Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


(OCCUPATIONAL LUNG DISEASE)

DEFINISI
Occupational lung disease atau disebut pula penyakit paru akibat kerja adalah
penyakit paru yang terjadi oleh karena lingkungan tempat kerja seseorang.

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh karena udara pernafasan mengandung berbagai
bahan yang dapat menyebabkan penyakit pada paru-paru, di antaranya gas debu,
fume, agen fisik, agen biologi, logam, bahan kimia, pestisida dan gas.

GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya meliputi gangguan restruktif paru antara cepat lelah, sesak
nafas pada waktu bekerja ringan dan kapasitas kerja berkurang.

KOMPLIKASI
Gagal jantung
Hipertensi pulmonar
Karsinoma bronkogenik
Pneumonia
PATOFISIOLOGI berdasarkan penyimpangan KDM
Lingkunga kerja Inhalasi berbagai gas

Partikel yang terdapat


dalam udara bebas Partikel debu

Peranan oksidan dan prokrolitik bentuk


solid biasanya berukuran lebih
Merusak struktur paru berat jenis dari 0,5 m
lama paparan
Alveolar limning material
menghasilkan C5a kemotoksin
Bergerak
Mempengaruhi makrofag Mati
Bersama netrofil dan makrofag mempengaruhi
- toksik O2
- elastase
- kolagenase
- protease netral

Reaksi fibrosis paru

Fibrosis meluas

Elastisitas, kapasitas total


Volume residu paru berkurang

Gangguan ventilasi

Peningkatan frekuensi Gangguan pertukaran O2 ke jaringan


Nafas gas menurun

Merangsang RAS Ancaman kehidupan Intoleransi aktivitas

Sulit tidur Kecemasan

Penempatan pola tidur

1
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Karyawan PT. Semen Tonasa
Pendidikan : SMU
Alamat : BTN Wessabe
Agama : Islam
Penanggung Jawab : Tn. R
Diagnosa Medis : Occupational lung disease

2. Keluhan Utama
Sesak nafas, cepat lelah.

3. Riwayat Penyakit Klien


Klien sudah mengalami sesak nafas sejak 8 bulan yang lalu. Hal ini
terutama timbul bila klien beraktivitas ringan. Saat sekarang klien mengatakan
bahwa sering merasa cepat lelah dan sesak nafasnya timbul sewaktu klien
melakukan aktivitas yang ringan sekalipun. Untuk mengurangi sesak nafas
yang timbul klien mengatasinya dengan beristirahat yang cukup dan rajin
kontrol ke rumah sakit.
Kira-kira 1 bulan terakhir klien tidak kontrol ke rumah sakit sebab tidak
menunjukkan gejala yang berarti bagi klien sehingga klien malas kontrol.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Saat kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis,
kecuali demam, flu dan batuk-batuk ringan. Klien tidak pernah dirawat, tidak
pernah dioperasi dan tidak mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan
minuman serta suasana tertentu.

2
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam garis keturunan ayah dan ibu klien tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien juga anak-anak klien belum dijumpai
penyakit yang sama.

6. Riwayat Psikososial
Pola koping: klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang
wajar terjadi di hari tua.
Harapan klien tentang penyakitnya: klien berharap penyakitnya cepat sembuh
dan dapat segera kembali bekerja dan tidak kambuh lagi.
Faktor stressor: merasa bosan diam terus di rumah tapi bila kerja akan kambuh
penyakitnya.
Konsep diri: klien mengatakan kalau dia terus berada di rumah sakit klien tidak
dapat masuk kerja.
Pengetahuan klien tentang penyakitnya: klien tidak tahu banyak tentang
penyakitnya kecuali karena pasien sering mandi malam dan
karena faktor usia.
Hubungan dengan anggota keluarga: baik, klien dijagai oleh istri dan anak-
anaknya.
Hubungan dengan masyarakat: sebelum sakit klien dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja.
Aktivitas sosial: klien sering bergabung dengan masyarakat dalam mengikuti
kegiatan di masyarakat.
Kegiatan keagamaan: sebelum sakit klien rajin shalat dan ikut pengajian.

7. Kebutuhan Dasar
Makan
Sebelum masuk RS klien makan 3 x sehari dengan porsi 1 piring tiap
kali makan dan kadang-kadang tambah berupa nasi-sayur-buah. selama ini
selera makan agak terganggu.

3
Minum
Sebelum masuk RS klien minum sehari-hari 5 8 gelas. Selama di RS
klien minum seperti biasanya.

Pola Tidur
Sebelum masuk RS klien tidur malam sekitar 6 8 jam namun setelah
masuk RS klien mengalami gangguan tidur apalagi kalau sesak nafasnya
timbul.

Pola Eliminasi BAK


Klien buang air kecil lancar, dengan frekuensi 4 5 x sehari tidak ada
kelainan saat miksi dan tidak ada keluhan berarti dengan warna urine kadang
jernih dan kadang kekuning-kuningan.

Pola Eliminasi BAB


Klien BAB 1 kali sehari dengan lancar, tidak ada keluhan saat BAB.
Warna feses kuning tidak ada dijumpai kelainan.

Aktivitas Sehari-hari
Sebelum masuk RS klien bekerja sebagai karyawan di PT. Semen
Tonasa. Setelah masuk RS klien istirahat di tempat tidur.

8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kelemahan diakibatkan oleh kurangnya aktivitas. Klien
mengalami penurunan berat badan dari 56 menjadi 55 kg.
Perubahan mood terjadi karena merasa tidak betah. Vital
sign: TD: 130/90 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 28
x/menit dan temperatur 37 C, tampak gelisah.
Kulit : tekstur kulit lembut, tidak ditemukan lesi, edema (-),
sianosis (-).
Kepala : simetris, tidak ada luka, rambut sudah mulai beruban.

4
Mata : ikterus (-), refleks cahaya baik, tanda anemis tidak
dijumpai.
Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak
terganggu, tidak ada nyeri, tidak ada cairan.
Mulut dan Tenggorokan: bibir simetris, lidah dapat dijulurkan maksimal keluar
dan bergerak bebas, refleks menelan baik dan tonsil tidak
infeksi.
Leher : tidak ada pembengkakan tiroid, dapat digerakkan secara
bebas.
Dada : bentuk dan gerakan dada simetris. Klavikula menonjol dan
sternum terlihat rata serta tidak ada retraksi area
intercostals.

Sistem pernafasan
Sesak nafas timbul saat melakukan aktivitas ringan pernafasan teratur
dengan frekuensi 28 x/menit. Ditemukan ronkhi basah terutama pada bagian
basis paru dan terjadi gangguan restriktif yang difus pada paru.

Sistem kardiovaskuler
TD selama ini 130/90, frekuensi jantung 100 x/menit tidak ada
gangguan yang secara bermakna mempengaruhi klien.

Sistem gastrointestinal
Tidak ditemukan kelainan, selera makan menurun kadang-kadang diare
tapi tidak begitu mengganggu.

Sistem genitourinaria
Tidak ada kelainan, nyeri saat miksi (-), urine lancar, tidak dijumpai
partikel-partikel darah.

5
Sistem muskuloskeletal
Tidak ada nyeri sendi, kekuatan otot masih baik, atrofi otot (-), tonus
otot baik, kelemahan terjadi bila pasien beraktivitas, edema (-).

Sistem neurologi
Komunikasi lancar, kesadaran kompos mentis, kehilangan memori (-).
Orientasi terhadap orang, benda, tempat baik. Emosi dapat dikendalikan.

Sistem endokrin
Riwayat DM tidak ada, riwayat makan berlebihan tidak ada, belum
pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan metabolisme lainnya.

Klasifikasi Data
DS:
- Klien merasa sesak nafas
- Klien merasa cepat lelah
- Merasa lemah
- Klien merasa cemas
- Klien mengeluh susah tidur
- Klien merasa nafsu makan terganggu.
DO:
- Gelisah
- Penurunan BB (dari 56 kg menjadi 55 kg)
- TD 130/90 mmHg
- HR 100 x/menit
- RR 26 x/menit
- Temperatur 37 C
- Porsi kadang-kadang tidak dihabiskan

6
Analisa Data

Data Kemungkinan Penyebab Masalah


DS: Occupational lung disease Pertukaran gas
- Klien merasa sesak nafas terhambat, sesak
reaksi fibrosis
- Klien merasa cepat lelah nafas.
DO: Fibrosis meluas
- Gelisah
Elastisitas, kapasitas total
- RR 28 x/menit volume residu paru berkurang
- HR 100 x/menit
- Penggunaan otot aksesori Gangguan ventilasi

pernafasan Gangguan pertukaran gas


DS: Fibrosis paru Pola tidur terganggu
- Klien mengatakan susah
Volume residu paru
tidur berkurang
DO:
Gangguan ventilasi
- Gelisah
- Pucat Peningkatan frekuensi nafas

Merangsang RAS

Sulit tidur

Perubahan pola tidur


DS: Fibrosis paru Pembatasan
- Klien merasa lemah aktivitas
Berkurangnya volume residu
- Klien merasa cepat lelah paru
DO:
Gangguan ventilasi
- Pasien istirahat di tempat
tidur O2 ke jaringan menurun

- Pembatasan aktivitas Kelemahan

Intoleransi aktivitas

7
DS: Fibrosis paru Merasa cemas
- Klien merasa cemas akan terhadap penyakit
Penurunan kapasitas total
kondisi penyakitnya volume residu paru yang dideritanya
DO:
Gangguan ventilasi
- Gelisah, takut
Peningkatan frekuensi nafas

Ancaman keluarga

Kecemasan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kapasitas total volume
residu paru berkurang ditandai dengan:
- Pasien sesak nafas
- HR 100 x/menit
- RR 28 x/menit
- Klien merasa cepat lelah
2. Perubahan pola tidur sehubungan dengan peningkatan frekuensi nafas
ditandai dengan:
- Klien mengeluh susah tidur
- Gelisah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen ke
jaringan ditandai dengan:
- Merasa lemah
- Klien istirahat di tempat tidur
- Klien membatasi aktivitas
- Klien merasa cepat lelah.
4. Kecemasan berhubungan dengan proses penyakitnya

8
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake oral turun
ditandai dengan:
- Berat badan menurun
- Nafsu makan terganggu.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kapasitas total volume
residu paru berkurang
Tujuan:
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi dengan kriteria:
- Pertukaran gas secara optimal
- Klien tidak sesak
- Klien tenang
- Tanda vital normal
RR 20 x/menit
HR 80 x/menit
Intervensi Rasional
Mandiri:
Kaji frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat
pernafasan. Catat penggunaan otot distress pernafasan dan/atau
aksesori, nafas bibir kronisnya penyebab penggunaan
otot aksesori menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.
Observasi warna kulit, membran Sianosis kuku menunjukkan
mukosa dan kuku, catat adanya vasokontriksi, sedangkan sianosis
prognosis perifer atau sianosis daun telinga, membran mukosa dan
sentral (sirkumoral) kulit sekitar mulut menunjukkan
hipokremia sistemik.

9
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat
pasien untuk memilih posisi yang diperbaiki dengan posisi duduk
mudah bernafas. Dorong nafas dalam tinggi dan latihan nafas untuk
dan perlahan sesuai toleransi menurunkan kolaps jalan nafas
individu dispnea dan kerja nafas.
Awasi tingkat kesadaran. Selidiki Gelisah dan ansietas adalah
adanya perubahan manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai bingung
menunjukkan disfungsi serebral
yang berhubungan dengan
hipoksemia.
Kaji toleransi aktivitas. Beri Hipoksemia menurunkan
lingkungan yang tenang. Dorong kemampuan untuk berpartisipasi
periode istirahat dan batasi aktivitas dalam aktivitas tanpa dispnea berat.
sesuai toleransi pasien. Parameter ini membantu dalam
menentukan respon pasien terhadap
aktivitas yang diinginkan dan
kemampuan berpartisipasi dalam
perawatan diri.
Kolaborasi:
Berikan terapi O2 dengan benar Tujuan terapi O2 adalah
mempertahankan PaO2 di atas 60
mmH. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien
Awasi GDA dan nadi oksimetri Mengevaluasi proses penyakit dan
memudahkan terapi.

10
2. Perubahan pola tidur sehubungan dengan peningkatan frekuensi pernafasan
Tujuan:
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria:
- Kebiasaan tidur normal
- Waktu tidur rutin
- Tidak ada tanda-tanda kurang istirahat
Intervensi Rasional
Mandiri:
Rencanakan prosedur untuk Secara umum orang harus
membatasi gangguan tidur. Biarkan menuntaskan seluruh siklus tidur
klien tidur sedikitnya 2 jam tanpa empat sampai lima kali semalam
gangguan dan merasa segar.
Bila diinginkan, tinggikan kepala Dapat meningkatkan relaksasi dan
tempat tidur atau gunakan penopang tidur dengan memberikan ruang
dengan bantal di bawah lengan. pada paru-paru lebih besar
pengembangan melalui
menurunkan tekanan ke atas organ
abdominal.
Tingkatkan relaksasi Tidur akan sulit dicapai sampai
a. Berikan lingkungan yang tenang tercapai relaksasi. Lingkungan RS
b. Beri kesempatan untuk memiliki dapat mengganggu relaksasi
penggunaan bantal, selimut
c. Posisikan ventilasi ruangan baik
d. Tutup pintu jika klien
menginginkan
Ajarkan klien tindakan untuk Kafein merangsang metabolisme
meningkatkan tidur: dan menurunkan relaksasi, rasa
a. Hindari kafein frustasi timbul bila memaksakan
b. Upayakan tidur jika merasa tidur dalam keadaan tidak

11
mengantuk mengantuk atau tidak rileks.
c. Bila terjadi kesulitan tidur
alihkan pikiran misalnya:
membaca, dsb.
Kolaborasi: Tindakan ini membantu mencegah
Konsul dokter untuk pemberian obat rangsang gangguan tidur.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen ke


jaringan
Tujuan:
Meningkatkan aktivitas dengan kriteria:
- Klien dapat berespon terhadap aktivitas
- Klien dapat bergerak sesuai toleransi
Intervensi Rasional
Mandiri: Periode istirahat memungkinkan
Rencanakan waktu istirahat yang periode penggunaan energi tubuh
cukup sesuai jadwal harian rendah, meningkatkan toleransi
aktivitas.
Secara bertahap tingkatkan aktivitas Mempertahankan pernafasan
harian klien sesuai peningkatan lambat sedang dari latihan yang
aktivitas diawasi memperbaiki kekuatan otot
aksesori dan fungsi pernafasan.
Pertahankan terapi O2 sesuai Oksigen tambahan meningkatkan
kebutuhan kadar oksigen yang bersirkulasi
dan memperbaiki toleransi
aktivitas.
Setelah aktivitas kaji respons Intoleransi terhadap aktivitas dapat
abnormal untuk peningkatan dikaji dengan mengevaluasi
aktivitas: jantung, sirkulasi dan status

12
Penurunan frekuensi nadi pernafasan.
Penurunan atau tidak ada
perubahan tekanan darah sistolik
Peningkatan atau penurunan
frekuensi yang berlebihan
Kusuk pikir, vertigo, gerakan tak
terkoordinasi.
Kolaborasi: Individu dengan GLD mempunyai
Konsul dengan ahli gizi untuk defisiensi nutrisi akibat kondisi
mempertahankan status nutrisi klien paru yang dapat menimbulkan
masalah.

4. Kecemasan berhubungan dengan proses penyakitnya


Tujuan:
Kecemasan hilang/menurun sampai tingkat yang dapat ditangani dengan
kriteria:
- Pasien rileks
- Klien dapat istirahat/tidur dengan tepat
Intervensi Rasional
Mandiri:
Atur kenyataan stress tanpa Membantu pasien menerima apa
menyangkal. Berikan informasi yang terjadi dan dapat menurunkan
tentang tindakan yang akan diambil tingkat kecemasan karena tak tahu.
untuk memperbaiki/menghilangkan
kondisi.
Dorong klien untuk mengakui dan Langkah awal dalam mengatasi
menyatakan perasaan ketakutan
Upayakan lingkungan yang tenang Dengan menurunkan kecemasan
saat klien mengalami kesulitan menurunkan rangsang eksternal

13
bernafas meningkatkan relaksasi
Jangan meninggalkan klien selama Klien membutuhkan kepastian
periode sulit bernafas akut bahwa bantuan selalu tersedia bila
diperlukan
Ajarkan teknik relaksasi misalnya: Teknik relaksasi telah
mendengar barot menunjukkan manfaat dalam
menurunkan ansietas, dispnea,
sumbatan jalan nafas.
Dorong klien untuk menggunakan Dengan mengkonsentrasikan
teknik bernafas, khususnya selama pernafasan diafragma atau pursed-
waktu ansietas meningkat. Pandu up melambatnya frekuensi
klien dalam latihan nafas pernafasan dan memberi klien rasa
terkontrol

IV. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

V. EVALUASI
Kriteria keberhasilan
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan hentikan tindakan.
Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

14

Anda mungkin juga menyukai