Penyebab Anak Nakal Dan Cara Mengatasinya Menurut Syariat Islam
Penyebab Anak Nakal Dan Cara Mengatasinya Menurut Syariat Islam
Penyebab Anak Nakal dan Cara Mengatasinya- Pada postingan kali ini saya akan berbagi tentang Penyebab Anak Nakal dan Cara
Mengatasinya. Artikel ini mungkin bisa membantu para orang tua yang kerepotan menghadapi anaknya yang cukup nakal. Semoga artikel
ini bisa berguna dan bermanfaat untuk anda semua.
Mendidik anak merupakan perkara yang mulia tapi gampang-gampang susah dilakukan, karena di satu sisi, setiap orang tua tentu
menginginkan anaknya tumbuh dengan akhlak dan tingkah laku terpuji, tapi di sisi lain, mayoritas orang tua terlalu dikuasai rasa tidak tega
untuk tidak menuruti semua keinginan sang anak, sampai pun dalam hal-hal yang akan merusak pembinaan akhlaknya.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, kita meyakini bahwa sebaik-baik nasihat untuk kebaikan hidup kita dan
keluarga adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dalam al-Qur-an dan sabda-sabda nabi-Nya shallallahu alaihi
wa sallam.
Dalam hal yang berhubungan dengan pendidikan anak, secara khusus Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan orang-orang yang
beriman akan besarnya fitnah yang ditimbulkan karena kecintaan yang melampaui batas terhadap mereka.
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-
hatilah kamu terhadap mereka (QS. at-Taghabun: 14).
Makna menjadi musuh bagimu dalam firman-Nya adalah melalaikan kamu dari melakuakan amal shalih dan bisa menjerumuskanmu ke
dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala.
Padahal, syariat Islam yang sempurna telah mengajarkan segala sesuatu kepada umat Islam, sampai dalam masalah yang sekecil-
kecilnya, apalagi masalah besar dan penting seperti pendidikan anak.
Iblis (setan) berkata, Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat kepada-Mu).
(QS. Al-Araf: 16-17).
Dalam upayanya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-benih kesesatan pada diri
manusia sejak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk memudahkan usahanya selanjutnya setelah manusia itu dewasa.
Di samping sebab utama di atas, ada faktor-faktor lain yang memicu dan mempengaruhi penyimpangan akhlak pada anak, berdasarkan
keterangan dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran
Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Hadits ini menunjukkan bahwa semua manusia yang dilahirkan di dunia memiliki hati yang cenderung kepada Islam dan tauhid, sehingga
kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi maka nantinya dia akan menerima kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang
memberikan pengaruh buruk, bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.
(Di antara contoh pengaruh buruk tersebut adalah) jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga
kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan
(kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak
langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak)
dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang
menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. Inilah yang dinamakan pengajaran pada fitrah
(manusia).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk
(bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak
wangi bisa jadi memberimu minyak wangi atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang
harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan
mencium aroma yang tidak sedap darinya.
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena
adanya pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. Hadits tersebut sekaligus menunjukkan larangan bergaul
dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.
Pada umumnya, anak-anak mempunyai jiwa yang masih polos, sehingga sangat mudah terpengaruh dan mengikuti apa pun yang dilihat
dan didengarnya dari sumber bacaan atau berbagai tontonan.
Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan
yang sangat efektif dan bermanfaat.
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan
penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:
Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin Abbas
radhiallahu anhuma, Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-
batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya
dihadapanmu. .
Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam tentang cara mengatasi penyimpangan akhlak pada anak, dan tentu saja taufik
untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Taala. Oleh karena itu, banyak berdoa dan
memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.