Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. Parman Edi

Usia : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status : Menikah

Alamat : Jln. Panembong girang RT. 04/04 Desa Mekar ,Cianjur

Tanggal Pemeriksaan : 01 April 2017

No.CM : 777496

2. Anamnesis (Autoanamnesa)

Keluhan Utama:

Timbul gelembung berisi cairan disertai nyeri, panas, dan seperti ditusuk tusuk
disekitar perut bagian kanan atas dan menjalar sampai ke belakang sejak 2 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang laki-laki 60 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin rsud cianjur
dengan keluhan timbul gelembung berisi cairan disertai nyeri, panass, dan seperti ditusuk tusuk
disekitar perut bagian kanan atas dan menjalar sampai ke belakang sejak 2 hari SMRS. Pasien
mengaku 5 hari sebelumnya mengeluh demam yang berlangsung terus menerus disertai lemas,
dan sakit kepala yang berlangsung selama 2hari. Kemudian timbul bercak kemerahan disertai

1
gatal pada bagian perut kanan atas dan menjalar ke belakang, sering digaruk dan setelah
digaruk gatal bertambah hebat.Lalu keesokan harinya bercak menjadi gelembung-gelembung
yang berisi cairan, yang terasa perih, panas dan nyeri serta dirasakan setiap saat.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Pasien pernah terkena cacar air saat di bangku sekolah dasar umur 12 tahun

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku sebelumnya pernah berobat ke puskesmas dan diberikan bedak dan obat untuk
mengurangi rasa gatal, namun pasien tidak ingat nama obatnya. Tetapi tidak menunjukkan
adanya perbaikan.

Riwayat Psikososisal

Saat ini pasien dusah tidak bekerja dan aktivitas kesehariannya lebih banyak berada dirumah.

Ukuran rumah sedang, ventilasi cukup baik, dan lingkungan sekitar bersih.

Pasien sangat menjaga kebersihannya dengan rutin mandi 2x sehari, menggunakan alat pribadi
secara tidak bergantian.

Riwayat Alergi

Riwayat alergi obat disangkal.

3. PEMERIKSAAN FISIK

2
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 110/70 Mmhg

RR : 22 x/ menit

Suhu : 36.8 0 C

Nadi : 80 x/ menit

Status Generalisata:
Kepala : Normochepal, rambut tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)


Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Pergerakan dada simetris
Jantung : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).

Paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen: Tampak datar, supel, BU normal- kulit (lihat status dermatologi)


Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT <2detik , Edema (-/-)

Status Dermatologikus

Distribusi : regional, unilateral, segmantal setinggi T6-T7

Lokasi : Regio thorakalis anterior dextra setinggi T6-T7

Lesi : Lesi multiple. Sebagian tepi lesi sirkumskripta, sebagian tepi lesi lainnya
difus.Lesi nampak menimbul dari permukaan kulit.

Efloresensi : vesikel berkelompok multiple, dengan dasar eritematosa berukuran milier-


lentikuler . Sebagian vesikel diskret sebagian konfluens.

3
4
4. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Tzanck Smear

5. RESUME

Seorang laki-laki 60 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan kelamin RSUD Cianjur
dengan keluhan timbul gelembung berisi cairan disertai gatal disekitar perut bagian kanan atas
dan menjalar sampai ke belakang sejak 2 hari SMRS. 1 minggu sebelumnya mengeluh
demam, sakit kepala, dan lemas selama 2hari. Kemudian timbul bercak kemerahan disertai
gatal pada bagian perut kanan atas dan menjalar ke belakang, kemudian bercak menjadi
gelembung-gelembung yang berisi cairan, yang terasa perih, panas dan nyeri serta dirasakan
setiap saat.Pasien pernah terkena cacar air saat di bangku sekolah dasar.. Pasien mengaku
sebelumnya pernah berobat ke puskesmas dan diberikan obat untuk mengurangi rasa gatal,
namun pasien tidak ingat nama obatnya, dan tidak menunjukkan adanya perbaikan.

