Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Sejak isu pembentukan pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat Bank Century
(BC) pertama kali didengungkan, hingga pada pasca pembentukan Pansus (4 Des.2009),
banyak pihak yang merasa apriori terhadap kompetensi dan integritas pansus hak anhket
Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengungkap setiap kasus yang berkaitan dengan
kebijakan pemerintah yang berdampak pada masyarakat luas salah satunya sekarang adalah
skandal bailout BC sebesar Rp 6,7 triliun yang menghebohkan itu. Akibatnya telah
menimbulkan huru-hara politik, dan banyak pihak yang mempertanyakan efektifitas dan
eksistensi kerja pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat,dan sejauh mana mampu
mengungkap tuntas disetiap kasus yang diselidikinya.

Dalam kaitan itu, untuk menentukan apakah pembentukan pansus DPR tersebut efektif
atau tidaknya, mampu membongkar tuntas setiap kasus yang diselidikinya hingga keakar-
akamya, sesungguhnya dapat diukur dari beberapa sudut pandang obyektif. Pertama, dapat
ditinjau dari substansi dan agenda kerja yang ditetapkan, serta tujuan apa yang ingin dicapai
pansus hak angket Dewan Perwakilan Rakyat. Kedua konsistensi pencapaian secara periodik
dari agenda kerja pansus yang ditetapkan. Ketiga, kompetensi para anggota pansus yang
ditempatkan dalam setiap kasus, khususnya dalam menggali dan membuktikan fakta-fakta
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keempat, validitas hukum yang
mendasari pembentukan pansus dan apa akibat hukum yang ditimbulkannya.

Dari susdut pandang tersebut sangat menarik untuk kita diskusikan kaitannya dengan
penggunaan hak angket Dewan Perwakilan rakyat yang sekarang menjadi fenomenal di
madiam masa maka dalam makala ini penulis ingin mencoba membahas apa yang menjadi
aspek hokum hak angket Dewan Perwakilan rakyat serta Eksistensinya dalam setiap kasus
yang di selidikinya.

Pendapat saya :

Hak angket dinilai kurang tepat jika diajukan untuk mendalami kasus dugaan korupsi e-KTP.

Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan, menyatakan hak angket hanya ditujukan dalam rangka
fungsi pengawasan di pemerintah. Jadi untuk pemerintah kalau disampaikan hak angket untuk
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), menurut saya, kurang tepat. Karena KPK suatu lembaga
yang dibuat oleh DPR sendiri. Terlebih hak angket kasus e-KTP akan ditujukan kepada
pemerintahan periode lalu. Seluruh pihak sebaiknya menghormati proses hukum yang berjalan
terkait kasus e-KTP. Lebih baik dilakukan oleh komisi terkait untuk mendalaminya dengan KPK
sebagai mitra kerja.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengajak para anggota DPR menggunakan
hak angket untuk menyelidiki secara menyeluruh masalah yang terjadi. Dan tak diduga ada yang
tidak beres dalam proses pengusutan kasus dugaan korupsi e-KTP tersebut. Kemudian
menganalogikan apa yang dilakukan KPK saat ini dengan kasus korupsi dagang sapi yang
menimpa mantan Presiden PKS.

I Gusti Ayu Mitha/20160510025

Anda mungkin juga menyukai