Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Pada masa Kiwari ini Arsitektur identik dengan kesan bangunan


megah, mewah, dan mahal. Tapi, di tangan Yu Sing, rumah dengan desain
arsitektur nan indah bisa dijangkau dengan harga yang murah namun tetap
mempertahankan sisi estetikanya meskipun hanya menggunakan bahan sisa
atau bahan alami.

Yu Sing lahir di Bandung, Jawa Barat, Indonesia pada tahun 1976. Dia
telah memulai karirnya sebagai arsitek sejak tahun 1999, tepat setelah ia
lulus dari Sekolah Arsitektur, Institut Teknologi Bandung kemudian
mendirikan studio Akanoma yang merupakan singkatan dari Akar dan
Anomali pada tahun 2008. Nama studio Akanoma menekankan komitmen
mereka untuk selalu berakar dalam nilai-nilai budaya dan lokal Indonesia
untuk datang dengan solusi desain yang terbaik bagi klien mereka. Yu Sing
sangat percaya bahwa profesinya harus dapat menyumbangkan sesuatu
yang positif kepada orang-orang, terlepas dari strata sosial mereka. Oleh
karena itu keputusan akanoma untuk membantu merancang rumah-rumah
yang baik dan terjangkau dengan biaya desain yang sangat terjangkau,
terutama bagi mereka yang belum memenuhi syarat sebagai bagian dari
'kelas menengah' masyarakat Indonesia.

Yu Sing menulis artikel di blog-nya dan untuk majalah, serta melakukan


banyak lokakarya dan seminar di beberapa kampus dan masyarakat di
berbagai kota di Indonesia seperti Bandung, Yogyakarta, Solo, Jakarta,
Pontianak, Semarang, Medan, Surabaya, Makassar, Malang, Bali, dan
Banjarmasin, di mana ia mendesak banyak arsitek muda lainnya dan siswa
untuk melakukan sesuatu yang positif bagi masyarakat melalui profesi
mereka. Selain diskusi publik melalui blog, email, dan media sosial, Yu Sing
juga menulis sebuah buku berjudul Mimpi Rumah Murah (mimpi rumah
terjangkau) pada tahun 2009. Bersama dengan rekan-rekannya Prima Rusdi
dan Mandy Marahimin, mereka memulai proyek PAPAN Untuk Semua yang
mewujudkan ruang public bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Tujuan pembahasan tokoh Yu Sing adalah supaya mahasiswa Arsitektur


untuk kedepannya dapat meniru apa yang telah dilakukjan oleh Yu Sing dan
menjadikannya panutan bahwa tidak selamanya Arsitektur identic dengan
bangunan yang megah dan mewah.

BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum mendesain bangunan, Yu Sing selalu meminta beberapa


data teknis. Misalnya luas tanah, luas bangunan yang diinginkan, serta posisi
tanah (arah mata angin). Ia juga meminta data nonteknis seperti jumlah
keluarga, pekerjaan, hobi anggota keluarga, hingga adakah filosofi daerah
yang ingin dimunculkan dalam desain rumahnya.

Dalam kiprahnya dalam dunia arsitektur cenderung lebih menyukai


desain bergaya kontemporer yang mengekspresikan adanya keseimbangan
serta keramahan terhadap lingkungan, hal itu tampak pada beberapa
karyanya yang sangat menonjolkan unsur alam dan terbuka. Seperti pada
karyanya yang terbaru yakni mess buruh cengkalong. Mess ini awalnya oleh
pemilik direncanakan akan memuat 100 orang karyawan, namun oleh Yu
Sing demi menjaga kenyamanan karyawan yang pada akhirnya akan
menempati mess tersebut hanya dapat memuat 68 orang. Mes ini memiliki
konsep minimalis namun penggunaan bata press memberikan kesan alami.
Apalagi atap beton yang sengaja di ekspose semakin memberikan kesan
alami pada bangunan tersebut.

Pada kasus lain Yu Sing juga menggunakan bahan material alam


berupa kayu yang dipadukan denga kaca, yakni pada bangunan Rumah
Ranting di Kota Semarang. Yu Sing menggunakan kayu bekas dan bamboo
bekas sebagai kerangka rumah tersebut yang juga dapat menghemat biaya
pembangunan. Selain itu Yu Sing juga memaksimalkan pencahayaan alami
yakni dengan menggunakan partisi yang sebagiannya diisi oleh kaca sebagai
dinding bangunan.

Selain Green Building Yu Sing juga sangat tertarik untuk membuat


rumah murah, menurutnya membangun rumah berbiaya minim bukanlah
sesuatu yang mustahil. Setidaknya ada tiga hal penting menurut Yu Sing
yang harus dipenuhi untuk mewujudkan rumah murah yakni penggunaan
tenaga arsitek, perencanaan struktur rumah dan penggunaan material yang
tepat. Untuk hal pertama, Yu Sing mengakui masih banyak masyarakat yang
terjebak pada anggapan keliru soal arsitek. Masyarakat menilai jasa arsitek
itu selalu mahal sehingga pembangunan dirasa murah tanpa arsitek. Padahal
menurutnya membangun suatu bangunan tanpa bantuan arsitek justru akan
lebih mahal daripada yang telah direncanakan oleh arsitek. Dengan
menggunakan jasa arsitek, masayarakat dapat menghemat biaya karena
arsitek bisa membantu dalam membuat struktur, ruangan, dan pemilihan
material yang efisien dan efektif. Hal kedua yang harus dipenuhi adalah
perencanaan struktur. Agak berbeda dengan desain rumah beranggaran
dana longgar, desain rumah murah justru dimulai dengan desain sistem
strukturnya terlebih dahulu, bukan dimulai dari desain arsitekturnya. Poin
terakhir yang tak kalah penting dalam menekan biaya pembangunan rumah
adalah penggunaan material atau bahan bangunan dengan harga relatif
murah. Cukup banyak material mendasar atau murah yang dapat
dieksplorasi pemakaiannya atau cara pemasangannya untuk membentuk
sensasi ruang yang menarik. Misalnya bata merah saja dapat memiliki
banyak sekali kemungkinan cara penyusunannya. Dapat dipasang seperti
biasa, atau diberi jarak antara bata merahnya sehingga dindingnya
berlubang-lubang, atau bata dipasang dengan variasi susunan satu bata dan
setengah bata, dan lain-lain. Contoh lain material murah adalah bambu.
Biasanya bambu dipandang sebagai bahan sekunder, tapi saat ini sedang
menjadi material yang digemari karena kekuatan seratnya yang dapat
menggantikan baja tulangan. Dengan sistem pengawetan yang baik, bambu
dapat menjadi material primer rumah yang mampu bertahan puluhan
rumah. Selain itu, juga bisa memanfaatkan material bekas atau daur ulang
seperti kusen atau daun pintu.

Ketiga hal tersebut dapat kita jumpai pada dua contoh karya Yu Sing
yang saya sebutkan di atas, penggunaanmaterial bata press pada mess
karyawan cengkalong dan material seperti bamboo dan kayu yang
mendominasi Rumah Ranting.

BAB III

KESIMPULAN

Yu Sing adalah arsitek yang suka menggali desain bergaya


kontemporer yang mengekspresikan adanya keseimbangan serta keramahan
terhadap lingkungan. Kemampuannya mengolah tema sustainable green
home dimanfaatkan dengan baik oleh Yu Sing dengan membantu
masyarakat membangun rumah murah namun tetap hijau dan layak. Yu Sing
sangat gemar menggunakan bahan material alam maupun bekas untuk
menghemat biaya namun tetap menjaga estetika.
BAB IV

SUMBER

http://rumah-yusing.blogspot.com/2012/04/papan-untuk-semua-rumah-
keluarga-uay.html

http://homediarymagazine.com/people/2014/04/yu-sing-kepedulian-sosial-
melalui-arsitektur.html

http://www.transmediapustaka.com/13-writer/profile/194-yu-sing

http://surabayastyle.com/index.php/kolsus/item/79-bangun-rumah-
sederhana-harga-terjangkau

http://rumah-yusing.blogspot.com/search/label/rumah%20murah

Anda mungkin juga menyukai