Anda di halaman 1dari 3

Antimikroba profilaksis direkomendasikan pada pasien dengan fase inflamasi yang parah

tanpa diketahui sumber infeksinya (misalnya pankreatitis berat,luka bakar).Respon inflamasi


sistemik tanpa disertai infeksi tidak perlu diberikan antimikroba. Contohnya pada kasus yang
dapat menghambat terjadinya fase inflamasi akut tanpa adanya infeksi seperti pankreatitis
berat dan luka bakar yang berat.Pada kondisi ini, antimikroba sebaiknya tidak diberikan
terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya resistensi dari patogen atau akan menyebabkan
terjadinya efek samping obat.

Meskipun penggunaan antimikroba profilaksis pada kasus nekrosis akibat pankreatitis berat
telah direkomendasikan pada sebelumnya, pada guidline terbaru didapatkan hasil agar
menghindari pemberian antimikroba tersebut, begitu juga pada kasus luka bakar dimana tidak
terdapat keuntungan pada metaanalisis.Namun pada kasus dimana jika kecurigaan kuat
mengarah kepada sepsis atau syok sepsis dimana pasien tersebut mengalami fase inflamasi
yang parah tanpa ditemukan sumber infeksi, kondisi tersebut merupakan indikasi pemberian
antimikroba.

Direkomendasikan untuk terapi kombinasi empiris (menggunakan setidaknya dua antibiotik


dari antimikroba yang berbeda kelas) ditujukan pada kemungkinan bakteri patogen untuk
penanganan awal septic syok. Terapi kombinasi tidak boleh menjadi penggunaan rutin pada
kasus infeksi yang serius, termasuk bakterimia dan sepsis tanpa syok. Terapi kombinasi tidak
menjadi pilihan atau terapi rutin pada sepsis neutropenik / sepsis bakterimia. Jika terapi
kombinasi dijadikan sebagai terapi awal untuk syok septik, direkomendasikan agar dilakukan
penurunan dosis atau bahkan tidak dilanjutkan terapi jika pada hari pertama atau beberapa
hari awal terdapat perbaikan kondisi klinis atau kondisi yang membaik dari infeksi tersebut.
Terapi kombinasi ini berlaku pada infeksi yang sudah ditegakkan baik itu kultur bakteri
positif maupun negatif.

Terapi kombinasi pada guidline ini tidak dapat menggunakan dua antibiotik yang berbeda
kelas (biasanya golongan beta-lactam dengan fluoroquinolon, aminoglikosida atau
markolide) untuk dugaan satu jenis patogen. Kombinasi lainnya ialah vankomisin dengan
ceftazidime, metronidazole dengan amoniglikosida, dan enchinocandin dengan beta laktam.
Meskipun data dari penelitian merekomendasikan keuntungan dari terapi kombinasi pada
kasus syok sepsis, hal tersebut belum menunjukkan efektivitas pada infeksi yang serius
termasuk bakterimia dan sepsis tanpa syok.
Durasi dari pemberian terapi antimikroba yang direkomendasikan yaitu sekitar 7-10 hari jika
adekuat pada kasus infeksi berat yang disertai syok sepsis. Pada pasien yang memiliki respon
klinis yang lebih lama, direkomendasikan agar waktu terapinya lebih lama. Pada pasien yang
memiliki perbaikan klinis dengan cepat, direkomendasikan agar waktu terapinya tidak lebih
dari 7 hari. Pemeriksaan rutin dilakukan untuk menilai efektivitas terapi antimikroba tersebut.

Penggunaan antimikroba yang berkepanjangan dapat merugikan individu maupun populasi


setempat. Pada masyarakat, pemberian antimikroba yang lama dapat berkembang menjadi
resistensi antimikroba. Pada individual biasanya berhubungan dengan penyakit spesifik
seperti kolitis yang disebabkan oleh Clostridium difficile dan meningkatkan angka
mortalitas.Hal tersebut berhubungan dengan reaksi dari akumulatif toksik dari antimikroba
tersebut. Kejadian tersebut dapat berhubungan dengan infeksi sekunder beserta resisten
multiple antimikroba. Pada guidline ini merekomendasikan terapi yang diberikan pada
pnemonia nosokomial (HAP/VAP). Pada masa terapi 3-5 hari atau lebih singkat memiliki
hasil efektivitas yang lebih baik daripada 10 hari. Studi terbaru menunjukan masa terapi yang
tidak lebih dari 7 hari memiliki efektivitas yang sama dengan masa terapi yang lebih panjang
dalam kasus piolonefritis akut dengan atau tanpa bakterimia, selulitis tanpa komplikasi,
peritonitis bakterial spontan. Beberapa kasus memerlukan durasi terapi antimikroba yang
lebih lama misalnya dalam situasi dimana terjadi respon perbaikan klinis yang lama, infeksi S
aureus yang disertai bakterimia, candidiasis invasif, dan infeksi fungi lainnya, infeksi virus
seperti herpes, cytomegalovirus dan defisiensi sistem imun termasuk neutropenia.

Pada kasus infeksi bakterimia S. Aureus tanpa komplikasi memerlukan waktu paling kurang
14 hari dalam terapinya, dimana jika terjadi komplikasi memerlukan waktu terapi hingga 6
minggu. Kategori bakterimia tanpa komplikasi didefinisikan sebagai ; (1) endokarditis, (2)
tidak ada sesuatu barang implant pada tubuh, (3) hasil negatif dari follow up kultur darah
pada 2-4 hari setelah onset, (4) penurunan suhu badan selama 72 jam setelah terapi antibiotik
efektif diberikan dan (5) tidak ada infeksi metastasis.

Kami merekomendasikan agar melakukan pengukuran kadar procalcitonin untuk mendukung


terapi antimikroba pada pasien sepsis.Marker tersebut dapat membantu diagnosis dan
manejemen infeksi yang luas. Pengkuran kadar serum dari procalcitonin dilakukan untuk
mendiagnosis infeksi akut dan membantu menilai durasi terapi antimikroba.

Prinsip untuk manajemen sepsis dan syok septik termasuk mendiagnosis cepat dari bagian
tertentu secara anatomis yang terinfeksi dan menentukan apakah tempat yang terinfeksi
tersebut dapat dikontrol sumber infeksinya (khususnya drainase abses, debridement jaringan
nekrotik yang terinfeksi). Infeksi yang dapat terkontrol misalnya abses intraabdominal,
perforasi gastrointestinal, volvulus, cholangitis, dan cholecystitis, pyelonefritis yang
berkaitan dengan obstruksi atau abses, jaringan lunak yang nekrosis dan infeksi pada rongga
yang lebih dalam misalnya (empiema atau sepsis artritis) dan benda implant yang terinfeksi.

Infeksi yang dapat menyebabkan syok sepsis harus dikontrol secepat ungkin berhubungan
dengan resusitasi awal yang ditargetkan dalam 6-12 jam pertama setelah muncul diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai