Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001:1448) patofisiologi gagal ginjal kronik
dimulai dari fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis.
Gangguan Klirens renal, banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
3
Pathway
Menurut Muttaqin, Arif (2011:168)
Stadium I
Penurunan cadangan ginjal
Laju filtrasi glomerulus 40-50%
normal
7
Pasien asimtomatik
Stadium III
GFR menurun
Gangguan perfusi
jaringan
2.1.5.1 Hiperkalemia
Diakibatkan penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme,
dan masukan diet berlebihan.
2.1.5.2 Perikarditis
Efusi perikardial, dan temponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
10
2.1.5.3 Hipertensi
Disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi
sistem renin angioaldosteron.
2.1.5.4 Anemia
Disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah
merah, dan pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin,
dan kehilangan darah selama hemodialisa.
2.1.5.5 Penyakit Tulang
Hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar
aluminium.
2.2.1 Pengkajian
3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
15
2.2.3 Intervensi
2) Pengukuran antropometrik.
3) Nilai laboratorium (elektrolit serum,BUN, kreatinin, protein,
tranferin, dan kadar besi).
Rasional: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi.
2. Kaji pola diet nutrisi pasien:
1) Riwayat diet.
2) Makanan kesukaaan.
3) Hitung kalori.
Rasonal: Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan
dalam menyusun menu.
3. Kaji faktor yang berperan dalam merubahmasukan nutrisi:
1) Anoreksia, mual atau muntah.
2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien.
3) Depresi.
4) Kurang memahami pembatasan diet.
5) Stomatitis.
Rasional: Menyediakan informasi mengenal faktor lain yang
dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan
diet.
4. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional: Mendorong peningkatan masukan diet.
5. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, produk susu, daging.
Rasional: Protein lengkap di berikan untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang di perlukan untuk pertumbuhan
dan penyembuhan.
6. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium
diantara waktu makan.
Rasional: Mengurangi makanan dari protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan.
Rasional: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan
anoreksia dan rasa kenyang.
8. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
19
Intervensi:
1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan:
1) Anemia.
2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Retensi produk sampah.
4) Depresi.
Rasional: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
keletihan.
22
2.2.4 Implementasi
Implementasi:
1. Mengkaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,
konsekuensinya, dan penanganannya:
1) Penyebab gagal ginjal pasien.
2) Pengertian gagal ginjal.
3) Pemahaman tentang fungsi renal.
4) Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal
ginjal.
5) Rasional penanganan (Hemodialisis, dialisis peritoneal,
transplantasi).
2. Menjelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan
penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
4. Menyediakan informasi baik tertulis maupun secara oral
dengan tepat tentang:
1) Fungsi dan kegagalan renal.
2) Pembatasan cairan dan diet.
3) Medikasi.
4) Melaporkan masalah, tanda dan gejala.
5) Jadwal tindak lanjut.
6) Sumber di komunitas.
7) Pilihan terapi.
2.2.5 Evaluasi
2.2.6 Pendokumentasian
jawabkan secara moral dan hukum (Zaidin Ali, 1998: 87), sedangkan
menurut Nasrul Effendi tahun 2001, catatan dan pelaporan keperawatan
adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan pasien yang
dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Nama : Tn. AB
Umur : 39 tahun
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
: tinggal serumah
: pasien
: garis keturunan
BB sebelum sakit : 50 Kg
Tabel 3.1 Nutrisi dan Metabolisme Saat Sakit dan Sebelum Sakit.
Pola Makan Sehari-hari Saat Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi /hari 3x sehari 3x sehari
Porsi porsi 1 porsi
Nafsu Makan Kurang baik Baik
Jenis Makanan Bubur, lauk, sayur, buah Nasi, sayur, lauk
Jenis Minuman Air putih Kopi, air putih
Jumlah Minuman/cc/24 jam 500/600 cc/hari 1000 cc/hari
Kebiasaan Makanan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/Masalah Tidak nafsu makan Tidak ada
3.1.5 Sosial-spiritual
ANALISIS DATA
Suami saya hanya mampu Intake yang tidak adekuat nutrisi kurang dari
makan hanya 2-5 sendok
kebutuhan tubuh
saja
DO: .
