Anda di halaman 1dari 4

31

BAB IV
ANALISA KASUS

Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan usia 11


tahun masuk ke bangsal anak kelas III RSUD Palembang BARI pada tanggal 17
Juni 2015 pkl. 19.00 WIB. Dari anamnesis di dapatkan 7 hari SMRS UD
Palembang BARI Os. mengalami demam tinggi, demam dirasakan naik-turun,
namun demam tidak turun hingga suhu normal, demam disertai menggigil.
Demam tidak disertai penurunan kesadaran, tidak disertai sesak nafas, batuk dan
pilek, dan tidak disertai jantung berdebar-debar. Pada saat demam tinggi Os. Tidak
mengalami kejang. Sempat diberi paracetamol sirup. Demam tidak turun dalam
beberapa jam setelah pemberian obat. Os. tampak lesu, nafsu makan menurun,
mual ada, muntah ada, frekuensi 2 kali, isi apa yang dimakan, muntah tidak
profuse dan tidak proyektil. BAB cair dan bewarna kuning kehijauan, frekuensi
10 kali, tidak disertai lendir dan darah, 1/2 gelas belimbing setiap BAB. Os juga
mengeluh nyeri ulu hati keluhan. Keluhan yang terjadi pada pasien ini dapat
didiagnosis dengan demam tifoid.
5 hari SMRS RSUD Palembang BARI, demam semakin tinggi dan
terus-menerus. Os. dibawa orang tuanya ke KLINIK KELUARGA di Palembang.
Disana Os. diberi terapi obat paracetamol dan amoksisilin tetapi keluhan tidak
berkurangan. Ini menandakan adanya suatu perjalanan penyakit demam tifoid.
Dari anamnesis di atas dapat di singkiran dingnosis banding demam tifoid
yaitu: Demam yang disebabkan oleh malaria ditandai oleh trias malaria yaitu:
periode paroksisme terdiri dari stadium dingin, stadium demam dan stadium
berkeringat. Selain itu, terdapat riwayat bepergian ke wilayah endemis malaria
dalam 1-4 minggu sebelumnya, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, dan
diare) tidak nafsu makan, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri daerah perut, pucat
dan diare. Sedangkan pada pasien tidak ditemukan gejala klinis berupa trias
malaria dan tidak adanya riwayat pasien bepergian ke daerah endemis malaria,
32

tetapi pada pasien ini di temukan keluhan gastrointestinal. Sehingga diagnosis


malaria dapat disingkirkan.
Pada pasien dengan demam berdarah dengue didapatkan gejala demam
tinggi mendadak, 2-7 hari terus menerus, disertai manifestasi perdarahan seperti
bintik merah pada kulit, epistaksis, BAB hitam, atau gusi berdarah. Dari
anamnesis diketahui demam pada pasien naik-turun dan tidak terjadi peningkatan
secara mendadak. Pada pasien ini juga tidak ditemukannya manifestasi perdarahan
sehingga diagnosis demam berdarah dengue dapat disingkirkan.
Demam yang disebabkan infeksi salurah kemih menimbulkan manifestasi
demam, sakit pinggang, nyeri BAK (disuria), urgensi, frekuensi, polakisuria,
riwayat urin berpasir/keluar batu. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala-gejala
tersebut, namun infeksi saluran kemih pada anak-anak terkadang bersifat
asimtomatik, sehingga diagnosis infeksi saluran kemih dapat disngkirkan. Untuk
membantu menegakkan diagnosis secara pasti diperlukan pemeriksaan urin.
Diare merupakan defekasi dengan feses cair atau lembek dengan atau tanpa
lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali atau lebih sehari, berlangsung belum
lebih dari 14 hari, kurang dari episode atau bulan. Pada pasien ini ditemukan BAB
cair dengan frekuensi 10 kali, konsistensi tidak disertai darah dan lendir. Jadi
dapat disimpulakn bahwa diagnosis diare belum dapat disingkirkan.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Pada pasien ini tidak ditemukan kejang demam saat panas tinggi, serta tidak
disertai penurunan kesadaran jadi dapat disimpulkan bahwa diagnosis kejang
demam dapat disingkirkan.
Dari anamnesis juga didapatkan bahwa Os. Suka jajan sembarangan, dan
tidak mencuci tangan saat mau makan, sehari-hari ibu Os. Menggunakan air
minum gallon yang di beli dengan harga 7 ribu, kita tahu bahwa air gallon itu air
yang tidak di masak dan cuma disaring airnya, jadi untuk terinfeksi bakteri dan
kuman sangatlah mungkin. Sehari-hari ibu menggunakan air ledeng untuk mandi,
mencuci dan kakus. Dari kebiasaan diatas, hal tesebut merupakan faktor resiko
33

untuk terjadinya demam tifoid dan bisa penyakit-penyaki saluran pencernanan


lainnya.
Pada demam tifoid, anak biasanya memberikan gambaran klinis yang
ringan bahkan asimptomatis. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi, namun
gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi menjadi (1) demam, (2)
gangguan saluran pencernaan, (3) gangguan kesadaran. Pada kasus khas terdapat
demam remitten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam
keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga. Pada
pasien ini, kurang lebih 7 hari SMRS, penderita mengalami demam naik turun,
dengan penurunan suhu tidak sampai ke suhu normal. Pasien juga mengalami
BAB cair sehingga diagnosis demam tifoid belum dapat disingkirkan.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada hari ke-7 demam sudah
berkurang, didapatkan tanda-tanda vital: temperature 37.1oC (Aksila), pernafasan
22 x/m, denyut nadi 85x/m Reguler (i/t cukup). Os. masih merasakan tubuhnya selalu
terasa panas.
Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan
hasil leukosit yang sedikit meningkat, LED netrofil segmen meningkat
menandakan infeksi akut, serologi Salmonella typhi O sebesar 1/320 dan titer H
sebesar 1/320 yang berarti terdapat infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Hasil pemeriksaan ini menguatkan diagnosis demam tifoid.
Penatalaksanaan pada penderita ini adalah dengan perawatan tirah baring
dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan , pemberian
diet yang lunak yang mudah dicerna dengan kalori dan protein yang cukup dan
rendah serat pemberian diet lunak ini ditujukkan untuk menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.
Pada kasus diberikan antibiotik kloramfenikol dengan dosis 2 gram per
hari sebagai terapi kausatif. Hal ini sudah sesuai dengan teori, obat kloramfenikol
merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi demam tifoid terutama di
Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak-anak 100 mg/kg/hari maksimal 2
g/hari sampai 7 hari bebas panas, minimal 10 hari. Selain itu diberikan antipiretik
34

(Parasetamol) apabila suhu tubuh 38.5oc sebagai pengobatan simptomatis dan


zink tablet dengan dosis 20mg per hari karena sebelumnya ada riwayat BAB cair
pada 3 hari pertama pasien mulai demam.
Dalam kasus ini Os. belum mendapatkan imunisai yang lengkap yang
seharusnya sudah didapat sejak kecil tapi Os. belum mendapatkannya, jadi untuk
mencegah terjadinya infeksi lain maka Os. diwajibkan untuk melengkapi
imunisasinya di usianya sekarang, tidak ada kata terlambat untuk imunisasi. Terus
dalam status gizi Os. dikatakan gizi kurang, didpatakan bahwa kalori perhari Os.
kurang terpenuhi hal ini merupakan salah satu faktor untuk gizi kurang. Sehingga
jika kebutuhan kalori tubuh kurang, tubuh akan menggunakan cadangan yang ada
dalam tubuh sehingga lama-kelamaan tubuh akan kurus dan sistem imun akan
menurun sehingga tubuh mudah terinfeksi.
Damam tifoid dapat dicegah dengan memperbaiki prilaku dan tingkah
laku: (1) mencuci tangan sebelum makan dan sesduah makan dengan sabun dan
air mengalir, (2) hindari minum air yang tidak dimasak, (3) pilih makanan yang
panas dengan Pemanasan sampai suhu 57C beberapa menit dan secara merata
dapat membunuh kuman Salmonella typhi. Selain pencegahan yang di atas dapat
juga menggunakan vaksinasi. Sehingga perlu perbaiki pola hidup dan tingkah laku
hidup yang kurang bersih mulai dari hal mencuci tangan dan juga dalam hal
memilih makan.
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Prognosis pada pasien ini
baik, namun tetap ada kemungkinan keluhan dapat kembali berulang. Resiko
menjadi karier pada anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronik
terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid.

Anda mungkin juga menyukai