Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Nur Dwi Jayanti

NIM : 201410160311037
Kelas : Mubtadiin A
ISLAM, POLITIK DAN HUKUM
1. a. Prinsip-prinsip Islam Dalam Bernegara
Di dalam kehidupan bernegara, Rasulullah Saw. sudah meletakkan dasar dan
prinsip-prinsip umum yang dapat diteladani. Menurut Muhammad Arkoun -seperti
dijelaskan Nur Cholis Majid- bahwa eksperimen Madinah itu telah menyajikan kepada
umat manusia contoh tatanan sosial-politik yang mengenal pendelegasian wewenang
(artinya, wewenang atau kekuasan tidak memusat pada tangan satu orang seperti pada
sistem diktatorial, melainkan kepada orang banyak melalui musyawarah) dan
kehidupan berkonstitusi (artinya, sumber wewenang dan kekuasaan tidak pada
keinginan dan keputusan lisan pribadi, tetapi pada suatu dokumen tertulis yang prinsip-
prinsipnya disepakati bersama). Karena wujud historis terpenting dari sistem sosial-
politik eksperimen Madinah itu ialah dokumen yang termasyhur, yaitu Mitsq al-
Madnah (Piagam Madinah), yang di kalangan para sarjana modern juga menjadi amat
terkenal sebagai "Konstitusi Madinah. Piagam Madinah itu selengkapnya telah
didokumentasikan oleh para ahli sejarah Islam seperti ibn Ishaq (wafat 152 H) dan
Muhammad ibn Hisyam (wafat 218 H).
1. b. Syarat-syarat Pemimpin
Berikut ini merupakan beberapa karakateristik pemimpin yang baik menurut Islam
untuk dijadikan pedoman ketika akan memilih seorang pemimpin:
1. Akidah (iman) yang kuat
Dalam Islam akidah atau iman (faith) yang kuat merupakan karakateristik yang
paling pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebab akidah yang kuat
ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kepemimpinannya. Dari
akidah yang kuat inilah akan muncul sifat amanah, jujur, bertanggung jawab, adil,
berakhlak mulia, suka memaafkan, tawadhu (low profile), suka bermusyawarah,
tidak gampang berputus asa, berdisiplin dan lain sebagainya.
2. Amanah
Amanah (trust) berarti kepercayaan. Kalau seseorang diberi amanah berupa jabatan,
maka berarti dia dipercaya untuk menduduki jabatan tersebut.
3. Tanggung Jawab
Antara tanggung jawab dengan amanah mempunyai kaitan yang sangat erat. Di
mana ada amanah, di sana ada pertanggungjawaban. Prof. Dr. Widi Agoes Pratikto,
M.Sc, Ph.D -pada saat Kolokium kajian spiritual tentang Proses Pengambilan
Keputusan yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang pada tanggal 5
Februari 2005, antara lain mengatakan: Amanah sangat bertalian dengan
mekanisme pertanggungjawaban kepemimpinan. Artinya, kepemimpinan bukan
semata-mata dilihat dari pencapaian prestasi terukur seorang pemimpin, tetapi juga
berkelit-kelitan dengan tata cara bagaimana prestasi itu dapat diraih. Kemudian akan
ditimbang kadar kejujuran pencapaiannya dalam pertanggungjawaban vertikal yang
melibatkan mata Tuhan yang tembus pandang dan intervensi Tuhan yang tak
mungkin diajak kompromi.
4. Adil
Dr. M. Quraish Shihab mencatat ada beberapa makna adil dalam al-Quran, antara
lain: adil dapat berarti sama, seimbang, perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
5. Istiqamah (strightness)
Istiqamah berarti pendirian yang teguh. Seorang pemimpin harus mempunyai
pendirian yang teguh. Tidak gampang dibisiki atau dipengaruhi oleh isu-isu yang
akan mempengaruhi pendiriannya.
6. Akhlak Mulia
Berakhlak mulia (behave ethically) merupakan keharusan bagi seorang pemimpin,
sebab hal ini bukan saja akan menaikkan martabat, kewibawaan dan prestisenya,
tetapi juga akan ikut mewarnai cara dia bersikap dan memperlakukan stafnya dan
orang lain.
5. Pemaaf dan Lemah Lembut
Sebagai pemimpin, seseorang harus berhati lapang dan mudah memberikan maaf
serta rendah hati (low profile/tawadhu) terhadap bawahannya.
6. Musyawarah (consultation)
Musyawarah merupakan sesuatu yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin,
terutama apabila ada masalah-masalah yang pelik yang harus dipecahkan. Pendapat
orang banyak jauh lebih baik dari pendapat individu. Karena musyawarah ini sangat
penting artinya untuk memecahkan permasalahan, maka Allah memerintahkan untuk
melakukannya.
7. Pengetahuan (knowlodge)
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan dan skill dalam bidang
pekerjaannya. Tanpa itu, tidak mungkin dia akan dapat melakukan pekerjaannya atau
mengarahkan para stafnya untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Untuk itulah
seorang pemimpin perlu selalu belajar dan belajar pengetahuan tentang bidang
pekerjaannya dengan cara membaca, bertanya, mengikuti pelatihan-pelatihan dan
sebagainya.

1. c. Hak dan Kewajiban Pemimin dan yang Dipimpin


Ada sejumlah hak pemimpin atas orang-orang yang dipimpinnya. Kewajiban
orangorang yang dipimpin atas pemimpinnya antara lain:
1. Percaya (tsiqah) dan berprasangka yang baik.
2. Memberikan nasihat.
3. Menaatinya pada selain kemaksiatan kepada Allah.

4. Melaksanakan keinginan pemimpin sekalipun bukan merupakan azimah (perintah


tegas).
5. Berbicara kepadanya dengan sopan dan tidak menyinggungnya.
6. Memenuhi perintahnya dan tidak menyalahinya.
7. Bersabar terhadap apa yang tidak disukai dari pemimpin.
8. Memuliakan Pemimpin dan Melindunginya baik ia ada atau sedang tidak ada
(ditempat itu).
9. Menjaga rahasianya.
10. Tidak menyebut-nyebut keburukan seseorang di hadapan pemimpin.
Menghilangkan kesusahan hati pemimpin ketika dalam kesempitan.
2. a. Hukum Islam : Pengertian, Tujuan, Macam dan Karakteristik
Pengertian
Pengertian hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini,
yang mengikat bagi semua pemeluknya.
Tujuan
Tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat kelak
dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang
mudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Macam
Menurut Abdul Qadir Audah macam-macam hukuman adalah sebagai berikut :
Hukuman pokok (Uqubah Ashliyah), yaitu hukuman yang ditetapkan untuk
jarimah yang bersangkutan sebagai hukuman yang asli, seperti hukuman qishash
untuk jarimah pembunuhan, atau hukuman potong tangan untuk jarimah
pencurian.
Hukuman pengganti (Uqubah Badaliyah), yaitu hukuman yang menggantikan
hukuman pokok, apabila hukuman pokok tidak dapat di laksanakan karena
alasan yang sah, seperti hukuman diyat (denda) sebagai pengganti hukuman
qishash.
Hukuman tambahan (Uqubah Tabaiyah), yaitu hukuman yang mengikuti
hukuman pokok tanpa memerlukan keputusan tersendiri seperti larangan
menerima warisan bagi orang yang melakukan pembunuhan terhadap keluarga.
Hukuman pelengkap (Uqubah Takmiliyah), yaitu hukuman yang mengikuti
hukuman pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari hakim, dan syarat
inilah yang menjadi ciri pemisahnya dengan hukuman tambahan. Contohnya
mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.
Karakteristik
1. Hukum yang syamil (komprehensif)
2. Waqi`iyyah (realistis)
3. Al-Taisir wa Raf`u al-Haraj.

2.b. Ragam Hukuman Islam Atasi Kejahatan

Abdul Qadir Awdah mengatakan bahwa prinsip hukuman dalam Islam dapat
disimpulkan dalam dua prinsip pokok, yaitu menuntaskan segala perbuatan pidana
dengan mengabaikan pribadi terpidana dan memperbaiki sikap terpidana sekaligus
memberantas segala bentuk tindak pidana. Memberantas segala bentuk tindak pidana
bertujuan untuk memelihara stabilitas masyarakat, sedangkan untuk pribadi terpidana
bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perilakunya. Oleh sebab itu, menurutnya
hukuman bagi segala bentuk tindak pidana yang terjadi harus sesuai dengan
kemaslahatan dan ketentraman masyarakat yang menghendaki.
REFERENSI
https://www.academia.edu/6365422/Bab_VII_aik_4
http://www.mohlimo.com/pengertian-hukum-islam-sumber-dan-tujuan/
http://www.berandahukum.com/2015/12/tujuan-hukum-islam.html
14462_Bab VII aik 4 SIAP CETAK: Diakses tanggal 12April 2017. 18.05PM

Anda mungkin juga menyukai