4.
DS:Pasien mengatakan Saya Resiko infeksi
melakukan tindakan
Prosedur invasif,
hemodialisa rutin pada hari
pemasangan infus dan
senin dan kamis
jarum cimino/hemodialisa
DO:
1) Hasil lab Leukosit 8,68 x 10
3 /uL
2) Pasien mengalami prosedur
invasif.
3) Terdapat luka bekas jarum
cimino (jarum
hemodialisa) di tangan
kanan.
4) Suhu 37,8C
5.
DO:
1) Kemampuan pergerakan
sendi terbatas.
2) Pasien berbaring di tempat
tidur.
3) Aktivitas di bantu
keluarga, maka, minum.
4) Posisi pasien setengah
duduk.
5) Skala aktivitas 2.
6) Hasil lab Hemoglobin 8,5
g/dl.
6.
DS: Pasien mengatakan
Kulitnya kering, warnanya
berubah dan gatal-gatal Gangguan integritas kulit
Uremia yang berlebihan
DO:
1) Suhu kulit pasien hangat.
2) Warna kulit hitam.
3) Turgor kulit kurang.
4) Tekstur kulit kasar.
5) Pasien terlihat
menggaruk-garuk bagian
yang gatal.
6) Hasil lab ureum 172
Creatinin 10,6
41
PRIORITAS MASALAH
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola napas pasien. 1. Dy
berhubungan dengan edema keperawatan 2x24 jam maka irr
ind
paru. diharapkan agar pola napas
na
pasien efektif dengan 2. Kaji warna kulit, kuku dan 2. Ke
membran mukosa. da
frekuensi dan kedalaman
da
dalam rentang normal dan pe
paru jelas/bersih dengan 3. Atur posisi Semifowler. 3. Po
org
kriteria hasil:
seh
4. Observasi tanda-tanda vital. 4. Ga
1. Pasien tidak sesak.
2. Pasien tidak lemah. me
3. Pasien tidak pucat. vit
4. TTV dalam batas pe
5. Kolaborasi untuk pemberian 5. a.
normal. a. O2 nasal kanul. b.A
b. Pemeriksaan analisa gas darah.
un
pe
2. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda-tanda vital, kaji 1. M
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam maka pengisian kapiler, warna de
penurunan transport O2 diharapkan terjadi kulit/membran mukosa, dan dasar da
kejaringan/nutrisi ke sel. peningkatan perfusi jaringan kuku. int
2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. M
yang sesuai secara individual
sesuai toleransi. me
dengan kriteria hasil:
ke
1. Kelemahan pasien 3. Awasi upaya pernapasan,
3. Di
berkurang. auskultasi bunyi napas.
ga
2. Pasien tidak pucat.
3. CRT <2 detik. jan
4. Tanda-tanda vital
cu
dalam batas normal. 4. Berikan O2 sesuai indikasi. 4. M
5. Nilai laboraturium
jar
5. Awasi hasil pemeriksaan
dalam batas normal. 5. M
laboratorium, berikan sel darah
ke
merah lengkap sesuai indikasi.
ter
6. Kolaborasi dengan tim medis
6. Pe
43
3. Pemenuhan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan mual, muntah, dan 1. M
nutrisi kurang dari keperawatan 2x24 jam, maka penurunan nafsu makan.
2. M
2. Kaji riwayat nutrisi termasuk
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi pasien
makanan yang disukai.
berhubungan dengan intake terpenuhi dengan kriteria 3. Observasi dan catat masukan 3. M
yang tidak adekuat. hasil: makanan pasien. ko
1. Nafsu makan meningkat. ko
2. Pasien tidak lemah. 4. Timbang berat badan tiap hari
4. M
(bila memungkinkan).
ya
5. Beri dan bantu oral hygiene.
5. Or
6. Kolaborasi dengan ahli gizi na
6. M
dalam pemberian makanan yang
ya
tidak dapat merangsang lambung,
contoh: pedas dan asam.