Status generalisata tidak ditemukan adanya kelainan.

Status dermatologikus : Distribusi : regional, unilateral

Lokasi : Regio thorakalis anterior dextra setinggi T6-T7

Lesi : Lesi multiple. Sebagian tepi lesi sirkumskripta, sebagian tepi lesi lainnya difus.Lesi
nampak menimbul dari permukaan kulit.

Efloresensi : vesikel berkelompok multiple, dengan dasar eritematosa berukuran milier-


lentikuler . Sebagian vesikel diskret sebagian konfluens.

6. DIFERENSIAL DIAGNOSA

- Herpes Zoster Thorakalis T6 dan T7 Dextra \

- Herpes Simpleks

- Varisela

5
Diagnosa kerja : Herpes Zoster Thorakalis T6 dan T7 Dextra \

7. PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa

1 Menerangkan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita pasien.


2 Memberikan informasi agar pasien beristirahat yang cukup serta mencukupi kebutuhan
nutrisi
3 Memberikan informasi agar menjaga kebersihan diri.
4 Memberikan informasi bahwa lesi tidak boleh digaruk agar gelembung tidak pecah,
kenakan pakaian yang longgar.
5 Memberikan informasi tentang cara minum obat.
Medikamentosa

1 Sistemik

1 Asam mefenamat 3x500 mg (untuk nyeri)

2 Acyclovir 5 x 800 mg/hari, selama 7 hari

3 Cetrizine 10 mg 1x1 bila gatal

4 Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 mcg 1x1 selama 7 hari sebagai
vitamin untuk saraf (neurotropik)

2 Topikal

Bedak Salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah

8. PROGNOSIS

1 Quo Ad Vitam : Ad Bonam

2 Quo Ad Functionam : Ad Bonam

3 Quo Ad Sanationam : Ad Bonam

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.1

Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai
oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom
yang di inervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus kranialis. 2

Meskipun herpes zoster dapat sembuh dengan sendirinya, namun penyakit ini juga dapat menjadi
serius, seperti pada kasus akut sering memberikan efek samping neuralgia post herpetic (NPH). 3

ETIOLOGI

Varicella zoster, yaitu suatu virus rantai ganda DNA anggota famili virus herpes yang tergolong
virus neuropatik atau neuroder-matotropik.2

Virus tersebut bergerak melewati saraf sensorik menuju ujung-ujung saraf pada kulit atau mukosa mulut
2
dan mengadakan replikasi setempat dengan membentuk sekumpulan vesikel.

EPIDEMIOLOGI

Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi musim. Insiden keparahan
dan penyakitnya meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih dari setengah jumlah dilaporkan terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun dan komplikasi terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang dijumpai pada usia
dini (anak dan dewasa muda).1

Faktor risiko penyakit meningkat dengan adanya keganasan atau dengan riwayat transplantasi
sumsum tulang/ginjal atau infeksi HIV. Tidak terdapat predileksi gender. Penyakit ini bersifat menular
namun daya tularnya kecil bila dibandingkan dengan varisella. 1

7
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi 6:

1. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti
lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul.
Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra 6

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.6

8
3. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra. 6

4. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra. 6

5. Herpes zoster lumbalis

9
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. 6

6. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra. 6

PATOGENESIS

Imunitas terhadap VZV berperan dalam pathogenesis herpes zoster terutama imunitas selularnya.
Mengikuti infeksi VZV (varisela), partikel virus dapat tetap tinggal di dalam ganglion sensoris saraf
spinalis, kranialis atau otonom selama tahunan. Pada saat respons imunitas selular dan titer antibody
spesifik terhadap VZV menurun (misal oleh karena umur atau penyakit imunosupresif) sampai tidak lagi
efektif mencegah infeksi virus, maka partikel VZV yang laten tersebut mengalami reaktivasi dan
menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di dalam satu dermatom. 1

Virus Varisela-zoster (VZV) melewati lesi di kulit dan permukaan mukosa kulit ke dalam nervus
sensorik yang berdekatan dan secara sentripetal berjalan ke serabut sensorik sampai ke ganglia sensorik.
Sel T yang terinfeksi juga dapat membawa virus ke ganglia sensoris secara hematogen. Di dalam ganglia,
virus menetapkan infeksi laten yang bertahan seumur hidup. Herpes zoster terjadi paling sering pada
dermatom dimana ruam varicella mencapai tingkat kepadatan yang tertinggi yaitu pada inervasi saraf
pertama (optalmikus) pada pembagian saraf trigeminal dan dari ganglia sensorik tulang belakang dari T1
sampai L2.2

10
Mekanisme yang terlibat dalam reaktivasi laten VZV tidak jelas, namun reaktivasi telah dikaitkan
dengan imunosupresi; stress emosional; radiasi tulang belakang; keterlibatan tumor di medulla, ganglion
dorsalis, atau struktur yang berdekatan; trauma local; manipulasi bedah tulang belakang; dan sinus
frontalis (sebagai presipitan dari zoster oftalmikus). Penurunan imunitas selular VZV-spesifik terjadi
seiring dengan bertambahnya usia.2

Ketika imunitas selular VZV-spesifik turun sampai garis kritis, virus yang aktif tidak dapat
tertampung lagi. Virus bermultiplikasi dan menyebar kedalam ganglion, yang dapat menyebabkan
nekrosis neuronal dan peradangan intens, inilah yang menyebabkan gejala neuralgia yang berat.
Kemudian VZV yang infeksius menyebar menyusuri saraf sensorik, menyebabkan neuritis hebat, dan
dilepaskan dari ujung saraf sensoris ke kulit, ini akan memberikan gambaran vesikel herpes zoster di
kulit. Penyebaran infeksi ganglionic proksimal sepanjang akar saraf posterior ke meningens dan medulla
yang dapat menyebabkan leptomeningitis local, pleositosis cairan serebrospinal, dan myelitis segmental. 2

11
Gambaran perkembangan
rash pada herpes zoster
diawali dengan:2

1 Munculnya lenting-
lenting kecil yang
berkelompok.

2 Lenting-lenting
tersebut berubah
menjadi bula-bula.

3 Bula-bula terisi
dengan cairan limfe,
bisa pecah.

4 Terbentuknya krusta
(akibat bula-bula
yang pecah).

5 Lesi menghilang.

Gambar.6 Gambaran perkembangan Rash pada herpes zoster 7

GEJALA KLINIS

Herpes zoster dapat dimulai dengan timbulnya gejala prodromal berupa sensasi abnormal atau
nyeri otot local, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar dari ringan
sampai berat. Dapat juga dijumpai gejala konstitusi misalnya nyeri kepala, malaise, dan demam. Gejala
prodromal dapat berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari). 1

Erupsi kulit biasanya gatal atau nyeri terlokalisata (terbatas pada satu dermatom) berupa makula
kemerahan. Kemudian berkembang menjadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari.
Selanjutnya isi vesikel menjadi keruh dan akhirnya menjadi krusta (berlangsung selama 7-10 hari). Erupsi

12
kulit mengalami involusi setelah 2-4 minggu. Rash lebih berat dan bertahan lama pada orang yang lebih
tua., dan lebih ringan dan berdurasi pendek pada anak anak. 1

Pada susunan syaraf tepi jarang timbul kelainan motorik. Tetapi pada susunan syaraf pusat dapat
terjadi kelainan motorik. Hiperestesi pada daerah yang terkena merupakan gejala khas. Kelainan pada
muka sering di sebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (ganglion gaseri). Nervus fasialis
dan optikus (ganglion genikulatum). Secara klinis manifestasi herpes zoster antara lain. 1

1 Zoster sine herpete : Adanya nyeri dermatom yang jelas tanpa disertai dengan erupsi kulit. Hal ini
disebabkan gagalnya penyebaran VZV ke kulit saat fase reaktivasi. 1

2 Herpes zoster abortif : Perjalanan penyakit sangat singkat disertai dengan kelainan kulit yang
sangat ringan.1

3 Herpes zoster oftalmikus : Herpes zoster yang menyerang ganglion oftalmikus yang merupakan
cabang I nervus trigeminal. Bila mengenai anak cabang nervus nasosiliaris dapat menimbulkan
kelainan pada mata yang bisa berupa konjungtivitis, keratitis, uveitis anterior, iridosiklitis bahkan
panoftalmitis.1

4 Sindrom Ramsay Hunt : Herpes zoster pada liang telinga eksterna atau membran timpani,
terdapat paralisis fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan mengecap pada 2/3 bagian depan lidah,
tinitus, vertigo dan tuli. Pada keadaan ini virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius. 1

5 Herpes zoster generalisata atau diseminata : Lesi utama disertai penyebaran vesikel-vesikel soliter
pada tubuh.1

6 Herpes zoster pada pasien imunokompromais : Lesi cukup berat bisa multi dermatom, ditemukan
bula hemoragik, nyeri hebat, dapat mengenai organ dalam dengan gejala prodormal hebat dan
erupsi kulit yang berlangsung lebih lama.1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Tzanc Smear

2 Direct Fluorescent Assay (DFA)

3 Polymerase Chain Reaction (PCR)

4 Biopsi Kulit

13
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak adanya multinukleasi giant sel dan sel epithelial yang berisi
badan inklusi acidophilic intranuclear yang membedakan lesi kulit yang dihasilkan oleh VZV dari semua
erupsi vesikular lainnya (misalnya, yang disebabkan oleh variola dan poxvirus, coxsackie virus, dan echo
virus).2

DIANOSIS BANDING

1 Herpes Simpleks

Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar kulit yang
kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang
terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Lesi
yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan
jari tangan. Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah
pinggang terutama di sekitar alat genitalia eksterna. 2

1 Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel.
Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan
kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas. 2

2 Impetigo vesiko-bulosa

Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat predileksi di
ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih sering dijumpai
pada anak-anak.2

KOMPLIKASI

1. Neuralgia pascaherpetic

Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini
cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang
bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya. 5

1 Infeksi sekunder

14
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada
yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai
komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. 5

2 Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga
memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat
persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan.5

3 Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus secara
kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya
muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan. 5

PENATALAKSANAAN

Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat mungkin dengan cara
membatasi replikasi virus, sehingga mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut. 1

1. Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang
lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar.
Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan. 1

2. Pengobatan Khusus

Sistemik

3 Obat Antivirus

15
Obat antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat keparahan nyeri
herps zoster akut. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada
virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3
hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5800
mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada
pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Lalu ada juga
obat Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari atau Famsiklovir diberikan
3500 mg/hari selama 7 hari.1

4 Kortikosteroid

Prednison yang digunakan bersama asiklovir dapat mengurangi nyeri akut. Hal
ini disebabkan penurunan derajat neuritis akibat infeksi virus dan kemungkinan juga
menurunkan derajat kerusakan pada saraf yang terlibat.

Akan tetapi pada penelitian lain, penambahan kortikosteroid hanya memberikan


sedikit manfaat dalam memperbaiki nyeri dan tidak bermanfaat untuk mencegah NPH,
walaupun memberikan perbaikan kualitas hidup mengingat risiko komplikasi terapi lebih
berat daripada keuntungannya. 1

5 Analgetik

Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukan respon baik terhadap AINS
(asetosal,piroksikam,ibuprofen,diklofenak) atau analgetik non opioid
(parasetamol,tramadol,asam mefenamat). Kadang-kadang dibutuhkan opioid
(kodein,morfin atau oksikodon) untuk pasien dengan nyeri kronik hebat. 1

6 Antidepresan dan antikonvulsan

Antikonvulsan gabapentin dan pregabalin. Gabapentin dan pregabalin bekerja di subunit


2 yang terdapat pada kanal kalsium untuk menurunkan influks kalsium, sehingga
menginhibisi keluarnya neurotransmiter eksitatorik termasuk glutamat yang merupakan
neurotransmiter utama yang memelihara sensitisasi sentral. Dosis awal gabapentin 300
mg pada hari pertama, 2 x 300 mg pada hari ke dua, 3 x 300 mg pada hari ke tiga. Titrasi
lalu diperlambat sampai mencapai 3 x 600 mg dalam 2 minggu. Dosisnya harus dibagi 3-
4 kali sehari karena waktu paruhnya pendek. Dosis pregabalin 150-600 mg perhari,
dibagi 2 dosis. Gabapentin dan pregabalin akan mengurangi nyeri sehingga akan
memperbaiki tidur, mood, dan kualitas hidup. Pregabalin sendiri memiliki efek
16
antiansietas. Kedua obat ini memiliki insiden efek samping yang rendah, dan biasanya
bersifat ringan sehingga sering disarankan sebagai obat lini pertama. Efek samping yang
dapat dialami pasien antara lain somnolen, pusing, edema perifer, dan gangguan
keseimbangan.4

Pengobatan topikal

7
Kompres

Kompres terbuka dengan solusio Burowi dan Calamin (Caladryl). Dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri dan pruritus. Kompres solusio burowi (alumunium asetat 5%)
dilakukan 4-6 kali/hari selama 30-60 menit. Kompres dingin atau cold pack sering
digunakan.1

8
AINS

Asam asetil salisilat topikal dalam pelembab lebih efektif dibandingkan aspirin oral
dalam memperbaiki nyeri akut. Aspirin dalam etil eter atau kloroform dilaporkan
bermanfaat menghilangkan nyeri untuk beberapa jam. Krim

indometasin sama efektifnya dengan aspirin, dan aplikasinya lebih nyaman. 1

9 Anestetik lokal

Pemberian anastetik lokal pada berbagai lokasi sepanjang jaras saraf yang terlibat dalam
herpes zoster telah banyak dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Pendekatan seperti
infiltrasi lokal subkutan, blok saraf perifer , ruang paravertebral atau epidural, dan blok
simpatis untuk nyeri yang berkepanjangan sering digunakan. Akan tetapi, dalam studi
prospektif dengan kontrol berskala besar, efikasi blok saraf terhadap pencegahan NPH
belum terbukti dan berpotensi menimbulkan risiko. 1

10 Kortikosteroid

Krim/losio yang mengandung kortikosteroid tidak digunakan pada lesi akut herpes zoster
dan juga tidak dapat mengurangi risiko terjadinya NPH. 1

17
PENCEGAHAN

Pemberian booster vaksin varisela strain untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ
sehingga dapat memodifikasi perjalanan herpes zoster.1

PROGNOSIS

1 Umumnya baik, tergantung berat ringannya faktor predisposisi.

2 Pada orang muda dan anak umumnya baik.2

18
DAFTAR PUSTAKA

1 Pusponegoro. Herpes Zoster. Dalam Wasitaatmadja, Syarif M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. pp : 121

2 Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella and Herpes
Zoster. In :Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York : McGraw Hill
Company. 2012. Pp : 2383-2400.

3 Lubis, Ramona Dumasari. 2008. Varicella dan Herpes Zoster.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf Diakses pada tanggal 7
Maret 2016.
4 Thakur R, Kent JL, Dworkin RH. In : Regina, Loretha Wijaya. Herpes Zoster and Postherpetic
Neuralgia. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2011; pp. 348

5 Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta


Kedokteran. Edisi Ke-4. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. 2014; 309.

6 James, W.D. Viral Diseases. In : Andrews Disease of the Skin Clinical Dermatology. 11th ed.
USA : Elseiver Saunder. 2011 .p. 372 376.

7 Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella and Herpes Zoster.
In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill
Company.2008.p. 1885-1898.

19

Anda mungkin juga menyukai