1
Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan APBN dan APBD ?
Sesuai dengan definisi yang ada dalam UU Keuangan Negara No 17 Tahun 2003, yang
dimaksud dengan APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Sementara APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Dalam BA BUN kita mengenal penerusan pinjaman. Apa yang dimaksud dengan
hal ini ?
Penerusan Pinjaman adalah pinjaman luar negeri atau pinjaman dalam negeri yang
diterima oleh Pemerintah Pusat yang diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah
dan/atau BUMN/BUMD yang harus dibayar kembali dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu.Contoh yang saat ini dilakukan adalah penerusan pinjaman
yang diteruspinjamkan kepada PT. PLN (persero) dan PDAM.
2
Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan dan/atau ditetapkan pada tahun anggaran
berjalan.
3
Pagu Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja
pemerintah pusat dan/atau pembiayaan anggaran dalam APBN. Dalam terminilogi
pengelolaan APBN, pagu dibagi menjadi tiga termin. Pagu Indikatif ditetapkan pada
bulan Maret, pagu anggaran (sementara) ditetapkan bulan Juli, sedangkan yang
terakhir adalah alokasi anggaran (pagu definitif) ditetapkan pada bulan November.
Dalam struktur anggaran, dikenal komponen input. Apa yang dimaksud dengan
komponen input ?
Komponen Input, yang selanjutnya disebut Komponen adalah bagian atau tahapan
Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah Keluaran.
Apa yang dimaksud dengan hasil optimalisasi dalam konteks revisi anggaran ?
Apakah sama dengan dana optimalisasi hasil penelaahan antara DPR dengan K/L
?
Hasil Optimalisasi dalam pengertian revisi anggaran adalah hasil lebih atau sisa dana
yang diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau penandatanganan kontrak dari suatu
pekerjaan yang target sasarannya telah dicapai. Sedangkan dana optimalisasi dalam
pengertian pembahasan RAPBN adalah dana sisa yang diperoleh dari hasil
penelaahan K/L dan DPR. Sekedar contoh, hasil optimalisasi APBN tahun 2014
kurang lebih sebesar Rp 27 triliun.
Apa yang dimaksud dengan perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
(PNBP) ?
Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP adalah perubahan pagu
PNBP dari target yang direncanakan dalam APBN.
4
Subsidi Energi adalah subsidi dalam bentuk subsidi BBM jenis tertentu dan bahan
bakar gas cair (LPG tabung 3 (tiga) kilogram dan LGV), dan subsidi listrik.
5
kontraktual, dari single year menjaadi multiyear, dan pertimbangan yang terakhir
adanya perubahan atau penetapan kebijakan pemerintah dalam tahun anggaran
berjalan, misalnya penghematan anggaran, reward and punishmen atau yang sering
terjadi setiap tahun adalah APBN Perubahan.
Dibandingkan dengan revisi anggaran tahun 2013 yang telah diatur dalam PMK
32/PMK.02/2013, kemudian direvisi dengan PMK nomer 177/PMK.02/2013 dan
PMK 166/PMK.02/2013, tambahan/penyempurnaan apa yang telah diatur dalam
PMK 07/PMK.02/2013 ?
Peraturan Menteri Keuangan nomor 07/PMK.02/2014 sifatnya melengkapi atau
menyempurnakan peraturan sebelumnya, yaitu PMK 32, PMK 166 dan PMK 117 dan
perdirjen Perbendaharaan nomor 12 tahun 2013.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 32/PMK.02/2013 mengatur tentang revisi
anggaran tahun 2013, kemudian direvisi yang pertama dengan menerbitkan PMK
166/PMK.02/2013 mengatur tentang revisi anggaran yang terjadi sebagai akibat dari
ditetapkannya APBN P tahun 2013.
Revisi anggaran akibat ditetapkannya APBN P tahun 2013 meliputi pergeseran
anggaran antar kegiatan yang tidak berasal dari hasil optimalisasi dan/atau sisa
anggaran swakelola, kemudian pergeseran anggaran antar program dan yang terakhir
relokasi anggaran termasukan pemanfaatan kembali alokasi anggaran yang diblokir.
Kemudian PMK 166/PMK.02/2013 mengatur mengenai batas akhir penerimaan revisi
anggaran, yang awalnya paling lambat tanggal 11 oktober 2013 menjadi 6 Desember
2013, yang menjadi kewenangan DJA. Sedangkan yang menjadi kewenangan Kanwil
Ditjen Perbendaharaan, semula tanggal 18 Oktober 2013 diundur menjadi tanggal 13
Desember 2013. Pengunduran usul revisi anggaran tersebut terkait dengan
penyelesaian revisi anggaran karena adanya pagu minus khususnya non belanja
pegawai (sebagai dampak APBN P 2013), termasuk dalam rangka memenuhi
kebutuhan anggaran prioritas K/L. Demikian juga penyelesaian revisi yang terjadi
6
karena pagu minus terhadap beberapa akun sebagai akibat kebijakan perubahan
akun serta perubahan dan/atau kesalahan administratif. PMK ini juga mempertegas
mengenai batas akhir revisi anggaran yang dikecualikan yaitu paling lambat lima hari
kerja sebalum batas akhir pengajuan pencairan anggaran sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai langkah-langah akhir tahun anggaran 2013.
Norma yang ada dalam tiga PMK tersebut, ditambah dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dalam peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor 12 tahun 2013,
ditambah dengan pengaturan-pengaturan yang bersifat khusus (lain-lain) dan
masukan dari para stakholder menjadikan PMK 07/PMK.02/2014 semakin lengkap
dan diharapkan mampu untuk mengawal dinamika politik anggaran tahun 2014.
7
adalah meverifikasi tagihan diatasf Rp 2 milyar dan melakukan verifikasi atas dana
optimalisasi sebelum diputuskan dalam sidang kabinet.
Ruang lingkup revisi anggaran, seperti telah dijelaskan diatas mengatur tentang
revisi anggaran untuk BA BUN. Bukanlah dalam PMK 36/PMK.02/2013 tentang
tata cara pergeseran anggaran belanja dari BA BUN ke BA K/L, telah mengatur
mengenai hal tersebut ?
Memang betul dalam PMK 36 telah diatur mengenai proses bisnis pengalihan dana
dari BA BUN ke BA K/L, akan tetapi payung hukum mengenai proses atau
mekanisme revisinya belum diatur. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara PMK
07/PMK.02/2014 dan PMK 36 saliang melengkapi. Nah dalam PMK 07/PMK.02/2014
disamping mengatur revisi anggaran dari BA BUN ke BA K/L, diatur juga revisi
anggaran dari sebaliknya yaitu BA K/L ke BA BUN atau lebih mudah kita mengenal
dengan kontra SABA.
Bagaimana kalau terjadi revisi anggaran antar Sub BA BUN, misalnya dari BA
BUN 999.08 (belanja lain-lain) ke Belanja Subsidi atau antara BA BUN 999.08 ke
999.01 dan lain sebagainya
Dalam PMK 07/PMK.02/2014 hal ini juga telah diatur.Ini sangat dimungkinkan
sekali, misalnya saja dari BA BUN 999.08 ke BA BUN 999.02 atau ke BA BUN 999.07
(subsidi).
Apa kaitannya dengan revisi anggaran yang akan kita pahami ini ?
Revisi Anggaran yang dimaksud disini adalah perubahan rincian anggaran yang telah
ditetapkan dalam APBN dan disahkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
8
Anggaran.Tidak termasuk perubahan rincian anggaran yang bersumber dari APBD
yang telah ditetapkan oleh DPRD.
Salah satu batasan revisi anggaran adalah alokasi anggaran untuk biaya
operasional tidak boleh berkurang. Sebenarnya apakah yang dimaksud biaya
operasional itu ?
Biaya Operasional adalah anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah
Satker dalam melaksanakan tugas dan fungsinya meliputi pembayaran gaji,
tunjangan yang melekat pada gaji, uang makan, dan pembayaran yang terkait dengan
belanja pegawai (Komponen 001) dan kebutuhan sehari-hari perkantoran, langganan
daya dan jasa, pemeliharaan kantor, dan pembayaran yang terkait dengan
pelaksanaan operasional kantor (Komponen 002), termasuk tunjangan profesi
guru/dosen, tunjangan kehormatan profesor, Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
dan dukungan operasional pertahanan dan keamanan (Komponen 003). Biaya
operasional satker ini bisa digeser, hanya saja terbatas untuk memenuhi biaya
operasional pada satker lain dan dalam peruntukan yang sama.
Dalam revisi anggaran pagu berubah, sebelum pengesahan oleh Ditjen Anggaran
harus direviu terlebih dahulu oleh APIP. Siapakah yang dimaksud dengan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/ Lembaga
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian/ Lembaga, yang selanjutnya
disingkat APIP K/L adalah unit pada Kementerian/Lembaga yang mempunyai tugas
fungsi melaksanakan pemeriksaan atau pengawasan.
9
Bagaimana halnya dengan PMK 155/PMK.02/2013 tentang tata cara penggunaan
anggaran BA BUN 999.08
Dalam PMK tersebut mengatur mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
Ditjen Anggaran, ketika ada permintaan dari K/L untuk menggunakan BA
999.08.Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan BA 999.08 sangat selektif dan
hati-hati.Saya rasa tidak ada yang overlaping, tetapi justru saling melengkapi.
Sedangkan untuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, apa saja
tambahan yang diatur ?
Terkait dengan hal ini, tambahan yang diatur adalah penghapusan/perubahan
catatan dalam halaman IV DIPA, penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,
pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun yang lalu, serta
pergeseran anggaran dalam rangka percepatan pencapaian output prioritas nasional
dan/atau prioritas K/L
10
Bisa dijelaskan satu per satu
Penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA terdiri atas
penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA karena masih memerlukan
persetujuan DPR RI, kedua karena harus dilengkapi dasar hukum pengalokasiannya
dan/atau dokumen terkait, ketiga, karena masih harus dilengkapi loan agreement
atau nomor register, karena masih harus didistribusikan ke masing-masing satker,
karena masih memerlukan penelaahan dan/atau persetujuan Bappenas, keenam
karena masih memerlukan reviu BPKP, khsususnya mengenai dana optimalisasi dan
penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV DIPA yang dicantumkan oleh
APIP K/L karena masih harus dilengkapi dokumen pendukung.
Apabila persetujuan dari DPR telah ada, apakah dengan sendirinya catatan
halaman IV DIPA akan dihapus
Apabila persetujuan dari DPR telah ada, kita harus melihat dulu, apakah persetujuan
dari DPR tersebut terdapat dana optimalisasi ?apabila terdapat dana optimalisasi (
kurang lebih 28 triliun yang tersebar ke beberapa K/L), harus terlebih dahulu
mendapatkan verifikasi dari BPKP. Hasil verifikasi BPKP tersebut disampaikan
kepada Menteri Keuangan dan untuk selanjutnya dibawa ke sidang cabinet.
Berdasarkan sidang cabinet tersebut, apakah dana optimalisasi tersebut dapat
digunakan atau tidak. Apabila dapat digunakan, maka proses penghapusan
catatannya dapat segera diusulkan melalui mekanisme revisi anggaran
Masih terkait dengan pagu anggaran tetap, hal apa saja yang diatur dalam
penyelesaian tunggakan tahun yang lalu
Syarat utama untuk melakukan penyelesaian tunggakan adalah tidak mengurangi
volume keularan dalam DIPA dan mempunyai dana untuk membayar tunggakan
tersebut (optimalisasi). Apabila tunggakan yang diajukan kepada satker sampai
dengan Rp 200 juta harus dilampiri SPTJM dari Kuasa Pengguna Anggaran, bahwa
tunggakan tersebut telah diverifikasi. Apabila tunggakan yang diajukan antara Rp
200 juta sampai dengan Rp 2 milyar, maka tagihan tersebut harus dilampiri hasil
11
verifikasi dari APIP K/L. Pejabat unit eselon I membuat SPTJM bahwa tagihan
tersebut sudah diverifikasi oleh APIP K/L. Apabila tunggakan dalam DIPA diatas Rp 2
milyar, maka harus dilampiri hasil verifikasi dari BPKP setempat. Perbedaan dengan
PMK 32/PMK.02/2013 terletak pada nominalnya.Tahun yang lalu diatur apabila
diatas Rp 500 juta harus diverifikasi oleh BPKP.
Adakah penyelesaian tunggakan tahun yang lalu yang tidak perlu dilakukan
revisi anggaran ?
Terdapat 12 jenis tunggakan tahun yang lalu, yang tidak memerlukan revisi
anggaran, yaitu belanja pegawai khususnya gaji dan tunjangan yang melekat pada
gaji, uang makan, belanja perjalanan dinas pindah, langganan daya dan jasa,
tunjangan profesi guru/dosen, tunjangan kehormatan professor, tunjangan tambahan
penghasilan guru PNS, tunjangan kemahalan hakim, tunjangan hakim adhoc,
imbalan jasa layanan bank/pos persepsi, bahan makanan dan/atau perawatan untuk
tahanan/narapidana dan yang terakhir pembayaran provesi benda meterai. Diluar
tunggakan ini (12 item), apabila tunggakan yang alokasi anggarannya belum tersedia,
dapat dibebankan pada tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan merupakan
tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya cukup tersedia pada
DIPA tahun yang lalu, dan pekerjaan tersebut telah diselesaikan tetapi belum
dibayarkan sampai dengan akhi tahun anggaran.
Kesalahan administrative apa saja yang saat ini menjadi tambahan pengaturan
Pada dasarnya kesalahan administrative ini pada tahun sebelunya telah diatur dalam
Peraturan Dirjen Perbendaharaan. Kemudian ditampung dalam PMK
07/PMK.02/2014 meliputi ralat kode lokasi, ralat kode satker, ralat rencana
penarikan dana atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA, ralat
pencantuman volume keluaran dalam DIPA dan yang terakhir perubahan pejabat
perbendaharaan (tahun lalu tidak diatur)
Bagaimana dengan batas akhir pengajuan usul revisi anggaran. Seberapa jauh
ketentuan ini telah mengatur
Mengenai batas akhir pengajuan usul revisi anggaran, dalam PMK 07, dikelompok
menjadi 3, yaitu kelompok reguler, kelompok yang dikecualikan dan yang terakhir
kelompok akhir tahun. Kelompok reguler berakhir tanggal 31 Oktober 2014 untuk
kewenangan Ditjen Anggaran dan tanggal 12 Desember 2014 untuk kewenangan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Sedangkan untuk yang dikecualikan berakhir tanggal
19 Desember 2014, sedangkan yang terakit dengan revisi anggaran yang berkenaan
dengan pembayaran subsisi energi, bunga hutang, cicilan pokok hutang, bencana
alam dan pengesaahan batas akhir dan penyelesaiannya tanggal 30 Desember 2014.
12
Bisa diperjelas lagi untuk yang dikecualikan. Dalam kondisi apa usul revisi
anggaran diperlakukan sebagai yang dikecualikan ?
Usul revisi anggaran yang dikecualikan adalah revisi anggaran yang berkenaan
dengan kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, HDN dan PDN.
Kemudian kegiatan dalam lingkup BA BUN, termasuk pergeseran antara BA BUN ke
BA K/l, dan yang ketiga kegiatan-kegiatan yang masih membutuhkan data/dokumen
pendukung yang harus mendapat persetujuan dari eksternal K/L (persetujuan DPR,
Menkeu/Menpan/Kemenlu dan sejenis lainnya).
Ada lagi yang diatur dalam ketentuan lain-lain, yaitu DIPA Pengesahan, apakah
itu?
Penerbitan DIPA Pengesahan ini biasanya terjadi ketika Kementerian/Lembaga
mempunyai kegiatan/keluaran yang dananya bersumber dari PHLN dan telah
dilaksanakan pad atahun berjalan, tetapi sampai berakhirnya tahun anggaran belum
dapat disahkan pengeluarannya. Nah pengesahan atas transakti tersebut harus
diselesaikan melalui mekanisme revisi DIPA. Bagaimana caranya ?unit eselon I
mengajukan usul revisi anggaran kepada Ditjen Anggaran: Pengeluaran yang akan
disahkan dituangkan dalam RKA KL dalam output tersendiri dan diberi catatan akun
dalam rangka pengesahan
Pengesahan revisi anggaran dalam rangka penyusunan LKPP 2013, apa saja yang
masuk dalam kriteria ini ?
Apabila suatu satker pada tahun 2014, mengajukan usul revisi anggaran 2013 terkait
dengan pagu minus terkait dengan pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat
13
pada gaji, pagu minus terkait dengan non belanja pegawai, pengesahan pendapatan
dan beanja untuk satker BLU, pengesahan belanja yang bersumber dari PHLN/PHDN
dan pengesahan pendapatan/belanja/pembiayaan anggaran untuk subbagian
anggaran BA BUN, maka sesuai kewenangannya Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan
DJA akan memproses usulan revisi angaran tersebut dalam bentuk pengesahan atas
transaksi yang telah dilakukan pada tahun anggaran 2013. Pengesahan yang
dilakukan pada tahun 2014 tersebut hanya sebatas penyesuaian administratif
(perbaikan pembukuan) dalam rangka penyusunan LKPP 2013, bukan merupakan
pengesahan atas transaksi baru (2014).
Bagaimana dengan revisi anggaran terkait dengan sisa pekerjaan tahun anggaran
2013
Apabila suatu satker mempunyai kegiatan pembangunan fisik misalnya, belum
selesai sampai dengan akhir tahun anggaran 2013, misalnya saja sebesar 5 %,
sehingga menjadi tunggakan tahun 2014.Sisa pekerjaan sebesar 5 % tersebut bisa
diluncurkan pada tahun 2014, dengan tetap dikenakan denda maksimal.Namun
sumber pendanaannya tidak bisa diluncurkan.Dalam kontrak dibuat addendum
dengan mengubah sumber pendanaan dari tahun 2013 menjadi tahun 2014 melalui
mekanisme revisi anggaran. Revisi anggaran untuk mendanai kegiatan yang belum
selesai tersebut, tetap memperhatikan batasan-batasan revisi anggaran
Pada tahun 2014, sangat dimungkin Pemerintah dan DPR mengesahkan APBN P
tahun 2014. Bagaiaman PMK ini dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi
dalam APBN P 2014 ?
Yang jelas, apa yang ditetapkan dalam APBN P 2014 akan menjadi dasar penyelesaian
revisi dokumen RKA KL DIPA tahun anggaran 2014. Revisi anggarannya meliputi
pergeseran anggaran antar kegiatan yang mengakibatkan pengurangan volume
keluaran, pergeseran anggaran antar program dan/atau realokasi anggaran termasuk
pemanfaatan kembali alokasi anggaran output cadangan
14
Disamping penyederhanaan persyaratan pengajuan revisi anggaran, dalam PMK
07 juga diatur mengenai penyederhanaan mekanisme revisi anggaran.Apa saja
itu
Penyederhanaan mekanisme revisi anggaran khususnya di Ditjen Anggaran,
berdasarkan PMK ini pengesahan revisi anggaran yang mengakibatkan perubahan
pagu tidak diikuti dengan pengesahan revisi DIPA Induk. Surat pengesahannya oleh
Ditjen Anggaran disampaikan langsung kepada unit eselon I sebagai pengusul dengan
tembusan kepada Ditjen Perbendaharaan cq Dit. Sistem Perbendaharaan.
Penyederhanaan mekanisme yang lain, adalah ketika K/L memerlukan persetujuan
DPR terlebih dahulu untuk melakukan revisi, mekanismenya, K/L langsung ke DPR
untuk mendapat persetujuan. Setelah persetujuan diperoleh, K/L kemudian
mengusulkan kepada Ditjen Anggaran untuk proses lebih lanjut revisi anggarannya.
Pola ini lebih cepat dibandingkan dengan tahun yang lalu, ketika K/L menyampaikan
kepada Menteri Keuangan, Menteri Keuangan menyampaikan kepada DPR, balik lagi
ke Kementerian Keuangan, baru disampaikan lagi ke K/L, sesudah diterima K/L baru
K/L menyampaikann usul revisi anggaran kepada Ditjen Anggaran untuk mendapat
pengesahan. Penyederhanaan ini kurang lebih mempercepat waktu 2 bulan.
Ketika kita akan mengajukan revisi anggaran, terbentur dengan batasan revisi
anggaran. Apa saja batasan revisi anggaran itu ?
Batasan revisi angaran atau hal-hal yang harus dipenuhi dalam melakukan revisi
adalah sebagai berikut, yang pertama revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang
tidak mengurangi alokasi anggaran; revisi anggaran dapat dilakukan dengan tetap
memperhatikan ketentuan untuk hal-hal yang dibatasi atau dilarang di danai dari
APBN; revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume keluaran
yang telah ditetapkan dalam DIPA dan yang terakhir revisi anggaran berupa
pergeseran antar kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume
keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan digunakan untuk hal-hal yang
bersifat prioritas, mendesak, darurat dan tidak dapat ditunda.
Hal yang dibatasi atau dilarang, pada PMK 32 tidak diatur sama sekali. Apa
pertimbangannya sehingga dalam PMK 07 diatur secara eksplisit?
Ketika masalah ini tidak ditegaskan, dalam pelaksanaanya beberapa satker hasil dari
revisi anggaran itu dipergunakan untuk pengadaan kegiatan yang dibatasi/dilarang.
15
Nah apa saja yang dibatasi dan dilarang itu, dijelaskan secara panjang lebar dalam
Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai petunjuk
penyusunan RKA KL.
Mengapa ketika akan melakukan revisi, volume keluaran tidak boleh dikurangi ?
Volume keluaran dalam DIPA merupakan kontrak tertinggi yang harus dipenuhi oleh
pengguna anggaran. Dengan dana yang sudah tercantum dalam DIPA petikan, terikat
kontrak pengelola anggaran untuk dapat mencapai target atau output yang telah
ditetapkan. Apabila terjadi perubahan prioritas penggunaan anggaran atau
perubahan kebijakan pemerintah atau keadaan kahar, volue keluaran ini dapat
berkurang.Apabila volume keluaran tersebut meruakan volue keluaran dari kegiatan
prioritas nasional, maka usul penguranga volume keluaran disampaikan kepada
Kementerian Perencanaan/Bappenas sebagai acuan perubahan renca kerja K/L dan
RKP 2014.Apabila volume keluaran tersebut merupakan volume keluaran dari
kegiatan prioritas K/L, maka usul pengurangan volume keluaran disampaikan
kepada Menteri/Pimpinan Lemabag sebagai Pengguna Anggaran.
Disampaikan kepada siapa saja, surat pengesahan DIPA yang diterbitkan oleh
Ditjen Anggaran dan kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Mulai tahun 2014, surat pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Ditjen Anggaran
hanya disampaikan kepada unit eselon I sebagai unit pengusul dengan tembusan
kepada Ditjen Perbendaharaan cq Dit. Sistem Perbendaharaan. Tahu 2013, surat
pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh DJA dikirim keseluruh satker di seluruh
Indonesia. Sedangkan surat pengesahan DIPA yang telah ditetapkan oleh Kanwil
Ditjen Perbendaharaan disampaikan ke Kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala KPPN
Setempat.
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah, yang
menjadi kewenangan Ditjen Anggaran ?
Ada 16 items transkasi yang menyebabkan pagu anggaran berubah yang menjadi
kewenangan Ditjen Anggaran. Yang pertama perubahan anggaran belanja yang
bersumber dari PNBP; Percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN; Penerimaan
Hibah Luar Negeri/Hibah Dalam Negeri setelah UU mengenai APBN TA 2014
ditetapkan; pengurangan a;okasi pinjaman luar negeri; perubahan pagu anggaran
16
pembayaran subsidi energi; perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang;
lanjutan pelaksanaan kegiatan penerusan pinjaman, percepatan pelaksanaan
kegiatan penerusan pinjaman, lanjutan pelaksanaan kegiatan penerusan hibah,
percepatan pelaksanaan kegiatan penerusah hibah; percepatan realisasi pelaksanaan
proyek yang dananya bersumber dari SBSN PBS; perubahan pagu anggaran
pembayaran cicilan pokok utang, perubahan pagu anggaran penyertaan modal
negara; perubahan pagu anggaran dalam rangka penyesuaian kurs; pengurangan
alokasi hibah luar negeri dan/atau perubahan pagu anggaran transfer daerah.
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah, yang
menjadi kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Terdapat 4 item yang menjadi kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk
mengesahkan revisi anggaran yang diajukan Kementerian/Lembaga, yaitu lanjutan
pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN dan/atau PHDN;
Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang, Lanjutan pelaksanaan kegiatan
PNPM; penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN
untuk satker BLU;
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, yang
menjadi kewenangan Ditjen Anggaran ?
Ada 13 hal yang menjadi kewenangan Ditjen Anggaran, yaitu pergeseran dalam
keluaran yang sama, kegiatan yang sama dan antar satker dalam wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaaan yang berbeda; pergeseran antar keluaran, kegiatan
yang sama dan antar satker dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang
berbeda; pergeseran antar kegiatan antar satker daam wilayah kerja Ditjen
Perbendaharaan yang berbeda;Penghapusan/perubahan catatan dalam halaman IV
DIPA; penambahan cara penarikan PHLN/PHDN; pergeseran anggaran dalam rangka
penyelesaian inkracht, penggunaan output cadangan, penambahan/perubahan
rumusan kinerja; perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang, pergeseran
anggaran dalam satu subbagian anggaran BA BUN;pergeseran anggaran dakam BA
BUN pengelolaan belanja lainnya ke bagian Anggaran K/L; pergeseran antar
subbagian anggaran dalam BA BUN dan/atau pergeserab abggarab dakam BA K/L ke
BA BUN.
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, yang
menjadi kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Pergeseran dalam satu keluaran, satu kegiatan dan satu satker; pergeseran antar
keluaran, satu kegiatan dan satu satker; pergeseran dalam keluaran yang sama,
kegiatan yang sama dan antar sarker dalam satu wilayah kerja kanwil Ditjen
Perbendaharaan. Pergeseran abtar jekyarabm kegiatan yang sama dan antar satker
dalam satu wiayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan; Pergeseran antar kegiatan
dalam satu satker dan atau pergeseran antar kegiatan dan antar satker dalam satu
wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal ralat administratif, yang
menjadi kewenangan Ditjen Anggaran ?
17
Ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda;
ralat kode kewenangan; ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan yang berbeda, ralat kode satker; dan/atau ralat pencantuman
volume, jenis dan satuan keluaran yang berbeda, antara RKA KL dan RKP atau hasil
kesepakatan DPR RI dengan Pemerintah;
Apa saja yang termasuk revisi anggaran dalam hal ralat administratif, yang
menjadi kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan ?
Yang pertama, ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dakam
peruntukan dan sasaran yang sama; ralat kode KPPN dalam satu wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan; perubahan nomenklatur BA dan/atau satker
sepanjang kode tetap; ralat kode nomor register PHLN/PHDN; ralat kode lokasi dan
lokasi KPPN dalam satu wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan; ralat kode
lokasi dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi
KPPN salams atu wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan; ralat cara penarikan
PHLN/PHDN; ralat rencana penarikan dana atau rencana penerimaan dalam halaman
III DIPA; ralat pencantuman volume keluaran dalam DIPA dan/atau perubahan
pejabat perbendaharaan.
Revisi anggaran yang seperti apa, yang memerlukan persetujuan eselon I K/L
pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam
1 (satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran dalam Keluaran yang sama,
Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang
berbeda; pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama
dan antar Satker dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang berbeda; pergeseran antar
Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kanwil DJPBN; pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker
dalam wilayah kerja Kanwil DJPBN yang berbeda; dan/atau penambahan cara
penarikan PHLN/PHDN
18
(Outcome) Program;penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan DPR-RI
terlebih dahulu;penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang digunakan tidak
sesuai dengan rencana peruntukan; dan/ataupergeseran antar
provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka Tugas Pembantuan dan
Urusan Bersama, atau antarprovinsi untuk Kegiatan dalam rangka Dekonsentrasi.
CONTOH KASUS
19
Dalam kaitannya dengan Kementerian ABC, yang harus diprioritaskan yaitu
melakukan pergeseran dari Program Kependudukan sebesar Rp.2 miliar,-. (karena
masih terdapat sisa anggaran dalam jenis belanja yang sama yaitu Belanja Pegawai),
sedangkan sisa kekurangan dananya dapat dipenuhi melalui pergeseran dana dari
belanja barang pada Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya.
Karena penyampaian pemberitahuan pagu minus baru disampaikan pada bulan
Januari 2014, maka harus diterbitkan Surat Pengesahan DIPA dalam rangka
memperbaiki laporan keuangan pemerintah pusat.DIPA yang diterbitkan merupakan
sarana untuk memperbaiki laporan keuangan yang masih ada selisih (administratif)
dan bukan sebagai dasar untuk melakukan transaksi baru. Usul revisi anggaran
tahun 2013 yang diproses pada awal bulan tahun 2014 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan kegiatan pada tahun 2013.
Apa yang harus dilakukan oleh Kementerian AMN untuk menyikapi masalah
inkracht tersebut ?
20
Terkait dengan masalah inkracht, harus kita lihat dasar hukumnya terlebih dahulu,
yaitu penjelasan Pasal 9 huruf e Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang menyatakan bahwa utang adalah kewajiban negara kepada
pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya
merupakan tanggung jawab kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit
pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan Undang-
Undang/keputusan pengadilan. Dengan demikian incraht merupakan kewajiban
pengeluaran yang timbul sehubungan dengan uputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan tanggungjawab
Kementerian/Lembaga.
Dalam hal penyelesaian inkracht dilakukan pada tahun berjalan, maka dapat
dipenuhi dengan melakukan pergeseran anggaran sesuai dengan pasal 5 (3) huruf l
PMK 07/PMK.02/2014 dan pasal 33 (3) bahwa pergeseran anggaran dalam rangka
penyelesiaan inkracht dapat dilakukan antar jenis belanja dan/atau antar jenis
kegiatan dalam satu program dan/atau antar program dalam satu
kementerian/lembaga.
Dalam kasus di atas, apabila ditahun 2014 sudah di anggarkan dananya untuk
pembayaran inkracht, yaitu Rp 9 milyar, maka Ditjen Pemerintahan Kota dapat segera
melakukan pembayaran atas tagihan tersebut dengan terlebih dahulu dilakukan
verifikasi oleh BPKP. Namun, apabila tagihan atas incraht tersebut belum
dianggarkan, dan harus di bayarkan pada tahun anggaran berjalan, maka Ditjen
Pemerintah Kota harus melakukan optimalisasi dana yang dikelola dalam rangka
memenuhi tagihan incraht tersebut.
21
dari rupiah murni maupun bantuan dari world bank, maka seharusnya hal tersebut
tidak dapat dikenakan punishment.
22
(satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker, dan sekaligus realokasi
antar Program dari Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Kesejahteraan
Rakyat ke Program Dukungan Manajemen. Pertimbangan usulan tersebut untuk
menutup kekurangan alokasi belanja tunjangan kinerja (komponen 001) pada
RKA-KL Kemenko Bidang Kesra TA 2014.
23
apakah Plt dapat mengajukan usul revisi mengingat dalam PMK
07/PMK.02/2014 disebutkan bahwa Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga menyampaikan
usulan Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan
dokumen pendukung. Mohon penjelasan ?
Surat usulan revisi diajukan oleh Plt dapat dibenarkan dengan catatan bahwa
telah terdapat pendelegasian kewenangan terkait usulan revisi anggaran dari
Sekretaris Utama Kementerian B/Pejabat yang lebih tinggi kepada Plt.
Sekretaris Utama Kementerian B.
Bagaimana penyelesaian usul revisi penambahan pagu dengan sumber hibah luar
negeri ini ?
Usul revisi yang diajukan pada dasarnya dalam rangka pengesahan atas kegiatan
yang telah dilaksanakan dan dananya telah tersedia di dalam bendahara Kementerian
X. Oleh sebab itu, usul revisi dimaksud dapat ditindaklanjuti dengan mencantumkan
catatan pada halaman 4 DIPA Kementerian X yang menyatakan bahwa alokasi HLN
tersebut bersifat pengesahan atas kegiatan yang telah dilaksanakan dan bukan untuk
membiayai kegiatan baru.
Berkenaan dengan pertanyaan ini, dasar hukum yang dapat kita ambil adalah pasal
12 PMK 07/PMK.02/2014 yang mengatur bahwa perubahan rincian anggaran yang
disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari
PHLN bersifat menambuh pagu anggaran belanja, dapat dilakukan sepanjang PHLN
belum closing date. Lanjuta pelaksnaan pinjaman tersebut tidak termasuk pinjaman
proyek baru yang belum dialokasikan dalam APBN tahun berjalan serta tidak
termasuk PHLN yang bukan merupakan kelanjuta dari proyek tahun jamak
24
Berdasarkan revisi IV DHP RKA-K/L Kementerian B terdapat alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.122.866.610,- termasuk didalamnya alokasi sebesar
Rp.1.198.734.000,- equivalent US$ 129,110.- untuk pelaksanaan kegiatan yang
bersumber dari Hibah Luar Negeri.
a. Berdasarkan data dukung yang disampaikan, dari alokasi anggaran tersebut
telah direalisasikan sebesar Rp. 1.003.682.000,- sehingga masih tersisa
anggaran sebesar Rp.195.052.000,- yang direncanakan untuk pembayaran
Konsultan Individu dalam valuta asing sebesar US$ 25,170.-.
dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ pada saat akan melakukan
pembayaran kontrak valuta asing (penerbitan SP2D) sebesar Rp.11.500,-/US$,
maka terdapat kekurangan alokasi anggaran sebesar Rp. 94.403.000,- untuk
pembayaran Konsultan Individu dimaksud.
Bagaiaman revisi anggaran karena selisih kurs untuk alokasi yang bersumber
dari PHLN ?
Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs diatur dalam
Pasal 45 PMK 07/PMK.02/2014 pergeseran anggaran dalam rangka memnuhi
kebutuhan selisih kurs merupakan pergeseran anggaran rupah karena pembayaran
kontrak dalam valuta asing sebagai akibat adanya selisih kurs. Pergeseran anggaran
dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) merupakan selisih antara nilai kurs yang digunakan dalam APBN dengan nilai
kurs pada saat transaksi dilakukan;
b) selisih tersebut terjadi setelah kontrak ditandatangani;
c) pergeseran alokasi anggaran yang dilakukan paling tinggi sebesar nilai kontrak
dikalikan dengan selisih kurs sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
kebutuhan anggaran untuk memenuhi selisih kurs menggunakan alokasi
anggaran Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
Apa sebenarnya tujuan kita melakukan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L itu ?
Penelaahan atas RKA KL pada hakekatnya adalah untuk memenuhi dua tujuan
utama, yaitu tujuan administratif dan tujuan substantive. Penelaahan dalam konteks
tujuan administrative mencakup penelaahan terkait surat pengantar RKA-K/L tahun
yang akan datang yang telah ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga (pejabat
yang ditunjuk), kemudian surat pernyataan pejabat eselon I (pejabat lain yang
memiliki alokasi anggaran (portofolio) dan sebagai penanggung jawab program),
penelaahan terhadap kemudian RKA KL tahun yang akan datang,kemudian daftar
rincian pagu anggaran per satker/eselon I, RKA Satker TA tahun yang akan datang,
25
Arsip Data Komputer (ADK) RKA-K/L tahun yang akan datang dan persetujuan
Komisi terkait DPR-RI.
Sedangkan penelaahan dalam konteks substantive mencakup penelaahan kesesuaian
data dalam RKA-K/L tahun yang akan datangdengan pagu anggaran/alokasi K/L
tahun yang akan datang, kesesuaian antara kegiatan, keluaran dan anggarannya,
kemudian relevansi komponen/tahapan dengan keluaran dan konsistensi
pencantuman sasaran kinerja K/L tahun yang akan datang dengan RKP tahun yang
akan datang, dan yang terakhir konsistensi pencantuman prakiraan maju untuk 3
(tiga) tahun kedepan.
Dalam satu kasus, bagaimana kalau surat pengantar RKA-K/L tahun yang akan
datang tersebut, tidak ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga ?
Apabila tidak ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan lembaga, maka yang harus
dilakukan adalah memastikan bahwa pejabat yang menandatangani surat pengantar
tersebut adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris Menteri atas nama
Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat lain yang ditunjuk untuk menandatangani
surat pengantar RKA-K/L atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga setingkat Eselon I.
26
dokumen RKA Satker dan Daftar Rincian Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dan
dokumen lainnya yang terkait dengan eselon I yang bersangkutan, dikembalikan
untuk dilengkapi dan selanjutnya tanda terima dokumen diberikan catatan atas
kekurangan atau dokumen yang dikembalikan.
Penelaahan terhadap Daftar Rincian Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dilakukan
dengan cara meneliti jumlah satker dan pagu anggaran untuk masing-masing satker
dibandingkan dengan total pagu anggaran/alokasi anggaran untuk unit eselon I
terkait pada Formulir 2 RKA-K/L dan penandatangan Daftar Rincian Pagu Anggaran
per Satker/Eselon I.
Bagaimana kalau terjadi perbedaan antara RKA satker dengan jumlah satker
dalam rincian anggaran per satker/eselon I ?
Apabila terjadi hal tersebut, maka berkas dokumen RKA Satker dan Daftar Rincian
Pagu Anggaran per Satker/Eselon I dan dokumen lainnya yang terkait dengan eselon I
yang bersangkutan dikembalikan untuk dilengkapi, sedangkan tanda terima
dokumen diberikan catatan atas kekurangan atau dokumen yang dikembalikan.
27
Kembali ke masalah penelaahan substantif, dapatkah dijelaskan lebih detail yang
dimaksud dengan penelaahan substantif ?
Penelaahan substantif adalah penelaahan dalam rangka memastikan bahwa data
dalam RKA KL yang akan datang dengan pagu anggaran/alokasi anggaran yang akan
datang sudah sesuai. Kesesuaian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan
kedua dokumen tersebut terkait dengan pagu anggaran K/L, total pagu per sumber
dana, pagu per program, rincian sumber dana per program dan yang terakhir adalah
daftar rincian pagu per satker dengan RKA Satker.
Apabila tidak sama, antara total pagu K/L dengan pagu yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, maka seluruh berkas penelaahan dikembalikan untuk diperbaiki.
Demikian juga apabila total pagu per sumber dana tidak sama dengan pagu sumber
dana yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, seluruh berkas penelaahan
dikembalikan untuk diperbaiki.
Dalam hal terjadi pergeseran pagu antar Program dan sudah mendapat persetujuan
Komisi DPR-RI, yang harus dilakukan adalah memastikan pergeseran digunakan
untuk menambah Biaya Operasional dan tidak mengurangi target kinerja prioritas
nasional. Apabila pergeseran digunakan untuk menambah target kinerja prioritas
nasional dan tidak mengurangi Biaya Operasional, maka penelaahan dapat
dilanjutkan.
Apabila terjadi pergeseran sebagai akibat adanya reorganisasi, dan perubahannya
sudah diakomodir dalam data Renja K/L di Bappenas, maka penelaahan dapat
dilanjutkan dan hasil penelaahannya dituangkan dalam Catatan Hasil Penelaahan.
Dalam hal terjadi pergeseran sumber dana dalam satu Program dan/atau antar
Program yang belum disetujui oleh Komisi terkait DPR RI, berkas penelaahan unit
eselon I terkait harus dikembalikan untuk diperbaiki. Dalam hal daftar rincian pagu
per Satker berbeda dengan RKA Satker, dokumen dimaksud dikembalikan untuk
diperbaiki termasuk ADK RKA-K/L nya.
28
Terkait dengan Kegiatan/Keluaran inisiatif baru, alokasi anggarannya sangat berbeda
dengan Kegiatan/Keluaran sejenis yang sudah ada, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah memastikan apakah ada Komponen yang berbeda digunakan
sebagai dasar penghitungan alokasi anggarannya, atau apakah jumlah volume
keluaran berbeda, Dalam hal dasar penghitungannya sama, selisih lebih anggaran
yang dialokasikan dapat dialihkan ke Keluaran yang lain atau dituangkan dalam
Output Cadangan dan selanjutnya penelaahan dapat dilanjutkan dan hasil
penelaahan dituangkan dalam Catatan Hasil Penelaahan.
29
Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran yang ditetapkan dalam RKP
tahun yang akan datang dituangkan tidak sama dalam RKA-K/L tahun yang akan
datang, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Apabila jenis dan volume Keluaran yang berbeda merupakan prioritas nasional
dan sudah disetujui Komisi terkait DPR-RI, kita harus memastikan Bappenas
dapat menyetujui perubahan dimaksud dan sudah diakomidir dalam
perubahan Renja K/L dan RKP tahun yang akan datang .
b. Apabila volume Keluaran yang berkurang merupakan Keluaran yang berlanjut
dari tahun sebelumnya, kita harus memastikan perubahan dimaksud sudah
diakomodir dalam perubahan Renja K/L dan RKP tahun yang akan datang.
c. Dalam hal volume Keluaran yang berkurang merupakan Keluaran yang
berlanjut khususnya multiyears contract, kita harus memastikan perubahan
dimaksud sudah ada persetujuan rekomposisi dari Menteri Keuangan.
d. Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran yang berbeda belum
mendapat persetujuan Komisi terkait DPR-RI, alokasi anggaran dalam RKA-
K/L diberi catatan.
Dalam hal pencantuman jenis dan volume Keluaran inisiatif baru yang dituangkan
dalam RKA-K/L tidak ada rujukannya dalam RKP tahun yang akan datang, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah memastikan dasar hukum atau penugasan
sebagai dasar pengalokasian anggaran sudah ada. Kita harus memastikan juga, data
Keluaran sudah masuk dalam referensi RKA-K/L tahun yang akan datang. Dalam hal
dasar hukum atau penugasan sebagai dasar pengalokasian anggaran belum ada,
alokasi anggaran dalam RKA-K/L harus diberikan catatan.
Selanjutnya, apabila terjadi perubahan rumusan Outcome, Indikator Kinerja Utama,
dan Indikator Kinerja Kegiatan dalam RKA-K/L tahun yang akan datang, langkah
strategis yang harus dilakukan adalah memastikan perubahannya sudah diakomodir
dalam perubahan data Renja K/L dan RKP tahun yang akan dating, perubahannya
sudah masuk dalam referensi RKA-K/L tahun yang akan datang. Dalam hal terdapat
perubahan rumusan Program dan/atau Kegiatan karena adanya reorganisasi,
langkah yang harus dilakukan adalah memastikan dasar hukum atau persetujuan
dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi sudah ada, kemudian memastikan
perubahannya sudah diakomodir dalam perubahan data Renja K/L dan RKP tahun
yang akan dating dan memastikan pula perubahannya sudah masuk dalam referensi
RKA-K/L tahun yang akan datang.
30
masuk dalam prakiraan maju dan yang terakhir untuk memastikan dasar hukum
atau kebijakan yang mendasari pengalokasian anggaran yang masih berlanjut, masih
efektif berlaku
Dalam hal pencantuman angka prakiraan maju sangat berbeda dengan alokasi
anggaran tahun yang direncanakan, maka sebagai penelaah harus memastikan
pencantuman volume Keluaran tidak ada yang salah (terlalu besar) dibandingkan
tahun yang direncanakan, kedua formula dan indeks penghitungan KPJM sudah
benar dan yang ketiga penelaah harus mengetahui bahwa kesalahan pencantuman
volume Keluaran atau kesalahan formula dan indeks KPJM, dilakukan dengan
memperbaiki data dalam ADK RKA-K/L;
Dalam hal pencantuman kebutuhan anggaran untuk Biaya Operasional berbeda
dengan tahun yang direncanakan, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan
apakah perbedaan karana adanya perubahan database pegawai atau apabila tidak
terjadi perubahan database pegawai, angka prakiraan maju diperbaiki dengan asumsi
Volume Keluaran sama dengan tahun tahun yang akan datang, alokasi anggaran
sama dengan alokasi tahun yang akan datang, dan tambahan yang d iusulkan untuk
dua tahun, tiga tahun dan empat tahun yang akan datang dapat dipertimbangkan
dalam reiviu angka dasar dua tahun yang akan datang.
31