7. Kolaborasi dengan keluarga 7. M
dalam pemberian makanan be
dengan porsi sedikit tapi sering. ur
8. Kolaborasi dengan keluarga 8. Fa
dalam menciptakan lingkungan ya
yang menyenangkan selama an
waktu makan.
44
4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.Lakukan teknik aseptik saat 1. Ti
dengan prosedur invasif keperawatan 2x24 jam maka melakukan tindakan invasif baik pr
ter
pemasangan jarum infus, diharapkan pasien tidak itu infus dan jarum cimino (Jarum
jarum cimino/hemodialisa. mengalami infeksi dengan hemodialisa).
kriteria hasil: 2. M
2.Observasi tanda-tanda vital.
1. Leukosit dalam batas pe
normal. pe
2. Pasien tidak mengalami 3.Observasi daerah pemasangan infus 3. M
ru
infeksi. dan jarum cimino (jarum
lae
hemodialisa) apakah adanya tanda-
tanda infeksi.
45
6. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Inspeksi kulit terhadap perubahan 1. M
berhubungan dengan uremia keperawatan 2x24 jam maka warna, turgor, perhatikan kemerahan, da
55
S: Pasien mengatakan kulit saya masih
Diagnosa 6 kering dan berwarna hitam.
49
20.30
BAB 4
PEMBAHASAN
56
Pelaksanaan asuhan keperawatan secara murni mengacu pada konsep dan teori
yang sudah ada, bukanlah suatu upaya yang mudah, sering ditemukan kesenjangan
antara keduanya. Dalam BAB ini penulis akan menjelaskan tentang kesesuaian
maupun kesenjangan antara kasus nyata yang ditemukan di lapangan dengan teori
yang ada serta faktor penghambat dan pendukung terhadap proses keperawatan yang
telah diberikan pada Tn.AB dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang A BLUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya yang dimulai dari tanggal 21 sampai dengan 22 Januari
2013.Pembahasan akan dimulai dengan beberapa tahapan dalam proses keperawatan
yang sistematis dimulai dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi serta pendokumentasian. Adapun pembahasan yang penulis
lakukan sebagai berikut:
50
4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada Tn. AB, penulis mengangkat enam diagnosa
keperawatan berdasarkan dari analisa data yang diperoleh penulis yaitu:
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru, gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan transport O2 kejaringan/nutrisi ke sel,
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan mobilisasi fisik, gangguan
integritas kulit berhubungan dengan uremia yang berlebihan. Sedangkan pada
teori Gagal Ginjal Kronik diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut
Smeltzer (2001) ada tujuh diagnosa keperawatan yaitu: kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan
serta natrium, perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut, gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia,kurang
pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialisis, gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual, dan resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif, pemasangan jarum infus dan jarum
cimino/hemodialisa.
Dari hasil pengkajian pada Tn. AB dengan teori menurut Smeltzer (2001)
ada beberapa kesamaan yang ditemukan penulis diantaranya perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah,
pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut, gangguan integritas
kulit berhubungan dengan uremia, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis, resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif, pemasangan jarum infus dan jarum
cimino/hemodialisa.
52
4.3 Perencanaan/Intervensi
sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 2x24 jam, dari masing-masing
diagnosa.
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan edema paru, perencanaan bertujuan agar pola nafas efektif dengan
frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih dengan
rencana tindakan observasi pola napas pasien, kaji warna kulit, kuku dan
membran mukosa, atur posisi Semifowler, observasi tanda-tanda vital, kolaborasi
untuk pemberian O2 dan pemeriksaan analisa gas darah.
