Skripsi Gabungan Sri
Skripsi Gabungan Sri
Oleh:
SKRIPSI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria atas
segala berkat dan karunia-Nya, penulis telah menyelesaikan penelitian dan
sekaligus menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Waktu Alir Terhadap
Efektifitas dan Selektifitas Adsorben Hibrid Silika Kitosan Pada Simultan Ion
Logam Ni(II) dan Cd(II) dengan Metode Ekstraksi Fase Padat (EFP).
Halaman
Lembaran Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Lata
r belakang 1
1.2. Bata
san masalah 5
1.3. Rum
usan masalah 5
1.4. Tuju
an penelitian 6
1.5. Man
faat penelitian 6
2.1. Kitosan 7
2.1.1.2Sifat Kimia 9
2.1.2Modifikasi Kitosan 10
2.1.3 Standard Penggunaan Kitosan 11
2.1.4Bentuk-Bentuk Kitosan 11
2.4.1.1Efek Toksik 19
2.4.2Nikel (Ni) 19
2.5. Adsorpsi 20
2.9 Hipotesis 30
36
5.1. Kesimpulan 44
5.2. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 46
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Gambar 4.3. Pengaruh waktu alir pada proses adsorpsi ion logam 41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
PENDAHULUAN
Logam berat adalah senyawa kimia yang berupa logam dengan berat molekul
yang tinggi dan memiliki sifat beracun.Upaya penangan limbah yang mengandung
logam berat terus dilakukan, salah satunya adalah dengan metoda adsorpsi.
Keberadaannya di air atau air limbah dengan konsentrasi melebihi ambang batas
dapat memberikan dampak negatif bagi siklus biologi yang normal di lingkungan
dampak negatif yang langsung dirasakan oleh manusia antara lain gangguan
kesehatan dan keracunan seperti gangguan fungsi syaraf, perubahan komposisi
darah, kelainan pada jantung, paru-paru dan sebagainya. Logam berbeda dengan
polutan berbahaya lainnya karena logam bersifat tidak terdegradasi, dapat
terakumulasi pada jaringan hidup, dan terkonsentrasi pada rantai makanan
Peningkatan pH sistem tentu saja dapat mengubah sifat asam basa permukaan
yang berarti juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan atau selektifitas pengikatan
ion logam (Endang Widjajanti, 2003: 51).Kitosan memiliki ketahanan fisik
terhadap asam masih kurang baik, oleh karena itu dilakukan modifikasi kitosan
dengan penambahan silika agar ketahanan fisik terhadap asam menjadi lebih baik
dan kemampuan adsorpsi terhadap logam berat tetap besar.
Silika gel merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan dalam
proses adsorpsi. Hal ini disebabkan oleh mudahnya silika diproduksi dan sifat
permukaan (struktur geometri pori dan sifat kimia pada permukaan) yang dapat
dengan mudah dimodifikasi (Fahmiati, 2004). Kelemahan penggunaan silika
gel adalah rendahnya efektivitas dan selektivitas permukaan dalam berinteraksi
dengan ion logam berat sehingga silika gel tidak mampu berfungsi sebagai
adsorben yang efektif untuk ion logam berat. Hal ini terjadi karena situs aktif yang
ada hanya berupa gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si). Akan tetapi
kekurangan ini dapat diatasi dengan memodifikasi permukaan dengan
menggunakan situs aktif yang sesuai untuk mengadsorpsi ion logam berat yang
dikehendaki.
Salah satu teknik yang banyak dikembangkan adalah prinsip ekstraksi fasa
padat (solid phase extraction) dengan menggunakan adsorben tertentu karena
tidak membutuhkan pelarut yang berbahaya. Metode ini berdasarkan pada
interaksi logam dengan gugus fungsional yang ada dipermukaan adsorben,
umumnya yang mengandung gugus fungsional -OH, -NH, -SH, dan COOH.
Beberapa kelebihan ekstraksi fase padat adalah proses ekstraksi lebih sempurna,
pemisahan analit dari penggangu yang mungkin ada menjadi lebih efisien,
mengurangi pelarut organik yang digunakan(ramah lingkungan).Gao et al (2002),
telah mengkaji sifat penyerapan ion logam dengan menggunakan kitosan manik
dan dimasukkan kedalam kolom mini melalui ekstraksi fasa padat.
Proses ekstraksi pelarut merupakan metode yang sangat baik untuk pemisahan
secara selektif dan konsentrasi ion logam dari larutan kompleks. Hal ini
disebabkan adanya ligan dalam jumlah yang besar, yang dapat digunakan sebagai
bahan pengekstrak. Proses ini memerlukan campuran fasa pada permukaan yang
sesuai untuk memperoleh ekstraksi yang baik. Oleh sebab itu diperlukan bahan
alternatif yang ramah lingkungan sebagai bahan pengekstrak fasa padat yang
selektif.
Hibrid Kitosan Silika yang sudah disintesis akan diuji daya adsorpsinya pada
larutan logam yang telah diatur kadar logamnya. Efektifitas hibrid kitosan silika
dalam mengikat logam berat dipengaruhi oleh ukuran partikel, pH larutan,
konsentrasi ion logam dalam larutan, reaksi, temperature dan waktu kontak yang
digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
Karena adanya gugus amino, kitosan merupakan polielektrolit kationik (pKa 6,5)
hal yangsangat jarang terjadi secara alami. Sifat yang basa ini menjadikan
kitosan :
a. Dapat larut dalam media asam encer membentuk larutan yang kental
sehingga dapat digunakan dalam pembuatan gel. Dalam beberapa
variasi konfigurasi seperti butiran membrane, pelapis kapsul, serat dan
spons.
b. Membentuk kompleks yang tidak larut dengan air dengan polianion yang
dapat juga digunakan untuk pembuatan butiran gel, kapsul, dan membran.
Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali
dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu. Kitosan merupakan molekul
polimer yang mempunyai berat molekul tinggi.Kitosan dengan berat molekul
yang tinggi didapati dengan mempunyai viskositas yang baik dalam suasana
asam.Kitosan hasil deasetilasi kitin larut dalam asam encer seperti asam asetat,
asam formiat, dll.Kitosan dapat membentuk gel dalam n metilmorpin n
oksida yang dapat digunakan dalam formulasi pelepasan obat terkendali.
Kandungan nitrogen dalam kitin berkisar 5 8% tergantung pada tingkat
deasetilasi sedangkan nitrogen pada kitosan kebanyakan dalam bentuk gugus
amino. Maka kitosan bereaksi melalui gugus amino dalam pembentukan N
asilasi dan reaksi Schiff yang merupakan reaksi yang penting.(Kumar, 2000)
Afinitas kitosan bentuk serpihan telah diuji coba terhadap ion Pb+2, Ni+2, danCr+2
dan persentase pengikatan adalah 84 98, 40 92, dan 17 46% berturut turut.
b. Hidrogel kitosan
Kitosan dapat dibuat menjadi bentuk butiran dengan pelarutan 3 gram kitosan
dalam 100 ml larutan asam asetat 1% yang diteteskan pada larutan NaOH 4%
maka diperoleh butiran berbentuk bola. Kitosan berbentuk butiran yang
terbentuk dikumpulkan dan dicuci dengan akuades.
Cd
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan hibrida silika kitosan adalah
proses pencucian gel dengan aquades. Proses ini bertujuan untuk melarutkan
kotoran terutama garam NaCl yang juga terdapat pada pembentukan gel dan
terperangkap pada gel tersebut. Apabila proses pencucian tidak sempurna maka
akan mempengaruhi kristalinitas dari gel yang dihasilkan.
Karakteristik hibrid silika kitosan yaitu : pada bilangan 1658.78 cm -1
menunjukkan adanya gugus (C=O amida), gugus (C-H SP3 stretching), pita
serapan pada panjang gelombang 3479.58 cm-1 menunjukkan adanya gugus (N-H
bending, O-H stretching).
2.4 Limbah Logam.
Banyak logam baik yang bersifat toksik maupun essensial terlarut dalam
air dan mencemari air tawar maupun air laut. Logam sendiri adalah senyawa
anorganik yang terdapat di alam.Untuk kepentingan biologi, logam dapat dibagi
menjadi tiga kelompok:
Kadmium (Cd) adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa, lunak
dan tahan korosi. Kadmium bersifat tahan panas sehingga sangat baik untuk
campuran pembuatan keramik. Kadmium merupakan logam yang sering
digunakan dalam lempengan elektroda, pengecatan, stabilizer dalam pabrik
plastik dan baterai dan sebagai campuran logam (alloy). Kadmium melebur
pada 3210C dan melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan
hidrogen (disebabkan oleh adanya potensial elektodanya yang negatif)
(Vogel,1984). Kadmium merupakan logam transisi. Oleh karena sifat-sifatnya
kadmium banyak dipakai sebagai stabilizer dalam pembuatan polyvinilclorida.
Dimasa silam kadmium malah digunakan dalam pengobatan syphilis dan
malaria. Kadmium didapat pada limbah berbagai jenis pertambangan logam
yang tercampur kadmium seperti timah hitam, dan seng. Dengan demikian,
kadmium dapat ditemukan di dalam perairan baik di dalam sedimen maupun di
dalam penyediaan air minum (Cooke, 1977).Massa atom logam kadmium
112,411 g/mol, deret kimia logam Cd merupakan logam transisi, rapatan pada
suhu kamar 8,65 g/cm3,massa jenis cair padat titik lebur 7,996 g/cm, titik didih
0
767 C, jari-jari ion divalen 0,92, panas penguapan 99,87 kj/mol,
elektronegativitas 1.69(Pauling scale).
2.4.2. NikeL ( Ni )
Nikel merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup baik. Senyawa
nikel umumnya bersifat bivalen, meskipun terdapat pula tingkat valensi lainnya,
Nikel merupakan logam keras, ulet, bisa ditempa, dan berwarna putih keperakan
dengan lambang kimia Ni,Nomor atom 28 Massa atom 58,71 g/mol .Nikel
melebur pada 1453 C dan mendidih 2913 C. Nikel larut perlahan dalam asam
encer namun, seperti besi, menjadi pasif ketika dipaparkan dengan asam nitrat,
Penggunaan utama nikel adalah sebagai bahan pembuat logam paduan. Logam
paduan nikel memiliki karakteristik kuat, tahan panas, serta tahan karat
Kebanyakan nikel di bumi tidak dapat diakses karena berada dalam inti bumi
cairr. Nikel diketahui menyumbang 10% komposisi inti bumi.Jumlah total nikel
yang terlarut dalam laut berada pada kisaran 8 miliar ton. (Eksiklopedi nasional
Indonesia, 1991). Garam-garam Ni(II) yang stabil berasal dari Ni(II) oksida, dan
berwarna hijau yang disebabkan oleh warna dari kompleks heksakuonikelat(II)
[Ni(H2O)6]2+. Nikel(III) oksida, Ni2O3yang hitam kecoklatan juga ada, tetapi
zat ini melarut dalam asam dengan membentuk ion nikel (II).
2.5 Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang
melekat pada permukaan, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi atau adsorben. Sifat adsorpsi partikel koloid banyak dimanfaatkan
dalam proses penjernihan air atau pemurnian suatu bahan yang masih
mengandung pengotor, partikel koloid mempunyai permukaan luas sehingga
mempunyai daya serap adsorpsi yang besar. Terjadinya adsorpsi pada permukaan
larutan disebabkan karena adanya kekuatan atau gaya tarik menarik antara atom
atau molekul pada permukaan larutan. Peristiwa penyerapan suatu zat
padapermukaan zat lain disebut adsorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap
sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Peristiwa adsorpsi disebabkan
oleh gaya tarik molekul dipermukaan adsorben.
a. Adsorpsi fisika
Adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van Der Wall yang ada pada
permukaan adsorben, panas adsorpsinya rendah dan lapisan yang terjadi pada
permukaan adsorben biasanya lebih kecil dari satu molekul.
b. Adsorpsi kimia
Adsorpsi yang terjadi karena adanya reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben panas adsorpsinya tinggi lapisan molekul pada adsorben hanya satu
lapis, terbentuk ikatan kimia. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh daya tarik
molekul di permukaan adsorben. Adsorpsi menurunkan ketidakseimbangan
daya tarik yang terjadi di permukaan (Alberty, 1992).Beberapa gaya yang dapat
menyebabkan terjadinya adsorpsi diantaranya adalah : interaksi non polar Van
der Wall, pembentukan ikatan hidrogen, pertukaran ion dan pembentukan
ikatan kovalen.Adsorpsi fisika sering sekali menunjukkan adsorpsi dari adanya
gaya Van der Wall, terjadi karena adanya gaya adhesi antara zat terlarut dengan
adsorben. Gaya-gaya paling kuat yang ada dalam adsorpsi molekul-molekul
kecil dari larutan cair yaitu pertukaran ion dan ikatan hidrogen. Adsorpsi zat
terlarut oleh adsorben padat cenderung membentuk ikatan hidrogen jika salah
satu mempunyai kelompok ikatan hidrogen sebagai donor dan yang lainnya
sebagai akseptor (Yun dkk., 2001 dan Alberty dkk, 1992).
a. Luas permukaan ,
b. Jenis adsorbat
c. Konsentrasi adsorbat
d. Temperatur
1. pH, pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada
biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
3.Waktu alir,
Secara umum, asam keras cenderung lebih stabil berikatan dengan basa
keras, sedangkan asam lunak berikatan stabil dengan basa lunak. Fenomena ini
berhubungan dengan energi orbital dari spesies-spesies tersebut.
b. Sifat Pelarut
c. pH sistem
x a .b . c
=
m 1+b . c
dimana:
a.b = tetapan empiris yang tergantung pada sifat dari jenis adsorben
serta suhu.
c 1 c
= +
x /m a .b a
y = bx + a
dimana :
y = absorban
x = konsentrasi
Dasar suatu pengukuran SSA dalam menentukan konsentrasi suatu larutan
sampel adalah dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmitan)
atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (absorban) pada panjang gelombang
tertentu. Hubungan antara absorban dan konsentrasi dikemukakan oleh Lambert
Beer dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
A = absorban
a = absortivitas
2.9. Hipotesis
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang
dikemukakan dalam penelitian ini maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 =Tidak ada pengaruh waktu alir terhadap efektifitas dan selektifitas adsorben
hibrid silika kitosan pada simultan ion logam Ni(II) dan Cd(II) dengan
metode ekstraksi fase padat.
Ha = Ada pengaruh waktu alir terhadap efektifitas dan selektifitas adsorben hibrid
silika kitosan pada simultan ion logam Ni(II) dan Cd(II) dengan metode
ekstraksi fase padat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.2.Bagan Prosedur Kerja Pengaruh Waktu Alir Terhadap Efektifitas dan
Selektifitas Adsorben Hibrid Silika Kitosan Pada Simultan Ion
Logam Ni(II) dan Cd(II) dengan Metode Ekstraksi Fase Padat (EFP).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasannya tentang pembuatan adsorben hibrid silika kitosan serta bagaimana
efektifitas dan selektifitas adsorben hibrid silika kitosan untuk menyerap logam
Ni(II) dan Cd(II) secara simultan dengan menggunakan metode Ekstraksi Fase
Padat (EFP) dan Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
Kurva kalibrasi untuk logam Ni(II) ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut :
Tabel 4.2. Hasil Kajian Adsorpsi Menggunakan Teknik Kolom EFP Terhadap
Logam Ni(II).
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa waktu alir sebanding dengan jumlah logam
yang teradsorp, yaitu seiring bertambahnya waktu alir semakin banyak jumlah
logam yang teardsorp, tetapi mengalami titik yang maksimal pada waktu 60
menit. Pada waktu alir 20 menit dan 100 menit jumlah logam Ni yang teradsorp
semakin kecil, dan jumlah logam Ni yang paling sedikit teradsorp berada pada
waktu alir 100 menit.
Dari Tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa nilai konsentrasi dan absorbansi
serta aktual konsentrasi berbanding lurus, semakin tinggi konsentrasi semakin
tinggi nilai absorbansi demikian juga nilai aktual konsentrasi.
Tabel 4.4. Hasil Kajian Adsorpsi Menggunakan Teknik Kolom EFP Terhadap
Logam Cd(II).
Waktu Cawal Ckesetimbangan Jumlah logam C/m
Kontak teradsorp
mg/L mol/L mg/L mol/L mg/L mol/L(m)
(C)
20 menit 188.1277 177.0316 15.7501 11.0961 0.9872 15.954
16.7373 3
40 menit 188.1277 152.9817 13.6104 35.146 3.1269 4.3526
16.7373
60 menit 188.1277 138.3885 12.3121 49.7392 4.4252 2.7822
16.7373
80 menit 188.1277 172.2273 15.3227 15.9004 1.4146 10.831
16.7373 8
100 menit 188.1277 181.8826 16.1817 6.2451 0.5556 29.124
16.7373 7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penambahan waktu alir
berpengaruh terhadap jumlah logam Cd yang teradsorp. Jumlah logam yang
teardsorp pada alir 20 menit adalah 11,0961 mg/L, sedangkan dengan
penambahan waktu alir 20 menit atau pada waktu alir 40 menit hasil jumlah
logam yang teradsorp meningkat hingga lebih dari 100% yaitu 35,146 mg/L.
Jumlah logam yang teradsorp pada waktu 60 menit merupakan jumlah yang
paling besar dibandingkan dari semua waktu alir, penambahan waktu alir
berikutnya pada menit ke 80 jumlah logam yang teradsorp semakin kecil, dan
pada waktu 100 menit jumlah logam Cd yang teradsorp semakin sedikit. Dari data
di atas dapat dilihat bahwa pada waktu 60 menit merupakan waktu alir yang
optimum untuk menyerap logam Cd, semakin tinggi waktu alir yang digunakan
tidak meningkatkan jumlah logam yang teradsorp.
Data dari jumlah logam Ni(II) dan Cd(II) yang teradsorp bila disajikan
dalam bentuk grafik garis, akan tampak seperti gambar 4.3 berikut ini :
12
10 10
8
8
8
4.45
3.13
1.41
0.99
0.56
0
0 20 40 60 80 100 120
Grafik di atas menjelaskan bahwa dengan metode ekstraksi fase padat dan
pengukuran secara SSA logam Ni lebih banyak teradsorp dibandingkan dengan
logam Cd. Proses adsorpsi yang dilakukan merupakan sistem simultan logam,
sehingga pada saat interaksi akan terjadi kompetisi diantara ion logam divalen
tersebut untuk menempati situs aktif pada adsorben (Simatupang, 2007).
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
1. Pada saat pembuatan adsorben hibrid silika kitosan larutan yang terbentuk tidak
boleh terlalu gel.
2. Kolom yang digunakan pada saat ekstraksi sebaiknya merupakan kolom yang
khusus untuk ekstraksi, agar hasil yang diperoleh maksimal.
3. Ukuran filter/penahan yang digunakan dalam kolom tidak boleh terlalu besar
atau terlalu kecil, jika filter yang digunakan adalah kapas maka sebaiknya
kapas ditimbang terlebih dahulu agar filter yang digunakan seragam (jika
kolom lebih dari 1).
4. Perlu dilakukan penelitian menggunakan adsorben hibrid silika kitosan dengan
perbandingan 20:1, 20:2, dan 20:3 menggunakan variasi pH dan jumlah
adsorben.
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, C.J., dan Scherer, W.J., Sol-Gel Science:The Physics and Chemistry of
Sol-Gel Processing, Academic Press, San Diego.
Cooke, M, Jackson, A., Nickless, G. And Robert (1997), Distribution Spesiation
of Cadmium intheTerestial, Helix Asperse, Bull, Environ, Conton, Toxicol.
Endang Widjajanti Laksono, dkk.2008, Jurnal Penelitian Saintek, Koadsorpsi Cr-
Fe oleh Kitosan Vol. 13, No. 1, April 2008: 95-109. Staf Pengajar FMIPA
UNY.
Eksiklopedia Nasional Indonesia, (1991), Zink, PT.Cipta Adi Pustaka,
Jakarta.Fatha, A., (2007).
Fahmawati,dkk Kajian Kinetika Adsorpsi Cd (II), Ni(II), dan Mg(II) pada Silika
Gel Termodifikasi 3-mercapto-1,2,4-triazol, Alchemy Volume 3 No.2: 22-
28 Surakarta:UNS 2004.
Fahmiati, Nuryono dan Narsito, 2006, Thermodinamics adsorpstion of Cd(II),
Ni(II) and Mg(II) on 3-Mercapto-1,2,4-Triazole Immobilized Silica Gel,
Indo. J. Chem., 6(1), 52-55
Harsono, H., 2002, Pembuatan Silika Amorf Dari Limbah Sekam Padi, Vol.III
Jurnal Ilmu Dasar, Indonesia, 98-103.
Jal, P.K., Patel, S., dan Misrha, B.K., 2004, Chemical Modification of Silica by
immobilization of Fungsional Groups for Extractive Concentration of Metal
Ions, Talanta, 62, 1005-1028.
Lestari, Sri., (2010), Pengaruh Berat dan Waktu Kontak Untuk Adsorpsi
Timbal(II) Oleh Adsorben Dari Kulit Batang Jambu Biji.Jurnal Kimia
Mulawarman Volume 8 No 1 Tahun 2010, ISSN 1693-5616. Kimia FMIPA
UnMul, Samarinda.
Nuryono, E.S. Kunarti, dan Narsito, 2000, Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, III(2),
41 51
Ocik, J., 1982, Adsorption, John Wiley & Sons, New York.
Santos, E.A. Pagono, R.L., Simoni, J.A., Airoldi, C., Cestari, A.R., and Viera,
E.F.S., 2001, The Influence of the Counter Ion Competition and Nature
of Solvent on the Adsorption of Mercury Halides on SHmodified
Silica Gel, Colloid and Surface, 201: 25-282
Sembodo, S.T.B., (2006), Model Kinetika Langmuir untuk Adsorpsi Timbal pada
Abu Sekam Padi, FT, UNS, Ekuilibrium Vol.5, No.1., 28-33
Sihombing, (2011), Penentuan Massa Adsorben Dalam Penyerapan Logam Berat,
Skripsi UNIMED, Medan.
Vogel, (1985), Buku Teks Analitik Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
PT.Kalman Media Pusaka, Jakarta.
Waldichuk, M. 1974. Some biological concern in heavy metals pollution. In :
VERBERG & VENBERG (eds.) Pol/u/ion and Physiology of marine
organism . Academic Press, London : 23 1 pp.
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan
2. Larutan HCl 3 M
Bj = 1,19
Dit : M...???
BM
M = xBjx 10
36,5
M = 37 x 1,19 x 10
= 12,06M
VI.MI = V2.M2
VI.12,06 = 500.3
12,06
VI = 500 X 3
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm = 100 mL x 200 ppm
Cara pembuatan :
Larutan standar Ni2+200 ppm dibuat dengan memipet sebanyak 20 mL
larutan induk Ni2+ 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
6. Pembuatan Larutan Induk Cd2+ 1000 ppm
Perhitungan :
mg Cd(NO3)2.4H2O = Mr Cd(NO3)2.4H2O x mg Cd
Ar Cd
= 308,47 x 100mg
112,4
= 274,4395 mg
= 0,2744 g.
Cara pembuatan :
Larutan indukCd2+ 1000 ppm dibuat dengan menimbang dengan
teliti 0,2744 gram Zn(NO3)2.6H2O dan dilarutkan dengan aquades dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan aquades sampai
tanda batas lalu dihomogenkan.
7. Pembuatan Larutan Standar Cd2+200 ppm
Perhitungan :
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm = 100 mL x 200 ppm
V1 = 100 mL x 200 ppm
1000 ppm
V1 = 20 mL
Cara pembuatan :
Larutan standar Cd2+200 ppm dibuat dengan memipet sebanyak 20
mL larutaninduk Cd2+ 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas lalu
dihomogenkan.
Lampiran 2. Perhitungan Persentase Daya Adsorpsi Adsorben Hibrid Silika
Kitosan
1. Logam Ni(II)
% Ni(II) = Cawal - Cakhir x 100%
Cawal
= 193,8869 ppm 135,7114 ppm x 100%
193,8869 ppm
= 30%
2. Logam Cd(II)
% Cd(II) = Cawal - Cakhir x 100%
Cawal
= 188,1277ppm 138,3885 ppm x 100%
188,1277 ppm
= 26,4%
Dimana : Cawal = konsentrasi awal logam (ppm)
Cakhir = konsentrasi kesetimbangan logam pada waktu alir 60 menit
(ppm)
Kertas
Saring
Gelas Ukur 250 mL Whatman
Cawan
Botol
Porselin
Semprot
Abu Sekam
Padi
Kristal NaOH
Gambar. (a) Peneliti sedang menimbang sekam padi yang akan diabukan (kiri);
(b) Peneliti sedang mengabukan sekam padi yang akan di tanur
(kanan) ; (c) Peneliti sedang menggerus hasil abu sekam padi yang
telah ditanur