Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengapa komunikasi penting dalam suatu organisasi ? Pertanyaan ini kerap dilontarkan
oleh mereka yang memperhatikan terhadap kajian fenomena komunkai maupun mereka yang tertarik
pada gejala gejala keorganisasian. Dalam kenyataan masalah komunikasi senantiasa muncul dalam
proses pengorganisasian. Komunikasi mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang
berdampak kepada membangun budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat
organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah : Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan
pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan kha layak yang ada kaitannya dengan
organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy,1989).
Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia
harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga
harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers (1969) mengatakan Leadership is
Communication. Kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin
dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir
gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi
bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah
hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi
Proses Komunikasi yang efektif memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi
dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi
dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai.
Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan
komunikasi dengan pihak lain

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan.
Permasalahan tsb antara lain :
1. Apakah pengertian komunikasi dan pengaruhnya di dalam organisasi?
2. Apa saja Dimensi-Dimensi proses Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi?
3. Bagaimana memahami komunikasi dalam organisasi melalui gaya komunikasi?
4. Apa saja yang menjadi pengahambat komunikasi dalam organisasi?
5. Bagaimana model komunikasi dalam organisasi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui teori pengertian komunikasi di dalam organisasi
2. Untuk mengetahui Dimensi-Dimensi proses Komunikasi
3. Untuk mengetahui strategi penyelesaian konflik yang di lakukan dalam organisasi

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai komunikasi dalam organisasi
2. Dapat digunakan untuk memenuhi tugas komunikasi bagi penulis

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi.
Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya
bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Istilah organisasi berasal dari
bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama
lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang
menamakannya sarana. Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.

2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi.
3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik

2.3 Dimensi-Dimensi proses Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi


1. Komunikasi internal.
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi
yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan,
antara sesama bawahan. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder
(menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya.
Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan.
b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada
karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di
dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran
pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari
beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan
kerja.
2. Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di
luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan
masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada

3
hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,
setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah
organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur;
leaflet; poster; konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi

2.4 Model Komunikasi dalam Organisasi


Model komunikasi yang paling sederhana adalah terdiri tiga bagian penting yaitu :
1.Pengirim
2.Pesan
3.Penerima
Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak
dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang
menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi.
Model komunikasi yang terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :
1. Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang
2. diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-simbol, kemudian
3. disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima
4. penerima menangkap symbol-simbol dan
5. diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan
6. mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim.
Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang dikirim, susunan yang digunakan,
dan saluran mana yang akan digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam
berbagai bentuk simbo-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti
kata-kata percakapan atau tulisan, angka, berakan dsb.
Langkah ketiga sumber mengirimkan pesan melalui berbagai saluran komunikasi lisan. Manfaat
komunikasi lisan, antar pribadi adalah kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan penerima,
memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara, dll) disampaikannya pesan
secara tepat, dan memungkinkan umpan bali diproleh. Sedangkan komunikasi terulis dapat
disampaikan melalui media seperti :memo, surat, laporan, catatan, bulletin, surat kabar dsb.
Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan atau dokumen untuk kepenting
masa mendatang.
Langkah keempat adalah penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya penerima menerima
pesan melalu panca indera mereka.. banyak pesan penting yang tidak diterima oleh seseorang karena
mereka tidak menerima pesan karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat.
Langkah kelima adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami symbol-simbol yang dipergunakan
oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan,
lingkungan, praduga dan gangguan disekitarnya. Dalam komunikasi dua arah antara pimpinan dan
stafnya (atasan dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi menjadi factor penentu
berhasil tidaknya orang lain memahami ide, gagasan yang ia sampaikan.
Langkah terakhir adalah umpan balik. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima
memberikan respon, jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir.
Inilah yang disebut bahwak komunikasi yang efektif itu akan menimbulkan interaksi yang baik pula
dalam melaksanakan tujuan organisasi.

4
2.4 Cara Cara Penyelesaian Konflik Dalam Kelompok
Strategi Pemecahan Konflik

Konflik merupakan aspek yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan organisasi. Dean Tjosvold, dari
Lingnan University Hong Kong menulis bahwa perubahan melahirkan konflik, konflik melahirkan
perubahan dan menantang kita untuk melakukan yang lebih baik dalam menghadapi perspektif
global yang wajar tersebut.

Konflik pada hakikatnya sebagai suatu gejala yang wajar terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan
kehadiran konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan tak perlu dihindari, karena
konflik merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan suatu
organisasi.

