Anda di halaman 1dari 6

Nama : Septian Hartanto

NIM : F1D213033
Prodi : Teknik Geologi

POTENTIAL BASIN SUMATERA

I. Cekungan Sumtera Utara


Cekungan Sumatera Utara terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada lempeng
Eurasia atau Paparan Sunda yang merupakan bagian dari Back-arc Basin lempeng Sunda
yang meliputi jalur yang terbentang dari Medan sampai Banda Aceh. Stratigrafi regional
Cekungan Sumtra Utara dari tua ke muda yaitu Formasi Parapat, Formasi Bampo,
Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi Seurula, Formasi Julu
Rayeu, Vulkanik Toba, dan Alluvial.
Sistem Petroleum Cekungan Sumatra Utara
a. Batuan Induk dan Kematangan
Serpih Baong bagian bawah memiliki potensi buruk sampai baik dengan TOC
1,07% dan mayoritas tipe kerogennya sapropelik dan humic, diendapkan pada
lingkungan laut. Data Geokimia mengindikasikan secara umum mengalami
kematangan termal untuk membentuk hidrokarbon. Serpih Bampo memiliki potensi
batuan induk yang baik di cekungan ini (Kingstone, 1978). Serpih ini euxinic dan
kaya akan material organik yang diendapkan di lingkungan lakustrin.
Serpih Peutu dan Belumai merupakan batuan induk yang potensial di
Cekungan Sumatera Utara dengan TOC 0,52% 1,62% dan rata-rata 0,84%. Tipe
utama kerogen dari serpih Peutu adalah serpih yang cenderung menghasilkan minyak.
Serpih dari Formasi Bampo adalah batuan induk yang diendapkan di
lingkungan lakustrin selama tahap syn-rift dan serpih Formasi Baong adalah batuan
induk tahap post-rift yang diendapkan di lingkungan laut.Tipe kerogen dominan dari
serpih Baong adalah tipe III yang sangat kaya akan gas (Indeks Hidrogen < 200),
yang semakin ke dalam, Indeks Hidrogen (IH) cenderung semakin mengecil dan tidak
potensial (Peter and Cassa, 1994).

b. Reservoir
Reservoir yang memproduksi hidrokarbon di Cekungan Sumatera Utara,
seperti batuan karbonat Miosen yang tumbuh sebagai terumbu (Batugamping
Arun/Malaka) pada Formasi Peutu.
Hanya Batupasir Sembilan dan Sungai Besitang yang memiliki nilai
ekonomis, dimana keduanya menghasilkan hidrokarbon di Lapangan Sungai dan
Besitang. Menurut Mulhadiono (1982), diendapkan oleh arus turbidit, dan sumber
endapan berasal dari Bukit Barisan (arah baratdaya) dan Sunda Shield (arah timur)
dan dibagian tenggara area ini, lapisan yang ekivalen dengan MBS diendapkan oleh
mekanisme arus turbidit dengan sumber material pengendapan berasal dari Bukit
Barisan (Pertamina-BEICIP, 1985).
Batupasir Baong bagian bawah terbentuk di Selat Malaka berdekatan dengan
Sunda Shield, sebagai sumber material pengendapan. Batupasir kuarsa yang
heterogen, argillaceous, sangat halus sampai sangat kasar, menyudut tanggung sampai
membundar tanggung, terpilah buruk sampai baik, glaukonitik, friable serta
tersementasi dengan baik yang potensial menjadi reservoir.

c. Penyekat
Serpih Bampo menjadi penyekat yang efektif bagi reservoir klastik berumur
Oligosen (Formasi Parapat) dan reservoir batuan dasar. Serpih Baong bagian bawah
menjadi penyekat bagi batuan karbonat Peutu. Serpih Baong bagian atas terbukti
sebagai penyekat atas dari cebakan struktur pada reservoir MBS baik yang terbentuk
di daratan maupun lepas pantai Cekungan Sumatera Utara. Di Kuala Langsa terbentuk
kolom hidrokarbon setebal 377 m, 305 m kolom gas di Arun dan 410 m kolom
minyak dan gas di Paluh Tabuhan Barat. Serpih ini di dalam formasi sebagai penyekat
di bagian atas Formasi Keutapang dan Seureula.

d. Migrasi dan Pengisian


Pemodelan cekungan mengindikasikan bahwa hampir seluruh Cekungan
Sumatera Utara membentuk gas secara termal dari kitchen saat syn-rift. Berdasarkan
Reeves dan Sulaeman (1995), migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera utara
berasal dari tiga kitchen utama, seperti Tamiang Deep, Pase Deep dan Lhok Sukon
Deep.

