PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim restriksi ini kompleks dengan multisubunit, memotong DNA secara acak dan jauh dari
sekuens pengenalannya. Pada awalnya enzim ini dikira langka; tapi setelah analisis sekuens genom,
enzim ini ternyata umum. Enzim restriksi tipe I ini memiliki pengaruh besar dalam biokimia, namun
mempunyai nilai ekonomis yang rendah karena tidak dapat menghasilkan potongan fragmen DNA yang
diinginkan sehingga tidak diproduksi.
Enzim restriksi tipe II ini merupakan enzim restriksi yang tidak digunakan dalam laboratorium. Hal
ini dikarenakan enzim ini memotong di luar situs pengenalan dan membutuhkan dua sekuen dengan
orientasi berlawanan pada DNA yang sama untuk menyelesaikan pemotongan sehingga enzim ini jarang
menghasilkan potongan sempurna.
4.1.2 Pembahasan
Isolasi DNA pada dasarnya dapat dilakukan dengan merusak dinding dan membrane sel
dan juga membrane inti. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan yang berisi cabai dan buffer
CTAB sesuai dengan metoda isolasi yang dilakukan . Penambahan buffer ekstraksi ini berfungsi
untuk melisiskan membran sel dan mendenaturasi protein sehingga DNA pada jaringan buah
cabai dapat diisolasi. Larutan dalam tabung tersebut dihomogenkan dengan menggunakan
vorteks.
Kemudian diinkubasi sehingga menghasilkan perubahan warna larutan. Penginkubasian
sampel dalam waterbath bersuhu 65oC selama 20 menit ini dilakukan untuk mengoptimalikan
kerja buffer ekstrak. Langkah selanjutnya adalah penambahan Potassium asetat yang bertujuan
untuk membentuk senyawa kompleks CTAB-Potassium asetat-protein-debris sel. Yang kemudian
dilanjutkan dengan sentrifugasi yang bertujuan untuk memisahkan debris dan komponen sel lain
yang menjadi pengotor dengan DNA. Proses ini menghasilkan larutan dengan dua fasa, yakni
fasa atas dan endapan. Kemudian, setelah fasa atas di ambil dan dipindahkan ke dalam tabung
baru, ditambahkan Phenol:Chloroform:Isolamyl Alkohol (PCI) yang dilakukan untuk
mengekstraksi DNA dari kontaminan. Fenol merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan
protein, lipid dan molekul lain seperti polisakarida, yang diharapkan akan didapatkan supernatan
yang berisi DNA bebas kontaminan. Kloroform berfungsi sebagai pendenaturasi protein,tetapi
DNA dan RNA tidak terdenaturasi karena tidak larut didalam pelarut organik seperti kloroform.
Kemudian dilakukan penambahan alkohol sebagai presipitasi DNA setelah dilakukan
sentrifugasi dan pemindahan fasa. Penambahan alkohol ini berfungsi sebagai penghilang
kloroform. Sebab apabila kloroform masih berada di dalam sampel maka dikhawatirkan akan
menghambat kerja enzim-enzim restriksi atau enzim lain yang digunakan untuk analisis
molekuler. Dihasilkanlah larutan bening dan gumpalan di dalam tabung. Gumpalan tersebut
merupakan DNA dari jaringan daun cabai.
Dalam melakukan isolasi DNA, prinsip dasar yang dipahami adalah pemisahan molekul
DNA dari jaringan tanaman tanpa merusak keutuhan dan kemurnian DNA tersebut.
4.2 Elektroforesis
4.2.1 Hasil
4.2.2 Pembahasan
Pada praktikum elektroforesis ini, sampel diambil dari sampel molekul DNA yang telah
dilarutkan dalam TE sebanyak 30 mikroliter dan telah disimpan pada suhu 4C selama 24
jam. Lalu penambahan Loading dye ke dalam sampel dengan perbandingan 5 bagian sampel
DNA dan 2 bagian loading dye.
Dalam proses elektroforesis, sampel molekul DNA ditempatkan ke dalam sumur (well) pada gel yang
ditempatkan di dalam larutan penyangga, kemudian dialirkan listrik dengan kutub yang terpisah satu sisi
dengan sisi lainnya. Molekul-molekul sampel tersebut akan bergerak di dalam matriks gel ke arah salah
satu kutub listrik sesuai dengan muatannya. Dalam hal asam nukleat, arah pergerakan adalah
menuju elektroda positif, disebabkan oleh muatan negatif alami pada rangka gula-fosfat yang dimilikinya.
Untuk menjaga agar laju perpindahan asam nukleat benar-benar hanya berdasarkan ukuran (yaitu
panjangnya), zat seperti natrium hidroksida atau formamidadigunakan untuk menjaga agar asam nukleat
berbentuk lurus. Setelah proses elektroforesis selesai, dilakukan proses pewarnaan (staining) agar
molekul sampel yang telah terpisah dapat dideteksi. Dalam praktikum ini kami menggunakan Etidium
bromida sebagai zat pewarnanya,. Etium bromida akan berinteraksi dengan basa dari molekul DNA dan
akan memberikan warna orange fluoresanceyang dapat dilihat di bawah sinar ultraviolet.
Ketika dilihat di bawah sinar ultraviolet akan terlihat pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane)
yang berbeda pada gel; satu lajur merupakan arah pergerakan sampel dari sumur gel. Pita-pita yang
berjarak sama dari sumur gel pada akhir elektroforesis mengandung molekul-molekul yang bergerak di
dalam gel selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang berarti bahwa molekul-molekul
tersebut berukuran sama. Penanda (marker) yang merupakan campuran molekul dengan ukuran
berbeda-beda dapat digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel dengan meng-
elektroforesis penanda tersebut pada lajur di gel yang paralel dengan sampel. Pita-pita pada lajur marker
tersebut dapat dibandingkan dengan pita sampel untuk menentukan ukurannya. Jarak pita dari sumur gel
berbanding terbalik terhadap logaritma ukuran molekul.
4.4.2 Pembahasan
Teknik PCR dilakukan untuk memperbanyak DNA secara in vitro dengan
menggunakan thermocycler melalui pengaturan suhu dan siklus DNA (denaturasi, annealing, dan
sintesis DNA) sehingga dihasilkan jumlah perbanyakan DNA yang diinginkan. Perbanyakan
yang dilakukan memperoleh perbanyakan DNA berukuran 1 kb pada beberapa sumur yang
dielektroforesis. Perbanyakan dilakukan melalui proses denaturasi, annealing, dan sintesis DNA
baru.
PCR adalah suatu metode untuk mengamplifikasi sekwens gen target secara eksponensial
in vitro. Pada reaksi ini dibutuhkan: DNA target, sepasang primer, polimerase DNA yang
termostabil, buffer reaksi dan alat thermal cycler. Jadi pada hasil PCR yang dilakukan oleh
kelompok 2, pada sampel 1 dan 4 tidak terdapat hasil perbanyakan DNA secara In-vitro, mungin
dikarenakan banyak langkah pada proses yang dilakukan banyak terjadi kegagalan. Pada sampel
2 hanya terdapat bayangan-bayangan, yang menandakan banyak nya kontaminan yang terbawa
dalam proses perbanyak DNA secara in-vitro ini, dan pada sampel 3 terlihat adanya terjadi
perbanyak DNA secara in-vitro yang menandakan proses nya dalam mesin PCR berjalan cukup
baik.
Secara prinsip, PCR merupakan proses yang diulang-ulang antara 20-30 kali. Setiap siklus terdiri
dari tiga tahap. Berikut adalah tiga thp bekerjanya PCR dalam siklus:
DAFTAR PUSTAKA