetis ................ 19
Gambar 3.6 Lintang Geosentris ....................................... 20
Gambar 3.7 Lintang Terreduksi ..................................... 20
Gambar 3.8 Sistem Koordinat Ortogonal XYZ
untuk Bidang Elipsoid .................................... 21
Gambar 3.9 Proyeksi Sistem Koordinat XYZ ..................... 21
Gambar 3.10 Sistem Koordinat Ortogonal XYZ untuk
Acuan Bidang Datar .......................... 22
Gambar 3.11 Hubungan Sistem Koordinat , dan XYZ ............... 24
Gambar 3.12 Relasi Sistem Koordinat XY dan ................ 27
Gambar 3.13 Hubungan antara dan .............. 28
Gambar 3.14 Hubungan antara dan .............. 30
Gambar 4.1 Busur Meridian dan Busur Normal Utama .............. 32
Gambar 4.2 Irisan Normal AB .............. 34
Gambar 4.3 Panjang Busur Meridian ............... 36
Gambar 4.4 Keliling Elipsoid sepanjang Meridian ................. 38
Gambar 4.5 Busur Paralel ........................ 39
Gambar 4.6 Luas Bidang di Permukaan Elipsoid .................. 40
Gambar 4.7 Irisan Normal dan Garis Geodesik ................ 42
Gambar 4.8 Konvergensi Meridian ...................... 44
Gambar 4.9 Ekses Sferis . .................................... 44
Gambar 5.1 Sistem Koordinat Kutub dan Kartesian ................ 46
Gambar 5.2 SPG 1 ..................................... 47
Gambar 5.3 SPG 2 .............................. 47
Gambar 5.4 Metode Soldner ............................. 48
Gambar 5.5 Metode Legendre ........................... 51
Gambar 5.6 Metode Gausz ........................... 53
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Berbagai Jenis Elipsoid di Dunia ....................... 16


Tabel 3.2. Parameter Utama Elipsoid yang
digunakan di Indonesia ..................... 17
Tabel 5.1 Penentuan Azimut Berdasarkan Kuadran .......................... 50
BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengertian tentang sejarah dan teknik sederhana penentuan dimensi bumi

1.4 Sejarah Penentuan Dimensi Bumi

Geodesi adalah cabang ilmu matematika terapan, yang melalui pengukuran di


permukaan bumi, bertujuan menentukan (a) bentuk dan ukuran bumi, (b) posisi atau
koordinat suatu titik, (c) panjang dan arah garis, dan (d) mempelajari medan gravitasi
bumi. Penentuan bentuk dan ukuran bumi ini dilakukan oleh manusia dari zaman ke
zaman. Manusia berkepentingan dengan ketepatan dimensi bumi.
Dalam pandangan kuno, bumi ini dianggap bidang datar yang berbentuk seperti
sebuah piringan dan menjadi pusat dari seluruh alam semesta. Pythagoras (495 SM)
adalah orang pertama yang menyatakan bahwa bumi ini bukanlah pipih namun bulat
seperti bola, yang kemudian didukung oleh Aristoteles (340 SM) dan Archimedes (250
SM). Namun pernyataan itu belum didasari penelitian dan pengukuran atas dimensi bumi
melainkan hanya didasarkan pada fakta a.l, pada waktu terjadi gerhana bulan, bayangan
bumi berbentuk lingkaran, dan pada waktu meninggalkan pantai, kapal berangsur-angsur
menghilang seolah-olah tenggelam ke bawah garis horison.
Berdasarkan keyakinan bahwa bumi itu bulat, kemudian Erastosthenes (250 SM)
melakukan percobaan berdasarkan rumus matematika sederhana untuk menentukan
keliling bumi dengan cara sbb.: (lihat gambar 1.1):

Sinar matahari

Tepat di
atas
Sudut A = 7,2o
Tongkat
5000 stadia
Bayangan Tongkat Sumur
Alexandria Syene
Gambar 1.1 Pengukuran Erastosthenes

Mula-mula Erastosthenes mendirikan tongkat di Alexandria dan membuat sumur di


Syene. Jarak antara ke dua lokasi itu 5000 stadia (1 stadia = 185 meter). Ketika matahari
tepat di atas sumur di Syene, diukurlah panjang bayangan tongkat. Dari harga tinggi
tongkat dan panjang bayangan diperoleh sudut = 7,2o. Karena sinar matahari yang jatuh
ke bumi dianggap sejajar, maka besar sudut ini sama dengan besar sudut di pusat A.

Alexandria

Sudut A = 7.2o sudut A = 7.2


o S
S R
R A
Syene
Keliling Bumi
A

Gambar 1.2 Perhitungan Keliling Bumi

Berdasarkan data tersebut, Erastosthenes menghitung keliling bumi sbb:

Keliling Bumi 360o


.......................................................... (1.1)
S Sudut A o

360o
Keliling Bumi = x 5000 stadia 250.000 stadia 46.250 km
7,2o
Hasil perhitungan tersebut 16% lebih besar dari hasil ukuran masa kini, yaitu sekitar
40.009 km. Namun, kemampuan ilmuwan pada masa itu memperoleh angka hasil seperti
itu, sungguhlah sangat mengagumkan.
Namun, apabila para ilmuwan sebelumnya menganggap bumi itu berbentuk bulat
seperti bola, ternyata ilmuwan terkemuka Huygens dan Newton berpendapat lain. Mereka
menyatakan bahwa bumi ini sebetulnya tidaklah benar-benar bulat seperti bola melainkan
berbentuk agak lonjong seperti jeruk orange. Pendapat itu diperkuat oleh hasil
pengukuran busur meridian oleh para ahli dari Lembaga Pengetahuan Perancis yang
menyimpulkan bahwa bumi berbentuk elips putar (elipsoid) dengan sumbu minor sebagai
sumbu putar (gambar 1.3).

KU

Busur Meridian Sumbu Minor


sebagai sumbu putar
BUMI
Bentuk elips diputar

KS

Gambar 1.3 Bentuk Bumi seperti Elips Putar


Teknik pengukuran untuk menentukan dimensi bumi tersebut dilakukan berdasarkan
kombinasi pengukuran astronomi dan pengukuran triangulasi. Pengukuran astronomi
adalah pengukuran untuk mendapatkan posisi di bumi berdasarkan pengamatan benda
langit (umumnya benda langit yang digunakan adalah bintang). Teknik triangulasi adalah
teknik pengukuran di permukaan bumi dengan menggunakan jaring-jaring segitiga untuk
mendapatkan koordinat titik-titik sudut. Dalam pengukuran triangulasi ini diukur seluruh
sudut setiap segitiga. Pengukuran jarak hanya dilakukan pada garis basis, umumnya
pada awal dan akhir jaringan (lihat gambar 1.4, garis basis adalah PO dan RS). Garis
basis adalah garis di daerah relatif datar yang diukur jaraknya dengan sangat teliti.
Melalui pengukuran sudut dan jarak ini dikombinasikan dengan pengukuran secara
astronomis dapatlah ditentukan koordinat titik-titik sudut jaring-jaring tersebut. Titik-titik
sudut triangulasi umumnya adalah tugu-tugu yang dipasang di puncak gunung atau bukit.
Pengukuran sudut lebih diutamakan pada masa itu sebab alat pengukur sudut teodolit
yang digunakan telah mampu mengamat sudut arah yang relatif jauh (mampu berjarak
berkilo-kilometer), sedangkan alat pengukur jarak saat itu masih sederhana sehingga sulit
mengukur jarak jauh secara langsung.
F
J
B
D H
P
S
Q
A R

C E I K
G
Gambar 1.4 Teknik Pengukuran Triangulasi

Teknik triangulasi pertama kali diperkenalkan oleh Schnellius pada tahun 1615 untuk
mencari panjang 1o busur meridian. Teknik ini dikerjakan di Belanda pada sekitar lintang
rata-rata 52o utara ekuator. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh bahwa panjang 1o
busur meridian = 107,7 km.
Tahun 1669, Picard mendapat 1o busur meridian = 111,211 km dari pengukuran
triangulasi di Perancis pada lintang rata-rata 48o utara. Tahun 1736, Maupertius, Clairaut,
dan Celcius mendapat 1o busur meridian = 111,949 km dari pengukuran triangulasi di
Lapland pada lintang rata-rata 66o utara. Tahun 1735, Bouger dan Godin Lacondamina
mendapat 1o busur meridian = 110,6 km dari pengukuran triangulasi di Peru pada lintang
rata-rata 10o. Di samping hasil-hasil tersebut, banyak para ahli lainnya tercatat dalam
sejarah penentuan bentuk dan ukuran bumi.
1.5 Bidang Referensi Bumi

Dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi diperlukan suatu bidang referensi
(disebut juga bidang datum atau bidang acuan) yang akan dijadikan sebagai landasan
atau dasar dalam perhitungan dan penempatan posisi titik. Bidang acuan tersebut ada 3
(tiga) macam, yang pemilihannya tergantung luas wilayah pemetaan dan tingkat ketelitian
peta yang diinginkan, Ketiga bidang acuan itu adalah bidang datar, bidang bola, dan
bidang elipsoid.
Untuk keperluan praktis, pemetaan daerah dengan ukuran jarak maksimum kurang
dari 55 km, dimana bumi masih dapat dianggap datar, maka dapat digunakan bidang
acuan bidang datar, sedangkan untuk ukuran jarak antara 55 km sampai dengan 100 km,
dimana kelengkungan bumi sudah mulai berpengaruh namun tidak terlalu besar, maka
dapat digunakan bidang bola. Untuk pemetaan dalam sistem yang mencakup wilayah
lebih luas dengan jarak minimum lebih besar daripada 100 km, dimana kelengkungan
bumi sudah sangat berpengaruh, maka bidang acuan harus menggunakan bidang
referensi elipsoid.
Teknologi penentuan posisi menggunakan GPS (Global Positioning System), yang
sistem koordinatnya berlaku secara global, menggunakan bidang referensi elipsoid.
Pengikatan titik antar pulau, penentuan batas antar negara, penentuan arah dari suatu
titik ke titik lain yang berjarak ribuan kilometer, memerlukan bidang referensi berbentuk
elipsoid.
Oleh karena itu, ilmu tentang hitung proyeksi geodesi yang mempelajari tentang
bidang referensi bumi, perhitungan posisi di atas permukaan elipsoid, dan tentang
proyeksi peta harus dipahami dan dikuasai oleh para ahli dan praktisi di bidang survey
dan pemetaan. Dalam buku ini hanya dibahas mengenai bidang referensi bumi dan
penentuan posisi di atas bidang referensi elipsoid bumi.
1.6 Evaluasi

1. Jelaskan bagaimana teknik Erastothenes menentukan panjang keliling bumi.


2. Bagaimana cara Archimedes menunjukkan bahwa bumi itu bulat seperti bola?
3. Jika bumi dianggap sebagai bola dan diketahui besaran sebagai berikut:
A
Jarak busur kecil AB = 100.000 kilometer
Sudut = 0o 53 51
B
O adalah pusat bola bumi
O
Hitunglah:
a. Keliling lingkaran bumi ABCA
b. Jari-jari bola bumi
c. Jarak busur kecil BC
d. Sudut kecil BOC
C
4. Seandainya anda diminta menentukan panjang jari-jari bumi, dimana bumi dianggap
berbentuk bola, jelaskan langkah-langkah yang akan anda lakukan (bahan diskusi).
5. Dalam pengukuran permukaan bumi diperlukan bidang referensi. Jelaskan
kegunaan bidang referensi.
6. Sebutkan 3 jenis bidang referensi bumi. Jelaskan perbedaan masing-masing.
7. Kapankah pemakaian ke 3 jenis bidang referensi tersebut? Jelaskan jawaban anda.
8. Apakah kepanjangan dari GPS? Untuk apakah teknologi GPS itu? Mengapa
teknologi ini memerlukan bidang acuan elipsoid?
9. Apakah yang dimaksud pengukuran astronomi? Dapatkah pengukuran posisi benda
langit digunakan untuk menentukan posisi di bumi?
10. Salah satu teknologi pengukuran bumi adalah dengan metode triangulasi. Jelaskan
secara singkat metode pengukuran ini.
11. Dari beberapa pengukuran triangulasi untuk menentukan panjang busur meridian,
berapa kilometerkah kira-kira panjang 1o busur meridian? Menurut anda, samakah
panjang 1o busur meridian di dekat katulistiwa dan di dekat kutub?
12. Mengapa teknik pengukuran triangulasi dulu sangat populer? Dan, mengapa kini
tidak lagi populer, bahkan cenderung ditinggalkan?
13. Apakah manfaatnya seseorang yang berprofesi di bidang survey dan pemetaan
mempelajari Hitung Proyeksi Geodesi?
14. Menurut anda, perlukah penentuan bidang referensi bumi dilakukan dalam
perancangan sistem informasi geografis?
BAB II
BIDANG REFERENSI BOLA BUMI

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengertian tentang beberapa istilah geografis dalam bidang bola bumi, menghitung selisih
lintang dan bujur, menentukan panjang jari-jari lingkaran paralel, dan menghitung jarak
lengkung di bidang bola bumi

2.4 Pengantar

Bidang referensi bumi adalah bidang beraturan yang digunakan sebagai landasan
atau dasar dalam penentuan posisi titik di atas atau dekat permukaan bumi menurut
perhitungan-perhitungan matematis.
Bidang acuan tersebut ada 3 (tiga) macam, yaitu bidang datar, bidang bola, dan
bidang elipsoid. Penggunaan bidang datar sebagai acuan dalam penentuan posisi telah
dibahas secara mendetail dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Pada bab II ini materi
pembahasan adalah mengenai bidang referensi bola.

2.5 Bidang Bola

Untuk daerah dengan luasan kecil, yaitu 55 x 55 km persegi sampai dengan 100 x
100 km persegi, atau untuk keperluan yang tidak mensyaratkan akurasi tinggi, bumi dapat
dianggap sebagai bola dengan jari-jari R = 6.370.300 meter. Bola adalah benda putar
yang diperoleh dari perputaran bidang lingkaran dengan sumbu putar pada garis
diameternya. Sumbu putar bola bumi adalah garis yang menghubungkan titik kutub utara
dan kutub selatan.
Kutub Utara (KU)
Kota
Greenwich Lingkaran
P Paralel/ Lintang
Bidang Ekuator

Sumbu putar Lingkaran
Meridian/ Bujur
Kutub Selatan (KS)
Gambar 2.1 Bola Bumi

Beberapa istilah yang perlu dipahami mengenai sistem bola bumi adalah:
a. Bidang ekuator atau bidang katulistiwa adalah bidang yang melalui pusat bumi dan
tegak lurus sumbu yang melalui kutub utara dan selatan. Perpotongan bidang ekuator
dengan bola bumi disebut garis ekuator atau garis katulistiwa.
b. Bidang paralel adalah bidang yang sejajar dengan bidang ekuator, baik di sebelah
utara ataupun selatan ekuator. Perpotongan bidang paralel dengan bola bumi disebut
lingkaran paralel atau garis paralel.
c. Lintang suatu titik adalah besar sudut yang diukur dari bidang ekuator sampai ke garis
yang menghubungkan titik pusat bumi dan titik tersebut. Bila terletak di sebelah utara
ekuator disebut lintang utara dan bila di selatan ekuator disebut lintang selatan. Besar
sudut lintang berkisar dari 0o (bidang ekuator) sampai dengan 90o (kutub). Lintang
utara diberi tanda positip (lebih sering tidak bertanda), lintang selatan diberi tanda
negatip. Bahasa Inggrisnya lintang adalah latitude. Umumnya lintang diberi simbol .
Titik-titik yang terletak pada lingkaran paralel sama akan mempunyai lintang sama.
Kutub Utara
Lingkaran Paralel P

P
Lintang P

Pusat Bumi Bidang Ekuator

Kutub Selatan
Gambar 2.2 Sudut Lintang P

d. Bidang meridian adalah bidang besar yang melalui kutub utara dan kutub selatan dan
tegak lurus bidang ekuator. Perpotongan bidang meridian dengan bola bumi disebut
lingkaran meridian atau garis meridian.
e. Bujur suatu titik adalah besar sudut pada bidang ekuator yang diukur dari bidang
meridian nol (bidang meridian yang melalui Greenwich) sampai ke bidang meridian
yang melalui titik tersebut, yang jika arahnya ke timur disebut bujur timur / BT dan jika
arahnya ke barat disebut bujur barat / BB. Telah disepakati secara internasional
bahwa meridian yang melalui Greenwich, kota di dekat London Inggris, mempunyai
harga bujur sama dengan 0o (nol derajat). Besar bujur berkisar dari 0o sampai dengan
180o. Bahasa Inggrisnya bujur adalah longitude. Umumnya bujur diberi simbol .

= 0o
Arah ke barat
Greenwich o
110
o
Arah ke timur 135
KU
p = 110o BB
P

Q
o
q = 135 BT = 180o
Gambar 2.3 Penentuan Bujur/Meridian
Dalam sistem koordinat geografis, posisi suatu titik di bumi dinyatakan dengan
besarnya harga lintang dan bujur . Satuan lintang dan bujur adalah derajat, menit dan
detik.

2.5.1 Menentukan Selisih Lintang ()

Selisih lintang () antara 2 titik pada bola bumi dihitung berdasarkan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika kedua titik bersama-sama berada di sebelah utara atau keduanya di selatan:
Selisih lintang () = 1 2 .......... (2.1)
b. Jika satu titik berada di utara dan titik lainnya di selatan:
Selisih lintang () = 1 + 2 (2.2)
Catatan: perhitungan di atas tidak memperhatikan tanda minus untuk lintang selatan

2.5.2 Menentukan Selisih Bujur ()

Selisih bujur () antara 2 titik pada bola bumi dihitung berdasarkan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika kedua titik bersama-sama berada di sebelah barat atau keduanya di timur:
Selisih bujur () = 1 2 . (2.3)

b. Jika satu titik berada di timur dan titik lainnya di barat:



1 2 ; untuk 0o 1 2 180o (2.4)
Selisih bujur ( )
360o (1 2 ) ; untuk 180o 1 2 360o

Contoh soal 2.1:


Tentukan selisih lintang dan bujur A dan B berikut ini:
a. A (32o 43 23 LU, 56o 37 09 BB) dan
B (56o 27 05 LU, 71o 15 54 BT)
b. P (19o 17 26 LS, 48o 45 11 BB) dan
Q (15o 40 35 LU, 151o 31 29 BT)
c. K (10o 22 49 LU, 118o 17 29 BB) dan
L (4o 10 23 LS, 54o 18 08 BB)

Jawab:
a. Karena titik A dan B keduanya berada di sebelah utara, berdasarkan pers (2.1)
diperoleh = 56o 27 05 32o 43 23 = 23o 43 42.
Karena titik A di sebelah barat dan B di timur, maka berdasarkan pers (2.4) diperoleh
= 71o 15 54 + 56o 37 09 = 127o 53 03
Ket: karena 180o maka = 1 2 = 127o 53 03
b. Titik P di sebelah selatan dan Q di utara, maka berdasarkan pers (2.2) diperoleh
= 15o 40 35 + 19o 17 26 = 34o 58 01.
Titik P di sebelah barat dan Q di timur, maka berdasarkan pers (2.4) diperoleh
= 151o 31 29 + 48o 45 11 = 200o 16 40
Namun karena >1800 maka berlaku = 360o (1 + 2) = 159o 43 20
c. Titik K di sebelah utara dan L di selatan, maka berdasarkan pers (2.2) diperoleh
= 4o 10 23 + 10o 22 49 = 14o 33 12.
Titik K dan L keduanya terletak di sebelah barat, maka berdasarkan pers (2.3)
diperoleh
= 54o 18 08 118o 17 29 = 63o 59 21

2.5.3 Menentukan Panjang Jari-jari Lingkaran Paralel

Panjang jari-jari lingkaran paralel tidak selalu tetap, namun berubah berkaitan
dengan besarnya lintang. Semakin besar harga lintang semakin kecil jari-jari lingkaran
paralelnya. Untuk lintang 90o, yaitu di titik kutub, jari-jarinya lingkaran paralelnya = nol,
artinya lingkarannya berupa titik. Sedangkan, untuk lintang 0o, yaitu lingkaran pada bidang
katulistiwa, jari-jarinya sama dengan jari-jari bola bumi = R. Jadi, panjang jari-jari
lingkaran paralel tergantung pada besarnya lintang. Seringkali diperlukan informasi atas
hasil perhitungan panjang jari-jari lingkaran paralel pada suatu lintang tertentu.
U Jari-jari Lingkaran
Lingkaran
Paralel Paralel melalui P
P P P P

Jari-jari Bumi
O R R
T
O T
Sudut lintang P

S
Gambar 2.4 Jari-jari Lingkaran Paralel

Dari gambar 2.4 terlihat bahwa,


o = sudut lintang titik P,
o OP = R = jari-jari bola,
o PP = jari-jari lingkaran paralel melalui titik P.

Dari segitiga OPP yang siku di P, dimana sudut OPP = , panjang OP = R, maka
panjang jari-jari lingkaran paralel PP adalah:
PP = R cos (2.5)
Rumus ini berlaku baik untuk lingkaran paralel di sebelah utara maupun lingkaran paralel
di sebelah selatan.
Contoh soal 2.2:
Jika jari-jari bumi = 6.370.300 meter, tentukan panjang jari-jari lingkaran paralel di titik M
yang mempunyai lintang = 35o 12 47 U.
Jawab:
Panjang jari-jari lingkaran paralel di M = R cos
= 6.370.300 x cos (35o 12 47) = 5.204.621,289 meter

2.5.4 Menentukan Jarak Dua Titik Sepanjang Lingkaran Paralel

Terkadang diperlukan informasi mengenai jarak antara dua titik P dan Q yang
terletak pada lintang yang sama, atau disebut juga terletak sepanjang lingkaran paralel
yang sama. Yang dimaksud jarak antara dua titik sepanjang lingkaran paralel adalah
panjang busur terpendek dari kedua titik tersebut.
U

O Lingkaran paralel

Q P
O

S
Gambar 2.5 Jarak PQ sepanjang lingkaran paralel

Berdasarkan gambar 2.5 dapat dijabarkan persamaan:


o Jari-jari lingkaran paralel OP = OQ = R cos
Panjang busur PQ besar sudut
o
keliling lingkaran paralel 360o
Panjang busur PQ
o
2 R cos 360o

o Panjang busur PQ x 2 R cos .............. (2.6)
360o

Contoh soal 2.3 :


Suatu kota A terletak pada kira-kira 9o S, 128o T, dan kota B pada kira-kira 9o S, 142o T.
Hitung panjang busur antara kedua kota itu jika R bumi = 6.370.300 meter.
Jawab:

Panjang busur paralel PQ = x 2 R cos
360o

142o 128o
= x 2 x 6.370.300 cos ( 9o ) = 1.537.394,120 meter.
o
360
2.5.5 Menentukan Jarak Dua Titik Sepanjang Lingkaran Meridian

Jika titik P dan Q terletak pada lingkaran meridian atau bujur yang sama maka dapat
ditentukan jarak PQ sepanjang meridian tersebut. Yang dimaksud jarak antara dua titik
sepanjang lingkaran meridian adalah panjang busur terpendek dari kedua titik tersebut.
U

P
R
Q
P

S
Gambar 2.6 Jarak PQ sepanjang lingkaran meridian

Untuk bola bumi, bidang meridian merupakan lingkaran dengan jari-jari = jari-jari bumi =
R. Besar jari-jari R ini tidak tergantung pada posisi bujur. Karena itu panjang busur PQ
dapat dihitung dengan persamaan:

Panjang busur meridian PQ x2R ....... (2.7)
360o
dimana = selisih lintang

Contoh soal 2.4 :


Hitung panjang busur P ( = 6o 06 19 U) dan Q ( = 12o 34 29 S). Keduanya terletak
bujur 110o 12 35. Diketahui R bumi = 6.370,3 km.

Jawab:
Selisih lintang = 6o 06 19+12o 34 29 = 18o 40 48

Panjang busur meridian PQ x 2 R = 2.076.893,010 m
360o
2.6 Evaluasi

1. Untuk pemetaan daerah seluas 1.000 hektar, bidang referensi apakah yang anda pilih,
bidang datar, bidang bola, atau bidang elipsoid? Beri penjelasan singkat.
2. Apakah yang dimaksudkan dengan garis ekuator atau katulistiwa? Berapa derajat
lintang garis ekuator? Benarkah bahwa garis ekuator adalah proyeksi gerakan
matahari mengelilingi bumi? Benarkah sumbu kutub utara-selatan tegak lurus bidang
ekuator? Jika jari-jari bola bumi = 6.370.300 meter, berapakah jari-jari lingkaran
ekuator?
3. Apakah yang dimaksud dengan lingkaran paralel? Berapa derajat sudut antara
lingkaran paralel/lintang dan sumbu kutub utara-selatan? Benarkah jari-jari lingkaran
paralel selalu tetap walaupun sudut lintangnya berubah? Benarkah lintang titik kutub
adalah 90o? Jika benar, berapakah jari-jari lingkaran paralelnya? Bagaimana
membedakan lintang utara dan selatan? Berapakah lintang Indonesia? Berapakah
batas terbesar dan terkecil sudut lintang? Apakah istilah lintang dalam bahasa
Inggris?
4. Apakah yang dimaksud lingkaran meridian? Benarkah bahwa jari-jari lingkaran
meridian selalu berubah sesuai dengan perubahan sudut bujurnya? Berapakah sudut
meridian Greenwich? Apakah yang dimaksud bujur timur dan bujur barat? Berapakah
batas terbesar dan terkecil sudut bujur? Berapakah letak bujur Indonesia? Apakah
istilah bujur dalam bahasa Inggris? Adakah keterkaitan antara perbedaan bujur
dengan perbedaan waktu?
5. Jika keliling garis katulistiwa = 40.000 kilometer berapakah jarak antara 2 titik di
katulistiwa yang beda bujurnya = 15?
6. Jika titik P mempunyai posisi lintang = 5o 21 34 LU dan = 124o 21 34 BB,
sedangkan titik Q mempunyai selisih lintang = 7o 33 02 pada arah selatan dan
selisih bujur = 3o 38 29 pada arah barat, tentukan posisi lintang dan bujur titik Q.
7. Pada lintang berapakah jari-jari lingkaran paralelnya = 10 km? Diketahui jari-jari bumi
= 6.370.300 meter.
8. Suatu kota P terletak pada 12o U, 114o T, dan kota Q terletak di sebelah baratnya
pada lintang yang sama. Tentukan bujur Q jika jarak busur antara kedua kota tersebut
= 10.000 km dan R bumi = 6.370.300 meter.
9. Jika kota K dan L terletak sepanjang garis meridian yang sama dan jarak busur antara
keduanya = 5.000 km, tentukan selisih lintang keduanya.
10. Mengapa dalam perhitungan jarak lengkung antara 2 titik pada meridian yang sama
tidak memperhitungkan posisi bujurnya?
BAB III
BIDANG REFERENSI ELIPSOID BUMI

Tujuan Instruksional:
Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengertian tentang (a) bidang referensi bumi, meliputi bidang geoid dan bidang elipsoid
bumi, (b) sistem koordinat geografis, geodetis, dan ortogonal (kartesian), dan (c)
hubungan matematis antara sistem koordinat,

3.10. Pengantar
Seperti dijelaskan di muka bahwa bidang referensi yang paling mendekati bentuk
bumi adalah bidang elipsoid. Namun untuk keperluan pengukuran bumi dikenal juga suatu
bidang lain yang disebut bidang Geoid.

3.11. Bidang Geoid


Salah satu tugas ilmu geodesi adalah menentukan koordinat titik, jarak dan azimut
garis di muka bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Namun, karena bentuk
permukaan bumi sangat tidak beraturan, yaitu adanya gunung, dataran, lembah, bahkan
palung laut, diperlukan suatu bidang acuan untuk perhitungan dalam penentuan posisi.
Untuk keperluan praktis, misalnya untuk pengukuran sipil, dapat digunakan suatu bidang
yang disebut bidang Geoid yang mengacu pada tinggi permukaan laut rata-rata (MSL =
Mean Sea Level). Bidang Geoid ini terpakai untuk keperluan praktis karena ada
anggapan, walaupun ternyata keliru, bahwa permukaan air laut dimana-mana mempunyai
ketinggian sama. Pada kenyataannya, tinggi muka laut rata-rata Laut Jawa berbeda
dengan tinggi muka laut rata-rata Samudera Hindia, dimana tinggi muka Laut Jawa lebih
tinggi daripada Samudera Hindia.
gunung

Bidang Geoid muka laut rata-rata

Arah gravitasi palung laut

Gambar 3.1 Bidang Geoid

Bidang geoid adalah bidang nivo pada ketinggian muka laut tenang rata-rata. Bidang
nivo adalah bidang yang tegak lurus arah gravitasi bumi. Dengan demikian, bidang geoid
ini tegak lurus arah gravitasi bumi. Namun, karena arah gravitasi terpengaruh oleh
distribusi massa bumi sedangkan distribusi tersebut tidak merata maka arah gravitasi
menjadi tidak beraturan dan tidak mengarah ke pusat bumi sehingga dengan demikian
bidang geoid pun menjadi tidak beraturan. Di samping itu, sebagaimana telah dijelaskan
di muka, tinggi muka laut di berbagai tempat tidak selalu sama, maka pemakaian bidang
geoid sebagai acuan perhitungan posisi geodetis teliti menjadi kurang tepat. Untuk itu,
diperlukan suatu bidang beraturan yang memenuhi kaidah matematika sebagai bidang
acuan. Bidang itu adalah bidang elipsoid.

3.12. Bidang Elipsoid

Berdasarkan pengukuran teliti oleh para pakar bidang kebumian, bentuk bumi lebih
menyerupai bentuk elipsoid daripada bola. Oleh karena itu untuk pemetaan daerah yang
sangat luas, 100 km2, atau pengukuran dan perhitungan geodetis dengan ketelitian
tinggi digunakanlah bidang acuan elipsoid.
Bidang elipsoid adalah bidang elips yang diputar pada sumbu minornya. Dimensi
(ukuran) bidang elipsoid ini tidak ditetapkan sebarang namun dengan perhitungan-
perhitungan yang sangat teliti. Agar dapat mewakili bentuk bumi, elipsoid yang dijadikan
bidang acuan bumi harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
(2) dimensi bidang elipsoid mendekati dimensi bumi sebenarnya
(3) orientasi bidang elipsoid searah dengan bumi, artinya sumbu pendek (minor) elipsoid
berimpit dengan sumbu putar bumi
(4) simpangan antara bidang elipsoid dan bidang geoid di semua titik harus minimum
(sekecil mungkin), agar bidang elipsoid hampir berimpit dengan bidang geoid.
(5) pusat elipsoid harus berimpit pusat bumi, dan bidang ekuator elipsoid harus berimpit
bidang ekuator bumi
(6) volume elipsoid sama dengan volume geoid
(7) jumlah kuadrat beda tinggi (undulasi N) antara elipsoid dan geoid harus minimum.

Permukaan Bumi
N Bidang Geoid
Muka laut rata-rata Bidang Elipsoid

Gambar 3.2 Permukaan bumi dan bidang acuan

Bidang elipsoid pada umumnya tidak berimpit dengan bidang geoid. Terkadang
bidang elipsoid berada di bawah bidang geoid, dan demikian pula sebaliknya. Selisih
tinggi antara bidang elipsoid dan bidang geoid disebut Undulasi (N). Besarnya harga
undulasi di setiap titik berbeda. Pengukuran besaran undulasi melibatkan ilmu geodesi
fisis (physical geodesy).
3.13. Parameter Elips dan Parameter Utama Elipsoid

Karena bidang elipsoid adalah bangun elips yang diputar pada sumbu minornya,
maka perlu dipelajari lebih dahulu parameter suatu elips.
Elips adalah tempat kedudukan titik sedemikian rupa sehingga jumlah jarak titik-titik
tersebut terhadap dua titik tertentu (fokus) selalu konstan.
a. Parameter elips secara umum adalah:
C P
Sumbu mayor
Sumbu minor
A O B
F1 F2

D
Gambar 3.3 Parameter Elips

o F1 dan F2, dinamakan titik fokus elips.


F1P + F2P = konstan untuk setiap kedudukan titik P sepanjang garis elips.
o Garis yang melalui kedua fokus, yaitu garis AB, disebut sumbu mayor (sumbu
panjang).
o Garis yang melalui titik tengah fokus dan tegak lurus sumbu mayor, yaitu garis CD,
disebut sumbu minor (sumbu pendek).
o Titik potong kedua sumbu, yaitu titik O, disebut pusat elips.
o Titik potong elips dengan kedua sumbu, yaitu titik A, B, C, dan D, disebut puncak
elips

b. Parameter utama elipsoid bumi yang digunakan untuk perhitungan geodetis adalah:

Kutub Utara
Setengah Setengah sumbu
sumbu minor mayor
b
a

O Permukaan
Pusat Bumi = Elipsoid
Pusat Elipsoid

Kutub Selatan
Gambar 3.4 Bidang Elipsoid Bumi
o setengah sumbu mayor = a
o setengah sumbu minor = b
o eksentrisitas kesatu meridian elips (e), dimana:

a 2 - b2 b
e2 1 - ( )2 ........................ (3.1)
2 a
a
o eksentrisitas kedua meridian elips (e), dimana:

a2 - b 2 a
e' 2 ( )2 - 1 ......................... (3.2)
b2 b
o pemepatan/penggepengan (f), dimana:
a-b
f .. (3.3)
a
o angka konstanta (c), dimana

a2
c ....... (3.4)
b

Besaran a, b, e, e, dan f disebut parameter utama elipsoid. Tiap-tiap negara


mempunyai bidang elipsoid sendiri yang sesuai untuk keperluan wilayah masing-masing.
Berbagai jenis elipsoid di dunia tercantum dalam tabel 3.1. Elipsoid yang digunakan di
Indonesia tercantum pada tabel 3.2.

Tabel 3.1. Berbagai Jenis Elipsoid di Dunia

Nama Elipsoid (tahun) a (meter) 1/f Negara Pemakai


Everest (1830) 6.377.276,345 300,8017 India dan Malaysia
Bessel (1841) 6.377.397,155 299,1528128 Indonesia, Jepang, Korea
Clarke (1878) 6.378.199 293,15 Australia, Pcis, Afrika
Hayford (1909) 6.378.388 297,00 Amerika dan Kanada
Krassowsky (1948) 6.378.206 298,30 Rusia
Indonesian 1974 6.378.160 298,247 Indonesia *)
World Geodetic Datum 6.378.137,0 298,2572223563 Datum Geodetik Dunia
1984 (WGS-84)
Indonesia **)
Datum Geodesi Na- 6.378.137,0 298,2572223563 (menggunakan WGS-84)
sional 1995 (DGN-95)

*) tidak berlaku lagi, sudah diganti dengan DGN-95


**) S.K. Ketua Bakosurtanal No. HK.02.04/II/KA/96, 12 Pebruari 1996 tentang DGN-95
Catatan: Bila pekerjaan geodesi dilakukan dalam wilayah berukuran 100 x 100 km,
elipsoid dianggap sebagai permukaan bola, sedangkan jika tidak lebih dari 55 x 55 km,
dianggap bidang datar.
Tabel 3.2. Parameter Utama Elipsoid di Indonesia

Elipsoid Bessel (1841) *) Elipsoid WGS-84


Parameter Harga Parameter Harga (m)
a 6.377.397 m a 6.378.137 m
b 6.356.078 m b 6.356.752,314 m
2 2
e 0,00667437223 e 0,0066943800
2 2
e 0,00671921880 e 0.0067394968
f 0,00334277318 f 0,0033528107
c 6.398.786 m c 6.399.593,626m

*) Elipsoid Bessel ini sudah tidak digunakan lagi

Contoh soal 3.1 :


Dari tabel 3.1 di atas, diketahui bahwa untuk elipsoid Clarke 1878, a = 6.378.199 meter
dan 1/f = 293,15. Hitunglah parameter lainnya, yaitu b, e2, e2, f dan c.

Jawab:
a. Mula-mula hitung f = 1/293,15 = 0,003411222
b. Pers. (3.3) dapat diubah menjadi b = a(1-f), sehingga b = 6.356.441,541 meter

a2 - b 2
c. Hitung e2 dengan pers. (3.1) e2 = 0,006810809
a2

a2 - b2
d. Hitung e2 dengan pers. (3.2) e' 2 = 0,006857514
b2

a2
e. Hitung c dengan pers. (3.4) c = 6.400.030,932
b
3.14. Evaluasi

1. Apakah yang dimaksud dengan bidang geoid dan elipsoid? Mengapa bidang geoid
tidak beraturan bentuknya sedangkan bidang elipsoid beraturan?
2. Bidang acuan apakah yang dipergunakan dalam pemetaan daerah seluas lebih dari
10 juta hektar, apakah bidang datar, bola, atau elipsoid? Jelaskan alasan anda?
3. Hasil pengukuran tinggi di lapangan yang mengacu pada titik peil (titik tinggi di pantai
yang diukur berdasarkan tinggi muka laut rata-rata) mengacu pada bidang geoid atau
elipsoid? Jelaskan alasan anda.
4. Apakah akibatnya jika orientasi bidang elipsoid tidak searah dengan orientasi bumi?
5. Dalam bidang elipsoid bumi, manakah yang paling panjang, jari-jari lingkaran ekuator,
sumbu mayor, atau sumbu minor?
6. Dalam bidang elipsoid bumi, manakah yang berbentuk lingkaran: bidang meridian,
bidang ekuator, atau bidang paralel? Jika tidak berbentuk lingkaran, berbentuk apakah
bidang tersebut?
7. Mengapa bidang elipsoid harus dibuat sedekat mungkin dengan bidang geoid?
8. Mengapa terdapat berbagai bidang elipsoid dengan berbagai dimensinya? Bidang
elipsoid manakah yang saat ini digunakan sebagai bidang acuan internasional?
9. Pengukuran dengan alat GPS (Global Positioning System) harus mengacu pada suatu
sistem koordinat internasional. Mengapa demikian?
10. Apakah undulasi N itu? Untuk apakah data undulasi tersebut?
11. Apakah beda elips dan elipsoid? Sebutkan parameter elips secara umum dan
parameter utama elipsoid.
12. Elipsoid apakah yang digunakan di Indonesia? Mengapa ada 2 jenis elipsoid di
Indonesia?
13. Hitung parameter b, e2, e2, f dan c untuk elipsoid Hayford jika diketahui a = 6.378.388
meter dan 1/f = 297,00
3.15. Sistem Koordinat pada Bidang Elipsoid

Dalam penentuan posisi secara global pada umumnya digunakan 2 sistem utama
yaitu:
a. Sistem Koordinat Lintang-Bujur, yaitu penentuan posisi titik berdasarkan besaran
lintang dan bujur. Lintang dan bujur yang mengacu pada bidang bola bumi disebut
lintang dan bujur geografis. Lintang dan bujur yang mengacu pada bidang elipsoid
bumi disebut lintang dan bujur geodetis, sistem koordinat ini dikenal dengan nama
Sistem Koordinat Lintang Bujur Geodetis. Berkaitan dengan itu, dikenal pula lintang
geosentris dan lintang terreduksi
b. Sistem Koordinat Kartesian Ortogonal XYZ, yaitu penentuan posisi titik berdasarkan
jarak titik tersebut terhadap titik awal O pada masing-masing sumbu x, y dan z yang
saling tegak lurus.

3.15.1. Sistem Koordinat Lintang-Bujur Geodetis

Dalam sistem koordinat ini, posisi suatu titik, misal titik P, ditentukan berdasarkan
besar sudut lintang geodetis () dan sudut bujur (), yang dinyatakan dengan P (, ).
KU


Greenwich P

Q O R
N
Ekuator
Meridian P
Meridian Nol
KS
Gambar 3.5 Sistem Koordinat Lintang-Bujur Geodetis

Dalam mempelajari sistem koordinat ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, a.l.:
o Karena bumi berbentuk elipsoid, garis normal terhadap bidang meridian yang melalui
titik P tidak memotong pusat elipsoid O, kecuali jika P terletak tepat di ekuator ( = 0o)
atau di kutub ( = 90o), namun memotong sumbu minor di titik N. Garis normal adalah
garis yang tegak lurus suatu bidang. Jika bidang acuan adalah bidang bola, maka garis
normal dari titik P pasti akan memotong pusat bola.
o Meridian atau bujur nol adalah meridian atau bujur yang melalui Greenwich.
o Sudut antara meridian nol dan meridian P disebut bujur geodetis () P. Bujur di
sebelah timur meridian nol disebut bujur timur, dan di sebelah barat disebut bujur
barat. Besarnya sudut bujur adalah dari 0o sampai dengan 180o.
o Sudut antara garis normal yang melalui P, yaitu garis PN, dan bidang ekuator disebut
lintang geodetis () P. Lintang di sebelah utara ekuator disebut lintang utara dan
bernilai positip, sedangkan di sebelah selatan ekuator disebut lintang selatan dan
bernilai negatip. Besarnya sudut lintang adalah dari 0o sampai dengan 90o.

Lintang Geosentris

Sudut lintang geosentris () titik P adalah sudut yang terbentuk oleh garis yang
melalui P ke pusat elips dan bidang ekuator. Jadi ada perbedaan dalam lintang geosentris
dan lintang geodetis, sebab pada lintang geosentris, garis dari titik P bukan merupakan
garis normal, namun garis yang mengarah ke pusat elipsoid. Lintang geosentris dapat
dikonversi ke lintang geodetis, dan sebaliknya.

U
P
b
a
O
Lintang geosentris

S
Gambar 3.6. Lintang Geosentris

Lintang Terreduksi

Dalam penentuan lintang terreduksi, ada dua bidang referensi yang digunakan yaitu
bidang elipsoid dan bidang bola. Pusat bola dan elipsoid berimpit, sedangkan panjang
jari-jari bola R sama dengan panjang semi mayor elipsoid a. Jika harga z titik P
diperpanjang sehingga memotong lingkaran maka akan diperoleh titik P. Sudut yang
terbentuk dari garis PO dan OR disebut lintang terreduksi ().

KU
Bidang lingkaran
P
Bidang elips P
b
a z
Q R
O
Lintang Terreduksi

KS
Gambar 3.7 Lintang Terreduksi
3.15.2. Sistem Koordinat Kartesian Ortogonal XYZ

Sistem Kartesian XYZ berpusat di O, dengan sumbu X adalah garis yang melalui
perpotongan bidang meridian nol dan bidang ekuator. Meridian nol adalah bidang
meridian yang melalui kota Greenwich. Sumbu X positip terletak pada bagian yang
mengarah ke Greenwich. Sumbu Y terletak pada bidang ekuator dan tegak lurus sumbu
X, dengan Y positip berada pada sebelah kiri sumbu X bila dipandang dari sisi Kutub
Utara. Sumbu Z adalah sumbu yang melalui kutub, berimpit dengan sumbu minor elipsoid
bumi, dimana Z positip pada arah ke Kutub Utara.

KU
Sumbu Z

Meridian Nol P
Greenwich
O
Ekuator Sumbu Y

Sumbu X

KS
Gambar 3.8 Sistem Koordinat Ortogonal XYZ untuk
bidang Elipsoid

Apabila gambar 3.8 dilihat dari arah Kutub Utara atau diproyeksikan dengan KU
(kutub Utara) sebagai pusat sumbu maka diperoleh gambar 3.9 berikut ini:

Y positip
Garis
Kuadran Kuadran
Katulistiwa
IV I
X negatip X positip
KU Greenwich
Kuadran Kuadran
III II

Y negatip
Gambar 3.9 Proyeksi Sistem Koordinat XYZ

Sistem koordinat ortogonal XYZ untuk bidang elipsoid ini seringkali disalah-tafsirkan
sama dengan sistem koordinat XYZ untuk bidang datar. Kedua sistem ini mirip, namun
sesungguhnya mempunyai perbedaan prinsip yang tidak boleh dicampur-adukkan. Dalam
sistem koordinat XYZ untuk bidang datar, sumbu X positip mengarah ke timur, sumbu Y
positip mengarah ke utara, dan sumbu z menyatakan tinggi atau elevasi terhadap bidang
datum, dengan pusat koordinat berada di permukaan bumi (gambar 3.8). Dalam sistem
koordinat XYZ untuk bidang elipsoid, sumbu X positip mengarah ke meridian nol, sumbu
Y positip mengarah ke sudut 90o terhadap sumbu X berlawanan arah jarum jam, dan
sumbu z mengarah ke kutub utara, dengan pusat koordinat berada di pusat elipsoid.

Sumbu Z
= elevasi
Sumbu Y ke Bidang datum datar
arah Utara permukaan bumi

Sumbu X ke
arah Timur

Gambar 3.10 Sistem Koordinat Ortogonal XYZ


untuk Acuan Bidang Datar
3.16. Evaluasi

1. Apakah perbedaan prinsip antara lintang geografis, geodetis, geosentris, dan


terreduksi? Untuk mempermudah penjelasan, sebaiknya disertai gambar.
2. Apakah perbedaan sistem koordinat XYZ pada bidang datar dengan sistem koordinat
XYZ pada bidang elipsoid. Benarkah jika pusat koordinat XYZ dan sumbu Y kedua
sistem tersebut diimpitkan dan sumbu Y positip keduanya mengarah ke utara maka
kedua sistem itu menjadi sama? Jelaskan jawaban anda.
3. Seandainya anda berada di pusat bumi, dimana kutub selatan berada di atas anda
dan wajah anda menghadap ke depan ke garis meridian nol. Sistem yang digunakan
adalah koordinat XYZ untuk bidang elipsoid bumi. Kemanakah arah sumbu x positip,
ke depan atau ke belakang anda? Kemanakah arah sumbu Y positip, ke kanan atau
ke kiri anda? Kemanakah sumbu Z positip, ke atas atau ke bawah anda?

Kutub Selatan
Ini anda, di pusat bumi

Sumbu Y positip ? Sumbu Y positip ?

4. Apakah yang dimaksudkan dengan garis normal? Benarkah bahwa sudut lintang
geosentris tidak mengacu pada garis normal? Lintang apa sajakah yang sudutnya
mengacu pada garis normal?
5. Berapakah lintang dan bujur rumah atau tempat kos anda? Carilah data tersebut di
peta. Apakah sistem koordinat lintang-bujur tersebut? Geografis atau geodetis? Jika
anda juga menemui koordinat dalam X dan Y, sistem apakah yang digunakan?
3.17. Hubungan Matematis antara Sistem Koordinat

Oleh karena kedua sistem koordinat itu, yaitu sistem koordinat lintang-bujur dan
XYZ, sering digunakan, maka perlu diketahui hubungan matematis antara keduanya agar
perhitungan dalam sistem yang satu dapat dikonversikan ke sistem yang lainnya,
demikian pula sebaliknya.

3.17.1.Mengkonversi dari Sistem Lintang-Bujur Geodetis


ke Sistem Koordinat XYZ

Untuk mengkonversi sistem koordinat diperlukan hubungan matematis antara kedua


sistem tersebut. Karena penjabaran rumus-rumusnya cukup rumit dan panjang maka
berikut ini hanya diberikan rumus akhir saja. Rumus perhitungan tersebut tergantung
pada parameter yang diketahui dan jenis elipsoid yang digunakan.

Sumbu Z KU
Greenwich
P (x,y,z) = (,)
O
Sumbu X
Ekuator N
Sumbu Y
KS

Gambar 3.11 Hubungan Sistem Koordinat , dan XYZ

a. Diketahui: harga lintang-bujur (,) suatu titik,


besaran parameter elipsoid a, b, dan e2
Ditanyakan : Koordinat (x, y, z) titik tersebut
Rumus yang digunakan adalah :

a2 cos cos
x ....... (3.5a)
a2 cos2 b2 sin2

a2 cos sin
y ..... (3.6a)
a2 cos2 b2 sin2

a2 (1 - e2 ) sin
z ..... (3.7a)
2 2 2 2
a cos b sin
b. Diketahui: harga lintang-bujur (,) suatu titik,
besaran parameter elipsoid a dan e2
Ditanyakan : Koordinat (x, y, z) titik tersebut
Rumus yang digunakan adalah :

a cos cos
x ........ (3.5b)
1 - e2 sin2

a cos sin
y ..... (3.6b)
2 2
1 - e sin

a(1 - e2 ) sin
z ..... (3.7b)
1 - e2 sin2

Catatan:
o Jika titik tersebut berada di lintang selatan, dalam perhitungannya harus diberi tanda
negatip, misalnya = 17o 09 54,1 LS, menjadi = 17o 09 54,1

o Jika titik tersebut berada di bujur barat, dalam perhitungannya harus diubah menjadi
360o , misalnya = 121o 42 29.5 BB, menjadi = 360 121o 42 29.5 = 238o 17
30.5

Contoh soal 3.2 :


1. Hitung koordinat xyz titik P ( = 17o 09 54,1 LU; = 121o 42 29.5 BT). Elipsoid
yang digunakan GRS-67.
Jawab:
Parameter GRS-67 adalah a = 6.378.160 m, b = 6.356.774, dan e2 = 0,0066947594

A. Menghitung dengan rumus 3.5a, 3.6a, dan 3.7a:

Agar lebih memudahkan perhitungan bagi yang belum terbiasa, ada baiknya rumus-
rumus tersebut dipecah menjadi beberapa rumus perhitungan yang lebih sederhana.
1. Misalkan A = a cos , didapat A = 6.094.068,325
2. Misalkan B = b sin , didapat B = 1.876.042,366

3. Hitung C A 2 B2 = 6.376.300,159

4. Hitung D a. A cos = -2,042926 x 1013


5. Hitung E a. A sin = 3,3067204 x 1013

6. Hitung F a2 (1 e2 ) sin = 1,1925577 x 1013

D
7. Diperoleh x = - 3.203.936,412 meter
C
E
8. Diperoleh y = 5.185.954,881 meter
C
F
9. Diperoleh z = 1.870.297,371 meter
C
B. Menghitung dengan rumus 3.5b, 3.6b, dan 3.7b.

1. Hitung W = 1 e2 sin2 = 0,999416895 = 0,999708405

2. Hitung A = a cos = 6.094.068,325


3. Hitung B = A cos = -3.203.002,159
4. Hitung C = A sin = 5.184.442,682
5. Hitung D = a(1-e2) sin = 1.869.752,002
B
6. x = - 3.203.936,411 meter
W
C
7. y = 5.185.954,880 meter
W
D
8. z = 1.870.297,371 meter
W
2. Hitung koordinat xyz titik P ( = 8o 23 11,8 LS; = 25o 32 46,7 BB). Elipsoid yang
digunakan GRS-67.
Jawab:
Parameter GRS-67 adalah a = 6.378.160 m, b = 6.356.774, dan e2 = 0,0066947594

A. Menghitung dengan rumus 3.5a, 3.6a, dan 3.7a:


Agar lebih memudahkan perhitungan bagi yang belum terbiasa, ada baiknya rumus-
rumus tersebut dipecah menjadi beberapa rumus perhitungan yang lebih sederhana.
1. Misalkan A = a cos , didapat A = 6.309.954,780
2. Misalkan B = b sin , didapat B = 927.147,256

3. Hitung C A 2 B2 = 6.377.705,807

4. Hitung D a. A cos = 3,63113 x 1013


5. Hitung E a. A sin = -1,73557 x 1013

6. Hitung F a2 (1 e2 ) sin = -5,89367 x 1012

D
7. Diperoleh x = 5.693.480,469 meter
C
E
8. Diperoleh y = 2.721.301,281 meter
C
F
9. Diperoleh z = 924.104,339 meter
C
3.17.2.Mengkonversi dari Sistem Koordinat XYZ
ke Sistem Lintang-Bujur Geodetis

Sebagai kebalikan dari perhitungan di atas, kini yang diketahui adalah harga P
(x,y,z) dan yang akan ditentukan adalah harga lintang dan bujur titik P tersebut. Rumus-
rumus berikut digunakan untuk menentukan harga dan jika diketahui harga x,y,z dan
besaran parameter elipsoid e.

Langkahnya adalah sebagai berikut:


(a) Hitung harga dengan rumus:
y
tan . (3.8)
x
(b) Hitung harga dengan rumus:
z cos
tan . (3.9)
x (1 e2 )

Catatan:
a. Jika z positip maka lintangnya utara, jika z negatip maka lintangnya selatan.
b. Dalam menghitung perlu diperhatikan ketentuan berikut (lihat gambar 3.12)
o jika titik tersebut berada pada kuadran I (x positip dan y positip), hasil perhitungan
nilai positip dan bujurnya adalah bujur Timur.
o jika berada pada kuadran II (x positip dan y negatip), hasil perhitungan nilai
negatip, nilai tersebut dikalikan 1 agar bernilai positip, dan bujurnya adalah
bujur Barat.
o jika berada pada kuadran III (x negatip dan y negatip), hasil perhitungan nilai
positip, nilai akhir = 180o nilai mula-mula, dan bujurnya adalah bujur Barat.
o jika berada pada kuadran IV (x negatip dan y positip), hasil perhitungan nilai
negatip, nilai akhir = 180o + nilai mula-mula dan bujurnya adalah bujur Timur.
o
= 90 BT Y positip
Garis
Katulistiwa
Kuadran Kuadran
IV I
= 180
o
= 0o
X negatip KU Greenwich X positip
Kuadran Kuadran
III II

o
= 90 BB Y negatip

Gambar 3.12 Relasi Sistem Koordinat XY dan


Contoh soal 3.3 :
1. Hitung dan untuk titik P (-3.203.936,411 m, 5.185.954,880 m, 1.870.297,371 m).
Digunakan bidang elipsoid GRS-67.
Jawab:
y 5.185.954,880
1. Hitung tan 1,61861979 . Karena x negatip dan y
x 3.203.936,411
positip, maka titik P berada pada kuadran IV.
2. = arctan (-1,61861979) = - 58o 17 30,47 + 180o (ditambah 180o karena terletak
di kuadran IV). Sehingga diperoleh = 121o 42 29,53 BT
z cos
3. Hitung tan = 0,308882967
x (1 e2 )
4. = arctan (0,308882967) = 17o 09 54,1 Utara (karena nilai z positip)

2. Hitung dan untuk titik P (5.693.480,469 m, 2.721.301,281 m, 924.104,339 m).


Digunakan bidang elipsoid GRS-67.
Jawab:
y 2.721.301,281
1. Hitung tan = -0.477967966. Karena x positip dan y
x 5.693.480,469
negatip, titik P berada pada kuadran II, sehingga bujurnya adalah bujur barat
2. = arctan (-0.477967966) = - 25o 32 46,7 x (-1) (dikali 1 karena terletak di
kuadran II). Sehingga diperoleh = 25o 32 46,7 BB
z cos
3. Hitung tan = -0.147428385
x (1 e2 )
4. = arctan (-0.147428385) = -8o 23 11,8 = 8o 23 11,8 LS

3.17.3.Lintang geosentris dan lintang geodetis

Lintang geosentris () titik P adalah sudut yang terbentuk oleh garis yang melalui P
ke pusat elipsoid O dan bidang ekuator, sedangkan lintang geodetis () titik P adalah
sudut yang terbentuk oleh garis normal yang melalui P ke N dan bidang ekuator.
U
P
b
a O

S
Gambar 3.13. Hubungan antara dan
Hubungan matematis antara kedua jenis lintang tersebut adalah:

a2 1
tan tan tan ................. (3.10a) atau
b2 (1 - e 2 )
b2
tan tan (1 e 2 ) tan .................. (3.10b)
2
a
untuk selisih (-) kecil, dimana , digunakan persamaan:
1 2
( - ) e sin 2 ................ (3.11a)
2
dimana = 180/ =57,29577951, sehingga
1 2
e sin 2 (3.11b)
2
1 2
e sin 2 (3.11c)
2

Contoh soal 3.4 :


Hitung lintang geodetis titik P yang berada pada lintang geosentris = 13o 54 17,4
LS, elipsoid yang digunakan GRS-67.
Jawab:
Parameter GRS-67 a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m,
e2 = 0,0066947594, o = 180/,

A. Dengan rumus 3.10a

a2
1. Hitung: tan tan = 0,249233063
b2
2. = arctan 0,249233063 = 13o 59 41,56 LS

B. Dengan rumus 3.11b


1 2
3. e sin 2 = 13o 54 17,4 + 0o 05 22,11
2
= 13o 59 39,51 LS
Terlihat selisih harga hanya berbeda 2.05.
3.17.4.Lintang terreduksi dan lintang geodetis

Sudut yang terbentuk dari garis PO dan OR disebut lintang terreduksi.


KU
Bidang lingkaran
P
Bidang elips P
b
a z
Q R
O

KS
Gambar 3.14 Hubungan antara dan

Hubungan matematis antara lintang terreduksi dan lintang geodetis adalah:


1 2
sin ( - ) e sin 2 ..................... (3.12)
4
untuk selisih ( - ) kecil, dimana , digunakan persamaan:
1 2
( - ) e sin 2 ..................... (3.13)
4
sehingga
1 2
e sin 2 .................. (3.13a)
4
1 2
e sin 2 .................. (3.13b)
4

Contoh soal 3.5 :


Hitung lintang terreduksi jika P berada pada lintang geodetis = 13o 54 17,4 LS,
elipsoid yang digunakan GRS-67.

Jawab:
a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m, dan e2 = 0,0066947594,

A. Dengan rumus 3.12


1 2
1. Hitung sin ( - ) e sin 2 = 0,000780836
4
2. - = arcsin(0,000780836) = 0o 02 41,05
3. = - 0o 02 41,05 = 13o 54 17,4 0o 02 41,05 = 13o 51 36,35
B. Dengan rumus 3.13b
1 2 1
1. Hitung e sin 2 = x 0,0066947594 x 180/ x sin (2 x 13o 54 17,4) = 0o 02
4 4
41,1
1 2
2. Hitung e sin 2 = 13o 54 17,4 0o 02 41,1 = 13o 51 36,3
4
Terlihat, selisih harga dan hanya berbeda 0,05 (cukup kecil).

3.18. Evaluasi

1. Dalam penentuan lintang-bujur suatu titik berdasarkan sistem koordinat XYZ maka
dapat dirumuskan bahwa: (isilah titik-titik pada kolom 4 dan 5)
Sistem Koordinat XYZ Sistem Koordinat Lintang-Bujur
X Y Z Lintang Bujur
positip positip positip ....... s/d ....... LU/LS ....... s/d ....... BT/BB
positip negatip positip ....... s/d ....... LU/LS ....... s/d ....... BT/BB
negatip negatip positip ....... s/d ....... LU/LS ....... s/d ....... BT/BB
negatip positip positip ....... s/d ....... LU/LS ....... s/d ....... BT/BB

2. Jika koordinat geodetis P adalah = 5o 11 23,1 LU dan = 103o 26 04,2 BT, dan
elipsoid yang digunakan GRS-67, berapakah koordinat ortogonal titik P tersebut?
3. Jika koordinat ortogonal P = (-1,475,826.596 m, 6,178,367.073 m, 573,086.026 m),
dan elipsoid yang digunakan GRS-67, berapakah koordinat geodetis titik P tersebut?
4. Hitung lintang geosentris dan lintang terreduksi jika titik P berada pada lintang
geodetis = 5o 11 23,1 LU, elipsoid yang digunakan GRS-67.
BAB IV
PERHITUNGAN PADA BIDANG LENGKUNG

Tujuan Instruksional:
Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
teori dan melakukan perhitungan pada bidang elipsoid, yaitu perhitungan panjang jari-jari
busur, panjang busur, luas bidang pada permukaan, garis geodesik, konvergensi meridian,
dan ekses sferis sebagai dasar dalam pemecahan Soal Pokok Geodesi.

4.1 Jari-jari Busur pada Elipsoid

3.18.1. Jari-jari Busur Meridian (M) dan Busur Normal Utama (N)

Pada bidang bola, jari-jari busur setiap titik di permukaan bola tersebut akan sama,
yaitu sebesar jari-jari bola. Namun, pada bidang elipsoid, jari-jari busur di setiap titik pada
bidang elipsoid tidak sama. Bahkan, jari-jari busur di suatu titik pun, misalnya titik A, akan
berbeda-beda tergantung arah busur tersebut.
Ada 2 jenis jari-jari utama pada suatu titik di permukaan elipsoid,
(a) Jari-jari busur meridian (M), yaitu jari-jari busur bidang meridian pada titik tersebut,
(b) Jari-jari normal utama (N), yaitu jari-jari busur normal utama pada titik tersebut. Busur
normal utama adalah busur yang terletak bidang normal utama, yaitu bidang yang
melalui garis normal dan tegak lurus bidang meridian.
KU
Meridian Nol Busur Meridian A
A
Busur Normal Utama A
P
a
Ekuator Garis Normal

KS

Gambar 4.1 Busur Meridian dan Busur Normal Utama

Besar jari-jari busur meridian (M) dapat dihitung dengan rumus:

a2 b2 a (1 - e 2 )
M ..................... (4.1)
2 2 2 2 3 2 2 3
(a cos b sin ) (1 - e sin )

b2
o Di ekuator, dimana lintang = 0o, panjang M = = a (1-e2)
a

a2 a
o Di kutub, dimana lintang = 90o, panjang M
b 1- e2
Besar jari-jari busur normal utama (N) dapat dihitung dengan rumus:

a2 a
N ................... (4.2)
2 2 2 2 2 2
a cos b sin 1 - e sin

o Di ekuator, dimana lintang = 0o, besar N = a

a2 a
o Di kutub, dimana lintang = 90o, besar N
b 1- e2
Jika dibuat perbandingan N dan M maka diperoleh:

N a 2 cos 2 b 2 sin 2 1 e 2 sin 2


1 e' 2 cos 2 .................. (4.3)
M 2 2
b 1 e

Menggunakan N dari pers. 4.2, maka pers. 3.5b, 3.6b, dan 3.7b pada bab III di muka

dapat ditulis menjadi.:

x = N cos cos ................ (4.4)


y = N cos sin ............... (4.5)
z = N (1-e2) sin ............... (4.6)

Contoh soal 4.1 :


Diketahui : koordinat geodetis P ( = 5o 11 23,1 LU, = 103o 26 04,2 BT).
Elipsoid yang digunakan GRS-67
Hitung: koordinat titik P tersebut dalam sistem koordinat ortogonal
Jawab:

Parameter elipsoid GRS-67 adalah a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m, dan


e2 = 0,0066947594
Berdasarkan rumus-rumus pada bab III dan persamaan di atas maka,

o Hitung W = 1 e 2 sin 2 = 0,999972611

a 6.378.160
o Hitung N = = 6.378.334,694
w 0.999972611
o Hitung x = N cos cos = -1.475.826,596 meter
o Hitung y = N cos sin = 6.178.367,073 meter
o Hitung z = N (1-e2) sin = 573.086,026 meter
3.18.2.Jari-jari Irisan Normal

Irisan normal terhadap bidang elipsoid adalah garis lengkung hasil perpotongan
antara bidang normal dengan permukaan elipsoid tersebut. Irisan normal bersudut 90o
terhadap bidang meridian disebut irisan normal utama. Irisan normal AB membentuk
sudut dengan bidang meridian. Sudut disebut azimut irisan normal AB di titik A.

KU
KU Azimut Irisan
A B Normal AB di A
B
Q R
Meridian A
A Irisan Normal AB
Meridian B
KS

Gambar 4.2 Irisan Normal AB

Jika jari-jari irisan normal AB di titik A adalah R maka menurut dalil EULER:

1 cos 2 sin 2
................... (4.7)
R M N

N
R ................... (4.8)
(1 e' 2 cos 2 cos 2 )

Catatan: Jika azimut irisan

o = 0o, berarti irisan tersebut adalah garis meridian, maka R = M

o = 90o, berarti irisan tersebut adalah irisan normal utama, maka R = N

3.18.3.Jari-jari Bola Pengganti

Kadang-kadang untuk keperluan tertentu atau untuk luasan kecil, elipsoid dianggap
sebagai bola dengan jari-jari tertentu R. Ada berbagai cara untuk menentukan jari-jari R
bola pengganti. Berikut berbagai cara menentukan jari-jari bola pengganti elipsoid:
aab
a. Bola berjari-jari Rt: Rt ................... (4.9)
3

b. Bola berjari-jari Rr: Rr a ........... (4.10)

Bila pusatnya di titik O disebut Bola Reduksi.

c. Bola ekuivalen yang dibentuk agar luas bola = luas elipsoid, maka:

2 2 3 4 4 6
R e b (1 e e e .....) ............. (4.11)
3 5 7
Bola ekuivalen digunakan untuk proyeksi ekuivalen. Proyeksi ekuivalen adalah sistem
proyeksi dimana luas daerah hasil proyeksi sama dengan luas daerah mula-mula.
d. Bola Gausz dengan jari busur rata-rata Gausz R:

R NM ................. (4.12)

a 1 - e2
R ................. (4.13)
W2
Digunakan untuk proyeksi konform. Proyeksi konform adalah sistem proyeksi dimana
besar sudut hasil proyeksi sama dengan besar sudut mula-mula.
e. Bola yang dibentuk berdasarkan volume bola = volume elipsoid, maka
3
Rv 3 a2b R v a 2b ................. (4.14)

4.2 Evaluasi

1. Apakah perbedaan antara busur meridian, busur normal, dan busur normal utama?
Dalam bidang elipsoid, apakah bentuk busur meridian dan busur normal utama?
2. Benarkah M dan N berubah jika lintangnya berubah? Bagaimana jika bujurnya
berubah? Di posisi manakah N = M? Berapakah perbandingan N dan M di ekuator
dan di kutub?
3. Apakah yang dimaksud azimut irisan normal? Jika A terletak di ekuator dengan azimut

2ab 2
AB = 45o, buktikan bahwa jari-jari irisan normal AB (RAB) adalah : R AB
a2 b2
4. Jika luasan 100.000 ha diproyeksikan secara konform, apakah hasilnya mempunyai
luas sama? Jika tidak, sistem proyeksi apakah yang harus digunakan?
5. Untuk elipsoid GRS-67, hitunglah jari-jari bola pengganti Rt, bola reduksi Rr, bola

ekuivalen Re, bola Gausz, dan bola Rv.

6. Hitung jari-jari busur meridian M dan busur normal N untuk lintang geodetis = 0o 14
23,. Elipsoid yang digunakan GRS-67.
7. Hitung jari-jari irisan normal AB untuk lintang geodetis = 5o 11 23,1 LU, jika azimut
AB = 26o 06 25,5. Elipsoid yang digunakan GRS-67.
4.3 Panjang Busur Dua Titik pada Elipsoid

4.3.1 Panjang Busur Meridian antara Dua Titik

Panjang busur meridian adalah panjang garis antara dua titik pada permukaan elip
yang terletak pada bidang meridian yang sama.
KU
P2
Meridian P2-P1 Panjang busur
P1 meridian S12

KS
Gambar 4.3 Panjang Busur Meridian

Rumus perhitungan panjang busur meridian S dari 1 s.d 2 adalah:


2 A B C
S 1 a (1 - e 2 )[ ( 2 - 1 ) - (sin 2 2 - sin 2 1 ) (sin 4 2 - sin 4 1 ) .....] ...(4.15)
o 2 4

dimana:
2 dan 1 = lintang titik P2 dan P1;
3 2 45 4
o = 57,2957795131; A = 1 e e .... ;
4 64
3 2 15 4 15 4
B = e e .... ; C = e ....
4 16 64
Pers. 4.15 dapat disederhanakan menjadi:

S12 E0 (2 - 1) E2 (sin 2 2 - sin 2 1) E 4 (sin 4 2 - sin 4 1)..... .......... (4.16)

dimana:
A B C
E0 a(1 - e2 ) ; E2 -a(1 - e2 ) ; E4 a(1 - e2 )
o 2 4

Contoh soal 4.2 :

1. Hitung panjang busur PQ, dimana kedua titik P dan Q terletak pada meridian (bujur)
sama. Lintang P adalah 1 = 22o 53 04 dan lintang Q adalah 2 = 24o 07 32.
Elipsoid yang digunakan GRS-67.
Jawab :
1 = 22o 53 04 dan 2 = 24o 07 32. o = 57,2957795131
a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m, dan e2 = 0,0066947594
3 2 45 4
a. Hitung A = 1 e e = 1,005052583
4 64
3 2 15 4
b. Hitung B = e e = 0,005063088
4 16
15 4
c. Hitung C = e = 1,05046 x 10 -5
64
A
d. Hitung E0 a(1 - e2 ) = 111.133,3199
o
B
e. Hitung E2 -a(1 - e2 ) = -16.038,49549
2
C
f. Hitung E4 a(1 - e2 ) = 16,63793325
4
g. Hitung 2 -1 = 1o 14 28 = 1,241111111
h. Hitung sin22 - sin21 = 0,029538341
i. Hitung sin42 sin41 = -0,006072384
2
j. Hitung S 1 E 0 ( 2 - 1 ) E 2 (sin 2 2 - sin 2 1 ) E 4 (sin 4 2 - sin 4 1 )

diperoleh panjang busur PQ, S = 137.454,947 meter

2. Hitung panjang busur dari ekuator = 0o ke = 1o, = 0o 1, dan = 0o 0 1 Elipsoid


yang digunakan GRS-67
Jawab : Dengan persamaan 4.16 dan hasil perhitungan Eo, E2, E4, di atas dapat
dihitung,
o
S1 o E 0 (1o - 0 o ) E 2 (sin 2.1o - sin 2.0 o ) E 4 (sin 4.1o - sin 4.0 o )
0

= 111.133,320 + (- 559,735) + 1,161 = 110.574,746 meter

S10'' E 0 (1'-0' ) E 2 (sin 2.1'- sin 2.0' ) E 4 (sin 4.1'- sin 4.0' )

= 1.852,222 + (- 9,331) + 0,019 = 1.842,910 meter

S10"" E 0 (1"-0" ) E 2 (sin 2.1'- sin 2.0" ) E 4 (sin 4.1"- sin 4.0" )

= 30,870 + (- 0,156) + 0.000 = 30,715 meter


4.3.2 Keliling Elipsoid pada Bidang Meridian

Dari persamaan 4.16 di atas dapat dihitung keliling elipsoid bumi pada bidang
meridian, misalnya keliling elipsoid GRS-67.
2 = 90o
KU kutub seperempat
keliling elipsoid keliling
pada bidang
meridian
1 = 0o
ekuator

KS

Gambar 4.4. Keliling Elipsoid sepanjang Meridian

Keliling seperempat elipsoid, yaitu dari ekuator ke kutub utara, dapat dihitung dengan
menentukan panjang busur meridian dari lintang 1 = 0o (ekuator) ke lintang 2 = 90o
(Kutub Utara), dengan memasukkan data lintang tersebut dan harga E0 pada contoh soal
3.7 ke persamaan 3.29, diperoleh :
o
S 90o E 0 (90 - 0) E 2 (sin 2.90 o - sin 2.0 o ) E 4 (sin 4.90 o - sin 4.90 o )
0

= E0.90o + 0 + 0 = 111.133,3199 x 90 = 10.001.998.790 meter

Jadi keliling elipsoid tersebut = 4 x S = 4 x 10.001.998.790 m = 40.007.995,040 meter.

4.3.3 Penentuan Lintang Titik berdasarkan


Panjang Busur Meridian dari Ekuator

Jika panjang busur meridian suatu titik terhadap ekuator = s, maka lintang titik
tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
= F0 - F2sin 2 F0 - F4 sin 4 F0 ................. (4.17)
s E E
dimana: F0 = ; F2 = 2 ; dan F4 = 4
E0 E0 E0

Contoh soal 4.3 :


Diketahui jarak busur meridian dari titik P ke ekuator ( = 0o) adalah 123.242,904 meter.
Berapakah lintang titik P jika elipsoidnya adalah GRS-67?
Jawab:
a. Dari hitungan pada contoh soal 4.2 diperoleh:
Eo = 111.133,3199, E2 = -16.038,49549, dan E4 = 16,63793325
s 123.242,904
b. Hitung F0 = = 1,108964477o
E 0 111.133,3199
E2
c. Hitung F2 = = -0.144317613o
E0

E4
d. Hitung F4 = = 0.000149711o
E0

e. Hitung lintang P = = F0 - F2sin 2 F0 - F4 sin 4 F0


= 1,108964477o (-0,005585163o) 0,0000115791o = 1,1145380614o = 1o 06
52,33

4.3.4 Panjang Busur sepanjang Garis Paralel

Garis paralel pada elipsoid bumi berbentuk lingkaran dengan titik pusat berada di
sumbu minor. Sudut antara 2 titik ( P1 dan P2) yang terletak pada satu bidang paralel
terhadap titik pusat lingkaran paralel adalah selisih bujur () antara keduanya.

KU
r
Bidang/Lingkaran P1
Paralel pada
lintang P2

Ekuator

Gambar 4.5 Busur Paralel

Jari-jari lingkaran paralel pada lintang dengan persamaan :


a cos a
r = N cos = dimana N ................. (4.18)
W W
Panjang busur paralel pada lintang antara bujur 1 dan 2 adalah:

r o N cos ( 2 - 1 ) o
S paralel 2 atau .......... (4.19a)
1
o o

a cos ( 2 - 1 ) o
S paralel 2 ............ (4.19b)
1
W o

Contoh soal 4.4 :


Jika bujur titik A = 104o 12 34 BT dan bujur titik B = 107o 53 29 BT, keduanya
terletak pada lintang yang sama yaitu 4o 09 54 LU, tentukan jarak busur AB. Elipsoid
GRS-67.
Jawab:
Diketahui : a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m, e2 = 0,0066947594, dan
o = 57,2957795131
A = 104o 12 34 BT, B = 107o 53 29 BT, = 4o 09 54 LU

a. Hitung W = 1 e 2 sin 2 = 0,999982343

b. Hitung B -A = 3o 40 55 = 3,681944444

a cos ( 2 - 1 ) o 6.378.160 x cos( 4 o 9' 54" ) x 3,68194444 4


c. Hitung S paralel AB
W o 0,999982343 x 57,2957795131

= 408.798,413 meter

4.4 Luas Bidang pada Permukaan Elipsoid

Jika suatu bidang pada permukaan elipsoid dibatasi oleh dua lingkaran meridian dan
dua lingkaran paralel, maka luas bidang tersebut adalah:
KU

Paralel 2 (2)
Paralel 1(1) Luas Bidang

Ekuator Bujur 1 (1)


Bujur 2 (2)

Gambar 4.6 Luas Bidang di Permukaan Elipsoid

Luas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus

( 2 - 1 ) o
Z 2 b 2 { A (sin 2 - sin 1 ) - B (sin 3 2 - si n 3 1 )
1 o ........... (4.20a)

C (sin 5 2 - sin 5 1 ) .......}

dimana:

Z 2 = Luas bidang yang dibatasi lintang 1 dan 2
1
1 2 3 4 1 3 4 3 4
A = 1 e e .... ; B = e2 e .... ; C= e ....
2 8 6 16 80
Jika K = A (sin 2 - sin 1 ) , L = B (sin 3 2 - sin 3 1 ) , dan M = C (sin 5 2 - sin 5 1 ) ,

maka persamaan 3.33a dapat disederhanakan menjadi :

( 2 - 1 ) o
Z 2 b 2 (K - L M .....) . ......... (4.20b)
1 o

Cat.: Nilai A, B, C pada persamaan ini tidak sama dengan nilai A, B, C pada pers. 4.15
Contoh soal 4.5 :
Tentukan luas bidang pada permukaan elipsoid yang dibatasi oleh
bujur = 121o 36 54 BT sampai dengan = 122o 05 18 BT, dan
lintang = 1o 03 04 LS sampai dengan = 2o 50 17 LU
Elipsoid yang digunakan GRS-67
Jawab:
a = 6.378.160 m, b = 6.356.774 m, e2 = 0,0066947594, dan o = 57,2957795131
1 2 3 4
a. Hitung A = 1 e e = 1,003364187
2 8
1 2 3 4
b. Hitung B = e e = 0,001124197
6 16
3 4
c. Hitung C = e = 0,00000168
80
d. Hitung (2 -1)o = 2o 50 17 ( - 1o 03 04) = 3o 53 21 = 3.889166667o
e. Hitung K = A (sin 2 - sin 1 ) = 0,068085767

f. Hitung L = B (sin 3 2 - sin 3 1 ) = 0,000228282

g. Hitung M = C (sin 5 2 - sin 5 1 ) = 0,0000005660

( 2 - 1 ) o 2
h. Hitung luas bidang = Z 2 b (K - L M) = 22.652.669.061,071 m2
1 o

Catatan:
Dari pers. 4.20a dapat dihitung luas permukaan elipsoid bumi. Mula-mula hitung luas
permukaan setengah elipsoid, yaitu dari 1 = 0o (ekuator) sampai 2 = 90o (kutub) dengan
beda bujur (2-1) = 360o = 2, setelah itu, hasilnya dikalikan 2.
Jika lintang dan bujur tersebut dimasukkan dalam persamaan 4.20a, diperoleh:
2 3
2Z 90
0
2{ 2b 2 ( A B C)} 4b 2 (1 e 2 e 4 ) .................. (4.21)
3 5

Contoh soal 4.6:


Hitung luas permukaan seluruh bidang elipsoid bumi GRS-67.
Jawab:
Dengan persamaan 4.21 didapatkan:
2 2 3 4
a. Hitung (1 e e ) = 1.004490065
3 5
2 3
b. Hitung 2Z 90
0
4 b 2 (1 e 2 e 4 ) = 5,10069144224 x 1014 m2
3 5
Jadi, luas seluruh permukaan elipsoid = 510.069.144,224 km2
4.5 Garis Geodesik

Apabila pada suatu bidang datar atau bola dibuat garis irisan normal dari A ke B dan
B ke A, kedua garis irisan normal itu akan berimpit. Namun, apabila garis irisan normal itu
dibuat pada bidang elipsoid, kedua garis irisan normal itu tidak berimpit. Irisan normal
adalah irisan bidang normal pada permukaan suatu bidang acuan (bidang datar, bola,
atau elipsoid). Untuk mendapatkan hanya satu garis, dimana AB berimpit dengan BA,
dibuatlah garis geodetis atau disebut garis geodesik. Garis geodesik adalah garis
lengkung yang tiap titiknya memuat garis normal bidang lengkung di titik itu. Garis ini
merupakan jarak terpendek antara dua titik pada elipsoid. Jadi, yang dimaksud jarak antar
dua titik pada elipsoid adalah jarak sepanjang garis geodesik tersebut.

B KU U U
A Garis Geodesik
1 s1 2
A
s
Meri-
dian B B 2
s2
Meri- 1
dian A
KS S1 = irisan normal dari A ke B
S2 = irisan normal dari B ke A
S = garis geodesik

Gambar 4.7 Irisan Normal dan Garis Geodesik


dimana:
s1 = jarak AB sepanjang irisan normal 1 = azimut s1 di titik A
s2 = jarak BA sepanjang irisan normal 1 = azimut s di titik A (azimut geodesik)
s = jarak AB sepanjang geodesik 2 = azimut s2 di titik B
2 = azimut s di titik B (azimut geodesik)
Secara teoritis, s1 s2 s; 1 1; 2 2.

Perbedaan antara s1, s2 dan s, 1 dan 1, 2 dan 2, dinyatakan dalam pers. berikut

14
s1 s 1 - s s 5 sin 2 21 ' ................. (4.22)
360 N14

24
s2 s2 - s s 5 sin 2 2 2 ' ................. (4.23)
4
360 N 2

e' 2 s 2
1 1 '- 1 cos 2 1 sin 21 ' .......... ...... (4.24)
12 N1

e'2 s2
2 2 '- 2 cos2 2 sin 2 2 ' ................. (4.25)
12 N2
12 = e2 cos21 ; 22 = e2 cos22
N1 = Jari-jari busur normal utama di A
N2 = Jari-jari busur normal utama di B
1 = Lintang geodetik A; 2 = Lintang geodetik B

Contoh soal 4.7:


Diketahui : titik P dan Q, jarak geodesik s PQ = 100 km, azimut geodesik PQ = 45o,
lintang titik P = 1 = 50o. Elipsoid yang digunakan GRS-67.
Hitung : jarak irisan normal antara titik PQ dan azimut irisan normal PQ
Jawab :
a = 6.378.160 m, e2 = 0,0066947594, dan e2 = 0,0067398813
a. Hitung 12 = e2 cos21 = 0,00278476

b. Hitung W 1 - e 2 sin 2 = 0,998033744

a
c. Hitung N = 6.390.725,804
W

14
d. Hitung s 1 - s s 5 sin 2 21 ' = 1,29143 x 10-10 m = 1,29143 x 10-7 mm
360 N14
Jadi, perbedaan jarak antara s1 dan s sangat kecil sehingga s1 = s

e' 2 s 2
e. 1 '- 1 cos 2 1 sin 21 ' = 0,363124717 = 0,4 detik. (sangat kecil)
12 N1
Kesimpulan: garis geodesik PQ dapat dianggap berimpit dengan garis irisan normal PQ

4.6 Konvergensi Meridian

Dalam pemetaan bidang datar, seluruh garis meridian yang mengarah ke utara
dianggap sejajar, sehingga garis lurus yang melintasi meridian tersebut akan mempunyai
azimut tetap. Namun, bila bumi dianggap berbentuk elipsoid maka seluruh garis meridian
yang mengarah ke kutub (KU) menjadi tidak saling sejajar, melainkan akan
berkonvergensi (memusat) di kutub tersebut. Akibatnya, garis geodesik yang melintasi
meridian akan mengalami perubahan azimut. Perbedaan akibat perubahan azimut
tersebut dinamakan konvergensi meridian.
Kutub Utara

3 4
Meridian Nol
2
1
0 4
Garis 3 0 1 2
Geodesik 2 3 4
1
0

Gambar 4.8 Konvergensi Meridian

4.7 Ekses Sferis

Sebagaimana diketahui bahwa jumlah sudut-dalam pada suatu segitiga datar adalah
o
180 . Namun, dalam segitiga bola, yaitu segitiga yang terletak pada bidang acuan bola,
jumlah sudut-dalam tersebut lebih besar dari 180o. Selisih sudut tersebut dinamakan
ekses sferis.
C C
A + B + C = 180o A + B + C - E= 180o

A
A B B
a. Segitiga Datar ABC b. Segitiga Sferis ABC

Gambar 4.9 Ekses Sferis

Persamaan jumlah sudut segitiga menjadi:

E = A + B + C 180o ............... (4.26a)


F
E" " ............... (3.38b)
NM
dimana
E = Ekses sferis dalam satuan detik
F = Luas segitiga bola
N = Jari-jari busur normal utama lintang rata-rata ke tiga titik sudut
M = Jari-jari busur meridian lintang rata-rata ke tiga titik sudut

Contoh besarnya ekses sferis E:


untuk luas F = 1 km2, E = 0,005, untuk luas F = 200 km2, E = 1.
untuk segitiga sama sisi: untuk sisi 10 km, E = 0,25, untuk sisi 20 km, E = 1,
untuk sisi 60 km, E = 8, dan untuk sisi 11 km, E = 27.
4.8 Evaluasi

a. Apabila dua titik terletak pada meridian sama, benarkah keduanya memiliki lintang
sama? Sebaliknya, jika terletak pada bidang paralel sama benarkah berarti memiliki
bujur sama?
b. Hitung A, B, dan C serta E0, E2, dan E4 untuk elipsoid GRS-67. Hitung panjang busur
meridian elipsoid antara 1 = 46o 59 10,315 dan 2 = 48o 54 36,482
c. Jika panjang busur meridian dari ekuator ke titik P sebelah utara adalah
4.984.455,974 meter, tentukan lintang titik P tersebut. Elipsoid GRS-67.
d. Hitung panjang busur paralel antara 1 = 143o 16 23,3 BT dan 2 = 143o 44 31,8 BT
pada lintang = 3o 04 22,2 LU. Elipsoid GRS-67.
e. Hitung luas bidang yang dibatasi 1 = 143o 16 23,3 BT, 2 = 143o 19 31,8 BT, 1 =
3o 04 22,2 LU, 2 = 3o 08 41,5 LU. Elipsoid GRS-67.
f. Untuk elipsoid Bessel, buktikan bahwa luas permukaan elipsoid = 509.950.714,2 km2.
g. Untuk s = 100 km, = 45o, dan = 50o pada elipsoid Bessel buktikan bahwa s =
1x10-10 meter dan = 0,012. Apakah kesimpulan anda?.
o
h. Jika panjang garis geodesik antara titik P dan Q = 200 km, azimut geodesik PQ = 30 ,

dan titik P terletak pada lintang = 11o dan elipsoid yang digunakan adalah GRS-67,
hitunglah jarak PQ (s1) dan azimut PQ (1) sepanjang irisan normal dari titik P.
BAB V
SOAL POKOK GEODESI

Tujuan Instruksional:
Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
tentang teori pemecahan SPG 1 dan SPG 2 dengan metode Soldner, Legendre, dan
Gausz dan terampil menyelesaikan soal-soal dengan metode tersebut

5.1. Pengertian

Di dalam pelajaran ilmu ukur tanah dikenal 2 (dua) sistem koordinat, yaitu
a. Sistem koordinat kutub (, d), dimana azimut menyatakan arah garis dua titik
terhadap utara dan d menyatakan jarak antara kedua titik,
b. Sistem koordinat kartesian (x, y), yang menyatakan selisih absis dan selisih ordinat
antara dua titik. U

Kedua sistem tersebut


U
AB saling berkaitan
dengan persamaan
B
dAB
AB y x = d sin
A y = d cos
x
Gambar 5.1 Sistem Koordinat Kutub dan Kartesian

Persoalan yang sering dijumpai adalah:


1. Diketahui : koordinat kartesian titik A (xA, yA) , azimut AB, dan jarak dAB.
Hitung : koordinat kartesian titik B (xB, yB)
Rumus yang digunakan :
xB = xA + dAB sin AB dan yB = yA + dAB cos AB
2. Diketahui : koordinat kartesian titik A (xA, yA) dan koordinat kartesian titik B (xB, yB)
Hitung : azimut AB dan jarak dAB
Rumus yang digunakan :
x
AB arctan dan d AB x 2 y 2
y

Mirip dengan persoalan dalam ilmu ukur tanah, yang menggunakan acuan bidang
datar tersebut, dalam perhitungan untuk bidang lengkung bola atau elipsoid pun ada dua
jenis soal, yang disebut dengan istilah Soal Pokok Geodesi (SPG), yaitu:
(1) Soal Pokok Geodesi Pertama (SPG 1):

U
U

SAB AB ?
AB
B(B, B) ? atau
A(A, A) atau B(XB, YB) ?
A(XA, YA)
Gambar 5.2 SPG 1

Diketahui: Koordinat titik A dalam sistem geografis (A, A) atau sistem kartesian
(XA, YA), azimut AB dari titik A dan jarak garis geodesik SAB
Hitung : Koordinat B dalam sistem (B, B) atau (XB, YB) dan azimut AB di titik B

(2) Soal Pokok Geodesi Kedua (SPG 2):


U
U

SAB ? AB ?
AB ?
B(B, B) atau
A(A, A) atau B(XB, YB)
A(XA, YA)
Gambar 5.3 SPG 2

Diketahui: koordinat A dan koordinat B dalam sistem geografis atau kartesian


Hitung : Jarak SAB dan azimut garis geodesik AB

Catatan: Sistem koordinat kartesian dalam persoalan ini bukanlah sistem koordinat
ortogonal XYZ yang berpusat di pusat bola atau elipsoid, melainkan terletak di
permukaan bidang lengkung bola atau elipsoid dengan sumbu y positip
mengarah ke utara dan sumbu x positip mengarah ke timur.

Beberapa metode perhitungan untuk memecahkan SPG 1 dan SPG 2, antara lain:
a. Metode Soldner, dengan pendekatan segitiga bola dan deret,
b. Metode Legendre, dengan pendekatan deret McLaurin dan persamaan diferensial,
c. Metode Gausz, dengan pendekatan deret McLaurin. Harga awal deretnya ditentukan
di titik tengah garis S,
d. Metode lain-lain, seperti Metode Bessel, Molodensky, Hradilek, Clarke, dan Puissant.

Dalam buku ini, untuk pemecahan SPG1 dan SPG2 hanya akan dibahas metode Soldner,
Legendre, dan Gausz. Metode lainnya tidak dibahas.
5.2. Metode Soldner

Dalam metode ini, sistem koordinat yang digunakan adalah koordinat siku-siku XY
dengan menggunakan pendekatan rumus segitiga bola dan deret. Metode ini digunakan
untuk jarak kurang dari 100 km ( 1o). Bumi dianggap bola dengan jari-jari R. Umumnya
jari-jari bola bumi yang digunakan R = 6.383.252,7 meter
2
Q(X2,Y2)
1
s
P(X1,Y1)

Gambar 5.4 Metode Soldner

(1) Penyelesaian SPG 1:


Diketahui : Koordinat P (X1,Y1), azimut geodesik PQ di titik P = 1,
dan jarak geodesik PQ = S
Hitung : Koordinat Q (X2,Y2) dan azimut PQ di titik Q = 2
Rumus yang digunakan:

U2 V U2
X 2 X1 V - ( X1 ) .................. (5.1)
2R2 6R2

U UV2
Y2 Y1 U X 22 - ............... (5.2)
2R2 6 R2

180 o
2 1 - (2 U X 1 U V ) . ................... (5.3)
2R2

dimana: V = S sin 1, U = S cos 1, R = jari-jari bola

U2 VU 2 U UV 2 180o
Jika k1 = X1 k2 = X2 2 - k3 = (2UX1 UV )
2R2 6R2 2 R2 6 R2 2 R2
maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
X2 = X1 + V k 1 Y2 = Y1 + U + k2 2 = 1 k3

Perhatikan, berdasarkan persamaan tersebut, terlihat bahwa k1, k2, dan k3 adalah koreksi
koordinat dan azimut akibat kelengkungan bidang acuan.
Contoh soal 5.1:
Diketahui : Koordinat P (13.241,985 m; 92.842,212 m).
Azimut PQ = 25o 06 47,32 dan jarak geodesik SPQ = 47.652,297 m
Jari-jari bumi R = 6.383.252,7 meter
Hitung : Koordinat Q (X2,Y2) dan PQ di Q dengan metode Soldner
Jawab:
Dari data di atas diperoleh
S = 47.652,297 m 1 = 25o 06 47,32 R = 6.383.252,7 meter
X1 = 13.241,985 m Y1 = 92.842,212 m

Berdasarkan data dan rumus di atas lakukan perhitungan dengan urutan sebagai berikut:

a. Hitung V = S sin 1 = 47.652,297 m x sin 25o 06 47,32 = 20.223,976 m


b. Hitung U = S cos 1 = 47.652,297 m x cos 25o 06 47,32 = 43.147,795 m

U2 VU2
c. Hitung k1 = X1 = 0,303 + 0,154 = 0,457 m (koreksi absis)
2 R2 6 R2

d. Hitung X2 = X1 + V k1 = 33.465,504 m

U UV 2
e. Hitung k2 = X2 2 - = 0,593 0,072 = 0,521 m (koreksi ordinat)
2 R2 6 R2
f. Hitung Y2 = Y1 + U + k2 = 135.990,528 m

180o
g. Hitung k3 = (2UX1 UV ) = 0o 0 05,1 (koreksi azimut)
2
2R

h. Hitung 2 = 1 k3 = 25o 06 47,32 - 0o 0 05,1 = 25 06 42,22

Jadi, koordinat Q = (33.465,504 m, 135.990,528 m)


dengan azimut PQ di Q = 25 06 42,22

(2) Penyelesaian SPG 2:


Diketahui : Koordinat P (X1,Y1) dan Q (X2,Y2)
Hitung : Jarak geodesik PQ (s), azimut PQ dari P (1) dan dari Q (2)
Rumus yang digunakan:

cos2 0
S S0 1- ( X12 X1X2 X22 ) .. (5.4)
2
3R

Y - Y 3 3 o
1 0 2 1 ( 2 X X ) ( Y2 - Y1) ( X2 - X1 ) 180 ................. (5.5)
1 2
6 R2 6 R2 S2
( X1 X2 ) ( Y2 - Y1) 180o
2 1 - . (5.6)
2 R2

S 0 ( X 2 - X 1 ) 2 ( Y2 - Y1 ) 2 x 2 y 2 . (5.7)

X 2 - X1 x
0 arctan arctan ...... (5.8)
Y2 - Y1 y

untuk menghitung o, perhatikan tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Penentuan Azimut Berdasarkan Kuadran


X Y Kuadran Azimut
positip positip I o
positip negatip II o (negatip) + 180o
negatip negatip III o (positip) + 180o
negatip positip IV o (negatip) + 360o

Dari rumus di atas jika:

cos 2 0
k1 1- ( X 12 X 1X 2 X 2 2 ) (koreksi jarak S0)
2
3R

Y - Y
2 1 ( Y2 - Y1 ) ( X 2 3 - X 13 ) 180 o
k2 (2X 1 X 2 ) (koreksi azimut 1)
6 R 2 6 R2 S2

( X 1 X 2 ) ( Y2 - Y1 ) 180 o
k3 (koreksi azimut 2)
2 R2

maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:


S = S0.k1 1 = o + k2 2 = 1 k3

Contoh soal 5.2:


Diketahui : P (13.241,985 m, 92.842,212 m) dan Q (33.465,504 m, 135.990,528 m)
Jari-jari bumi R = 6.383.252,7 meter
Hitung : S, 1 , 2
Jawab:
Dari data di atas diperoleh:
X1 = 13.241,985 m Y1 = 92.842,212 m X2 = 33.465,504 m Y2 = 135.990,528 m
Berdasarkan data dan rumus di atas lakukan perhitungan dengan urutan sebagai berikut:
a. Hitung X = X2 X1 = 20.223,519 m
b. Hitung Y = Y2 Y1 = 43.148,316 m

c. Hitung S0 X2 Y 2 = 47.652,575 m
X
d. Hitung tan 0 = 0,468697758; karena X positip dan Y positip, sehingga
Y
terletak di kuadran I, maka 0 = 25o 06 44,57

cos 2 0
e. Hitung k 1 1- ( X 12 X 1X 2 X 2 2 ) = 0,99999417
2
3R

Y - Y ( Y - Y1 ) ( X 2 3 - X 13 ) 180 o
f. Hitung k 2 2 1
(2X 1 X 2 ) 2
6 R 2 6 R2 S2

= 0,000762794o = 2.75

( X 1 X 2 ) ( Y2 - Y1 ) 180 o
g. Hitung k 3 = 0.001416964o = 5,10
2
2R
h. Hitung S = S0.k1 = 47.652,297 m (selisihnya dengan S0 hanya 0, 278 m
i. Hitung 1 = o + k2 = 25o 06 44,57 + 0o 0 2,75 = 25o 06 47,32
j. Hitung 2 = 1 k3 = 25o 06 47,32 - 0o 0 5,10 = 25o 06 42,22

Jadi, jarak geodesik PQ = 47.652,297 m


azimut PQ di P = 25 06 47,32
azimut PQ di Q = 25 06 42,22

5.3. Metode Legendre

Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat geodetik (lintang , bujur )
dengan pendekatan deret McLaurin dan persamaan diferensial. Bumi dianggap bola
dengan jari-jari R.

2
1 Q(2, 2)
s
P(1, 1)

Gambar 5.5 Metode Legendre

(1) Menyelesaikan SPG1 :

Diketahui : Koordinat P (1, 1), azimut geodesik PQ di titik P = 1,


dan jarak geodesik PQ = S
Hitung : Koordinat Q (2, 2) dan azimut PQ di titik Q = 2
Rumus yang digunakan:

2 1 l1 U - l 2 V 2 - l3 U V 2 - .... .................... (5.9)

2 1 b1V b 2 UV b 3 U2 V - .... ................. (5.10)

2 1 a1V a2 UV a3 U2 V - .... ................ (5.11)

dimana:

1 t 1 3 t2
l1 l2 l3
R 2 R2 6 R3

1 t 1 3t2
b1 b2 b3
R cos R2 cos 3R3 cos

t 1 2t 2 t(5 t 2 )
a1 a2 a3
R 2R2 6R3
t = tan V = S sin 1 U = S cos 1
R = jari-jari bola bumi Perhitungan berdasarkan 1

Metode ini tidak digunakan untuk menyelesaikan SPG 2.

Contoh soal 5.3:


Diketahui: koordinat P (1 = 11o 23 37, 1 = 116o 08 54), jarak geodesik PQ =
202.356,881 meter, azimut geodesik PQ di titik P (= 1) = 47o 42 31, dan jari-
jari bola R = 6.383.252,7 meter,
Hitung : (a) koordinat Q (2, 2), dan (b) azimut PQ di titik Q.
Jawab :
a. Hitunglah t = tan = 0,201519331
b. Hitunglah V = S sin 1 = 149.689,908
c. Hitunglah U = S cos 1 = 136.166,217
1 t
d. Hitunglah l1 = 1,5666 x 10-07 l2 = 2,47288 x 10-15
R 2
2R

1 3 t2
l3 = 7,18869 x 10-22
3
6R
1 t
e. Hitunglah b1 = 1,59809 x 10-07 b2 = 5,04518 x 10-15
R cos 2
R cos

1 3t2
b3 = 1,46664 x 10-21
3
3R cos
t 1 2t 2
f. Hitunglah a1 = 3,157 x 10-08 a2 = 1,32678 x 10-14
R 2
2R

t(5 t 2 )
a3 = 6,50912 x 10-22
6R3

g. Hitunglah l1 U - l 2 V 2 - l 3 U V 2 = 0.021274188o = 0o 01 16,59

h. Hitunglah 2 1 = 11o 24 53,59

i. Hitunglah b1V b 2 UV b 3 U 2 V = 0.02402874= 0o 01 26,50

j. Hitunglah 2 1 = 116o 10 20,50

k. Hitunglah a 1V a 2 UV a 3 U 2 V = 0.004997952o = 0o 0 17,99

l. Hitunglah 2 1 = 47o 42 48,99

Jadi, koordinat Q = (11o 24 53,59, 116o 10 20,50) dan


azimut PQ di Q = 47o 42 48,99

5.4. Metode Gausz

Pada metode ini sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat geodetik
(lintang , bujur ) dengan pendekatan deret McLaurin. Harga awal deretnya ditentukan
di titik tengah garis S. Metode ini dapat digunakan baik untuk bidang bola maupun bidang
elipsoid.
KU
2
Q
O = titik tengah garis 2
geodesik S 1 O 0
P 1
1 0 2
Gambar 5.6 Metode Gausz

A. Untuk Bidang Bola

(1) Menyelesaikan SPG1


Diketahui : Koordinat P (1, 1), azimut geodesik PQ di titik P = 1,
dan jarak geodesik PQ = S
Hitung : Koordinat Q (2, 2) dan azimut PQ di titik Q = 2
Rumus yang digunakan:

S cos 2 3t 2
{1 (S sin )2 } ................. (5.12)
R 2
24R

S sin t2 1
{1 (S sin )2 - (S cos )2 } .............. (5.13)
2
R cos 24R 24R2

t.S sin 2 t2 2t
{1 (S sin )2 (S cos )2 } .................. (5.14)
R 2 2
24R 24R
dimana
dan = masing-masing adalah azimut dan lintang rata-rata di titik 0
t = tan

Contoh soal 5.4:


Diketahui : Koordinat P (1 = 11o 21 32, 1 = 125o 03 29), azimut geodesik PQ di titik
P = 1 = 28o 06 10, dan jarak geodesik PQ = S = 1.253,456 m.
R = 6.383.252,7
Hitung : Koordinat Q (2, 2) dan azimut PQ di titik Q = 2
Jawab : Prosedur perhitungannya adalah secara iterasi sebagai berikut:
(a) Hitung harga pendekatan;

S cos 1 1 .253 ,456 cos 28 o 06 '10 " 180 o


0 o , 009924519
R 6.383.252, 7
S sin 1 1.253,456 sin 28 o 06'10" 180 o
0 o ,005405701
R cos 1 o
6.383.252,7 cos 11 21'32"
S sin 1 1.253,456 sin 28 o 06'10" 180 o
tan 1 tan 11o 21'32" 0o,001064674
R 6.383.252,7
(b) Hitung harga sementara lintang rata-rata dan azimut rata-rata dengan rumus

1 12 11o 21' 32" 12 (0o , 009924519 ) 11o 21' 49,86"


1 12 28o 06' 10 12 (0o ,001064674 ) 28o 06' 11,91"

(c) Hitung , , dan dengan rumus 5.12, 5.13, dan 5.14

t = tan = 0.200978864

S cos 2 3t 2
{1 (S sin )2 } 0o ,00992447 = 0o 0 35,72
R 2
24R

S sin t2 1
{1 (S sin )2 - (S cos )2 } = 0o,005405888 = 0o 0 19,46
R cos 2 2
24R 24R

t.S sin 2 t2 2t
{1 (S sin )2 (S cos )2 } = 0o.001065169 = 0o 0 03,83
R 2 2
24R 24R
(d) Hitung 2, 2, dan 2 dengan rumus
2 = 1 + = 11o 21 32 + 0o 0 35,72 = 11o 22 07,72
2 = 1 + = 125o 03 29 + 0o 0 19,46 = 125o 03 48,46
2 = 1 + = 28o 06 10 + 0o 0 03,83 = 28o 06 13,83

Inilah hasil iterasi pertama.


(e) Jika anda diminta melakukan iterasi kedua, hitung harga rata-rata lintang dan
azimut dengan rumus
2 2
1 dan 1
2 2
(f) Hitung lagi , , dan dengan rumus 5.12, 5.13, dan 5.14
(g) Hitung 2, 2, dan 2,
(h) Seterusnya lakukan lagi langkah (e), (f), dan (g) sampai hasilnya bernilai tetap, atau
selisihnya kecil sekali.

(2) Menyelesaikan SPG2


Diketahui : Koordinat P (1, 1) dan Q (2, 2)
Hitung : Azimut geodesik PQ di titik P = 1, azimut PQ di titik
Q = 2, dan jarak geodesik PQ = S
Rumus yang digunakan:
2 3t 2
U S cos R (2 - 1) 1 - {( 2 - 1) cos } 2 ............... (5.15)
24

1 1
V S sin R ( 2 - 1) cos 1 - {( 2 - 1) sin } 2 - (2 - 1)2 ............. (5.16)
24 24
V V
tan arctan ................... (5.17)
U U
2 t2 t
( 2 - 1) sin 1 {( 2 - 1) cos } 2 (2 - 1)2 ............. (5.18)
24 12

1 - 1 dan 2 1 ............ (5.19)


2 2

U V
S U2 V 2 .................... (5.20)
cos sin
= lintang rata-rata di titik 0 = (1 + 2)/2
t = tan
Contoh soal 5.5:
Diketahui: koordinat P (18o 18 50, 141o 55 03) dan Q (21o 29 22, 145o 08 45)
Tentukan azimut 1, 2, dan jarak S. Jari-jari bola R = 6.383.252,7 meter.
Jawab:
1 2
a. Hitung lintang rata-rata = = 19o 54 06
2
b. Hitung t = tan = 0,362027847
2 3t 2
c. Hitung U 1 - {( 2 - 1 ) cos } 2 = 0,081168474
24

d. Hitung U R ( 2 - 1 ) U = 1.645.315,296

1 1
e. Hitung V 1 - {( 2 - 1 ) sin } 2 - ( 2 - 1 ) 2 = 0,529506772
24 24
f. Hitung V R ( 2 - 1) cos V = 10.260.022,316

V
g. Hitung arctan = 80,88951395o = 80o 53 22,25
U
2 t2 t
h. Hitung k 1 {( 2 - 1 ) cos } 2 ( 2 - 1 ) 2 = 2,122419846
24 12

i. Hitung ( 2 - 1 ) sin .k = 2,332426813o = 2o 19 56,74

j. Hitung 1 - 21 = 80o 53 22,25 - 21 x 2o 19 56,74 = 79o 43 23,88

k. Hitung 2 1 = 80o 53 22,25 + 21 x 2o 19 56,74 = 82o 03 20,62


2

l. Hitung S U2 V 2 = 10. 391.107,753 meter

Jadi, azimut 1 = 79o 43 23,88, 2 = 82o 03 20,62, dan jarak S = 10. 391.107,753 meter

B. Untuk Bidang Elipsoid

(1) Menyelesaikan SPG1

Diketahui : Koordinat P (1, 1), azimut geodesik PQ di titik P = 1, dan


jarak geodesik PQ = S
Hitung : Koordinat Q (2, 2) dan azimut PQ di titik Q = 2
Rumus yang digunakan:

A
S cos
2 - 1

1 - E{( 2 - 1 ) cos } 2 - F( 2 - 1 ) 2 ........... (5.21)
cos( )
2

B
S sin
cos

1 C{( 2 - 1 ) sin } 2 - D( 2 - 1 ) 2 . ....... (5.22)


( 2 - 1) sin 1 G{( 2 - 1) cos } 2 H( 2 - 1) 2 ........... (5.23)
dimana
1
A B C 2 e'2 cos2
M N 2
24

1 2 - 9 2 t 2 1 - 2 2 2 (1 - t 2 ) 1 2
D E F G
24 2 V 4 24 2 8 2 V 4 12 2

3 8 2
H dan = azimut dan lintang rata-rata di titik 0
24 2 V 4

t = tan v = S sin

Contoh soal 5.6:


Diketahui: Titik P dengan lintang 1 = 5o 11 23,1 U; bujur 1 = 103o 26 04,2 T. Jarak
geodesik PQ, S = 200.000,000 m dan azimut PQ, 1 = 25o 06 47,32
Hitung: Koordinat titik Q (2, 2) dan azimut 2, jika elipsoid yang digunakan GRS-67
dan menggunakan metode Gausz (Metode titik tengah)
Jawab:
(a) Besaran elipsoid GRS-67, a = 6.378.160 meter, e2 = 0,0066947594,
e2 = 0,0067398813
(b) Hitung M dan N (lihat bab III)

a(1 - e2 ) a
M = 6.335.980,341 m N = 6.378.334,694 m
(1 - e2 sin2 )3 1 - e2 sin2

(c) Menghitung besaran pengali (pendekatan):


= 180o/ = 57o, 29577951308232 2 = e2 cos21 = 0,00668473557857
t = tan 1 = 0,09082675427938 v = Ssin 1 = 84.881,432
-6
A = 9,042922552 x 10 B = 8,982874412 x 10-6 C = 1,269239249 x 10-5
D = 2,460209054 x 10-25 E = 1,252270192 x 10-5 F = 4,862959045 x 10-27
G = 2,555447556 x 10-5 H = 7,465991219 x 10-25
(d) Menghitung harga pendekatan
S sin 1
1 B = 0,765617823 = 0o 45 56,224
cos 1

S cos 1
1 A = 1,765403138 = 1o 45 55,451
cos( 1 1 )
2

1 1 sin 1 = 0,069253515 = 0o 04 09,313


(e) Menghitung lintang dan bujur rata-rata sementara
1 12 1 = 6o 04 20,826

1 12 1 = 25o 08 51,976

(f) Menghitung , , dan menurut rumus 5.21, 5.22, dan 5.23, diperoleh:
= 1,764889923675 = 1o 45 53,604
= 0,767770315954 = 0o 46 03,973
= 0,080992824132 = 0o 04 51,574
(g) Menghitung 2, 2, dan 2 hasil iterasi pertama
2 = 1 + = 6o 57 16,704
2 = 1 + = 104o 12 08,173
2 = 1+ = 25o 11 38,894
(h) Untuk menghitung iterasi kedua, di mulai dengan menghitung harga tengah:
= (1 + 2)/2 = 6o 04 19,902
= (1 + 2)/2 = 103o 49 06,187
= (1 + 2)/2 = 25o 09 13,107
(i) Menghitung kembali M dan N dengan harga baru dan hasil hitungan di atas
M = 6.336.171,728m dan N = 6.378.398,916 m
(j) Menghitung kembali besaran pengali dengan harga , dan baru hasil hitungan di
atas
A = 9,042649406 x 10-6 B = 8,982783967 x 10-6 C = 1,269239249 x 10-5
D = 2,444935141 x 10-25 E = 1,252321651 x 10-5 F = 4,804180909 x 10-27
G = 2,555396096 x 10-5 H = 7,420740500 x 10-25
(k) Menghitung kembali , , dan menurut rumus 5.21, 5.22, dan 5.23 berdasarkan
harga baru
= 1,637066017218 = 1o 38 13,438
= 0,767929694140 = 0o 46 04,547
= 0,001417485029 = 0o 00 05,103
(l) Menghitung 2, 2, dan 2 hasil iterasi kedua
2 = 1 + = 6o 49 36,538
2 = 1 + = 104o 12 08,747
2 = 1+ = 25o 06 52,423

Perhitungan iterasi ketiga dan seterusnya dilakukan seperti langkah (h) s.d (l) sampai
didapat harga 2, 2, dan 2 berharga tetap atau perubahannya masuk dalam batas
ambang.

(2) Menyelesaikan SPG2


Diketahui : Koordinat P (1, 1) dan Q (2, 2)
Hitung : Azimut geodesik PQ di titik P = 1, azimut PQ di titik
Q = 2, dan jarak geodesik PQ = S
Rumus yang digunakan:
U S cos V S sin

U
1
A
- 1
( 2 - 1 ) cos( 2
2

) 1 E{( 2 - 1 ) cos } 2 F( 2 - 1 ) 2 ... ..... (5.24)

V
1
B

( 2 - 1 ) cos 1 - C{( 2 - 1 ) sin } 2 D( 2 - 1 ) 2 ................ (5.25)

V
S U2 V 2 tan
U


( 2 - 1 ) sin 1 G{( 2 - 1 ) cos } 2 H( 2 - 1 ) 2 ...... ..... (5.26)
dimana
1
A B C 2 e'2 cos2
M N 2
24

1 2 - 9 2 t 2 1 - 2 2 2 (1 - t 2 ) 1 2
D E F G
24 2 V 4 24 2 8 2 V 4 12 2

3 8 2 2
H 1 t = tan
2 4 2
24 V

Contoh soal 5.7 :


Diketahui: Titik P (lintang 1 = 5o 11 23 LU; bujur 1 = 103o 26 04 BT) dan
Titik Q (lintang 2 = 6o 49 37 LU; bujur 2 = 104o 12 09 BT)
Tentukan: Azimut geodesik PQ di titik P = 1 dan di titik Q = 2, dan
jarak geodesik PQ = S
Jawab:
(a) Besaran elipsoid GRS-67, a = 6.378.160 meter, e2 = 0,0066947594,
e2 = 0,0067398813
2
(b) Hitung lintang rata-rata: 1 = 6o 0 30
2

a(1 - e2 )
(c) Hitung M = 6.336.156,884 m
2 2 3
(1 - e sin )

a
(d) Hitung N = 6.378.393,935 m
1 - e2 sin2

(e) Hitung 2 e'2 cos2 = 0,006666036


(f) Hitung A = 9,04267 x 10-06 B = 8,98279 x 10-06
M N
1 - 1
(g) Hitung harga pendekatan untuk U, Up ( 2 - 1 ) cos( 2 ) = 181.051,099
A 2
1
(h) Hitung harga pendekatan untuk V, Vp ( 2 - 1 ) cos = 85.033,302
B
(i) Hitung t = tan = 0,105251288

1 1 2 - 9 2 t 2
(j) Hitung C = 1,26924 x 10-05 D = 2,44223 x 10-25
2 2 4
24 24 Vp

1 - 2 2 2 (1 - t 2 )
(k) Hitung E = 1,25232 x 10-05 F = 4,80107 x 10-27
2 2 4
24 8 Vp

1 2 3 8 2
(l) Hitung G = 2,5554 x 10-05 H = 7,41243 x 10-25
2 2 4
12 24 Vp

(m) Hitung U
1
A
- 1
( 2 - 1 ) cos( 2
2

) 1 E{( 2 - 1 ) cos } 2 F( 2 - 1 ) 2
= 181.052,422

(n) Hitung V
1
B

( 2 - 1 ) cos 1 - C{( 2 - 1 ) sin } 2 D( 2 - 1 ) 2 = 85,033.295
Inilah iterasi pertama, jika ingin dicari iterasi kedua maka:

1 2 - 9 2 t 2
(o) Hitung D = 2,44223 x 10-25
2 4
24 V

2 (1 - t 2 )
(p) Hitung F = 4,80107 x 10-27
2 4
8 V

3 8 2
(q) Hitung H = 7,41243 x 10-25
2 4
24 Vp
Karena hasil D, F, dan H pada iterasi kedua sama dengan hasil D, F dan H pada iterasi
pertama, maka perhitungan iterasi kedua tidak dilanjutkan.
Jadi, U = 181.052,422 dan V = 85,033.295

(r) Hitung S U2 V 2 = 200.026,600 meter

V
(s) Hitung arctan = 25,15762228 = 25o 09 27
U

(t) Hitung
( 2 - 1 ) sin 1 G{( 2 - 1 ) cos } 2 H( 2 - 1 ) 2
=0.080395962o = 0o 04 49
1
(u) Hitung 1 = 25o 09 27 - 0o 02 25 = 25o 07 02
2
1
(v) Hitung 2 = 25o 09 27 + 0o 02 25 = 25o 11 52
2
Jadi, azimut geodesik PQ di titik P = 1 = 25o 07 02 dan di titik Q = 2 = 25o 11 52,
dan jarak geodesik PQ = S = 200.026,600 meter

5.5. Evaluasi

1. Koordinat P(23.569,437 m; 88.621,043 m). Azimut geodesik PQ = 57o 55 22,3 dan


jarak geodesik Spq = 123.753,219 m. Hitung (a) koordinat titik Q(Xq, Yq) dan (b) azimut
PQ di titik Q. Bumi dianggap bola dengan jari-jari R = 6.383.252,7 meter.
2. Jika koordinat P(30.583,773 m; 93.651,978 m) dan koordinat Q(44.338,690 m;
119.668,396 m), Bumi dianggap bola dengan jari-jari R = 6.383.252,7 meter. Hitung
(a) jarak geodesik PQ, (b) azimut PQ dari titik P, dan (c) azimut PQ dari titik Q.
3. Jika koordinat P (1 = 7o 11 07 LU, 1 = 114o 26 37 BT), jarak geodesik PQ =
214.093,649 meter, azimut geodesik PQ di titik P = 1 = 32o 27 19, dan jari-jari bola
R = 6.383.252,7 meter, hitung (a) koordinat Q (2, 2), dan (b) azimut PQ di titik Q.
4. Koordinat P(21o 15 27,07 LU, 121o 35 32,88 BT). Azimut geodesik 1 = 23o 14 51,5
dan jarak geodesik S = 275.433,021 m. Hitung (a) koordinat titik Q (2, 2) dan (b)
azimut 2. Jari-jari bola R = 6.383.252,7 meter.
5. Koordinat P(18o 18 50,47, 141o 55 03,46) dan Q(21o 29 22,34, 145o 08 45,56).
Tentukan azimut 1, 2, dan jarak S. Jari-jari bola R = 6.383.252,7 meter.
6. Koordinat P(18o 18 50,47, 141o 55 03,46). Azimut geodesik 1 = 45o 2148,5 dan
jarak geodesik S = 36.982,446 m. Hitung (a) koordinat titik Q (2, 2) dan (b) azimut
2. Elipsoid GRS-67.
7. Koordinat P(18o 18 50,47, 141o 55 03,46) dan Q(21o 29 22,34, 145o 08 45,56).
Tentukan azimut 1, 2, dan jarak S. Bumi dianggap elipsoid GRS-67.
Sumber Pustaka:

1. Bock, Y. 1996. Reference System, GPS for Geodesy, Lecture Notes in Earth
Sciences, A. Kleusberg and P.J.G. Teunissen (eds.), Springer Verlag Berlin
Heidelberg, Germany
2. Defense Mapping Agency. 1993. World Geodetic System 1984: Its Definition and
Relationships with Local Geodetic Systems, Technical Report, Second Edition, The
Department of Defence, United States of America
3. Hofmann, B., Wellenhof, H. Lichtenegger, and J. Collins. 1992. GPS : Theory and
Practice, Springer Verlag Wien, Austria
4. Priyanto, E., 2002, Kerangka Kontrol Geodesi untuk Survei dan Pemetaan, Bimbingan
Teknis Peta Daerah, Direktorat Perbatasan, Dirjen Pemerintahan Umum, Dept. Dalam
Negeri, Jakarta, 23 26 Juli 2002
5. Purworaharjo, Umaryono. 1986. Hitung Proyeksi Geodesi I, Diktat Kuliah, Jurusan
Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung
6. Wongsotjitro, Soetomo. 1981. Ilmu Geodesi Tinggi 1, Edisi pertama, Penerbit Yayasan
Kanisius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai