DEFINISI
Occupational lung disease atau disebut pula penyakit paru akibat kerja adalah
penyakit paru yang terjadi oleh karena lingkungan tempat kerja seseorang.
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh karena udara pernafasan mengandung berbagai
bahan yang dapat menyebabkan penyakit pada paru-paru, di antaranya gas debu,
fume, agen fisik, agen biologi, logam, bahan kimia, pestisida dan gas.
GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya meliputi gangguan restruktif paru antara cepat lelah, sesak
nafas pada waktu bekerja ringan dan kapasitas kerja berkurang.
KOMPLIKASI
Gagal jantung
Hipertensi pulmonar
Karsinoma bronkogenik
Pneumonia
PATOFISIOLOGI berdasarkan penyimpangan KDM
Lingkunga kerja Inhalasi berbagai gas
Fibrosis meluas
Gangguan ventilasi
1
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Karyawan PT. Semen Tonasa
Pendidikan : SMU
Alamat : BTN Wessabe
Agama : Islam
Penanggung Jawab : Tn. R
Diagnosa Medis : Occupational lung disease
2. Keluhan Utama
Sesak nafas, cepat lelah.
2
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam garis keturunan ayah dan ibu klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien juga anak-anak klien belum dijumpai
penyakit yang sama.
6. Riwayat Psikososial
Pola koping: klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang
wajar terjadi di hari tua.
Harapan klien tentang penyakitnya: klien berharap penyakitnya cepat sembuh
dan dapat segera kembali bekerja dan tidak kambuh lagi.
Faktor stressor: merasa bosan diam terus di rumah tapi bila kerja akan kambuh
penyakitnya.
Konsep diri: klien mengatakan kalau dia terus berada di rumah sakit klien tidak
dapat masuk kerja.
Pengetahuan klien tentang penyakitnya: klien tidak tahu banyak tentang
penyakitnya kecuali karena pasien sering mandi malam dan
karena faktor usia.
Hubungan dengan anggota keluarga: baik, klien dijagai oleh istri dan anak-
anaknya.
Hubungan dengan masyarakat: sebelum sakit klien dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja.
Aktivitas sosial: klien sering bergabung dengan masyarakat dalam mengikuti
kegiatan di masyarakat.
Kegiatan keagamaan: sebelum sakit klien rajin shalat dan ikut pengajian.
7. Kebutuhan Dasar
Makan
Sebelum masuk RS klien makan 3 x sehari dengan porsi 1 piring tiap
kali makan dan kadang-kadang tambah berupa nasi-sayur-buah. selama ini
selera makan agak terganggu.
3
Minum
Sebelum masuk RS klien minum sehari-hari 5 8 gelas. Selama di RS
klien minum seperti biasanya.
Pola Tidur
Sebelum masuk RS klien tidur malam sekitar 6 8 jam namun setelah
masuk RS klien mengalami gangguan tidur apalagi kalau sesak nafasnya
timbul.
Aktivitas Sehari-hari
Sebelum masuk RS klien bekerja sebagai karyawan di PT. Semen
Tonasa. Setelah masuk RS klien istirahat di tempat tidur.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kelemahan diakibatkan oleh kurangnya aktivitas. Klien
mengalami penurunan berat badan dari 56 menjadi 55 kg.
Perubahan mood terjadi karena merasa tidak betah. Vital
sign: TD: 130/90 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 28
x/menit dan temperatur 37 C, tampak gelisah.
Kulit : tekstur kulit lembut, tidak ditemukan lesi, edema (-),
sianosis (-).
Kepala : simetris, tidak ada luka, rambut sudah mulai beruban.
4
Mata : ikterus (-), refleks cahaya baik, tanda anemis tidak
dijumpai.
Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak
terganggu, tidak ada nyeri, tidak ada cairan.
Mulut dan Tenggorokan: bibir simetris, lidah dapat dijulurkan maksimal keluar
dan bergerak bebas, refleks menelan baik dan tonsil tidak
infeksi.
Leher : tidak ada pembengkakan tiroid, dapat digerakkan secara
bebas.
Dada : bentuk dan gerakan dada simetris. Klavikula menonjol dan
sternum terlihat rata serta tidak ada retraksi area
intercostals.
Sistem pernafasan
Sesak nafas timbul saat melakukan aktivitas ringan pernafasan teratur
dengan frekuensi 28 x/menit. Ditemukan ronkhi basah terutama pada bagian
basis paru dan terjadi gangguan restriktif yang difus pada paru.
Sistem kardiovaskuler
TD selama ini 130/90, frekuensi jantung 100 x/menit tidak ada
gangguan yang secara bermakna mempengaruhi klien.
Sistem gastrointestinal
Tidak ditemukan kelainan, selera makan menurun kadang-kadang diare
tapi tidak begitu mengganggu.
Sistem genitourinaria
Tidak ada kelainan, nyeri saat miksi (-), urine lancar, tidak dijumpai
partikel-partikel darah.
5
Sistem muskuloskeletal
Tidak ada nyeri sendi, kekuatan otot masih baik, atrofi otot (-), tonus
otot baik, kelemahan terjadi bila pasien beraktivitas, edema (-).
Sistem neurologi
Komunikasi lancar, kesadaran kompos mentis, kehilangan memori (-).
Orientasi terhadap orang, benda, tempat baik. Emosi dapat dikendalikan.
Sistem endokrin
Riwayat DM tidak ada, riwayat makan berlebihan tidak ada, belum
pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan metabolisme lainnya.
Klasifikasi Data
DS:
- Klien merasa sesak nafas
- Klien merasa cepat lelah
- Merasa lemah
- Klien merasa cemas
- Klien mengeluh susah tidur
- Klien merasa nafsu makan terganggu.
DO:
- Gelisah
- Penurunan BB (dari 56 kg menjadi 55 kg)
- TD 130/90 mmHg
- HR 100 x/menit
- RR 26 x/menit
- Temperatur 37 C
- Porsi kadang-kadang tidak dihabiskan
6
Analisa Data
Merangsang RAS
Sulit tidur
Intoleransi aktivitas
7
DS: Fibrosis paru Merasa cemas
- Klien merasa cemas akan terhadap penyakit
Penurunan kapasitas total
kondisi penyakitnya volume residu paru yang dideritanya
DO:
Gangguan ventilasi
- Gelisah, takut
Peningkatan frekuensi nafas
Ancaman keluarga
Kecemasan
8
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake oral turun
ditandai dengan:
- Berat badan menurun
- Nafsu makan terganggu.
9
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat
pasien untuk memilih posisi yang diperbaiki dengan posisi duduk
mudah bernafas. Dorong nafas dalam tinggi dan latihan nafas untuk
dan perlahan sesuai toleransi menurunkan kolaps jalan nafas
individu dispnea dan kerja nafas.
Awasi tingkat kesadaran. Selidiki Gelisah dan ansietas adalah
adanya perubahan manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai bingung
menunjukkan disfungsi serebral
yang berhubungan dengan
hipoksemia.
Kaji toleransi aktivitas. Beri Hipoksemia menurunkan
lingkungan yang tenang. Dorong kemampuan untuk berpartisipasi
periode istirahat dan batasi aktivitas dalam aktivitas tanpa dispnea berat.
sesuai toleransi pasien. Parameter ini membantu dalam
menentukan respon pasien terhadap
aktivitas yang diinginkan dan
kemampuan berpartisipasi dalam
perawatan diri.
Kolaborasi:
Berikan terapi O2 dengan benar Tujuan terapi O2 adalah
mempertahankan PaO2 di atas 60
mmH. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien
Awasi GDA dan nadi oksimetri Mengevaluasi proses penyakit dan
memudahkan terapi.
10
2. Perubahan pola tidur sehubungan dengan peningkatan frekuensi pernafasan
Tujuan:
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria:
- Kebiasaan tidur normal
- Waktu tidur rutin
- Tidak ada tanda-tanda kurang istirahat
Intervensi Rasional
Mandiri:
Rencanakan prosedur untuk Secara umum orang harus
membatasi gangguan tidur. Biarkan menuntaskan seluruh siklus tidur
klien tidur sedikitnya 2 jam tanpa empat sampai lima kali semalam
gangguan dan merasa segar.
Bila diinginkan, tinggikan kepala Dapat meningkatkan relaksasi dan
tempat tidur atau gunakan penopang tidur dengan memberikan ruang
dengan bantal di bawah lengan. pada paru-paru lebih besar
pengembangan melalui
menurunkan tekanan ke atas organ
abdominal.
Tingkatkan relaksasi Tidur akan sulit dicapai sampai
a. Berikan lingkungan yang tenang tercapai relaksasi. Lingkungan RS
b. Beri kesempatan untuk memiliki dapat mengganggu relaksasi
penggunaan bantal, selimut
c. Posisikan ventilasi ruangan baik
d. Tutup pintu jika klien
menginginkan
Ajarkan klien tindakan untuk Kafein merangsang metabolisme
meningkatkan tidur: dan menurunkan relaksasi, rasa
a. Hindari kafein frustasi timbul bila memaksakan
b. Upayakan tidur jika merasa tidur dalam keadaan tidak
11
mengantuk mengantuk atau tidak rileks.
c. Bila terjadi kesulitan tidur
alihkan pikiran misalnya:
membaca, dsb.
Kolaborasi: Tindakan ini membantu mencegah
Konsul dokter untuk pemberian obat rangsang gangguan tidur.
12
Penurunan frekuensi nadi pernafasan.
Penurunan atau tidak ada
perubahan tekanan darah sistolik
Peningkatan atau penurunan
frekuensi yang berlebihan
Kusuk pikir, vertigo, gerakan tak
terkoordinasi.
Kolaborasi: Individu dengan GLD mempunyai
Konsul dengan ahli gizi untuk defisiensi nutrisi akibat kondisi
mempertahankan status nutrisi klien paru yang dapat menimbulkan
masalah.
13
bernafas meningkatkan relaksasi
Jangan meninggalkan klien selama Klien membutuhkan kepastian
periode sulit bernafas akut bahwa bantuan selalu tersedia bila
diperlukan
Ajarkan teknik relaksasi misalnya: Teknik relaksasi telah
mendengar barot menunjukkan manfaat dalam
menurunkan ansietas, dispnea,
sumbatan jalan nafas.
Dorong klien untuk menggunakan Dengan mengkonsentrasikan
teknik bernafas, khususnya selama pernafasan diafragma atau pursed-
waktu ansietas meningkat. Pandu up melambatnya frekuensi
klien dalam latihan nafas pernafasan dan memberi klien rasa
terkontrol
IV. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
V. EVALUASI
Kriteria keberhasilan
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan hentikan tindakan.
Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
14