Kepala sekolah sebagai seorang manajer di sekolah jika kita bicara tentang organisasi sekolah dalam
menyikapi konflik yang ada, bukannya menghindari tetapi dituntut untuk dapat mengatasinya melalui
manajemen sebagai alat untuk mencapai tujuan dari satuan pendidikan tersebut. Sehingga kepala
sekolah tidak boleh membiarkan begitu saja konflik yang ada, tetapi ia harus menghadapinya melalui
manajemen konflik yang merupakan tataran maajemen baru yang dapat mendinamisasikan organisasi
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Belajar memecahkan atau menangani konflik merupakan investasi yang penting dalam meningkatkan
cara kita, keluarga dan anggota organisasi dalam beradaptasi serta mengambil keuntungan dari
perubahan. Mengelola konflik dengan baik tidak menyelamatkan kita dari perubahan, tidak juga
berarti bahwa kita akan selalu keluar sebagai pemenang atau mendapatkan semua yang kita inginkan.
Namun, manajemen konflik yang efektif membantu kita tetap berhubungan dengan pengembangan-
pengembangan baru dan menciptakan solusi yang tepat untuk ancaman dan kesempatan baru.

Konflik (conflict) merupakan suatu proses di mana satu kelompok menganggap bahwa
kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh kelompok lainnya. Konflik dapat
menguat atau melemah dari waktu ke waktu. Proses konflik yang terbuka dalam satu konteks, dan
kapanpun konflik terjadi, menguat atau tidak, pihak yang berkonflik ataupun pihak ketiga dapat
berusaha memecahkan dan menangani konflik dengan beberapa cara. Sebagai konsekuensinya, para
manajer pada saat ini dan masa depan perlu memahami dinamika konflik dan tahu cara penyelesaian
atau penanganannya secara efektif.

Strategi yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu konflik yang ada di organisasi atau kelompok
dapat dilakukan melalui :

1. Metode Dialektik

Metode dialektik adalah strategi memecahkan konflik dengan mengembangkan debat dari pandangan
yang berlawanan untuk memahami masalah dengan lebih baik. Metode dialektik merupakan praktik
menghargai waktu yang menyarankan para manajer untuk mengembangkan debat yang terstruktur
dari pandangan yangberlawanan untuk membuat suatu keputusan.

2. Berintegrasi (Menyelesaikan Masalah)

Pada strategi menyelesaikan masalah ini, pihak-pihak yang terkait mengkonfrontasi permasalahan dan
mengidentifikasi masalah secara kooperatif, menghasilkan dan menimbang solusi-solusi alternatif.
Berintegrasi tepat untuk menyelesaikan konflik-konflik yang berakar di sistem nilai yang berlawanan.

5
Kekuatan utamanya yaitu memiliki efek yang lebih lama karena berhubungan dengan masalah pokok
daripada hanya dengan gejala-gejala. Kelemahan pokoknya yaitu membutuhkan banyak waktu.

3. Akomodasi (Smoothing)

Seseorang yang kooperatif mengabaikan urusannya sendiri untuk memuaskan urusan pihak lain.
Akomodasi atau sering disebut dengan smoothing, mengecilkan perbedaan dan menekankan
kesamaan. Mengakomodasi mungkin menjadi strategi pemecahan atau penanganan konflik yang tepat
ketika memungkinkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian. Namun, strategi ini tidak tepat
untuk masalah yang kompleks atau masalah yang memburuk. Kekuatan pokoknya, yaitu menciptakan
kerjasama. Kelemahan pokoknya adalah penyelesaian sementara yang gagal mengkonfrontasi
permasalahan pokok.

4. Mendominasi (Memaksa)

Perhatian yang besar untuk diri sendiri dan perhatian yang rendah untuk orang lain, menerapkan taktik
Saya menang, Anda kalah. Kebutuhan pihak lain diabaikan. Strategi ini sering disebut
memaksa (forcing) karena berdasarkan pada otoritas formal untuk memaksa pemenuhannya.
Kekuatan pokok dari dominasi ini terletak pada kecepatan dan kelemahannya adalah sering memicu
dendam.

5. Menghindari

Strategi ini melibatkan penarikan yang pasif dari masalah atau penindasan yang aktif terhadap isu.
Penghindaran dapat diterapkan untuk masalah-masalah yang tidak penting atau ketika harga
konfrontasi melebihi keuntungan dari meyelesaikan masalah. Menghindari tepat untuk masalah yang
memburuk atau masalah sulit. Kekuatan utama dari strategi ini yaitu memakan waktu pada situasi
yang terbuka ataupun ambigu. Kelemahan utamanya yaitu penyelesaian sementara yang
mengesampingkan permasalahan inti.

6. Kompromi

Berkompromi merupakan strategi atau pendekatan memberi dan menerima yang melibatkan perhatian
cukup untuk diri sendiri dan orang lain. Mengkompromikan dapat dilakukan ketika pihak-pihak yang
berkonflik memiliki tujuan berlawanan atau memiliki kekuatan yang seimbang. Namun, kompromi
tidak tepat ketika penerapannya yang berlebihan dapat mendorong tindakan yang inkonklusif
(misalnya kegagalan untuk memenuhi tenggat waktu yang penting). Kekuatan intinya, yaitu taktik ini
tidak memiliki pihak yang kalah, tetapi hanya menyelesaikan masalah sementara yang dapat
melemahkan pemecahan masalah kreatif.

