MUDJI SANTOSO
Dosen Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
ABSTRAK
Produksi rata-rata cabai merah untuk Jawa Timur 3,2 ton/ha, yang
tergolong masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan produksi.
Pengembangan tanaman cabai dapat dilakukan di dataran tinggi yang didominasi
oleh tanah Andisol. Permasalahan Andisol adalah fosfor tersedia yang rendah
karena bahan amorfnya yang sangat kuat memfiksasi P sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Salah satu upaya peningkatan P tersedia adalah dengan pemberian
mikoriza untuk membantu tanaman menyerap P. Ketersediaan P yang meningkat
dapat menstimulir jumlah bunga dan buah tanaman cabai, tetapi tanaman cabai
sangat rentan terhadap keguguran bunga dan buah sehingga perlu perlakuan bahan
kimia untuk mempertahankan jumlah bunga dan buah supaya tidak terjadi
kerontokkan seperti aplikasi zat pengatur tumbuh.
Percobaan pot ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya pada bulan Februari Agustus 2000, dengan tujuan untuk melihat
pengaruh pemberian mikoriza terhadap ketersediaan P pada Andisol dan pengaruh
zat pengatur tumbuh untuk mencegah kerontokkan bunga dan buah. Perlakuan
mikoriza terdiri dari tanpa pemberian mikoriza dan pemberian mikoriza Gigaspora
margarita. Perlakuan penyediaan Fosfor terdiri dari tanpa pupuk P, Pupuk SP-36
dan pupuk daun Vitabloom Spesial, serta perlakuan zat pengatur tumbuh yang terdiri
dari tanpa penyemprotan dan penyemprotan GA3. Percobaan disusun dalam
rancangan Acak Lengkap faktorial yang diulang tiga kali.
Pertumbuhan cabai merah yang diberikan mikoriza lebih baik dibandingkan
dengan tanpa perlakuan mikoriza pada parameter tinggi tanaman, luas daun, berat
kering tajuk dan fruitset. Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 meningkatkan serapan
P jaringan dan fruitset, hal ini disebabkan karena peningkatan P tersedia oleh
mikoriza, terbukti dengan meningkatnya P tersedia di Andisol dari 11,38 mg.kg. -1
(rendah) pada analisa awal dan 71.67 mg.kg. -1 (tinggi) pada analisa akhir. Pupuk
SP-36 meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah dibandingkan dengan
tanpa pupuk P dan Vitabloom Spesial yaitu pada parameter tinggi tanaman, luas
daun, berat kering total, fruitset, persentase keguguran bunga, keguguran buah.
Berat buah paling tinggi dihasilkan pada perlakuan SP-36 yaitu 96.424
118
gram/pohon. Interaksi antara perlakuan pupuk SP-36 dan zat pengatur tumbuh
1
GA3 memiliki persentase keguguran bunga paling rendah. Perlakuan GA 3 yang
diberikan pada tanaman cabai merah dapat menurunkan tingkat kerontokkan bunga
hingga 16 % dan menurunkan tingkat kerontokan buah hingga 5 % dibandingkan
tanpa penyemprotan GA3.
ABSTRACT
East Java still has low production of chili by average production is 3.2
ton/ha, many efforts are needed to increasing chili production. The improvement of
chili agronomy to increasing production could extend from the low land until the
higland, which dominated with andepth soil. The problem is andepth soil has the
high content of amrf which adsorb the phosphate uptake can be done by the
symbiotic between the mycorrhizal and plant, which are able to regain phosphate
from the soil. The sufficient amount of phosphate can stimulate flowering. Besides,
to reduce the flowers drop and fruits drop by the application of chemical treatment
like the plant growth regulation.
A greenhouse experiment was conducted at the greenhouse of Agriculture
Faculty of Brawijaya University started from February August 2000. In order is to
study the effect of mycorrhiza application to the phosphor availability in the andepth
soil and the effect of growth regulation in holding the flowers and fruits.
Mycorrhiza treatment consist of two treatments, without mycorrhiza application and
with the mycorrhiza Gigaspora margarita application. The phosphor treatment
consist of without phosphor fertilizer, SP-36, Foliar fertilizer (Vitabloom Special)
and teratment growth regulation consist of without growth regulation application
and the application of GA3. The experiment used Factorial Complete Randimized
Design, each combination treatment had three replications.
The growth of chili with mycorrhiza has better growing than without
mycorrhiza such as leaf area, shoot dry weight and the percentage of fruitset.
Combination treatment of mycorrhiza and SP-36 fertilizer was found in the uptake
of phosphate, growth and production of chili. It is proved by the increasing of
phosphor during the first analyses from 11.38 mg.kg -1 (low) increase up to 71.67
mg.kg-1 (high). SP-36 application generally gives the better result compare with
other treatment without phosphor fertilizer and Vitabloom special, specially on
parameters leaf area, total dry weight, fruitset, flowers drop percentage and fruits
drop percentage. The higest fruit volume produced by the plants with SP-36
treatment thet are 96.42 g per plant. Combination of SP-36 and application of GA 3
can reduce the flowers drop until 16 % and also reduce the fruits drop up to 5 %
compare with the treatment without GA3.
PENDAHULUAN
1
119
METODE PENELITIAN
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Bibit cabai varietas
Hot Beauty, tanah andisol, Pupuk SP-36 (36% P 2O5) sebagai sumber P, Pupuk Daun
Vitabloom Spesial, inokulum spora mikoriza, formalin 10 %.
Alat yang digunakan dalam penelitian : timbangan , pengukur luas daun
(leaf area meter), oven, sprayer dan meteran. Alat pengecatan akar dengan metode
Clearing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), terdiri dari : cawan petri, gelas
piala dan kompor listrik. Alat untuk analisa serapan P terdiri dari oven, labu
destruksi, blender, gelas ukur dan spektrofotometer, polybag. Alat untuk
pengamatan infeksi akar tanaman terdiri dari cawan petri dan mikroskop binokuler.
Percobaan disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) diulang tiga kali. Faktor pertama adalah perlakuan mikoriza (M), terdiri
dari : M0 = Tanpa mikoriza, M 1 = Dengan mikoriza inokulum campuran
Gigaspora margarita 5 g/tanaman (5 spora/g campuran). Faktor kedua :
Penyediaan Fosfor (P), terdiri dari : P0 = Tanpa pupuk P; P1 = Pupuk P (SP-36)
125 kg P2O5/ha ; P2 = Pupuk Daun (Vitabloom Spesial) 4 g/L dan Faktor ketiga :
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Z), terdiri dari: Z o = Tanpa Penyemprotan; Z 1 =
Dengan Penyemprotan GA3 100 ppm.
Tanah yang digunakan adalah Andisol yang diperoleh dari daerah Ngajum
Kepanjen sebanyak 4 m kubik (hanya diambil dari lapisan olah sedalam 20 cm).
Sebelum dimasukkan ke dalam polybag tanah dikeringkan dan dihaluskan. Tanah
disterilkan dengan formalin 10 % untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme
tanah selain mikoriza. Setelah itu tanah yang dihaluskan ke dalam polybag dengan
berat 10 kg tiap polybag. Media tanam yang telah disterilkan diperlakukan sesuai
dengan perlakuan. Bibit cabai yang telah siap di tanam pada media. Penanaman
dilakukan serentak pada semua perlakuan.
Inokulum mikoriza yang digunakan adalah inokulum campuran tanah
terinfeksi mikoriza yang diberikan pada saat persemaian bibit cabai dengan cara
memberikan inokulum pada media pembibitan sebanyak 5 gram tiap tanaman,
dimana kandungan mikorizanya sebanyak 5 spora/gram campuran. Mikoriza yang
digunakan adalah jenis Gigasfora margarita.
Sumber pupuk P yang digunakan adalah SP-36 (dengan kandungan 36 %
P2O5) diberikan pada media tanam dengan dosis standar yaitu 125 kg P 2O5/ha atau
6,12 g/ pot. Sedangkan vitabloom diperlakukan dengan konsentrasi 4 g/l.
Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan dengan cara penyemprotan ke
seluruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 ml. Zat pengatur tumbuh
yang diberikan yaitu GA3 100 ppm atau 0,01 g GA 3/l diberikan 2 kali, yaitu pada
saat terbentuk kuncup bunga (30 hari setelah tanam) dan setelah tanaman berbuah
muda (50 hari setelah tanam).
Perlindungan tanaman dari serangan hama dilakukan dengan penyemprotan
insektisida Azodrin 50 EC 2 cc/L, dan untuk mencegah penyakit dilakukan
penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 2 g/L.
Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan analisis tanah sebelum tanam
meliputi : Kandungan bahan organik, pH tanah, kandungan P tanah.
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi : infeksi Mikoriza
dengan metode Clairing dan Staining (Koramik dan McGraw, 1982), Serapan P
pada pucuk (umur 65 hari), pertumbuhan dan hasil tanaman meliputi : umur saat
mulai berbunga, persentase bunga menjadi buah, tinggi tanaman, luas daun dengan
Leaf Area Meter (LAM) , berat kering akar per tanaman, berat kering bagian atas
121
per tanaman, berat kering total per tanaman, berat buah tiap tanaman jumlah buah
tiap tanaman sampel.
Data-data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan diteruskan
dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.
60
50
40
30
20 y = 8 6.5 5 9x + 1 7 .6
2
10 R = 0 .8 3 5 7
0 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4
k a n d u n ga n P ja r in g a n
memberikan hasil yang diinginkan, karena hasilnya secara statistik pada beberapa
parameter tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk Fosfor.
L u a s d au n (c m 2 )
800
600
M0
400
M1
200
8 MS T 1 2 MS T 1 6 MS T
u m u r tan am an
Tabel 2. Berat Kering Tajuk Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza dan Pupuk
Fosfor
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang ditanam pada
Andisol untuk pertumbuhan vegetatifnya masih sangat membutuhkan fosfor,
karena Andisol pada kondisi awal kandungan P yaitu sebesar 11.38 mg.kg. -1 adalah
termasuk rendah, sehingga penambahan P dengan pupuk SP-36 ini dapat memenuhi
kebutuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian pupuk daun yang memiliki
kadar P tinggi belum mampu menstimulir pertumbuhan sebaik pupuk anorganik
melalui tanah.
Berat kering total tanaman yang diberikan pupuk SP-36 paling tinggi pada
semua umur pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa unsur P yang diberikan
melalui pupuk ini dapat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman cabai merah,
karena fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menunjang pertumbuhan yang ditandai
dengan peningkatan berat kering total tanaman.
124
Unsur Fosfor (P) seperti halnya nitrogen, berkaitan erat dengan penyusunan
bagian penting tanaman seperti asam nukleat pada inti sel . Maka apabila terjadi
defisiensi fosfor berakibat pada penurunan pertumbuhan secara drastis. Unsur
fosfor berfungsi pada berbagai reaksi biokimia dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Senyawa fosforilasi bertindak sebagai intermedier, menyimpan
dan penyedia energi reaksi-reaksi khusus seperti pada respirasi dan fermentasi
(Soepardi, 1983). Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-
unsur lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan
tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang
diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari pupuk
sangat penting (Tisdale dan Nelson, 1975 dalam Rosliani, 1997).
Sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman yang memiliki tinggi
tanaman dan bobot kering tanaman yang relatif tinggi cendrung menghasilkan buah
cabai yang lebih tinggi pula (Rosliani, 1997). Karenanya pada tanaman yang
diberikan pupuk SP-36 memiliki umur berbunga yang paling rendah atau paling
awal terbentuknya bunga dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk P dan
perlakuan vitabloom spesial.
Tabel 3. Umur berbunga dan Bobot Buah Cabai Merah Pada Perlakuan Mikoriza,
Pupuk Fosfor dan ZPT
50
40
30 (-)GA3
(%)
20 (+)GA3
10
0
% gugur % gugur
bunga buah
Gambar 3. Persentase Keguguran bunga dan Buah tanaman cabai merah pada
perlakuan zat pengatur tumbuh
dan analisa akhir tanah menunjukkan bahwa pada analisa awal tanah fosofr yang
tersedia di tanah sangat rendah, tetapi pada perlakuan mikoriza yang
dikombinasikan dengan pemebrian pupuk fosfor terlihat adanya peningkatan P
tersedia, hal ini membuktikan bahwa mikoriza berperan dalam mengefisiensikan
pemupukan fosfor yang diberikan pada Andisol, karena fiksasi fosfor yang kuat oleh
allofan pada Andisol mengakibatkan hanya 10 % dari fosfor total yang ditambahkan
yang dapat tersedia bagi tanaman (Tan & Shuylenborg, 1980 dalam Nihayati, 1989).
Selanjutnya Sanchez (1992) menerangkan bahwa kandungan bahan amorf
(allofan) pada Andisol cukup besar dan mempunyai kemampuan tinggi dalam
memfiksasi fosfor yang ditambahkan ke dalam tanah sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Tetapi pada penelitian ini, dimana pemberian pupuk SP-36 yang
dikombinasikan dengan pemberian mikoriza ternyata meningkatkan penyerapan P
yang cukup nyata, ditandai dengan hubungan antara kandungan P pada jaringan dan
infeksi mikoriza positif, artinya semakin tinggi infeksi mikoriza maka semakin
tinggi kemampuan tanaman untuk menyerap P dari tanah ke jaringan tanaman dan P
tersedia di Andisol juga meningkat pada analisa akhir yaitu sebesar 71.67 mg.kg. -1
(tinggi).
Tabel 6. Kandungan P Tersedia Akhir Pada Andisol (Terhadap KO 105 0C. P Olsen)
Kesimpulan
Mikoriza dapat membantu penyerapan Fosfor yang diberikan melalui
pemupukan oleh Cabai Merah dan meningkatkan kada fosfor tersedia pada Andisol
dari 11.38 mg.kg-1 menjadi 71.67 mg.kg-1 yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman .
Pemberian pupuk Fosfor melalui tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman sedangkan melalui daun belum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
secara nyata. Pemberian GA3 menghambat pengguguran bunga cabai merah sampai
16 % dan menghambat pengguguran buah sampai 5 % dibandingkan dengan tanpa
pemberian GA3.
Saran
Untuk penanaman cabai merah sebaiknya benih yang digunakan sebelum
tanam diseleksi dan diperlakukan untuk menghindari kontaminasi penyakit bawaan
dari benih tersebut dapat berkembang. Perlu diadakan percobaan lapang pada
Andisol untuk mengetahui pengaruh di lapang.
DAFTAR PUSTAKA