Anda di halaman 1dari 12

117

PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI MERAH


(Capsicum annum) PADA ANDISOL
YANG DIBERI MIKORIZA, PUPUK FOSFOR
DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

THE GROWTH AND YIELD of CHILI (Capsicum annum)


on ANDEPTH SOIL TREATED by MYCORRHIZA, PHOSPHOR
AND GROWTH REGULATION

BAIQ AZIZAH HARYANTINI


Dosen Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas 45 Mataram, Mataram

MUDJI SANTOSO
Dosen Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK

Produksi rata-rata cabai merah untuk Jawa Timur 3,2 ton/ha, yang
tergolong masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan produksi.
Pengembangan tanaman cabai dapat dilakukan di dataran tinggi yang didominasi
oleh tanah Andisol. Permasalahan Andisol adalah fosfor tersedia yang rendah
karena bahan amorfnya yang sangat kuat memfiksasi P sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Salah satu upaya peningkatan P tersedia adalah dengan pemberian
mikoriza untuk membantu tanaman menyerap P. Ketersediaan P yang meningkat
dapat menstimulir jumlah bunga dan buah tanaman cabai, tetapi tanaman cabai
sangat rentan terhadap keguguran bunga dan buah sehingga perlu perlakuan bahan
kimia untuk mempertahankan jumlah bunga dan buah supaya tidak terjadi
kerontokkan seperti aplikasi zat pengatur tumbuh.
Percobaan pot ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya pada bulan Februari Agustus 2000, dengan tujuan untuk melihat
pengaruh pemberian mikoriza terhadap ketersediaan P pada Andisol dan pengaruh
zat pengatur tumbuh untuk mencegah kerontokkan bunga dan buah. Perlakuan
mikoriza terdiri dari tanpa pemberian mikoriza dan pemberian mikoriza Gigaspora
margarita. Perlakuan penyediaan Fosfor terdiri dari tanpa pupuk P, Pupuk SP-36
dan pupuk daun Vitabloom Spesial, serta perlakuan zat pengatur tumbuh yang terdiri
dari tanpa penyemprotan dan penyemprotan GA3. Percobaan disusun dalam
rancangan Acak Lengkap faktorial yang diulang tiga kali.
Pertumbuhan cabai merah yang diberikan mikoriza lebih baik dibandingkan
dengan tanpa perlakuan mikoriza pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat
kering tajuk dan fruitset. Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 meningkatkan serapan
P jaringan dan fruitset, hal ini disebabkan karena peningkatan P tersedia oleh
mikoriza, terbukti dengan meningkatnya P tersedia di Andisol dari 11,38 mg.kg. -1
(rendah) pada analisa awal dan 71.67 mg.kg. -1 (tinggi) pada analisa akhir. Pupuk
SP-36 meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dibandingkan dengan
tanpa pupuk P dan Vitabloom Spesial yaitu pada parameter tinggi tanaman, luas
daun, berat kering total, fruitset, persentase keguguran bunga, keguguran buah.
Berat buah paling tinggi dihasilkan pada perlakuan SP-36 yaitu 96.424
118

gram/pohon. Interaksi antara perlakuan pupuk SP-36 dan zat pengatur tumbuh
1
GA3 memiliki persentase keguguran bunga paling rendah. Perlakuan GA 3 yang
diberikan pada tanaman cabai merah dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga
hingga 16 % dan menurunkan tingkat kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan
tanpa penyemprotan GA3.

ABSTRACT

East Java still has low production of chili by average production is 3.2
ton/ha, many efforts are needed to increasing chili production. The improvement of
chili agronomy to increasing production could extend from the low land until the
higland, which dominated with andepth soil. The problem is andepth soil has the
high content of amrf which adsorb the phosphate uptake can be done by the
symbiotic between the mycorrhizal and plant, which are able to regain phosphate
from the soil. The sufficient amount of phosphate can stimulate flowering. Besides,
to reduce the flowers drop and fruits drop by the application of chemical treatment
like the plant growth regulation.
A greenhouse experiment was conducted at the greenhouse of Agriculture
Faculty of Brawijaya University started from February August 2000. In order is to
study the effect of mycorrhiza application to the phosphor availability in the andepth
soil and the effect of growth regulation in holding the flowers and fruits.
Mycorrhiza treatment consist of two treatments, without mycorrhiza application and
with the mycorrhiza Gigaspora margarita application. The phosphor treatment
consist of without phosphor fertilizer, SP-36, Foliar fertilizer (Vitabloom Special)
and teratment growth regulation consist of without growth regulation application
and the application of GA3. The experiment used Factorial Complete Randimized
Design, each combination treatment had three replications.
The growth of chili with mycorrhiza has better growing than without
mycorrhiza such as leaf area, shoot dry weight and the percentage of fruitset.
Combination treatment of mycorrhiza and SP-36 fertilizer was found in the uptake
of phosphate, growth and production of chili. It is proved by the increasing of
phosphor during the first analyses from 11.38 mg.kg -1 (low) increase up to 71.67
mg.kg-1 (high). SP-36 application generally gives the better result compare with
other treatment without phosphor fertilizer and Vitabloom special, specially on
parameters leaf area, total dry weight, fruitset, flowers drop percentage and fruits
drop percentage. The higest fruit volume produced by the plants with SP-36
treatment thet are 96.42 g per plant. Combination of SP-36 and application of GA 3
can reduce the flowers drop until 16 % and also reduce the fruits drop up to 5 %
compare with the treatment without GA3.

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang


cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kebutuhan cabai merah dari tahun ke

1
119

tahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, namun


produksi cabai masih belum mencukupi.
Hal ini terbukti dengan masih rendahnya produksi rata-rata per hektar.
Produksi rata-rata per hektar di Jawa Timur 3,52 ton dengan kisaran antara 1,85
6,84 ton/ha pada tahun 1993 (Sujatmoko, 1990 dalam Kusumainderawati, 1996).
Peningkatan produksi masih dimungkinkan dengan jalan perbaikan tekhnik
pengelolaan tanaman.
Cabai merah tumbuh baik di dataran rendah sampai 1500 m dpl., hal ini
memungkinkan pengembangan daerah penanaman cabai merah di daerah-daerah
pegunungan yang didominasi Andisol. Andisol memiliki kandungan hara tinggi
tetapi tidak tersedia bagi tanaman, terutama untuk hara fosfor yang terikat pada
Andisol karena memiliki kandungan bahan amorf (allofan) dan mempunyai
kemampuan tinggi dalam memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah,
sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Sanchez, 1992).
Usaha untuk meningkatkan penyerapan fosfor dapat dilakukan melalui
simbiosis antara tanaman dengan jamur mikoriza. Hypa jamur mikoriza berperan
dalam meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penyerapan
dari sistem perakaran tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambang
kembali residu P yang menumpuk di dalam tanah (Agustina, Bachrein, Rauf,
Soenatiningsih dan Suarni, 1997).
Masalah lain pada tanaman cabai adalah rentannya tanaman cabai tersebut
terhadap terjadinya pengguguran bunga dan buah. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan produksi yang cukup serius (Kang, 1989 dan Enril, 1989 dalam
Koesriharti, Maghfoer, Islami, Respatijati dan Aini, 1999), salah satu usaha untuk
mengatasi pengaruh kondisi tersebut agar terjadinya pembungaan, pembentukkan
buah dan hasil cabai yang tinggi yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh
(Sumiati, 1996).
Berdasarkan pertimbangan tersebut dirasakan perlu untuk melakukan
penelitian mengenai pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada Andisol yang
diberi mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil
cabai merah pada Andisol yang diperlakukan dengan mikoriza, pupuk fosfor dan zat
pengatur tumbuh, untuk mengetahui penyediaan hara P bagi tanaman akibat
perlakuan mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh pada Andisol, dan
untuk mengkaji pengaruh mikoriza, pupuk fosfor dan zat pengatur tumbuh atau
interaksinya terhadap keguguran buah dan produksi buah cabai merah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca milik Fakultas Pertanian Universitas


Brawijaya Malang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2000.
Beberapa analisis tanah awal dan akhir, analisis jaringan tanaman dilakukan di
Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan
pemeriksaan jumlah spora dan pengamatan infeksi akar dilakukan di Laboratorium
Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
120

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Bibit cabai varietas
Hot Beauty, tanah andisol, Pupuk SP-36 (36% P 2O5) sebagai sumber P, Pupuk Daun
Vitabloom Spesial, inokulum spora mikoriza, formalin 10 %.
Alat yang digunakan dalam penelitian : timbangan , pengukur luas daun
(leaf area meter), oven, sprayer dan meteran. Alat pengecatan akar dengan metode
Clearing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), terdiri dari : cawan petri, gelas
piala dan kompor listrik. Alat untuk analisa serapan P terdiri dari oven, labu
destruksi, blender, gelas ukur dan spektrofotometer, polybag. Alat untuk
pengamatan infeksi akar tanaman terdiri dari cawan petri dan mikroskop binokuler.
Percobaan disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) diulang tiga kali. Faktor pertama adalah perlakuan mikoriza (M), terdiri
dari : M0 = Tanpa mikoriza, M 1 = Dengan mikoriza inokulum campuran
Gigaspora margarita 5 g/tanaman (5 spora/g campuran). Faktor kedua :
Penyediaan Fosfor (P), terdiri dari : P0 = Tanpa pupuk P; P1 = Pupuk P (SP-36)
125 kg P2O5/ha ; P2 = Pupuk Daun (Vitabloom Spesial) 4 g/L dan Faktor ketiga :
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Z), terdiri dari: Z o = Tanpa Penyemprotan; Z 1 =
Dengan Penyemprotan GA3 100 ppm.
Tanah yang digunakan adalah Andisol yang diperoleh dari daerah Ngajum
Kepanjen sebanyak 4 m kubik (hanya diambil dari lapisan olah sedalam 20 cm).
Sebelum dimasukkan ke dalam polybag tanah dikeringkan dan dihaluskan. Tanah
disterilkan dengan formalin 10 % untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme
tanah selain mikoriza. Setelah itu tanah yang dihaluskan ke dalam polybag dengan
berat 10 kg tiap polybag. Media tanam yang telah disterilkan diperlakukan sesuai
dengan perlakuan. Bibit cabai yang telah siap di tanam pada media. Penanaman
dilakukan serentak pada semua perlakuan.
Inokulum mikoriza yang digunakan adalah inokulum campuran tanah
terinfeksi mikoriza yang diberikan pada saat persemaian bibit cabai dengan cara
memberikan inokulum pada media pembibitan sebanyak 5 gram tiap tanaman,
dimana kandungan mikorizanya sebanyak 5 spora/gram campuran. Mikoriza yang
digunakan adalah jenis Gigasfora margarita.
Sumber pupuk P yang digunakan adalah SP-36 (dengan kandungan 36 %
P2O5) diberikan pada media tanam dengan dosis standar yaitu 125 kg P 2O5/ha atau
6,12 g/ pot. Sedangkan vitabloom diperlakukan dengan konsentrasi 4 g/l.
Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan dengan cara penyemprotan ke
seluruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 ml. Zat pengatur tumbuh
yang diberikan yaitu GA3 100 ppm atau 0,01 g GA 3/l diberikan 2 kali, yaitu pada
saat terbentuk kuncup bunga (30 hari setelah tanam) dan setelah tanaman berbuah
muda (50 hari setelah tanam).
Perlindungan tanaman dari serangan hama dilakukan dengan penyemprotan
insektisida Azodrin 50 EC 2 cc/L, dan untuk mencegah penyakit dilakukan
penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 2 g/L.
Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan analisis tanah sebelum tanam
meliputi : Kandungan bahan organik, pH tanah, kandungan P tanah.
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi : infeksi Mikoriza
dengan metode Clairing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), Serapan P
pada pucuk (umur 65 hari), pertumbuhan dan hasil tanaman meliputi : umur saat
mulai berbunga, persentase bunga menjadi buah, tinggi tanaman, luas daun dengan
Leaf Area Meter (LAM) , berat kering akar per tanaman, berat kering bagian atas
121

per tanaman, berat kering total per tanaman, berat buah tiap tanaman jumlah buah
tiap tanaman sampel.
Data-data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan diteruskan
dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan mikoriza vesikula arbuskula yaitu jenis Gigaspora margarita


memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan tanaman cabai merah
dibanding tanpa perlakuan mikoriza, yang terlihat pada parameter luas daun, berat
kering tajuk dan persentase bunga jadi buah (Fruitset). Kombinasi antara mikoriza
dan perlakuan fosfor juga nyata pada kadar serapan hara P jaringan tanaman dan
persentase bunga jadi buah (fruitset).
Peningkatan komponen-komponen pertumbuhan tanaman cabai oleh
perlakuan mikoriza tersebut disebabkan oleh serapan hara. Peningkatan serapan
hara oleh akar dibantu dengan adanya mikoriza VA karena mikoriza VA mampu
membantu meningkatkan serapan hara P dengan adanya hifa eksternal sehingga luas
serapan meningkat yang mengakibatkan serapan P oleh tanaman juga meningkat.
Pada Andisol yang dijadikan media tanam pada penelitian ini memiliki kadar P
tersedia yang sangat rendah, sehingga kombinasi antara mikoriza dan pemberian
pupuk SP-36 yang memiliki kadar P tinggi sangat nyata mempengaruhi serapan hara
P jaringan tanaman dibandingkan dengan tanaman yang tidak diperlakukan mikoriza
(Tabel 1), hal ini juga didukung oleh grafik hubungan antara infeksi mikoriza dan
kandungan P jaringan (gambar 1) dimana hubungannya terlihat bahwa makin tinggi
infeksi mikoriza maka makin tinggi kadar P yang terdapat di jaringan tanaman.
P e r s e n t a s e In f e k s i m ik o r iz a

60

50

40

30
20 y = 8 6.5 5 9x + 1 7 .6
2
10 R = 0 .8 3 5 7

0 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4

k a n d u n ga n P ja r in g a n

Gambar 1. Hubungan antara Persentase Infeksi akar oleh mikoriza dan


kandungan P jaringan Daun
122

Tabel 1. Pdaun Tanaman Cabai Merah Pada Kombinasi Perlakuan Mikoriza +


Pupuk Fosfor & Pupuk Fosfor +ZPT

Perlakuan Kadar P daun (%)


(-)Mikoriza Tanpa P 0.206 d
Pupuk SP-36 0.270 c
Vitabloom 0.301 ab
(+)Mikoriza Tanpa P 0.167 e
Pupuk SP-36 0.312 a
Vitabloom 0.290 b
(-)Mikoriza Tanpa P 0.201 c
Pupuk Sp-36 0.252 b
Vitabloom 0.343 a
(+)Mikoriza Tanpa P 0.236 b
Pupuk SP-36 0.330 a
Vitabloom 0.248 b
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji jarak berjangka.

Tingginya persentase kandungan P daun tanaman sangat dimungkinkan


karena adanya peranan jamur mikoriza VA, terutama pada tanah yang miskin fosfor,
telah dilaporkan bahwa sumbangan mikoriza pada peningkatan pertumbuhan
tanaman sangat bergantung pada atas tersedianya P dalam tanah (Hayman, 1983 ;
Baon, 1994). Hal ini diduga karena jamur mikoriza VA mampu menghasilkan
enzim asam fosfatase yang mampu mengkatalisis hidrolisis kompleks fosfor yang
tidak tersedia menjadi fosfor yang larut dan tersedia. Selanjutnya fosfor ini diserap
oleh hifa-hifa eksterna dan dipindahkan ke dalam jaringan tanaman (Carling dan
Brown, 1980; Manjunath et al., 1989 dalam Sastrahidayat, 1995).
Luas daun tanaman pada umur 8 dan 12 mst lebih tinggi pada tanaman
yang bermikoriza dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza (gambar 2). Hal ini
menunjukkan kemampuan mikoriza membantu tanaman untuk meningkatkan
serapan hara karena menurut Satrahidayat (1999) meningkatnya penyerapan P
tentunya akan diikuti oleh peningkatan penyerapan unsur-unsur lain. Ini dapat
dipahami karena P akan membentuk ATP (Adenosin Triphospat) yang sangat
berguna untuk penyerapan hara mineral.
Luas daun yang lebih baik pada tanaman yang terinfeksi mikoriza lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman tidak bermikoriza menambah kemampuan
tanaman untuk berfotosintesa yang lebih optimal, hal ini dapat dijelaskan karena
lebih luasnya permukaan tanaman menerima cahaya matahari sebagai sumber energi
utama dalam proses fotosintesis, dengan demikian hasil fotosintesis yang tertimbun
berupa bobot kering tanaman pada tanaman yang terinfeksi mikoriza juga lebih
besar yang ditunjukkan dengan berat kering tajuk yang lebih besar .
Perlakuan pupuk Fosfor berpengaruh pada pertumbuhan maupun hasil
tanaman cabai merah. Pada perlakuan pupuk phospor terlihat bahwa pemberian
pupuk SP-36 secara umum memberi pengaruh paling baik dibandingkan perlakuan
tanpa pupuk dan vitabloom spesial, hal ini berhubungan erat dengan rendahnya
kandungan P tersedia pada andisol yang dijadikan media tanam. Dengan
ditambahnya pupuk fosfor ke dalam tanah respon hasil tanaman terlihat nyata,
sedangkan pemberian pupuk fosfor melalui daun (vitabloom spesial ) belum dapat
123

memberikan hasil yang diinginkan, karena hasilnya secara statistik pada beberapa
parameter tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk Fosfor.
L u a s d au n (c m 2 )

800

600
M0
400
M1
200

8 MS T 1 2 MS T 1 6 MS T

u m u r tan am an

Gambar 2. Luas daun tanaman cabai merah pada perlakuan mikoriza

Tabel 2. Berat Kering Tajuk Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza dan Pupuk
Fosfor

Perlakuan BK Tajuk (g)


mst
8 12 16
Tanpa P 0.405 b 1.2 b 3.363 b
Pupuk SP-36 3.755 a 11.83 a 22.353 a
Vitabloom 0.218 b 2.45 b 3.199 b

(-)Mikoriza 0.876 b 3.79 b 9.09 b


(+)Mikoriza 2.042 a 6.53 a 10.187 b
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam pada
Andisol untuk pertumbuhan vegetatifnya masih sangat membutuhkan fosfor,
karena Andisol pada kondisi awal kandungan P yaitu sebesar 11.38 mg.kg. -1 adalah
termasuk rendah, sehingga penambahan P dengan pupuk SP-36 ini dapat memenuhi
kebutuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian pupuk daun yang memiliki
kadar P tinggi belum mampu menstimulir pertumbuhan sebaik pupuk anorganik
melalui tanah.
Berat kering total tanaman yang diberikan pupuk SP-36 paling tinggi pada
semua umur pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa unsur P yang diberikan
melalui pupuk ini dapat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman cabai merah,
karena fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menunjang pertumbuhan yang ditandai
dengan peningkatan berat kering total tanaman.
124

Unsur Fosfor (P) seperti halnya nitrogen, berkaitan erat dengan penyusunan
bagian penting tanaman seperti asam nukleat pada inti sel . Maka apabila terjadi
defisiensi fosfor berakibat pada penurunan pertumbuhan secara drastis. Unsur
fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Senyawa fosforilasi bertindak sebagai intermedier, menyimpan
dan penyedia energi reaksi-reaksi khusus seperti pada respirasi dan fermentasi
(Soepardi, 1983). Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-
unsur lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan
tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang
diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari pupuk
sangat penting (Tisdale dan Nelson, 1975 dalam Rosliani, 1997).
Sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman yang memiliki tinggi
tanaman dan bobot kering tanaman yang relatif tinggi cendrung menghasilkan buah
cabai yang lebih tinggi pula (Rosliani, 1997). Karenanya pada tanaman yang
diberikan pupuk SP-36 memiliki umur berbunga yang paling rendah atau paling
awal terbentuknya bunga dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P dan
perlakuan vitabloom spesial.

Tabel 3. Umur berbunga dan Bobot Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza,
Pupuk Fosfor dan ZPT

Perlakuan Umur Berbunga Bobot Buah


( hst) (g)
(-)Mikoriza 41.44 1.577
(+)Mikoriza 38.867 38.492
Tanpa P 46.667 a 6.978 b
Pupuk SP-36 30.25 b 96.424 a
Vitabloom 44.833 a 20.548 b

(-) GA3 44.44 a 39.178


(+)GA3 36.722 b 43.454
Keterangan: hst : hari setelah tanam
Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan 5%.

Adanya unsur P dapat menstimulir terbentuknya bunga dan buah yang


dapat mendorong terbentuknya bunga dan buah yang lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan lainnya dan zat pengatur tumbuh GA 3 yang diberikan pada cabai
merah pada penelitian ini dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga hingga 16
% dan tanaman yang tidak diberikan GA3 dan dapat menurunkan tingkat
kerontokkan buah hingga 5 %. GA 3 dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga
dan buah sehingga hasil buah pertanaman dapat meningkat (Koesriharti, 1999).
125

Tabel 4. Rata-rata Fruitset, Persentase Keguguran Bunga, Persentase Keguguran


Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza, pupuk P dan ZPT

Perlakuan Fruitset Keguguran Keguguran


(%) Bunga (%) Buah (%)
(-) Mikoriza 41.72 a
(+) Mikoriza 34.489 b
Tanpa P 31.775 c 39.125 b 36.416 b
Pupuk SP-36 37.958 b 25.775 c 7.116 c
Vitabloom 43.608 a 50.316 a 46.167 a
(-) GA3 39.738 a 46.067 a 32.188 a
(+) GA3 35.822 b 30.744 b 27.611 b
Keterangan : Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji jarak berganda Duncan 5 %

50
40
30 (-)GA3
(%)
20 (+)GA3
10
0
% gugur % gugur
bunga buah

Gambar 3. Persentase Keguguran bunga dan Buah tanaman cabai merah pada
perlakuan zat pengatur tumbuh

Semakin tinggi kadar P pada tanaman maka semakin rendah umur


berbunga, yang berarti dengan adanya P yang tinggi pada jaringan tanaman akan
dapat mempercepat pembungaan. Pupuk SP-36 yang diberikan adalah bentuk yang
siap digunakan oleh tanaman, karena skala kandungan 36 % P2O5 dalam pupuk SP-
36 hampir seluruhnya larut dalam air dengan cepat sehingga unsur hara P mudah
diserap oleh tanaman (Kahar, 1994).
Pada Andisol karena kandungan alofannya memiliki daya serap P yang
sangat tinggi, mengakibatkan hara P yang diberikan melalui pemupukan hanya
sebagian kecil tersedia bagi tanaman yang menjurus pada penurunan efisiensi
pemupukan, semakin banyak menggunakan pupuk P untuk memenuhi kebutuhan
tanaman dan tanah akan unsur hara tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
penimbunan P di dalam tanah (Baon, 1998).
Pengaruh mikoriza yang diberikan tidak terlihat dominan dalam
meningkatkan penyediaan fosfor pada tanah, tetapi apabila dilihat dari analisa awal
126

dan analisa akhir tanah menunjukkan bahwa pada analisa awal tanah fosofr yang
tersedia di tanah sangat rendah, tetapi pada perlakuan mikoriza yang
dikombinasikan dengan pemebrian pupuk fosfor terlihat adanya peningkatan P
tersedia, hal ini membuktikan bahwa mikoriza berperan dalam mengefisiensikan
pemupukan fosfor yang diberikan pada Andisol, karena fiksasi fosfor yang kuat oleh
allofan pada Andisol mengakibatkan hanya 10 % dari fosfor total yang ditambahkan
yang dapat tersedia bagi tanaman (Tan & Shuylenborg, 1980 dalam Nihayati, 1989).
Selanjutnya Sanchez (1992) menerangkan bahwa kandungan bahan amorf
(allofan) pada Andisol cukup besar dan mempunyai kemampuan tinggi dalam
memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Tetapi pada penelitian ini, dimana pemberian pupuk SP-36 yang
dikombinasikan dengan pemberian mikoriza ternyata meningkatkan penyerapan P
yang cukup nyata, ditandai dengan hubungan antara kandungan P pada jaringan dan
infeksi mikoriza positif, artinya semakin tinggi infeksi mikoriza maka semakin
tinggi kemampuan tanaman untuk menyerap P dari tanah ke jaringan tanaman dan P
tersedia di Andisol juga meningkat pada analisa akhir yaitu sebesar 71.67 mg.kg. -1
(tinggi).

Tabel 5. Analisa Awal Sifat Kimia Andisol, Ngajum (Kawi)

Sifat Yang Dianalisa Hasil Analisa

1. pH (H2O) 6.3 (sedang)


2. pH (KCl 1 N) 5.3 (sedang)
3. C-organik 3.03 (tinggi)
4. N total 0.29 (sedang)
5. C/N 11 (sedang)
6. P(Olsen)(mg.kg-1) 11.38 (rendah)
7. K(me/100 g) 0.19 (rendah)
8. Na (me/100 g) 0.28 (rendah)
9. Ca (me/100 g) 3.76 (rendah)
10. Mg (me/100 g) 0.68 (rendah)
11. KTK (me/100 g) 30.47 (tinggi)
12. Basa (me/100 g) 4.91
13. KB(%) 16
14. Tekstur
- Pasir (%) 41
- Debu (%) 50
- Liat (%) 9
Klas Lempung
Analisa dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah FAPERTA UNIBRAW,
Malang.
127

Tabel 6. Kandungan P Tersedia Akhir Pada Andisol (Terhadap KO 105 0C. P Olsen)

Perlakuan P Tersedia (mg.kg-1)

(-) Mikoriza Tanpa P (-)GA3 4.06 (rendah)


(+)GA3 4.83 (rendah)
SP-36 (-)GA3 31.52 (tinggi)
(+)GA3 37.45 (tinggi)
Vitabloom (-)GA3 5.25 (rendah)
(+)GA3 5.67 (rendah)

(+)Mikoriza Tanpa P (-)GA3 6.09 (rendah)


(+)GA3 5.55 (rendah)
SP-36 (-)GA3 60.69 (tinggi)
(+)GA3 71.67 (tinggi)
Vitabloom (-)GA3 2.76 (rendah)
(+)GA3 2.66 (rendah)

Analisa dilakukan di Laboratorium Kimia FAPERTA UNIBRAW, Malang

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Mikoriza dapat membantu penyerapan Fosfor yang diberikan melalui
pemupukan oleh Cabai Merah dan meningkatkan kada fosfor tersedia pada Andisol
dari 11.38 mg.kg-1 menjadi 71.67 mg.kg-1 yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman .
Pemberian pupuk Fosfor melalui tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman sedangkan melalui daun belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
secara nyata. Pemberian GA3 menghambat pengguguran bunga cabai merah sampai
16 % dan menghambat pengguguran buah sampai 5 % dibandingkan dengan tanpa
pemberian GA3.

Saran
Untuk penanaman cabai merah sebaiknya benih yang digunakan sebelum
tanam diseleksi dan diperlakukan untuk menghindari kontaminasi penyakit bawaan
dari benih tersebut dapat berkembang. Perlu diadakan percobaan lapang pada
Andisol untuk mengetahui pengaruh di lapang.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, B., S. Bachrein, M. Rauf, Soenatiningsih dan Suarni (1997) Interaksi P


dan Karbohidrat Terhadap Pembentukkan Kolonisasi Mikoriza Vesikular-
Arbuskular (MVA) Pada Tanaman Jagung. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 15. h 18 23.
128

Baon, J.B. (1996) Biotekhnologi Mikoriza Pelestarian Sumber Daya Alam di


Perkebunan Mitos, Kenyataan, Ilmiah dan Tantangannya. Panitia
Peringatan Setengah Abad. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 20 h.
Hayman, D.S. (1982) Influence of Soil and Fertility on Activity and Survival of
Vesikular-Arbuskular Mycorrhizal Fungi. Phytopathology. p 72.
Kahar, A., (1994) SP-36 Pupuk Fosfat Baru. Gema Pertrokimia Gersik 11 (3) : h 12
19.
Koesriharti, M. Maghfoer, T. Islami, Respatijarti dan N. Aini, (1999) Pengaruh
Pemberian Ba + GA 3 + AVG Terhadap Kerontokan Buah Pada Empat
Kultivar Tanaman Lombok Besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Hayati (life Science). 11 ( 1 ) : 59 69.
Koesriharti, T. Islami dan Respatijarti (1999) Pengaruh Pemberian Ba, GA3 dan
AVG Terhadap Hasil Buah pada 4 Kultivar Tanaman Lombok Besar
(Capsicum annum L.) . Agrivita 21 (1) : 5 9.
Koramik, P.P dan A.C. McGraw (1982) Quantification of VAM In Plant Roots : 45
50 In Method and Principles of Mycorizhal Research (eds. N.C. Scenk)
The American Phytopathological Society. St. Paul Minnesota.
Kusumainderawati, E.P., Yuniarti, Sarwono, Dzamnuri, E. Sugiarti dan B. Pikukuh.
(1995) Introduksi dan Uji Adaptasi Varietas Cabai (Capsicum annuum L.).
Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Karangploso. h 182 193.
Lita, S., Koesriharti dan A. Zainudin, (1988) Pengaruh Pemberian 2,4-D dan GA 3
Terhadap Pembentukan Buah Tanpa Biji Pada Dua Varietas Lombok Besar
(Capsicum annuum L.). Agrivita 11 : 49 51.
Miller H.M., and P.T. McGonigle (1996) Division S-4- Soil Fertility and Plant
Nutrition. Soil Science. America Journal 60 p 1856 1861.
Mosse, Br.B., D.S. Hayman dan J. Arnold, (1973) Plant Growth Responses To
Vesicular Arbuscular Mycorrhiza. Phosphate Uptake By Three Plant
Species From P-Deficient Soils Labelled Whit 32P. The New Phytologist,
72. p 809 814.
Nihayati, E. (1989) Pengaruh Berbagai Penempatan Pupuk Fosfat Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Umbi Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L.)
Varietas Lumbu Hijau Pada Andosol Coban Rondo. Thesis. Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada Program KPK Universitas Brawijaya..
Rosliani, R. (1997) Pengaruh Pemupukan Dengan Pupuk Majemuk Makro
Berbentuk Tablet Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort.
7(3) : 773-780.
Sanchez, P.A. (1992) Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropical. ITB Bandung. 397 p.
Sastrahidayat, I.R. (1995) Study Rekayasa Tekhnologi Pupuk Hayati Mikoriza.
Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. 104 h.
Sastrahidayat, Kusnul Wakidah dan Syekfani (1999) Pengaruh Mikoriza Vesikula
Arbuskula Terhadap Peningkatan Enzim Fosfatase, Beberapa Asam
Organik dan Pertumbuhan Kapas (Gossypium hirsutum L.) Pada Vertisol
dan Alfizol. Agrivita 21 (1) : 10 19.
Sitompul, S.M., dan B. Guritno (1995) Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. 412 h.

Anda mungkin juga menyukai