7. Negosiasi

Menurut definisi secara formal, negosiasi (negotiation)merupakan proses pengambilan keputusan


yang memiliki proses memberi dan menerima, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang
memiliki preferensi berbeda. Pengertian negosiasi lain diberikan oleh McShane dan Von Glinow
sebagai proses dimana dua atau lebih pihak yang konflik berusaha menyelesaikan perbedaan tujuan
mereka dengan mendefinisikan kembali bentuk saling ketergantungan mereka. Contoh-contoh umum
termasuk negosiasi antara para penyuplai barang dengan para penjual eceran mengenai harga, jadwal
pengiriman dan masalah-masalah kredit. Tim yang bekerja dengan mengelola diri sendiri, yang
memiliki ikatan tugas yang tumpang tindih juga perlu mengandalkan kesepakatan yang

6
dinegosiasikan. Negosiasi memerlukan adanya dua pihak dengan kepentingan berbeda atau
berlawanan datang bersama memuaskan kesepakatan.

Dalam memecahkan konflik yang ada, seorang pemimpin dapat pula melakukan langkah-langkah atau
strategi penyelesaian konflik sebagai berikut :

1. Mengakui Adanya Konflik

Langkah yang menjadi langkah awal memecahkan dan menyelesaikan konflik, sebab jika pemimpin
tidak mengakui adanya suatu konflik maka masalah tidak akan bisa terpecahkan. Kelompok yang
dinamis akan membahas konflik secara dini sehingga tidak merupakan penghalang bagi keberhasilan
organisasi. Kearifan dari semua pihak, yaitu pemimpin dan para anggota, sangat diperlukan dalam hal
ini.

2. Mengidentifikasi Konflik yang Sebenarnya

Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut sebagai identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat
diperlukan dan memerlukan keahlian khusus. Sebab konflik dapat muncul dari akar masalah dan juga
karena masalah emosi. Sehingga perlu memilah antara masalah inti dengan masalah emosional.
Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu konflik (misalnya ketidaksepakatan adanya tugas)
sedangkan isu emosional merupakan masalah yang akan memperumit masalah tersebut. Misalnya
salah satu anggota mendapat tugas yang penting (masalah inti) dan menyebabkan orang lain merasa
tersinggung (masalah emosional). Untuk hal ini maka hendaknya pemimpin mengatasi masalah yang
inti terlebih dahulu.

3. Mendengar Semua Pendapat

Pemimpin melakukan kegiatan sumbang saran dengan melibatkan para anggota yang terlibat konflik
untuk mengungkapkan pendapatnya dan perlu dihindari pendapat benar atau salah. Artinya pemimpin
menghindari mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi ia harus menemukan mana pendapat yang
terbaik jika dipandang dari sisi positif.

4. Mengkaji Cara Menyelesaikan Konflik

Pada kegiatan ini, diskusi terbuka sangat diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka bisa memperluas
informasi dan alternatif serta bisa mengarahkan pada rasa percaya dan hubungan yang sehat diantara
anggota yang terlibat. Pada kelompok yang efektif tidak seluruh anggota kelompok menyukai satu
sama lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sama secara efektif.

5. Kesepakatan Tanggung Jawab Menemukan Solusi

Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu pemimpin harus mendorong para
anggota untuk bekerjasama memecahkan permasalahan secara jitu dan membuat semua anggota
kelompok senang terhadap solusi yang dihasilkan. Sehingga solusi harus diusahakan secara bersama-
sama oleh pemimpin dan para anggota.

6. Menjadwal Sesi Tindak Lanjut Mengkaji Solusi

Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan komitmen sangat dihargai oleh para anggota.
Sehingga mengkaji solusi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keefektifan solusi yang telah
diberikan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Henry Mintzberg seorang
profesor manajemen pada McGill University di Montreal-Kanada, menyatakan wewenang formal
seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan yang mempengaruhi bwahannya: peranan
antar personal; peranan informasi; dan peranan memutuskan.
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi
yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan,
antara sesama bawahan. Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Ada banyak cara dalam menyelesaikan konfllik dalam
organisasi yaitu : Metode Dialektik, Berintegrasi (Menyelesaikan Masalah), Akomodasi (Smoothing),
Mendominasi (Memaksa), Menghindari, Kompromi, Negosiasi

3.2 Saran

Komunikasi merupakan alat terpenting dalam berorganisasi, Karena tanpa adanya komunikasi,
organisasi tidak akan berjalan dengan maksimal. Jadi disarankan dalam sebuah organisasi harus
dibarengi dengan komunikasi yang baik agar tercapai sebuah organisasi yang baik

8
DAFTAR PUSTAKA

http://resturamadhandream.blogspot.co.id/2012/12/pentingnya-komunikasi-dalam-sebuah.html
http://alvitaprima.blogspot.co.id/2013/05/makalah-komunikasi-dalam-organisasi_23.html
file:///F:/jurnal%20komunikasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai