Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan (Keliat & Akemat, 2012, p.109).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar)
(Kusumawati & Hartono, 2011, p.107). Halusinasi pendengaran adalah jenis
halusinasi yang paling banyak terjadi, diantaranya mendengar suara-suara,
paling sering adalah suara manusia yang menyuruh untuk melakukan suatu
tindakan karena stimulus yang nyata (Fitria, 2012, p.51).
Jadi, halusinasi merupakan persepsi sensori palsu yang dialami oleh
pasien. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan persepsi yang dianggap
dilihat, didengar meskipun sebenarnya tidak ada dan tidak nyata. Halusinasi
pendengaran merupakan keadaan dimana seseorang mendengar suara tanpa
ada bentuknya.

2. Etiologi
Menurut Rawlin dan Heacock (1993) dalam Fitria (2012, p.54)
penyebab halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan
yang luar biasa.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat diatasi

4
5

c. Dimensi Intelektual
Adanya penurunan fungsi ego.
d. Dimensi Sosial
Adanya pengalaman interpersonal yang tidak memuaskan.
e. Dimensi Spiritual
Adanya penurunan interaksi mengakibatkan kehilangan kontrol nyata.

3. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Janice (1962) dalam Yosep (2007, p.75) tahapan terjadinya
halusinasi yaitu :
a. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,
klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi
sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderat,cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang
lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku
menarik diri.
c. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan
klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang
klien merasa sangat kesepian.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku
suicide.

4. Rentang Respon halusinasi


Respon respon neurologi pada halusinasi menurut Keliat & Pasaribu
(2016, p.293) :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran sesekali terdistorsi Waham


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional kesulitan pengolahan
6

dengan pengalaman berlebihan emosi


Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku kacau
Berhubungan sosial penarikan tidak biasa Isolasi sosial

Gambar 2.1 Rentang Respon Halusinasi

5. Pohon masalah
Menurut Fitria (2012, p.58) pohon masalah klien halusinasi pendengaran
yaitu :

Akibat Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Masalah Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

utama

Etiologi Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

6. Manifestasi klinik halusinasi pendengaran


Menurut Keliat & Akemat (2012, p113) tanda dan gejala seseorang
yang mengalami halusinasi pendengaran, biasanya mengalami gejala yang
khas yaitu berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mencondongkan telinganya ke arah tertentu dan menutup telinga. Klien
yang terkena gangguan halusinasi pendengaran biasanya mendengar suara
yang gaduh mengajak bercakap-cakap dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu yang berbahaya.

B. Pengelolaan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada


klien Skizofrenia
Pengelolaan pada klien halusinasi harus tepat dan segera dilakukan
penanganan lebih lanjut. Perawat harus tau tanda dan gejala pada klien
7

halusinasi. Perawat juga harus memeriksa pengalaman yang mendasari


halusinasi pada klien dan mengungkapkannya secara verbal. Intervensi yang
tepat dan cepat harus segera dilakukan untuk mencegah perilaku menyakiti
diri sendiri maupun orang lain.
Perawat harus bisa mendengarkan dan mengamati halusinasi pada
klien jangan sampai menghakimi klien. Perawat juga dituntut untuk mampu
berbicara tentang halusinasi karena merupakan tanda-tanda yang berguna
untuk pemantauan tingkat gejala gangguan jiwa (Keliat & Pasaribu, 2016,
p.314).

C. Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pendengaran
1. Pengkajian
Pengkajian halusinasi dalam proses melaksanaka asuhan keperawatan
menurut Fitria (2012, p.52) dan Keliat & Pasaribu (2016, p.307) :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan.
2) Faktor sosiokultural.
3) Faktor biokimia.
4) Faktor psikologis.
5) Faktor genetik.

b. Faktor Presipitasi
1) Faktor biologis.
2) Gejala pemicu.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan jiwa yang utama dalam studi kasus ini adalah
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Rencana Keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan ditujukan pada klien dan keluarga.
Menurut Keliat dan Akemat (2012, p.113) tindakan keperawatan pada klien
dengan halusinasi pendengaran dan keluarga dengan menggunakan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP).
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan :
a) Klien dapat mengenali halusinasi yang dialami
b) Klien dapat mengontrol halusinasinya
c) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
8

2) Strategi Pelaksanaan
a) SP 1 :
(1) Membantu klien mengenali halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respons klien saat halusinasi muncul.
(2) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
merupakan cara untuk mengendalikan halusinasi dengan
menolak halusinasi yang muncul.
Intervensi yang dilakukan perawat :
1. Menjelaskan cara menghardik halusinasi.
2. Memperagakan cara menghardik.
3. Meminta klien memperagakan ulang.
4. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku
pasien.
b. SP 2 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka akan terjadi
distraksi yaitu perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
c. SP 3 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
aktivitas secara terjadwal.
Aktivitas yang terjadwal dapat membuat klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang yang sering kali mencetuskan
halusinasi.
Intervensi keperawatan :
(1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
(2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien.
(3) Melatih klien untuk melakukan aktivitas.
(4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih.
(5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dengan memberikan
penguatan terhadap perilaku klien yang positif.
d. SP 4 : Melatih klien menggunakan obat secara teratur.
Intervensi keperawatan :
(1) Jelaskan kegunaan obat.
9

(2) Jelaskan akibat jika putus obat.


(3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
(4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan Keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
a. Keluarga dapat terlibat dalam keperawatan klien, baik di rumah
sakit maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
klien.
2) Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
klien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat klien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat klien dengan halusinasi langsung di hadapan klien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

4. Evaluasi
Menurut Keliat dan Akemat (2012, p.126) evaluasi adalah suatu
tindakan menilai kemampuan pada klien halusinasi dan keluarga dalam
melakukan kegiatan yang telah diajarkan dan kemampuan perawat dalam
merawat klien halusinasi. Pada evaluasi keberhasilan tindakan pada klien
halusinasi dan keluarga antara lain :
a. Klien memberikan kepercayaan kepada perawat.
b. Klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada wujudnya dan
merupakan masalah yang harus diatasi.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi.
d. Keluarga mampu merawat klien di rumah yang ditandai dengan :
1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh
klien.
2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat klien saat dirumah.
3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap klien.
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan dalam mengatasi masalah halusinasi klien jika muncul
kembali.
5) Keluarga melaporkan keberhasilannya dalam merawat klien.
10

Anda mungkin juga menyukai