Kerangka teoretis dibuat setelah kita melakukan wawancara, menyelesaikan survei literatur, dan mendefinisikan masalah. Sekaran (2010) berpendapat, Kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Teori tersebut mengalir secara logis dari dokumen penelitian sebelumnya dalam bidang masalah. Singkatnya, kerangka teoretis membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi yang sedang diteliti. Sekaran (2010) juga mengatakan, kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antar variabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan di indentifikas melaui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Dari kerangka teoretis bisa disusun hipotesis yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori yang dirumuskan valid atau tidak. Hubungan yang dihipotesiskan tersebut kemudian dapat diuji dengan analisis statistik yang tepat. Jadi seluruh penelitian bergantung pada dasar kerangka teoretis. Bahkan jika hipotesis yang dapat diuji tidak perlu disusun (seperti dalam sejumlah proyek penelitian terapan, penyusunan kerangka teoretis yang baik adalah hal utama untuk mendalami masalah yang sedang diteliti. Karena kerangka teoretis memberikan dasar konseptual bagi penelitian, dan karena kerangka teoretis tidak lain adalah mengidentifikasi jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apa pun, sangat penting untuk memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada. B. Variabel Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Contoh variabel adalah unit produksi, absensi, dan motivasi. Menurut Sekaran (2010) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel sebagai berikut: 1. Variabel Terikat (dependent variable) Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. 2. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel bebas. 3. Varibel Moderator (Moderating Variable) Variabel moderator (moderating variable) adalah variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent effect) yang kuat dengan hubungan variable terikat dan variabel bebas. Yaitu, kehadiran variabel ketiga (variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan terikat. 4. Variabel Antara (Intervening Variable) Variabel antara (intervening variable) adalah variabel yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja memengaruhi variabel terikat, dan waktu pengaruh variabel bebas terasa pada variabel terikat. Dengan demikian, terdapat kualitas temporal atau dimensi waktu pada variabel antara. Variabel antara, mengemukakakan sebagai sebuah fungsi variabel bebas yang berlaku dalam situasi apa pun, serta membantu mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. C. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka teoretis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antarvariabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Hubungan antara survei literatur dan kerangka teoretis adalah bahwa yang pertama menyediakan fondasi yang kuat untuk menyusun yang terakhir. Survei literatur mengidentifikasi variabel yang mungkin penting, sebagaimana ditentukan oleh temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut sebagai tambahan untuk hubungan logis lainnya yang dapat dikonsepkan, membentuk dasar untuk model teoretis. D. Komponen Kerangka Teoretis Kerangka teoretis yang baik mengidentifikasi dan menamakan variabel-variabel penting dalam situasi yang relevan dengan definisi masalah. Kerangka teoretis secara logis menjelaskan sangkut-paut antarvariabel tersebut. Berikut merupakan hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka teoretis: 1. Variabel yang relevan untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan. 2. Pembahasan harus menjelaskan kaitan antara dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk hubungan penting yang diteorikan berlaku diantara variabel. 3. Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai hubungan positif atau negatif. 4. Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan hungan tersebut berlaku. Argumen bisa ditarik dari temuan penelitian sebelumnya. 5. Terdapat diagram skematis kerangka teoritis untuk mempermudah pembaca memahami. E. Penyusunan Hipotesis Setelah mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi dan menetapkan hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoretis, kemudian kita akan melakukan penyususan hipotesis. Hipotesis digunakan untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Menurut Sekaran (2010) Penyusunan adalah merumuskan pernyataan yang dapat diuji semacam hasil pengujian yang memberikan beberapa solusi mengenai apa yang dapat dirubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Sedangkan hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pemyataan yang dapat diuji. F. Pernyataan Hipotesis: Pernyataan Jika-Maka (if then-statement) Seperti yang disebutkan sebelumnya, hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok (atau antara beberapa kelompok) yang terikat dengan variabel. Menguji apakah perbedaan tersebut eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun dalam bentuk pernyatan Jika-maka. Sekaran (2010) menjelaskan jenis-jenis hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis direksional dan Nondireksional - Hipotesis direksional Direksional menggunakan hubungan antara dua variabel atau mebandingkan dua kelompok seperti istilah positif, negatif, lebih dari dan kurang dari. - Hipotesis Nondireksional Nondireksional, hipotesis yang menerangkan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan petunjuk mengenai arah dari hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain, hubungan yang signifikan diantara dua variabel belum tentu dikatakan hubungan tersebut akan positif atau negatif. 2. Hipotesis Nol dan Alternatif - Hipotesi Nol menyatakan bahwa hubungan populasi antara dua variabel adalah sama dengan nol, secara umum pernyataan nol dikatakan sebagai tidak ada hubungan antara dua variabel. - Hipotesis Alternatif menyatakan bahwa hubungan populasi antara dua variabel memiliki hubungan. G. Pengujian Hipotesis dengan Penelitian Kualitatif: Analisis Kasus Negatif Sekaran (2010) berpendapat bahwa hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatif. Seorang peneliti membuat kerangka teoretis bahwa perilaku tidak etis seorang akuntan merupakan fungsi dari ketidakmampuan mereka untuk membedakan antara benar atau salah, atau karena kebutuhan mendesak akan uang yang lebih banyak, atau ketidakacuhan perusahaan terhadap perilaku semacam itu. Untuk menguji hipotesis bahwa ketiga faktor tesebut merupakan penyebab utama yang memengaruhi perilaku tidak etis, peneliti akan mencari data yang menyangkal hipotesis. Bahwa jika suatu kasus tunggal tidak mendukung hipotesis, teori tersebut harus direvisi. Katakanlah bahwa peneliti menemukan satu kasus di mana seorang akuntan dengan sengaja melakukan perilaku tidak etis dengan memanipulasi data keuangan (meskipun faktanya ia cukup mampu membedakan benar dari salah, tidak membutuhkan uang dan mengetahui bahwa perusahaan tidak akan membiarkan perilakunya), hanya karena ia ingin kembali ke sistem yang tidak akan menerima sarannya. Penemuan baru ini melalui penolakan atas hipotesis semula, disebut sebagai metode kasus negatif (negative case method), memungkinkan peneliti untuk merevisi teori dan hipotesis hingga waktu ketika teori tersebut menjadi kukuh. H. Keuntungan Manajerial Sekaran (2010) mengatakan bahwa ketika manajer merasakan masalah, ke pengumpulan data awal (termasuk survei literatur), ke penyusunan kerangka teoritis berdasarkan survei literatur dan dipandu oleh pengalaman dan intuisi, serta ke perumusan hipotesis untuk diuji. Setelah masalah didefinisikan, pengertian yang baik mengenai keempat jenis variabel yang berbeda memperluas pemahaman manajer, Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan manajer untuk menjadi hakim cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh konsultan. Jika pengetahuan tersebut tidak dimiliki, banyak temuan penelitian tidak akan terlalu berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan memunculkan kebingungan.