Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan praktik kebidanan.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan
standar operasional prosedur.
5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki
sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
7. Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang
dapat diperoleh tanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia
BAB II PERIZINAN
Pasal 2
1. Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan
2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktik
mandiri.
3. Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.
Pasal 3
1. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
2. Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau Bidan yang
menjalankan tugas pemerintah sebagai Bidan Desa.
Pasal 4
1. SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
2. SIPB berlaku selama STR masih berlaku.
Pasal 5
1. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bidan harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
melampirkan:
a. Fotocopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
b. Surat keterangan sehat fisik dari Dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga ) lembar; dan
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
2. Surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sebagaimana tercantum dalam Formulir I (terlampir)
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat praktik.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam
Formulir II terlampir
Pasal 6
1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan
meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan
2. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran peraturan ini.
3. Dalam menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidan wajib memasang nama praktik kebidanan
Pasal 7
SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:
1. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut atas perintanh pengadilan
4. Dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi
5. Yang bersangkutan meninggal dunia
Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan
meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 9
1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan
kepada ibu dan bayi
2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa
menyusui.
3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.
Pasal 10
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat
(2) meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan persalinan normal
e. Pelayanan ibu nifas normal
Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf a berwenang untuk:
a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
b. Bimbingan senam hamil
c. Episiotomi
d. Penjahitan luka episiotomi
e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
f. Pencegahan anemi
g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet
k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif
kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran
m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk;
a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim
dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;
b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah dengan supervisi dokter;
c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah; dan
e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada
masa pranikah dan prahamil.
Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 huruf c, berwenang untuk:
a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan
bayi;
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi
Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.
Pasal 14
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan
tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
2. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
3. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Dalam hal daearah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terdapat
dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.
Pasal 15
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan
pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter.
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleenggarakan sesuai
dengan modul Modul Pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh
sertifikat.
Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya
menempatkan Bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan
dengan pendidikan Diploma I kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.
Pasal 17
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 18
1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu.
c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;
g. Mematuhi standar; dan
h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan
kelahirana dan kematian.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau
keluarganya;
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan standar
pelayanan; dan
d. Menerima imbalan jasa profesi.
Pasal 20
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
dan mengikutsertakan organisasi profesi.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
Pasal 21
1. Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 20, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan
administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.
2. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d. Pencabutan SIPB selamanya.
Pasal 22
1. SIPB yang dimiliki Bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan masih tetap
berlaku sampai masa SIPB berakhir.
2. Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPB yang sedang dalam proses
perizinan, dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Pasal 23
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan sepanjang
yang berkaitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 2010
Dr. Endang rahayu Sedyaningsih, MPH, DR, PH
PLAN MENDIRIKAN BPS
1. KOMITMEN
Hal pertama sebelum membuat klinik dan praktek pribadi adalah komitmen
yaa komitmen adalah hal yang sangat penting dalam membuka usaha, karena
sukses tidaknya suatu usaha itu adalah tergantung dari komitmen kita sebagai yang
punya usaha, apakah kita ingin usaha kita itu maju atau begitu-begitu aja. dan satu
hal lagi adalah semangat pantang menyerah, soalnya dalam membuka usaha gak
akan selamanya untung terus pasti akan ada yang namanya jatuh atau rugi, nah
disaat-saat itulah mental dan semangat TS diperlukan, tapi percayalah Allah SWT
akan merubah nasib umatnya yg mau berusaha dan bekerja keras.
2.Tempat
Ingin buka tempat praktek maupun klinik sebisa mungkin harus diperhatikan kondisi
tempat membuka usaha, karena seperti kata pepatah posisi menentukan prestasi.
3. Izin
Tentu saja dalam membuat usaha kita perlu izin, soalnya klo ngga bisa kena denda ,
minimal SIP lah untuk yang praktek pribadi, untuk klinik izinnya malah lebih banyak
lagi seperti:
Izin dari puskesmas setempat (untuk pengolahan limbahnya juga)
Izin dari tetangga kanan, kiri, depan, belakang
IBI setempat
4. Persiapan Alat-alat
Alat-alat disini bisa bermacam-macam, dari mulai alat-alat penunjang di tempat
praktek seperti tempat tidur, meja, kursi, dispenser, TV, AC, lemari, kipas angin,
tempat sampah, ember dll.
5. Obat-obatan
Nah persiapan berikutnya adalah obat-obatan. Tidak perlu bekerjasama dengan
retailer ataupun perusahaan obat dulu, cukup beli saja obat-obat generik ber merk
yang dijual bebas di pasar, harga nya pun cukup murah, dan mutunya pun tidak
kalah dengan obat-obat paten yang di jual di apotik-apotik.
6. Maintenance
Mempersiapkan biaya untuk penyelenggaraan klinik atau praktek , seperti biaya
listrik, air, asisten dan pajak tentunya (jika tempat milik TS sendiri).
Sasaran
Latar belakang
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian
menjual, mulai menawarkan ide hingg komoditas yakni layanan jasa. Sebagai
pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk
mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri
dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai manajerial dan pelaksana
usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi
yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan personal
selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
3. Apa sasaran ?
4. Apa strategi?
5. Apa itu tempat praktek?
6. Apa itu waktu pelayanan?
7. Apa itu perizinan
8. Apa itu bidan praktek swasta?
9. Apa itu persalinan?
10.Apa itu peralatan dan ruang praktek
PEMBAHASAN
C.Sasaran
Sasaran Praktek Bidan Swasta adalah masyarakat dari semua golongan.
Jasa praktik bidan swasta, membidik para ibu rumah tangga sebagai target
pasar.
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita,
wanita usia subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita yang mengalami
masa menopause. Layanan yang paling sering dibutuhkan adalah partus atau
persalinan. Bayi dan balita yang membutuhkan imunisasi juga bisa menjadi
konsumen jasa bidan swasta. Ibu hamil biasa memeriksakan kesehatan
kandungannya, ibu melahirkan bayinya dengan bantuan bidan, hingga para ibu
yang ingin mengimunisasikan bayi mereka ataupun para ibu yang ingin
mengikuti program.
D. Strategi
Produk yang dipasarkan adalah berupa jasa pelayanan dibidang kebidanan
yang meliputi pelayanan pemeriksaan hamil, bersalin, nifas (setelah melahirkan),
bayi, balita dan keluarga berencana (KB). Strategi pemasaran yang dilakukan
dapat melalui mulut ke mulut.Sementara untuk memperkenalkan program
unggulan senam hamil ditempuh melalui promosi kesehatan dengan
memperkenalkan senam hamil pada ibu yang melalukan pemeriksaan antenatal
tentang manfaat dan keuntungan melakukan senam hamil.
E. Tempat praktek
Bidan praktek swasta ini akan didirikan di jl.Abd gani. Padatnya penduduk
serta minimnya fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu, letak yang strategis
yaitu dekat dengan jalan utama yang menghubungkan daerah kuningan dengan
cirebon, sehingga lalu lintas ini cukup ramai dilalui oleh masyarakat termasuk
juga transportasi umum.
Tempat untuk praktik bidan terpisah dari ruangan keluarga terdiri dari:
Ruang Tunggu
Ruang pemeriksaan
Ruang persalinan
Ruang rawat inap WC/ Kamar mandi
Ruang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan
Ruang senam
F. Waktu pelayanan
untuk jam praktek dimulai dari 07.00-11.00 WIB dan pada pukul 15.00 21.00
WIB setiap harinya. Sedangkan untuk pelayanan pasien partus 24 jam. Salah
satu penyebabnya adalah proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan.
G. Perizinan
Usaha kami memiliki perizinan sebagai berikut :
a. SIB/543_AKDIT/DINKES (lampiran)
b. SIPB : 123/ 099/ SIPB/ 02/ Dinkes (lampiran)
c. SITU ( Surat Izin Tempat Usaha) yang dikeluarkan oleh Pemkot Cirebon
dengan No : 503/1546 /850.A/BPPTSP-C/1V/2011. (lampiran)
d. Memiliki Akta Notaris
e. Memiki NPWP
Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan ibu
dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan balita
tahap awal. Besarnya tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka
tinggal dan kesenioritasan yang mencangkup keahlian bidan tersebut.
I. Persalinan
Pengguna layanan jasa praktek bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak
balita, wanita usia subur, pasangan usia subur dan wanita-wanita yang
mengalami masa menopause. Layanan yang paling sering dibutuhkan adalah
partus atau persalinan.
K. kendala
Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan swasta ini biasanya
hanya seputar masalah teknis persalinan. Salah satu contohnya adalah anjuran
untuk belum saatnya mengejan tapi ternyata pasien tidak mengindahkannya dan
tetap mengejan. Tentu hal ini sangat merepotkan apabila bidan tidak terbiasa
menangani hal seperti itu. Selain kendala diatas, untuk jasa praktek bidan
swasta yang berada di wilayah pedesaan, kendala yang sering dirasakan adalah
apabila ibu hamil tinggal di daerah pegunungan dan jalan menuju daerah
tersebut sulit dijangkau. dan hal ini memang sering terjadi, mengingat rata-rata
kondisi jalan daerah pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota.
Untuk jam praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh nonstop. Salah
satu penyebabnya adalah proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan.
Ini merupakan resiko jika mereka benar-benar terjun di usaha ini.
KESIMPULAN
Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha,yang dimana dapat
membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan
barang-barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses
pengembangan usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill
yang artinya adanya ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah
putus asa, mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik
kepada konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola
dan berdoa. karena semua usaha dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya
ridho dari Allah SWT.
Suatu usaha dimulai karena adanya suatu peluang bisnis dan ketertarikan
pada keuntungan yang diharapkan dari usaha tersebut. 2 fase pendekatan untuk
mengidentifikasi peluang bisnis, yaitu : Fase untuk menemukan gagasan
Fase untuk mengidentifikasikan peluang bisnis dalam kaitannya dengan
gagasan.