e. Perangkap
Mekanisme pemerangkapan di Cekungan Sumatera Utara terdiri dari
perangkap struktur, perangkap stratigrafi dan kombinasi keduanya. Di Paparan
Malaka dan di kemiringan cekungan, perangkap terumbu build up terbentuk sangat
baik di karbonat Peutu, terutama di blok milik Exxon Mobil NSO dan Blok Pase.
Perangkap struktur juga terbentuk sangat baik sebagai roll over di batupasir
Keutapang dan antiklin dengan dip-closure yang sederhana di MBS dan Batupasir
Belumai.
Di pusat area, perangkap utamanya adalah perangkap struktur yang terbentuk
sebagai akibat dari aktifitas pengangkatan Barisan, seperti antiklin dan flower
structure (Mobil North Sumatera Team, 1995). Perangkap yang terbentuk berupa
antiklin, shale swell, roll over dan drapping. Perangkap stratigrafi juga ditemukan di
area ini sebagai kipas turbidit dari MBS dan perangkap terumbu build up dari
karbonat Peutu yang melampar di tinggian batuan dasar.

II. Cekungan Sumatera Tengah

POTENSI HIDROKARBON
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan sedimen penghasil hidrokarbon
terbesar di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya lapangan lapangan penghasil
minyakbumi yang terdapat di cekungan ini, contohnya Lapangan Minas, Lapangan Duri,
Lapangan Bekasap, dll. Lapangan Duri sendiri di tahun 1994 telah mencapai produksi puncak
nya yakni 300.000 barel per hari. Secara kumulatif di tahun 2006, Lapangan Duri telah
mencapai angka produksi sebanyak 2 Milyar barel. Lapangan Minas merupakan lapangan
minyakbumi terbesar di Asia Tenggara, Lapangan Minas tercatat telah mencapai produksi
kumulatif sebanyak 4 Milyar barel pada tahun 1997.
PETROLEUM SYSTEM
1. BATUAN SUMBER (SOURCE ROCK)
Sumber utama akumulasi minyak di cekungan Sumatera Tengah adalah
serpihan lakustrin dari Kelompok Pematang. Unit unit sumber ini merupakan
lapisan tertekan terhadap sebuah rangkaian graben rift berumur paleogen. Penyebaran
lapisan batuan sumber sampai graben ini sangat dipengaruhi oleh morfologi struktur,
gelombang sedimen, posisi graben dan lakustrin yang terhubung dengan variasi fasies.

2. RESERVOIR
Dalam Cekungan Sumatera Tengah, reservoir terdapat pada batuan Kelompok
Sihapas dan Pematang. Di bagian atas ataupun bawah Formasi Sihapas, batupasir
merupakan penghasil minyak pada daerah Lalang dan Mengkapan, namun hanya
batupasir bagian bawah Formasi Sihapas yang memiliki ketebalan yang cukup tebal
dan menyediakan aspek komersial yang sangat penting. Reservoir Sihapas bagian
bawah umumnya bersih, batupasir berkuarsa, mengandung sedikit glaukonit, lempung
detrital, feldspar dan fragmen batuan. Porositas secara umum baik dengan rata rata
25% pada daerah Lalang dan agak sedikit di daerah Mengkapan bagian dalam.

3. SEAL
Secara regional, serpih di atas Formasi Telisa menyediakan penutup atas untuk
akumulasi minyak sampai pasri Kelompok Sihapas. Hasil dari sumur Lalang adalah
serpih pada kelompok Sihapas biasanya tidak efektif sebagai penutup intraformasi.

4. MIGRASI
Migrasi terjadi sepanjang retakan, sesar dan ketidakselarasan. Susunan
keseluruhan struktur graben telah ditunjukkan oleh arah migrasi, baik primer maupun
sekunder. Migrasi yang terjadi adalah hidrokarbon keluar dari sumber ke arah flexural
hinge graben sepanjang garis tepi batas sesar.

III. Cekungan Sumatera Selatan

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif sebagai penghasil


minyak dan gas. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya rembesan minyak dan gas yang
dihubungkan oleh adanya antiklin. Letak rembesan ini berada di kaki bukit Gumai dan
pegunungan Barisan. Sehingga dengan adanya peristiwa rembesan tersebut, dapat digunakan
sebagai indikasi awal untuk eksplorasi adanya hidrokarbon yang berada di bawah permukaan
berdasarkan petroleum system (Ariyanto, 2011).
1. Batuan Induk (Source Rock)
Hidrokarbon pada cekungan Sumatera Selatan diperoleh dari batuan induk
lacustrine formasi Lahat dan batuan induk terrestrial coal dan coaly shale pada
formasi Talang Akar. Batuan induk lacustrine diendapkan pada kompleks halfgraben,
sedangkan terrestrial coal dan coaly shale secara luas pada batas halfgraben. Selain itu
pada batu gamping formasi Batu Raja dan shale dari formasi 12 Gumai
memungkinkan juga untuk dapat menghasilkan hirdrokarbon pada area lokalnya
(Bishop, 2000).
Gradien temperatur di cekungan Sumatera Selatan berkisar 49 C/Km.
Gradien ini lebih kecil jika dibandingkan dengan cekungan Sumatera Tengah,
sehingga minyak akan cenderung berada pada tempat yang dalam. Formasi Batu Raja
dan formasi Gumai berada dalam keadaan matang hingga awal matang pada generasi
gas termal di beberapa bagian yang dalam dari cekungan, oleh karena itu
dimungkinkan untuk menghasilkan gas pada petroleum system (Bishop, 2000).

2. Reservoar
Dalam cekungan Sumatera Selatan, beberapa formasi dapat menjadi reservoir
yang efektif untuk menyimpan hidrokarbon, antara lain adalah pada basement,
formasi Lahat, formasi Talang Akar, formasi Batu Raja, dan formasi Gumai.
Sedangkan untuk sub cekungan Palembang Selatan produksi hidrokarbon terbesar
berasal dari formasi Talang Akar dan formasi Batu Raja. Basement yang berpotensi
sebagai reservoir terletak pada daerah uplifted dan paleohigh yang didalamnya
mengalami rekahan dan pelapukan. Batuan pada basement ini terdiri dari granit dan
kuarsit yang memiliki porositas efektif sebesar 7 %.
Untuk formasi Talang Akar secara umum terdiri dari quarzone sandstone,
siltstone, dan pengendapan shale. Sehingga pada sandstone sangat baik untuk menjadi
reservoir. Porositas yang dimiliki pada formasi talang Akar berkisar antara 15-30 %
dan permeabilitasnya sebesar 5 Darcy. Formasi Talang Akar diperkirakan
mengandung 75% produksi minyak dari seluruh cekungan Sumatera Selatan (Bishop,
2000). Pada reservoir karbonat formasi Batu Raja, pada bagian atas 13 merupakan
zona yang porous dibandingkan dengan bagian dasarnya yang relatif ketat (tight).
Porositas yang terdapat pada formasi Baturaja berkisar antara 10-30 % dan
permeabilitasnya sekitar 1 Darcy (Ariyanto, 2011).

3. Batuan Penutup (Seal)


Batuan penutup cekungan Sumatra Selatan secara umum berupa lapisan shale
cukup tebal yang berada di atas reservoir formasi Talang Akar dan Gumai itu sendiri
(intraformational seal rock). Seal pada reservoir batu gamping formasi Batu Raja juga
berupa lapisan shale yang berasal dari formasi Gumai. Pada reservoir batupasir
formasi Air Benakat dan Muara Enim, shale yang bersifat intraformational juga
menjadi seal rock yang baik untuk menjebak hidrokarbon (Ariyanto, 2011).

4. Trap
Jebakan hidrokarbon utama diakibatkan oleh adanya antiklin dari arah
baratlaut ke tenggara dan menjadi jebakan yang pertama dieksplorasi. Antiklin ini
dibentuk akibat adanya kompresi yang dimulai saat awal miosen dan berkisar pada 2-
3 juta tahun yang lalu (Bishop, 2000). Selain itu jebakan hidrokarbon pada cekungan
Sumatra Selatan juga diakibatkan karena struktur. Tipe jebakan struktur pada
cekungan Sumatra Selatan secara umum dikontrol oleh struktur-struktur tua dan
struktur lebih muda.
Jebakan struktur tua ini berkombinasi dengan sesar naik sistem wrench fault
yang lebih muda. Jebakan sturktur tua juga berupa sesar normal regional yang
menjebak hidrokarbon. Sedangkan jebakan struktur yang 14 lebih muda terbentuk
bersamaan dengan pengangkatan akhir Pegunungan Barisan (pliosen sampai
pleistosen) (Ariyanto, 2011).

5. Migrasi
Migrasi hidrokarbon ini terjadi secara horisontal dan vertikal dari source rock
serpih dan batubara pada formasi Lahat dan Talang Akar. Migrasi horisontal terjadi di
sepanjang kemiringan slope, yang membawa hidrokarbon dari source rock dalam
kepada batuan reservoir dari formasi Lahat dan Talang Akar sendiri. Migrasi vertikal
dapat terjadi melalui rekahan-rekahan dan daerah sesar turun mayor. Terdapatnya
resapan hidrokarbon di dalam Formasi Muara Enim dan Air Benakat adalah sebagai
bukti yang mengindikasikan adanya migrasi vertikal melalui daerah sesar kala Pliosen
sampai Pliestosen (Ariyanto, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
PERTAMINA - BEICIP, 1985, Hydrocarbon Potential of Western Indonesia, PERTAMINA.
http://dokumen.tips/documents/cekungan-sumatera-tengah.html
http://digilib.unila.ac.id/10674/16/BAB%20II

Anda mungkin juga menyukai