Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi
dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu untuk
punah.

Disini, saya mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana kami berasal yaitu jawa. Dengan
keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami mencoba merangkum berbagai tulisan yang berkaitan
dengan budaya Jawa dari berbagai sumber.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah sosiologi umum, juga bertujuan untuk dijadikan bahan bacaan tentang
kebudayaan masyarakat suku jawa.

1.3 Rumusan Masalah


Apa itu suku jawa?
Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat jawa?
Apa kepercayaan yang di anut mereka?
Apa profesi profesi yang mereka geluti?
Stratifikasi social seperti apa yang ada di dalam kebudayaannya?
Apa kesenian yang lahir dan berkembang di masyarakat tersebut?
Bagaimana stereotif masyarakat jawa?

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di
Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk
Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di
Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di
Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.

2.2 Bahasa

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari.
Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih
hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari,
sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya
menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki
pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan
status sosialnya di masyarakat.

2.3 Kepercayaan

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum


bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Di antara tradisi dan budaya ini
terkadang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini
sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, terutama yang abangan. Di antara
tradisi dan budaya ini adalah keyakinan akan adanya roh-roh leluhur yang
memiliki kekuatan ghaib, keyakinan adanya dewa dewi yang berkedudukan
seperti tuhan, tradisi ziarah ke makam orang-orang tertentu, melakukan
upacara-upacara ritual yang bertujuan untuk persembahan kepada tuhan atau
meminta berkah serta terkabulnya permintaan tertentu. Setelah dikaji inti dari
tradisi dan budaya tersebut, terutama dilihat dari tujuan dan tatacara melakukan
ritus-nya, jelaslah bahwa semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tuhan
yang mereka tuju dalam keyakinan mereka jelas bukan Allah, tetapi dalam
bentuk dewa dewi seperti Dewi Sri, Ratu Pantai Selatan, roh-roh leluhur, atau
yang lainnya. Begitu juga bentuk-bentuk ritual yang mereka lakukan jelas

2
bertentangan dengan ajaran ibadah dalam Islam yang sudah ditetapkan dengan
tegas dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Karena itulah, tradisi dan budaya Jawa
seperti itu sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam dan perlu diluruskan
atau sekalian ditinggalkan.

Selain itu, masyarkat jawa juga mempunyai tradisi upacara adat dalam
setiap kegiatan kegian besar, seperti :

- Kematian ( Mendhak )
- Upacara nyewu dina (memohon pengampunan kepada Tuhan )
- Upacara Brobosan (penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua
dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia )
- Upacara-upacara sebelum pernikahan (Siraman, Upacara Ngerik, Upacara
Midodareni, Upacara diluar kamar pelaminan, Srah-srahan atau
Peningsetan, Nyantri, Upacara Panggih atau Temu, Balangan suruh
Penganten, dll )
- Upacara untuk kelahiran bayi, seperti :
1. Wahyu Tumurun

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang


senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu
mendapat.

2. Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu
di cintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas kasih
3. Sidomukti.

Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti
wibawa, yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya.

4. Truntum
Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun
(tumaruntum) pada sang bayi.
5. Sidoluhur.
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi
pekerti luhur.
6. Parangkusumo.
Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya
parang dan memiliki ketangkasan bagai parang yang sedang
dimainkan pesilat tangguh.
7. Semen romo.

3
Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama
layaknya cinta kasih Rama dan Sinta pada rakyatnya.
8. Udan riris.
Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang
menyegarkan, enak dipandang, dan menyenangkan siapa saja yang
bergaul dengannya.
9. Cakar ayam.
Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang
mencari makan dengan cakarnya karena rasa tanggung jawab atas
kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi,
syukur bisa kaya dan berlebihan.
10.Grompol.
Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai
akibat ketidakharmonisan keuarga (nggrompol : berkumpul).
11.Lasem.
Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa
bertakwa pada Tuhan YME.
12.Dringin.

Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul,


bermasyarakat, dan berguna antar sesama.

2.4 Profesi

Mayoritas orang Jawa berprofesi sebagai petani, namun di perkotaan mereka mendominasi
pegawai negeri sipil, BUMN, anggota DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat
kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa
juga banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Orang
Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara Malaysia, Singapura,
Filipina, Jepang, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

2.5 Stratifikasi Sosial

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan


sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun
1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri,
abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam
yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut
Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini
pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial
dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam

4
menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku
bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

2.6 Seni

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi


oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang
atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata.
Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan
keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang
juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan
tradisi Jawa.

Contoh kesenian yang berkembang di mastarakat jawa adalah :

- Topeng (topeng madura, topeng malang, topeng dongkrek)


- Angklung
- Bali-balian
- Wayang (kuli, klitik, purwo, godog, golek, dll)
- Tarian (tari topeng kuncaran, tari merak, tari serimpi, tari blambangan
cakil, tari remong, reog ponorogo dan jaipong )

2.7 Stereotipe Orang Jawa

Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan


halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak
mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin
menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka
cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan
pendapat.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku jawa yang berada di daerah pulau Jawa merupakan suku yang memiliki berbagai
kebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain.

Semua itu membuktikan bahwa suku jawa merupakan suku yang kaya akan budaya daerah.
Dan dari kekayaan budaya yang di miliki suku jawa itulah yang menbuatnya berberda dengan
kebudayaan kebudayaan lain yang ada di Indonesia.

3.2 Kritik dan Saran


Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Cepi. 2013.Palembang.


http://cepipradana.blogspot.co.id/2013/05/kebudayaan-masyarakat-
dipedesaan.html?m=i (Diakses pada 10 Agustus 2016)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/suku_jawa (Diakses pada 10 agustus 2016)

http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/suku-jawa-kebudayaan-sistem-
kepercayaan-bangsa-kepercayaan-kekerabatan.html?m=1 (Diakses Pada
11 Agustus 2016)

Anda mungkin juga menyukai