OLEH :
PUTU RUSDI ARIAWAN
NIM : 0804405050
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia – Nya paper ini dapat terselesaikan.
Penyusunan paper ini merupakan pengganti ujian akhir semester mata kuliah
bahan listrik program sarjana (S1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
Universitas Udayana. Adapun judul paper ini adalah: “KOMUNIKASI SERAT
OPTIK”.
Saya menyadari bahwa apa yang tersusun dalam paper ini jauh dari apa yang
diharapkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki. Maka dari itu, kritik, saran,
bimbingan, dan petunjuk – petunjuk dari semua pihak sangat saya harapkan guna
kelengkapan dan penyempurnaan paper ini.
Penyusunan paper ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak
Ir. I Ketut Wijaya, selaku dosen mata kuliah bahan listrik yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat selama penyusunan paper ini, dan kepada semua teman-
teman saya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Akhir kata, saya harapkan paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya mahasiswa jurusan teknik elektro dan bagi perkembangan ilmu
teknologi informasi.
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Pengantar ................................................................. 1
2.2 Rumusan masalah ................................................... 3
2.3 Tujuan penyusunan paper ....................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Pengantar
Komunikasi data yang berkembang dengan pesat dewasa ini sesuai dengan
kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi dunia yang sedang maju dengan
pesat serta pengaruh era globasasi dan arus informasi yang sangat diperlukan oleh
masyarakat modern. Kemajuan perekonomian serta majunya teknologi
telekomunikasi merupakan titik tolak dan potensi besar untuk dapat meningkatkan
dan mewujudkan berbagai jenis pelayanan komunikasi yang lebih canggih untuk
komunikasi suara, vidio dan data
pengirim penerima
modulator pemroses
sinyal
sumber detektor
pembawa
Jadi, pada sistem komunikasi serat optik, bentuk pesan asli yang berasal dari
sisi pengirim harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk sinyal cahaya yang
kemudian akan dikirimkan oleh sumber pembawa atau pemandu gelombang
cahaya ke suatu detektor cahaya pada sisi penerima, kemudian akan diubah lagi
dari sinyal cahaya ke dalam bentuk sinyal suara.
Frekuensi ditentukan oleh sumber pemancar dan tidak berubah bila cahaya
berjalan dari satu bahan ke bahan lain.
Medan
Elektrik z
Gambar 2.2 Medan elektrik untuk gelombang yang berjalan dalam arah z,
pada tiga waktu yang berbeda.
Medan elektrik untuk gelombang pada Gambar 2.2 dapat ditulis sebagai
berikut:
E = E0 sin ( ω t – k z ) (2-1)
Medan
Elektrik z
Hal ini menunjukkan terdapatnya rugi daya dalam perjalanan gelombang dari
sumber ke penerima.
Satuan energi yang lain adalah elektron-volt (eV). Satu elektron volt adalah
energi kinetik yang diperlukan oleh sebuah elektron bila dipercepat oleh beda
–19
potensial 1 volt. Relasi antara elektron volt dan Joule adalah 1eV = 1,6 x 10 J.
Sifat cahaya sebagai partikel tidak dijelaskan lebih lanjut dalam paper ini.
mempunyai indeks bias (n2) lebih rendah dari n1, ( n2 < n1 ) Struktur serat optik
diperlihatkan pada Gambar 3.1
kronis
teras
Penerim Kulit
aan
Terlihat bahwa sinar masuk teras serat dengan sudut фa terhadap sumbu serat
dan dibiaskan pada antar muka udara teras-kulit pada sudut kritis. Sehingga setiap
sinar yang masuk teras dengan sudut lebih besar daripada фa akan ditransmisikan
ke antar muka-teras kulit pada sudut lebih kecil daripada фc dan tidak mengalami
Hubungan antara sudut penerimaan dan indeks bias ketiga media (teras, kulit,
udara) dinyatakan dengan tingkap numeris (numerical aperture, NA).
Sumber cahaya untuk serat optik bekerja sebagai pemancar cahaya yang
membawa informasi. Sumber tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan yang
diperlukan. Pertama, cahaya yang dihasilkan harus bersifat mendekati
monokhromatis (berfrekuensi tunggal). Kedua, sumber tersebut harus mempunyai
keluaran cahaya yang berintensitas tinggi, sehingga mampu mengatasi rugi-rugi
yang dijumpai pada transmisi sepanjang serat. Ketiga, sumber cahaya harus
mudah dimodulasi oleh isyarat informasi. Yang terakhir, sumber cahaya harus
berukuran kecil, ringkas dan mudah diubungkan dengan serat, sehingga tidak
mengakibatkan rugi-rugi sambungan yang besar.
Sumber cahaya yang biasa digunakan pada sistem komunikasi serta optik
sampai saat ini ada dua macam:
1. Diode Pancar Cahaya ( Light Emitting Diode, LED )
2. Diode Laser Injeksi ( Injection Laser Diode, ILD )
UNTAI
+ V–
P N SAMBUNGAN P–N
90%
10%
Waktu bangkit ini penting untuk komunikasi dngan isyarat digital. Hubungan
Nilai tr LED ini biasanya berkisar dari beberapa nanodetik sampai 250
nanodetik.
LED sangat handal dan awet bila dioperasikan dalam batas-batas daya,
tegangan, arus dan suhu yang telah ditentukan oleh pabriknya. Umur LED adalah
lamanya pemakaian sampai dayanya berkurang hingga setengah nilai awalnya.
5
Umur LED yang baik bisa mencapai 10 jam bahkan lebih. LED bisa bekerja pada
o o
suhu antara –65 C dan 125 C.
Pada efek fotoelektrik dalam, pembawa muatan bebas, baik elektron maupun
lubang diperoleh pada saat penyerapan foton yang datang. Piranti yang
menggunakan prinsip ini adalah adalah piranti sambungan semikonduktor, seperti:
fotodiode P-N, fotodiode PIN (Positive Intrinsic Negative) dan fotodiode guguran
(Avalanche Photodiode, APD). Piranti fotodetektor yang umum digunakan dalam
komunkasi serat optik adalah fotodiode PIN dan APD.
Untuk waktu bangkit, tr , sama seperti LED dan LD, lebar bidang modulasi
3-dB pada detektor adalah:
f 3-dB = 0,35 / tr. (3-6)
P I - N
+
–
V RL V
+
Pada lapisan intrinsik ini tidak ada muatan bebas, sehingga resistansinya
besar. Akibatnya sebagian besar tegangan diode berada pada lapisan ini dan di
dalamnya terjadi gaya elektrik yang kuat. Lapisan instrinsik ini cukup lebar
sehingga kemungkinan besar foton yang datang akan diserap ke dalamnya.
Dalam prakteknya sumber optik tidak hanya memancarkan cahaya pada satu
panjang-gelombang (frekuensi) saja, tetapi pada suatu rentang panjang-gelombang
yang disebut lebar spektral. Makin kecil lebar spektral, sumber semakin koheren.
Sumber yang memancarkan cahaya pada satu panjang-gelombang (lebar-spektral
nol) adalah monokhromatis sempurna. Lebar spektral khas untuk sumber-sumber
yang umum, terlihat pada Tabel 4.1.
diode laser ( LD ) 1 – 5 nm
Menurut Tabel 4.1 diode laser lebih koheren daripada LED. Sedangkan laser
zat padat Neodymium Ytrium-Alumunium Garnet ( Nd:YAG) dan Laser Helium
– Neon (HeNe) lebih koheren daripada diode laser. Tetapi sumber LED dan LD
lebih praktis untuk sistem serat karena ukuran kecil dan kebutuhan daya kecil,
meskipun lebar spektralnya lebih besar.
0,5
0
780 800 820 840 860
Misalkan suatu sumber riil (lebar bidang non zero) memancarkan pulsa
cahaya kedalam serat kaca dispersif. Pulsa tadi berisi sejumlah pulsa-pulsa
identik, dengan panjang-gelombang berbeda (gambar 4.2). Beberapa pulsa yang
berjalan dengan kecepatan yang berbeda akan mencapai ujung serat pada waktu
1
0,5 Δλ
0,5
τ +Δτ
λ1 λ1
λ2 λ2
λ3 λ3
Waktu Waktu
λ1 λ1
λ2 λ2
λ3 λ3
Waktu Waktu
Indeks bias kaca silikon dioksida murni (SiO2) yang digunakan untuk serat
optik mempunyai ketergantungan terhadap panjang-gelombang (gambar 4.4).
Indeks bias berkurang dengan bertambahnya panjang-gelombang, sehingga lereng
kurva negatif (gambar 4.4a). Besaran lereng berubah dengan panjang-gelombang.
Pada panjang-gelombang tertentu (λ0) ada titik balik (infleksi) pada kurva indeks
bias. Megnitude lereng minimum pada λ0 ini (gambar 4.4b). Maka lereng lurva (b)
adalah 0 pada λ0 (gambar 4.4c) yang merupakan derivatif kedua indeks bias
terhadap panjang-gelombang. Untuk silika murni, indeks bias mendekati 1,45 dan
titik balik mendekati 1,3 μm. Doping SiO2 dengan sedikit bahan lain misalnya
1,45
d2 n
n =
0
d2 λ (λo)
λ
(c)
τ τ
/L /L
(τ/L)1
(τ/L)2 τ
Δ ( /L) Δ λ1
Δλ
λ1 λ2
Δ λ = λ 2 - λ1
panjang-gelombang λ1 dan λ2 .
Δλ = λ2 – λ1
λ
= L Δ( /L)
Durasi pulsa didefinisikan sebagai interval waktu dimana daya optik naik
dari separoh nilai puncak hingga waktu turun ke separoh nilai puncak (full
duration half maximum, FDHM). Hal ini diperlihatkan pada Gambar 4.2.
λ
Lereng kurva /L dinotasikan dengan: Δ λ
λ
λ Δ ( /L ) (4-2)
( /L)΄ =
Δλ
M = λ n΄΄ / c
= – M Δλ (4-4)
240
200
160
120
80
40
0
Panjang-gelombang ( nm )
Pada panjang-gelombang 1,3 μm, dispersi bahan bernilai nol untuk silika
murni. Maka tidak terjadi pelebaran pulsa akibat dispersi bahan pada panjang-
gelombang ini. Dengan doping penambahan sedikit penyusun lain pada silika)
dapat mengubah panjang-gelombang dispersi nol kira-kira 0,1 μm.
Gambar 4.7 menunjukkan daya yang diterima pada λ1 dan λ2 bila tundaan
sama dengan separoh periode modulasi, yakni:
Δ τ = T / 2 (2-15)
T
Δτ
Daya Total
Dengan tundaan sebesar ini, maka modulasi akan terhapus bila kedua
gelombang ditambahkan. Daya termodulasi yang dibawa pada panjang-
gelombang antara λ1 dan λ2 mempunyai tundaan yang lebih kecil daripada T/2,
dan akan dihapus sebagian, sehingga mengakibatkan perubahan isyarat yagn kecil
pada penerima. Maka frekuensi modulasi dibatasi oleh:
Frekuensi atas dari persamaan ini merupakan pendekatan lebar bidang 3-dB
(frekuensi modulasi yang mana daya isyarat berkurang menjadi separoh).
Pendekatan yang lebih analitis memberikan hadil bahwa:
1 0,44
f = = (4-6)
2,27 Δ τ Δτ
Hasil ini menganggap bahwa tanggapan impuls Gaussian pada serat. Maka
–1
lebarbidang optik f3-dB = ( 2 Δ τ ) dan batas frekuensi x panjang adalah:
1
f3-dB x L = τ
2 Δ ( /L ) (4-7)
La+5
La+4
La+3
La+2
La+1
dengan :
La : rugi tetap akibat serapan (absorpsi) dan hamburan (scattering)
Lf : rugi yang bergantung pada frekuensi modulasi (akibat pelebaran pulsa)
Dari persamaan di atas, ruginya adalah 1,5 dB pada frekuensi 0,71 f -3dB ,
Lebar bidang optik 1,5 dB ini penting karena akan dibuktikan bahwa
frekuensi ini sesuai dengan frekuensi yang mana daya listrik berkurang menjadi
separoh pada penerima,
Maka: f 1,5 dB (optik) = f 3-dB (elektris)
T
T 2
1 1 1 0 1
Frekuensi
Hasil ini juga dapat diperoleh dengan menganggap bahwa pelebaran pulsa
yang diperkenankan = 70% dari durasi pulsa. Karena durasi pulsa RZ = T/2,
maka
0,35
Δ τ = 0,7 T/2 , maka R = 1/T = /Δτ
Sehingga pulsa-pulsa yang berdekatan akan dapat dipisahkan dengan baik,
bila pelebaran pulsa lebih kecil dari 35% dari slot waktu. Bila hal ini tidak
dipenuhi maka akan mengakibatkan inteferensi antar simbol.
Untuk sinyal digital NRZ ( non return to zero ) pada Gambar 2.9.
0 1 / 2T 1/T
Frekuensi
Ada dua jenis dispersi yaitu: dispersi intermodal dan intramodal. Dispersi
intermode akibat dari mode-mode yang berbeda merambat di serat optik
multimode. Sedangkan dispersi intramodal disebabkan beberapa panjang-
gelombang yang dipancarkan oleh sumber cahayadengan kecepatan berbeda yang
merambat di serat optik. Karena dispersi intramode terkadi di serat single mode,
maka disebut juga dispersi kromatik.
(5-2)
(5-3)
dengan:
-1
Parameter D menyatakan dispersi yang mempunyai fungsi satuan ps.nm
-1
.Km dan merupakan fungsi dari panjang-gelombang λ. Kalau diperhatikan pada
Analisa dispersi pada serat optik akan dibahas pada bab berikutnya, yaitu
mengenai penggunaan formula perhitungan variabel-variabel yang ada sehingga
dapat diketahui variabel atau faktor yang mempengaruhinya.
Persamaan propagasi soliton di serat optik single mode tanpa rugi-rugi (α=0)
digambarkan oleh persamaan non linier Schrödinger (NLS) yaitu:
(6-1)
(6-2)
Persamaan ini mirip persamaan gelombang linier (persamaan differensial
parsial linier). Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan
metode Fourier. Jika û ( z,ω ) adalah transformasi Fourier dari U ( z,T ) yaitu:
(6-3)
maka bila kedua ruas persamaan (5-2) ditransformasi, diperoleh:
(6-4)
diperoleh solusi:
(6-5)
dengan û ( 0,ω ) adalah transformasi Fourier dari sinyal yang datang pada z=0 :
(6-6)
(6-8)
dengan To adalah setengah lebar pulsa (pada titik intensitas 1/ e). Dalam praktek
biasanya digunakan lebar penuh pada setengah maximum (FWHM) sebagai
pengganti To. Untuk pulsa Gaussian, keduanya mempunyai hubungan sebagai
berikut:
(6-9)
(6-10)
selanjutnya persamaan (6-10) dikerjakan sebagai berikkut:
sehingga
(6-11)
dengan cara yang sama seperti di atas, akan diperoleh solusi sebagai berikut:
(6-12)
(6-13)
2
dengan panjang dispersi LD = To / | β2 |. Persamaan (6-13) menunjukkan
bahwa dispersi (GVD) menyebabkan pelebaran pulsa. Besarnya pelebaran pulsa
dipengaruhi oleh panjang dispersi LD . Pada z = LD , pulsa Gaussian melebar
dengan faktor √2. Pengaruh perubahan jarak terhadap amplitudo (magnitude)
pulsa Gaussian dapat dilihat pada Tabel 5-1.
1 Z = LD 1,4142
2 Z = 2LD 2,2361
3 Z = 3LD 3,1622
4 Z = 4LD 4,1231
5 Z = 5LD 5,0990
Dari yang telah dipaparkan diatas , dapat diketahui bahwa jarak propagasi
dan frekuensi gelombang berpengaruh terhadap pelebaran pulsa.
KESIMPULAN
1. Untuk komunikasi jarak jauh dan kecepatan tinggi 565 Mbps, media
transmisi fiber optik memberikan solusi harga yang ekonomis, sangat ringan,
ukuran kecil, instalasi relatif mudah dan murah jika dibandingkan terhadap
misi sistem komunikasi yang dirancang.
5. Semakin besar informasi yang dibawanya, maka akan semakin rentan pula
media tersebut menyebabkan dispersi sinyal, suatu keadaan dimana pulsa-
pulsa cahaya mengalami pelebaran yang dapat mengakibatkan tumpang
tindihnya pulsa-pulsa tersebut di sisi penerima sehingga informasi yang
dikirimkan sulit untuk dideteksi.
Waluyo, Ir, MT., Karya Ilmiah: Analisa Pengaruh Dispersi Pada Serat Optik,
majalah BISTEK, Edisi 04/TH.VI/APRIL 1998 – ISSN 1854–4395
Agama : Hindu
Email : turusdi.info@gmail.com
www.facebook.com/turusdi