Pada diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan transport O2 kejaringan/nutrisi ke sel, perencanaan bertujuan
terjadi peningkatan perfusi jaringan yang sesuai secara individual misalnya
kelemahan berkurang pasien tidak pucat, capillary refill dan tanda-tanda vital
dalam batas normal, nilai laboratorium dalam batas normal dengan rencana
tindakan awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran
mukosa, dan dasar kuku, tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi, awasi
upaya pernafasan, auksultasi bunyi napas, berikan O2 sesuai indikasi, awasi hasil
pemeriksaan laboratorium, berikan sel darah merah lengkap sesuai indikasi,
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tablet zat besi sesuai indikasi,
dokumentasi hasil rencana tindakan yang telah di laksanakan.
Pada diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, perencanaan
bertujuan nutrisi pasien terpenuhi dengan rencana tindakan kaji keluhan mual,
muntah, dan penurunan nafsu makan, kaji riwayat nutrisi termasuk makanan
yang di sukai, observasi dan catat masukan makanan pasien, timbang berat badan
tiap hari (Bila memungkinkan), beri dan bantu oral hygiene, kolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian makanan yang tidak dapat merangsang lambung,
contoh: pedas dan asam, kolaborasi dengan keluarga dalam pemberian makanan
dengan porsi sedikit tapi sering, kolaborasi dengan keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.
Pada diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif pemasangan jarum infus, jarum cimino/hemodialisa, perencanaan
bertujuan tidak terjadi infeksi dengan rencana tindakan lakukan teknik aseptik
56
saat melakukan tindakan invasif baik itu infus dan jarum cimino (jarum
hemodialisa), observasi tanda-tanda vital, observasi daerah pemasangan infus
dan jarum cimino (jarum hemodialisa) apakah adanya tanda-tanda infeksi.
Pada diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, anemia, perencanaan bertujuan pasien mampu berpartisipasi dalam
melakukan aktivitas yang dapat di toleransi dengan rencana tindakan kaji faktor
yang menimbulkan keletihan, anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat,
anjurkan beristirahat setelah dialisis, bantu pasien dalam merencanakan jadwal
aktivitas setiap hari untuk menghindari imobilisasi dan keletihan, kolaborasi
dengan dokter bila keluhan kelelahan menetap.
Pada diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit berhubungan dengan
uremia, perencanaan bertujuan tidak terjadi kerusakan integritas kulit dengan
rencana tindakan inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, perhatikan
kemerahan, eksoriasi, kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya
eksoriasi, pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa, ganti posisi
tiap 2 jam sekali beri bantalan pada tonjolan tulang, pelindung siku dan tumit,
jaga keadaan kulit tetap kering dan bersih, anjurkan pada klien untuk
menggunakan pakaian tipis dan kering yang menyerap keringat dan bebas
keriput, anjurkan pasien gunakan kompres lembab dan dingin, kolaborasi dalam
pemberian foam dan tempat tidur angin.
Adapun faktor penghambat bagi penulis dalam menentukan intervensi
keperawatan pada Tn. AB adalah masih sulitnya penulis menentukan prioritas
dan diagnosa keperawatan yang telah diatur dalam teori dalam urutan umum
yang dapat diubah sesuai dengan keadaan individual pasien, dimana perawat
dapat memilih atau menambahkannya, sehingga agak sulit menentukan situasi
pasien untuk menarik intervensi. Sedangkan faktor pendukung bagi penulis
dalam menentukan intervensi keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik
dengan pasien sehingga penulis bisa menentukan intervensi keperawatan
menurut prioritas keperawatan.
4.4 Pelaksanaan/Implementasi
dan adanya eksoriasi, memantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran
mukosa, menjaga keadaan kulit tetap kering dan bersih, menganjurkan pasien
gunakan kompres lembab dan dingin.
Sedangkan menurut Price (2005:965) prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan
konservatif sangat sederhana dan didasarkan pada pemahaman mengenai batas-
batas ekskresi yang dapat dicapai oleh ginjal yang terganggu. Selain itu, terapi
diarahkan pada pencegahan dan pengobatan komplikasi yang terjadi, yaitu:
pengaturan diet protein, pengaturan diet kalium, dan pengaturan diet natrium dan
cairan. Dalam melakukan intervensi penulis menyesuaikan dengan referensi
Gagal Ginjal Kronik.
Dalam teori di atas lebih mengutamakan pelaksanaan tentang pembatasan
makan, tetapi penulis lebih mengutamakan hal yang paling prioritas yaitu
pelaksanaan pada ketidakefektifan pola nafas. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan/implementasi adalah pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap
tindakan keperawatan yang diberikan. Sedangkan yang menjadi faktor
penghambat adalah keterbatasan penulis dalam melakukan tindakan keperawatan
dan peralatan yang bisa menunjang tindakan keperawatan.
4.5 Evaluasi
kurang lebih porsi dari jumlah yang telah ditentukan, masalah belum teratasi
intervensi masih dilanjutkan.
Evaluasi keperawatan yang keempat penulis mendapatkan hasil data
subjektif pasien mengatakan Saya melakukan tindakan hemodialisa rutin pada
hari senin dan kamis, data objektif pasien hasil Lab Leukosit 8,68 x 10 3 /uL,
pasien mengalami prosedur invasif, terdapat luka bekas jarum cimino (jarum
hemodialisa) di tangan kanan, TD:120/90 mmHg, N: 124 x/menit, RR: 28
x/menit, S: 37,8 C, masalah teratasi intervensi dipertahankan.
Evaluasi keperawatan yang kelima penulis mendapatkan hasil data
subjektif pasien mengatakan badan saya masih lemah dan terasa lelah, semua
aktivitas saya di bantu oleh istri, data objektif kemampuan pergerakan sendi
terbatas, pasien berbaring di tempat tidur, aktivitas di bantu keluarga, maka,
minum. posisi pasien setengah duduk, skala aktivitas 2, hasil lab Hemoglobin 8,5
g/dl, masalah belum teratasi intervensi masih dilanjutkan.
Evaluasi keperawatan yang keenam penulis mendapatkan hasil data
subjektif pasien mengatakan Kulit saya masih kering dan berwarna hitam, data
objektif pasien suhu kulit pasien hangat, warna kulit hitam, turgor kulit kurang,
tekstur kulit kasar, pasien menggaruk bagian yang gatal, Lab ureum 172, mukosa
bibir kering. Masalah belum teratasi intervensi masih dilanjutkan.
Dari enam diagnosa yang terdapat pada kasus ini, yang sudah teratasi
adalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan jarum
infus dan jarum cimino/hemodialisa, tetapi masih ada lima diagnosa yang belum
teratasi yaitu ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru,
gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan transport O 2
kejaringan/nutrisi ke sel, gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia
yang berlebihan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan mobilisasi
fisik, resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
Sedangkan menurut Nursalam (2001:71) evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya yang sudah
berhasil dicapai.Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
60
4.6 Pendokumentasian
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sesuai dengan penulisan di atas maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar dapat meningkatkan kegiatan
pembelajaran dan pendalaman materi kepada mahasiswa/mahasiswi
tentang teori-teori dan penerapannya pada lahan praktek, dan diharapkan
bagi mahasiswa/mahasiswi untuk selalu memperhatikan pelajaran-
pelajaran yang diberikan untuk diterapkan pada saat di lahan praktek.
Karena masih banyak terdapat hambatan-hambatan saat saya melakukan
asuhan keperawatan di lahan praktek, terutama pada asuhan keperawatan
yang dilakukan pada Tn.AB dengan Gagal Ginjal Kronik. Penulis berharap
dengan adanya hambatan-hambatan tersebut mahasiswa/mahasiswi dapat
lebih giat belajar dan melatih keterampilan pada saat di lahan praktek dan
bagi dosen, kasus ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbandingan
sejauh mana mahasiswa dapat menerapkannya baik itu di lahan klinik
ataupun masyarakat dan keluarga.
5.2.2 Bagi Rumah sakit
Bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit agar dapat menerapkan dan
melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan fasilitas seperti
alat-alat yang menunjang tindakan medis dan keperawatan yang tersedia di
ruangan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat
terutama di ruang A BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS