SISTEM PERKEMIHAN
DISUSUN OLEH
010115A047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNGARAN
2017
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
A. Pengertian
Sistem perkemihan adalah merupakan sistem yang penting untuk
membuang sisa-sisa metabolisma makanan yang dihasilkan oleh tubuh
terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan
produk sisanya. Sampah metabolisma ini dikeluarkan (disekresikan) oleh
ginjal dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun melewati ureter
menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara
periodik akan dikeluarkan melalui uretra.
4. Uretra
Sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke lubang
luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran
yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut
otot lingkar, yang membentuk sfingter uretra. Pada wanita panjang
uretra adalah 2,5 sampai 3,5 cm, pada pria 17 sampai 22,5 cm.
Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urin. Karena dibuat di dalam,
urine mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih. Keinginan
membuang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam
kandung kemih, dan tekanan ini disebabkan isi urine di dalamnya. Hal
ini terjadi bial telah tertimbun 170 sampai 230 ml. Mikturisi adalah
gerak refleks yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat
persyarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya ditimbulkan
kontaksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga
abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya.
5. Gangguan berkemih
a. Retensi Urine
Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat
terjadi secara akut maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih
berhenti secara mendadak di mana pasien tiba-tiba tidak bisa
berkemih. Dalam keadaan kronik, retensi urine terjadi akibat adanya
obstruksi yang terusmenerus pada uretra.
Penyebab gangguan ini adalah:
pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.
pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur.
pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi
prostat, fimosis.
b. Inkontinensi Urine
Inkontinensia urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus
menerus. Penyebab gangguan ini adalah trauma sfingter, gangguan
neurogenik dari saluran urinaria bagian bawah, adanya fistula karena
operasi, kongenital fistula, ektopik uretral orifisium.
6. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang
dimulai dari saluran kemih bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini
dapat mengenai baik parenkirn maupun pelvis ginjal.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten
terhadap obat antibiotik, atau obstruksi ureter yang mengakibatkan
hidronefrosis.
Patofisiologi. Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari
saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Sedangkan gangguan kronik terjadi bila infeksi dapat
terjadi karena adanya bakteri tetapi dapat juga karena faktor lain, seperti
obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal
secara parmanen dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.
Pielonefritis akut Bering juga ditemukan pada perempuan hamil
biasanya diawali dengan hidroureter dan hidronefritis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar. Tanda dan gejala pielonefritis akut
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada daerah ginjal, pangs tinggi dan
terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa nyeri, dan
dalam urine ditemukan adanya leukosit dan bakteri.
Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak
minum dan tempi antibiotika.
Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala
gangguan ini ditunjukkan dengan adanya serangan pielonefritis akut yang
berulang-ulang darn kesehatan pasien semakin menurun pada akhirnya
pasien mengalami gagal ginjal.
Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah
dengan IVP, sistoskopi, kultur urine, atau biopsi ginjal.
Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi
berlangsung terns, dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini
meliputi hipertensi, pembentukan batu dan kegagalan ginjal. Sehingga
perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan perawatan serta
pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah
(ureteritis, sistitis. uretritis).
Kultur urine adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan
kultur dengan cara pengambilan urine tengah (mid-stream). Tujuan
pemeriksaan ini untuk mengathui infeksi saluran kemih.
Biopsi ginjal adalah mengambil sedikit jaringahginjal Tujuan
tindakan ini untuk nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan
ginjal. Indikasi tindakan inik untuk pasien dengan penyakit ginjal seperti
sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.
7. Ureteritis
Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi
karena adanya infeksi baik pada ginjal maupun kandung kemih.
Patofisiologi. Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya
menjadi sistitis (akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari
ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding
ureter, menyebabkan striktur dan hidronefrosis, selanjutnya ginjal menjadi
rusak, juga mengganggu peristaltik ureter.
8. Sistitis
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui.
Infeksi ini terjadi karena E. coli (banyak ditemukan pada perempuan),
infeksi ginjal, dan hipertrofi prostat karena adanya urine sisa.
Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya
penyakit atau gangguan antara lain batu buli-buli, divertikal buli-
buli, hipertrofi prostat, atau striktura uretra. Sistitis sekunder adalah gejala
sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem lain.
Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi
miksi, baik diurnal maupun noktural. Disuri karena epitelium yang
meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah suprapubis atau perineal.
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan spesimen (bahan) urine
porsi tengah (midstream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi pada buli-
buli mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh dengan sendirinya
bila tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan dengan
pemberian antibiotika, antiepamodik, tranquilizer, robordatia dan banyak
minum untuk melarutkan bakteri.
Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius
bagian atas, adanya sisa urine, stenosis dari traktus urinarius bagian
bawah, pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna, adanya faktor
predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan sistitis akut tetapi
berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan
diagnostik pada pasien perlu dilakukan NP dan sistoskopi. Tindakan
penanggulangan dengan banyak minum untuk melarutkan bakteri,
pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan larutan antiseptik
ringan. Pencegahan sistitis khususnya untuk perempuan, dengan
menggunakan celana dalam yang selalu berada dalam keadaan kering,
bilas alat genital dari arah depan ke belakang.