Anda di halaman 1dari 64

TESIS

KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae


PADA BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG
DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA
DENPASAR

I WAYAN YOGI WIDYASTANA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS

KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae


PADA BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG
DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA
DENPASAR

I WAYAN YOGI WIDYASTANA


NIM 1092261013

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
TESIS

KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae


PADA BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG
DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA
DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Biologi
Program Pascasarjana Universitas Udayana

I WAYAN YOGI WIDYASTANA


NIM 1092261013

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 23 JUNI 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil. Ir. A.A.Gde Raka Dalem, M.Sc.(Hons)
NIP . 19610112 198803 2 002 NIP. 19650708 199203 1 004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Biologi Direktur


Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP.19680327 199302 2 001 NIP. 19590215 198510 2 001

iii
Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal 18 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1779/UN14.4/HK/2015, Tanggal 16 Juni 2015

Ketua : Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil.

Anggota :

1. Ir. A.A. Gde Raka Dalem, M.Sc.(Hons)

2. Dr. I Ketut Ginantra, S.Pd., M.Si.

3. Drs. Ida Bagus Gede Darmayasa, M.Si.

4. Ni Made Suartini, S.Si., M.Si.

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : I Wayan Yogi Widyastana

NIM : 1092261013

Program Studi : Magister Biologi

Judul Tesis : KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae


PADA BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG DIJUAL
DI PASAR TRADISIONAL KOTA DENPASAR

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam tulisan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 18 Juni 2015

Yang membuat pernyataan

(I Wayan Yogi Widyastana)

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul, Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae

pada Beberapa Hasil Perikanan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat S-2 pada

Program Studi Magister Biologi Pascasarjana Universitas Udayana.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dukungan serta bantuan dana dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil., selaku dosen pembimbing I atas segala

bimbingan, saran, dukungan, serta waktu selama penulis melakukan

penelitian dan penyusunan tesis ini.

2. Ir. A.A. Gde Raka Dalem, M.Sc.(Hons), selaku pembimbing II atas segala

bimbingan, saran, dukungan, serta waktu selama penulis melakukan

penelitian dan penyusunan tesis ini.

3. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas

Udayana

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. A. A. Raka

Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

vi
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

5. Ketua Program Studi Magister Biologi Program Pascasarjana Universitas

Udayana Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D atas bimbingan yang diberikan

selama mengikuti perkuliahan.

6. Dr. I Ketut Ginantra, S.Pd., M.Si., Drs. Ida Bagus Gede Darmayasa, M.Si.,

Ni Made Suartini, S.Si., M.Si. atas masukan dan saran untuk

menyempurnakan penulisan tesis ini.

7. Drs. Yan Ramona, M.App.Sc., Ph.D dan Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc.,

Ph.D. atas bimbingannya selama penulis melakukan penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi S2 Biologi Universitas

Udayana atas saran, bimbingan, arahan, semangat, serta kemudahan yang

diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

9. Seluruh keluarga tercinta, Bapak Drs. I Ketut Wedhana, M.M, Ibu Mugi

Hastuti, S.Pd, dan adik Ni Made Widyasari, S.Si, atas dukungan moral,

semangat, dan material sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

10. Ni Putu Purnama Dewi, S.Pd, atas dukungan semangat dan masukannya

selama penulisan tesis ini.

11. Seluruh teman-teman S2 Program Studi Biologi angkatan 2010 dan 2011,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan

semangat yang diberikan selama penulis melakukan penelitian dan

pembuatan tesis ini.

vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

Semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, pembaca,

serta bagi mahasiswa Program Studi Magister Biologi Universitas Udayana.

Denpasar, Juni 2015

Penulis

viii
KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae PADA
BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG DIJUAL DI PASAR
TRADISIONAL KOTA DENPASAR

ABSTRAK

Penyakit kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio


cholerae yang merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa didapat dari hasil
perikanan yang terkontaminasi bakteri V. cholerae. Disisi lain, sebagian besar
warga Indonesia gemar menyantap makanan laut (seafood) dan mereka biasanya
memperoleh hasil perikanan tersebut dari pasar tradisional terdekat. Namun,
kurang higienisnya proses penyediaan bahan baku tersebut memungkinkan adanya
kontaminasi dari bakteri V. cholerae. Studi ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan bakteri patogen V. cholerae pada beberapa hasil perikanan yang dijual
di pasar tradisional Denpasar. Studi ini menggunakan metode observational
deskriptif dengan teknik pengambilan Purposive Random Sampling. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 27 sampel bersumber dari Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis) 9 sampel, Udang Kelong (Penaeus indicus) 9 sampel, dan
Kerang Kijing (Anodonta sp.) 9 sampel pada tiga pasar tradisional di Kota
Denpasar, diantaranya Pasar Ketapian, Pasar Kumbasari, dan Pasar Pidada. Semua
sampel dikultur dengan media Alkaline Peptone Water (APW) dilanjutkan dengan
media Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose (TCBS), Uji Biokimiawi, dan Uji
Serologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 sampel di Pasar Ketapian
terbukti positif mengandung bakteri patogen V. cholerae, yaitu udang dengan
kode UA2 dan kerang dengan kode KA2. Sedangkan di dua pasar tradisional
lainnya tidak ditemukan adanya bakteri V. cholerae.

Kata Kunci: Vibrio cholerae, pasar tradisional Kota Denpasar, hasil perikanan

ix
THE EXISTENCE OF PATHOGENIC BACTERIA Vibrio
cholerae IN SOME FISHERY PRODUCTS THAT SOLD IN
DENPASAR CITY TRADITIONAL MARKET

ABSTRACT

Cholera is a disease that caused by Vibrio cholerae which is one of


pathogenic bacteria that can be gained from contaminating of fishery products. In
the other hand, Indonesian people delight in consuming seafood; furthermore,
they usually acquire the fishery products at the nearby traditional market.
However, the unhygienic process of equipping materials possibly increases the
contamination of V. cholerae. The purpose of this study is to find out the
existence of V. cholerae in the fishery products in some Denpasar traditional
markets. This study used observational descriptive method with Purposive
Random Sampling technique. The number of samples that were taken as many as
27 samples which are from 9 samples of fishes (Euthynnus affinis), 9 samples of
shrimps (Penaeus indicus), and 9 samples of shellfish (Anodonta sp.) which were
taken from three traditional markets in Denpasar City, namely Ketapian Market,
Kumbasari Market, and Pidada Market. All samples were cultured by Alkaline
Peptone Water (APW) media, continued by Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose
(TCBS), Biochemical Test and Serology Test. The results of this study were two
samples in Ketapian Market were proved to be positive contain of V. cholerae.
There were the shrimp with UA2 code and the shellfish with KA2 code.
Meanwhile, there were no V. cholerae contaminations in two other traditional
markets in Denpasar City.

Key Words: Vibrio cholerae, Denpasar City traditional market, and fishery
products

x
RINGKASAN

KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae PADA


BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG DIJUAL DI PASAR
TRADISIONAL KOTA DENPASAR

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014), kunjungan wisatawan


domestik dan manca negara ke Pulau Bali menunjukan peningkatan yang sangat
signifikan, yaitu pada tahun 2013 ke 2014, sebesar 14,89%. Adanya peningkatan
jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Bali harus diimbangi dengan
terjaganya kebersihan tempat wisata untuk menghindari adanya berbagai macam
penyakit. Penyakit kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholerae yang merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa didapat dari hasil
perikanan yang terkontaminasi bakteri V. cholerae. Disisi lain, sebagian besar
warga Indonesia gemar menyantap makanan laut (seafood) dan mereka biasanya
memperoleh hasil perikanan tersebut dari pasar tradisional terdekat. Namun,
kurang higienisnya proses penyediaan bahan baku tersebut memungkinkan adanya
kontaminasi dari bakteri V. cholerae. Studi ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan bakteri patogen V. cholerae pada beberapa hasil perikanan yang dijual
di pasar tradisional Denpasar.
Studi ini menggunakan metode observational deskriptif dengan teknik
pengambilan Purposive Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak
27 sampel bersumber dari Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) 9 sampel, Udang
Kelong (Penaeus indicus) 9 sampel, dan Kerang Kijing (Anodonta sp.) 9 sampel
pada tiga pasar tradisional di Kota Denpasar, diantaranya Pasar Ketapian, Pasar
Kumbasari, dan Pasar Pidada. Isolasi bakteri V. cholerae patogen dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana di
kampus Bukit Jimbaran dan di UPT. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali,
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Media yang digunakan untuk isolasi
bakteri V. cholerae yaitu, Alkaline Peptone Water (APW) OxoidTM, Media agar
Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose (TCBS) OxoidTM, Media Triple Sugar Iron
Agar (TSIA) OxoidTM, Media Sulfida Indol Motility (SIM) OxoidTM, Media agar
Simmons Citrate OxoidTM , Serum Aglutinasi (Polyvalent, Inaba, Ogawa) Bio
Farma dan Aquades steril.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari beberapa sampel
hasil pemeriksaan bakteri patogen V. cholerae yang diambil dari pedagang hasil
perikanan pada tiga pasar tradisional, yaitu Pasar Ketapian, Pasar Kumbasari, dan
Pasar Pidada terdapat beberapa sampel yang positif mengandung bakteri golongan
Vibrio dan bakteri patogen V. cholerae. Sampel yang positif mengandung bakteri
patogen V. cholerae yaitu sampel udang dengan kode UA2 dan kerang dengan
kode KA2 yang ditemukan di Pasar Ketapian.
Kondisi pasar tradisional umumnya kumuh dan berbau tak sedap, dengan
lokasi yang kurang tertata rapi serta memiliki higienitas yang lebih buruk
dibandingkan dengan pasar modern yang memiliki suasana nyaman dan bersih.
Namun dalam hal penyediaan hasil perikanan, baik pasar modern maupun pasar
xi
tradisional tersebut mendapatkan sumber hasil perikanan dari tempat yang sama,
seperti di pasar ikan atau pelabuhan ikan yang sama yang beberapa diantaranya
telah terkontaminasi bakteri berbahaya misalnya bakteri V. cholerae (Hidayat
dkk., 2006). Jika hasil perikanan tersebut dikonsumsi tanpa pengolahan yang baik,
dapat menyebabkan konsumennya terinfeksi penyakit kolera. Selain itu fakta di
lapangan bahwa tidak jarang pula para pedagang ikan di pasar tradisional juga
kurang memperhatikan kehigeinisan dagangannya (Adawiyah, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel hasil perikanan yang terdapat
di salah satu pasar tradisional Denpasar sudah terinfeksi bakteri V. cholerae tipe
Inaba yaitu pada Pasar Ketapian. Hasil tersebut telah melewati ambang batas
persyaratan mutu dan keamanan pangan ikan segar (SNI 01-2729.1-2006). Hasil
pemeriksaan tersebut memberi petunjuk bahwa tingkat infeksi terjadi salah
satunya disebabkan oleh sistem pengelolaan pelelangan ikan yang kurang baik
karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga bakteri V. cholerae yang berasal
dari laut yang tercemar dapat mencemari pasar tradisional (Badan Riset Kelautan
dan Perikanan, 2012).
Menurut Purwoko (2007), transmisi utama penyakit kolera ditentukan oleh
faktor lingkungan seperti temperatur, kebersihan dan konsentrasi nutrien misalnya
zooplankton dalam air. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pribadi
(2008), faktor lokasi penjualan, peralatan, yang kurang higienis mempengaruhi
adanya kontaminasi dari bakteri V. cholerae.
Penyebaran V. cholerae dapat melalui penggunaan es bahan pengawet ikan
yang digunakan oleh pedagang ikan yang telah tercemar sebelumnya.
Tercemarnya hasil perikanan dapat disebabkan oleh air sungai atau laut yang
merupakan sumber hasil perikanan terkontaminasi oleh bakteri V. cholerae
(Waluyo, 2004). Bakteri V. cholerae menyebar melalui feses atau kotoran
manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai
atau air laut, maka hasil perikanan yang hidup diperairan tersebut akan
terkontaminasi bakteri itu juga (Suriawiria, 2003). Selain itu, bila air yang
terkontaminasi ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci tangan,
maka orang tersebut dapat membawa bakteri V. cholerae. Bila orang tersebut
berprofesi sebagai nelayan atau pedagang ikan dan melakukan kontak dengan
hasil perikanan, maka hasil perikanan yang disentuhnya dapat terkontaminasi
bakteri V. cholerae. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari WHO (2004),
menyatakan bahwa penularan penyakit kolera dapat melalui manusia yang kurang
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Hasil penelitian ini, menunjukkan sampel udang dan kerang yang dijual di
pasar tradisional Kota Denpasar, memiliki peluang tercemar bakteri V. Cholerae,
walaupun peluang terjadinya pencemaran tersebut tidak tinggi, yaitu 7.4%.
Bakteri V. cholerae ditemukan pada sampel udang dengan kode UA2 dan kerang
dengan kode KA2 yang terdapat di Pasar Ketapian.

xii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..................................................................................................... i


PRASYARAT GELAR ................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................................. x
RINGKASAN .............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xviii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 5


2.1 Wabah Penyakit Kolera dan Penyebarannya ............................................. 5
2.2 Bakteri Vibrio cholerae .............................................................................. 6
2.2.1 Morfologi Vibrio cholerae............................................................... 7
2.2.2 Fisiologi Vibrio cholerae ................................................................. 8
2.2.3 Klasifikasi Vibrio cholerae .............................................................. 9
2.2.4 Patogenesis dan Patologi Vibrio cholerae ........................................ 10
2.3 Kondisi Pasar Tradisional .......................................................................... 12
2.3.1 Pasar Ketapian .................................................................................. 13
xiii
2.3.2 Pasar Kumbasari ............................................................................... 14
2.3.2 Pasar Pidada ..................................................................................... 15

BAB III. KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .......................... 16


3.1 Kerangka Berfikir....................................................................................... 16
3.2 Konsep Penelitian....................................................................................... 17

BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 18


4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 18
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 18
4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................................. 18
4.4 Variabel Penelitian .................................................................................... 19
4.4.1 Identifikasi dan Klasifikasi Variabel ............................................... 19
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 19
4.5 Bahan Penelitian ........................................................................................ 20
4.6 Instrumen Penelitian................................................................................... 20
4.7 Prosedur Penelitian .................................................................................... 20
4.7.1 Pengambilan Sampel Produk Ikan (Ikan, Udang, dan Kerang) ....... 20
4.7.2 Isolasi Bakteri Vibrio cholerae ........................................................ 21
4.7.3 Pengamatan Makroskopis ................................................................ 21
4.7.4 Pengamatan Mikroskopis (Pewarnaan Gram) ................................. 21
4.7.5 Uji Biokimia Bakteri ....................................................................... 22
4.7.5.1 Uji TSIA ............................................................................ 22
4.7.5.2 Uji Motilitas ...................................................................... 22
4.7.5.3 Uji Simmon Citrate ........................................................... 22
4.7.6 Uji Serologi ...................................................................................... 23
4.8 Analisis Data ............................................................................................. 23

BAB V. HASIL PENELITIAN ................................................................................... 24


5.1 Pasar Ketapian ........................................................................................... 24
5.2 Pasar Kumbasari ........................................................................................ 24
xiv
5.3 Pasar Pidada .............................................................................................. 25

BAB VI. PEMBAHASAN ........................................................................................... 27


6.1 Isolasi Bakteri Vibrio cholerae .................................................................. 27
6.2 Kondisi Pasar Tradisional dan Keberadaan Bakteri Vibrio cholerae ........ 30

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34


7.1 Simpulan ................................................................................................... 34
7.2 Saran .......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 35


LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................... 39

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Sel Bakteri Vibrio cholerae ................................................... 7

Gambar 3.1 Konsep Penelitian............................................................................... 17

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae di Pasar


Ketapian ............................................................................................. 24

Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae di Pasar


Kumbasari .......................................................................................... 25

Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen Vibrio cholerae di Pasar


Pidada ................................................................................................. 26

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil
Perikanan yang diperoleh dari Pasar Ketapian ..................................................... 39
2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil

Perikanan yang diperoleh dari Pasar Kumbasari .............................................. 40

3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil

Perikanan yang diperoleh dari Pasar Pidada .................................................... 41

4. Pertumbuhan Bakteri Vibrio cholerae pada Media Agar TCBS ...................... 42

5. Hasil Streak For Single Colony Bakteri Patogen Vibrio cholerae................... 42

6. Hasil Foto Bakteri Vibrio cholerae Perbesaran 1000 Kali............................... 43

7. Sampel Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)........................................................ 43

8. Sampel Udang Kelong (Penaeus indicus)........................................................ 44

9. Sampel Kerang Kijing (Anodonta sp.) ............................................................. 44

10. Standar Mutu Ikan Segar .................................................................................. 45

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu tujuan wisata dunia yang merupakan sektor

andalan bagi pemerintah Indonesia untuk menjaring devisa negara, karena pulau

ini didukung objek wisata dan atraksi wisata yang beranekaragam. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik (2014), kunjungan wisatawan domestik dan manca

negara ke Pulau Bali menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dari tahun

ke tahun. Jumlah kunjungan wisata ke Bali mengalami peningkatan dari tahun

2013 ke 2014, sebesar 14,89%. Peningkatan kunjungan wisatawan ini seharusnya

diimbangi dengan pelayanan yang semakin baik dari waktu ke waktu, terutama

pelayanan kepada wisatawan yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan

kebersihan lingkungan pada objek-objek yang menjadi tujuan wisata.

Kesehatan dan kebersihan lingkungan sangat mempengaruhi tingkat

kesehatan semua komponen kepariwisataan (wisatawan dan pengelola

kepariwisataan). Kondisi lingkungan objek pariwisata yang kurang dijaga

kebersihannya akan berpengaruh secara signifikan pada tingkat kesehatan para

wisatawan, terutama mereka yang berasal dari negara-negara maju, karena secara

umum mereka sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang mencemari

makanan atau minuman yang dikonsumsi (Nurmaini, 2001). Menurut Wirawan

(2008) sebagian besar kasus gangguan kesehatan yang terjadi di Bali adalah

masalah infeksi saluran pencernaan, setelah mengkonsumsi makanan yang

tercemar oleh berbagai bakteri patogen.


1
2

Provinsi Bali pada tahun 2008 mengalami wabah muntah berak di Banjar

Wali, Desa Yeh Embang dan Banjar Bangli, Desa Yeh Embang Kangin,

Kecamatan Mendoyo yang disebabkan oleh Vibrio cholerae, pada tanggal 28

Agustus sampai dengan 4 September 2008. Berdasarkan hasil kultur rectal swab

dan muntahan pada penderita muntaber ditemukan bakteri V. cholerae. Selain itu,

kultur sampel makanan tahu, tempe, pepes pindang, air sungai, sumur, perpipaan

desa serta perpipaan banjar positif tercemar bakteri V. cholerae. (Ikayana Kesmas,

2010)

Vibrio cholerae merupakan salah satu mikroba penyebab penyakit yang

sering ditemukan pada makanan (Siagan, 2002). Bila bakteri ini mencemari

makanan dan terkonsumsi dalam jumlah tertentu, maka dapat menyebabkan

penyakit kolera. Pada inangnya, bakteri V. cholerae dapat hidup pada permukaan

tubuh inangnya (dengan cara menempel) atau pada organ tubuh bagian dalam

inangnya, seperti hati, usus dan sebagainya. Dampak langsung bakteri patogen ini

adalah terjadinya gangguan tingkat kesehatan inangnya, atau bahkan dalam

keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian (Pelczar and Chan, 2006).

Penyakit kolera ditandai oleh terjadinya diare yang disertai oleh muntah-

muntah yang akut dan hebat sebagai akibat dari enterotoksin yang dihasilkan

bakteri tersebut. Bentuk gejala klinis yang khas pada penderita adalah dehidrasi,

berlanjut dengan rejatan hipovolemik dan asidosis metabolik yang terjadi dalam

waktu singkat akibat diare sekretorik. Bila tidak ditanggulangi, dapat

mengakibatkan kematian pada penderita ( Jawetz et al., 2007).

Vibrio cholerae banyak ditemukan pada permukaan air yang

terkontaminasi oleh feses yang mengandung bakteri tersebut (Osawa, 2008). Oleh
3

karena itu, penularan penyakit kolera ini dapat melalui air, makanan, dan sanitasi

yang buruk ( Purwoko, 2007). Bakteri V. cholerae dapat dibedakan menjadi 2

jenis berdasarkan toksisitasnya yaitu, V. cholerae serogroup O1 dan O139 dan V.

cholerae serogroup non-O1 dan non-O139. V. cholerae serogroup O1 dan O139

merupakan kelompok Vibrio yang bersifat patogen, karena kelompok ini dapat

menghasilkan toxin (Cholera Toxin = CT). CT inilah yang menyebabkan

terjadinya diare (Tantillo et al., 2004).

Penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae penyebarannya

dapat berasal dari hasil perikanan yang terkontaminasi bakteri patogen tersebut

(Osawa, 2008). Penjualan hasil perikanan banyak ditemukan di berbagai pasar

tradisional. Pasar tradisional merupakan salah satu jenis pasar yang biasanya

terletak dekat pemukiman masyarakat dimana pasar ini menjual berbagai barang-

barang kebutuhan sehari-hari, diantaranya bahan makanan yang salah satunya

adalah hasil perikanan. Dalam hal ini, pasar tradisional berperan sebagai sumber

tempat jual beli hasil perikanan yang rentan terkontaminasi bakteri V. cholerae

jika kondisi dan sanitasi pasar kurang terjaga kebersihannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka pada penelitian ini

dilakukan isolasi bakteri V. cholerae (dari berbagai jenis hasil perikanan di

beberapa pasar tradisional kota Denpasar, Bali), sehingga diperoleh informasi

tentang keberadaan bakteri V. cholerae yang ditemukan di Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah keberadaan bakteri V. cholerae patogen yang terdapat pada

berbagai hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional Denpasar?


4

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk melihat keberadaan bakteri V. cholerae patogen yang terdapat pada

berbagai hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bakteri V.

cholerae yang terdapat pada hasil perikanan yang beredar di pasar tradisional

Kota Denpasar. Dengan diketahuinya golongan Vibrio yang bersifat patogen,

diharapkan dapat dilakukan antisipasi penanggulangan penyebaran penyakit diare

yang disebabkan oleh kelompok V. cholerae penghasil toxin. Dalam perspektif

yang lebih luas, data yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan dapat dipakai

sebagai dasar dalam pengembangan vaksin dan antibiotik dimasa yang akan

datang, sehingga masyarakat, khususnya para wisatawan manca negara dapat

terhindar dari infeksi kuman ini selama mereka berlibur di Bali.


5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Wabah Penyakit Kolera dan Penyebarannya

Kolera adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang bersifat

menular, yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke

dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak

memenuhi standar (Bitton, 2005). Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke

dalam saluran pencernaan melalui makanan yang tidak dimasak dengan benar.

Gejala-gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh V. cholerae antara lain diare

hebat, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat tersebut

dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami

kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan oleh kasus dehidrasi

(Dziejman et al., 2002).

Pandemi penyakit kolera pertama kali ditemukan di Gangga Delta, suatu

bagian dari distrik di India pada tahun 1817 dan berlangsung sampai tahun 1824

(Frerichs, 2010). Pada daerah ini, pandemi kolera telah terjadi sebanyak 7 kali

selama 200 tahun terakhir. Selanjutnya penyakit ini menyebar dari India ke Asia

Tenggara, Cina, Jepang, Timur Tengah, dan selatan Rusia. Pandemi kedua

berlangsung dari tahun 1827-1835 yang tersebar di wilayah Amerika Serikat dan

Eropa, yang dilanjutkan dengan pandemi ketiga pada tahun 1839-1856, dimana

wabah Kolera meluas sampai Afrika Utara dan mencapai Amerika Selatan,

dengan negara yang paling parah terkena dampak wabah kolera di wilayah

5
6

Amerika Selatan pada saat itu adalah Brasil. Pada tahun 1863-1875 terjadi

pandemi keempat, wabah Kolera melanda wilayah sub-Sahara Afrika. Pandemi

kelima dan keenam berlangsung pada tahun 1881-1896 dan 1899-1923. Mesir,

Jazirah Arab, Persia, India, dan Filipina merupakan negara yang terkena dampak

paling parah epidemi. Sementara daerah lain yang terkena wabah kolera, adalah

Jerman pada tahun 1892 dan Naples 1910-1911. Pandemi akhir atau pandemi ke

tujuh terjadi pada tahun 1961 di Indonesia yang ditandai oleh munculnya strain

baru, yang dijuluki El Tor, dan masih berlanjut hingga hari ini di negara-negara

berkembang (Dziejman et al., 2002).

Pandemik ketujuh baru dimulai pada tahun 1961 ketika Vibrio pertama

kali muncul dan menyebabkan epidemi kolera di Sulawesi, Indonesia. Penyakit ini

lalu menyebar dengan cepat ke Negara Asia timur lainnya dan mencapai

Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964 dan kawasan Soviet-Russia

pada tahun 1965-1966. Pada januari 1991, epidemi kolera menyerang Amerika

latin. Dimulai di Peru, penyakit ini dibawa oleh nelayan ke Ekuador dan

Kolombia dan dibawa pelancong ke seluruh Amerika Tengah dan Selatan. Pada

tahun pertama wabah ini menyerang, sebanyak 400.000 kasus telah dilaporkan

(Frerichs, 2010).

2.2 Bakteri Vibrio cholerae

Fillipo Pacini, seorang ahli anatomi asal Italia, merupakan ilmuwan

pertama yang berhasil mengisolasi V. cholerae pada tahun 1854. Namun,

penemuannya ini kurang dikenal, karena pada masa tersebut masih berkembang

Teori Racun (penyakit seperti Kolera disebabkan oleh racun) sehingga penemuan
7

Fillipo Pacini diabaikan oleh komunitas ilmiah (Frerichs, 2010). V. cholerae baru

dikenal secara luas sebagai bakteri penyebab penyakit kolera setelah Robert Koch

melaporkan hasil penelitiannya pada tahun 1884 (Taneja, 2005). Bakteri V.

cholerae umumnya banyak ditemukan pada perairan yang terkontaminasi oleh

feces yang mengandung bakteri tersebut, sehingga air dapat dianggap sebagai

salah satu media penularan penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

Selain itu, makanan yang sanitasinya buruk juga dapat dipakai sebagai medium

oleh bakteri ini untuk menyebar dan menularkan penyakit kolera (Murray et al.,

2002).

2.2.1 Morfologi Vibrio cholerae

Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang bengkok

seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 m. (Gambar 2.1). Koch menamakannya

Gambar 2.1. Bentuk sel bakteri V. cholerae (Howard and Daghlian, 2012)

kommabacillus. Bila inkubasi diperpanjang, bentuk bakteri ini bisa berubah

menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri enterik gram negatif.

Bakteri ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah flagellum
8

halus pada ujungnya (Monotrikh). Karakteristik morfologi lain dari bakteri ini

antara lain, tidak membentuk spora, bentuk koloninya cembung (Convex),

Opaque, dan bergranul bila disinari (Matson et al., 2007).

2.2.2 Fisiologi Vibrio cholerae

Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk

pertumbuhan yang berkisar antara 18 sampai 37C. Bakteri ini dapat tumbuh pada

berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral

dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pertumbuhan V. cholerae

akan menjadi lebih baik dan lebih cepat, bila ditumbuhkan pada medium padat

Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS). Pada media ini, koloni V. cholerae

berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk

memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007)

Umumnya V. cholerae memerlukan pH netral untuk pertumbuhannya

dengan kecepatan optimum dan mengalami laju kematian yang sangat cepat pada

pH asam (Yuwono, 2005). Namun, dalam keadaan tertentu, bakteri ini dapat juga

tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5). V. cholerae memfermentasi sukrosa

dan manosa tanpa menghasilkan gas, memfermentasi nitrit, tetapi tidak

memfermentasi arabinosa. Ciri khas lain yang membedakan Vibrio dari bakteri

enterik gram negatif lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes oksidasi

yang hasilnya positif. Pada air peptone alkali, bakteri ini akan tumbuh dengan

baik setelah 6 jam inkubasi pada suhu kamar, sehingga medium ini sering dipakai

untuk mentransport sampel feses atau usapan dubur penderita penyakit kolera

(Urassa et al., 2000).


9

Untuk membedakan species V. cholerae dari spesies Aeromonas, biasanya

dipakai campuran 0/129 (2,4-diamino-6,7-diisopropylpteridine phosphate) atau

medium yang mengandung 6% NaCI. Pada kedua kondisi tersebut, V. cholerae

akan menunjukkan sifat sensitif terhadap campuran 0/129, tapi tumbuh pada

media yang mengandung 6% NaCI, sedangkan sifat sebaliknya akan ditunjukkan

oleh kelompok Aeromonas (Urassa et al., 2000).

2.2.3 Klasifikasi Vibrio cholerae

Menurut National Standard Method (2007) klasifikasi dari V. cholerae

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Vibrionales

Family : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Species : Vibrio cholerae (Pacini, 1854)

Vibrio cholerae diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu serotype dan

biotype. Untuk serotype, V. cholerae dibedakan atas kemampuan bakteri ini

mengaglutinasi antisera polivalent O, yang juga terbagi atas tiga, yaitu Ogawa

(AB), Inaba (AC), dan Hikojima (ABC). Sementara itu, untuk biotype, bakteri ini

dibagi lagi berdasarkan sensitifitasnya terhadap bakteriofaga yaitu Klasikal dan

El-Tor. V. cholerae lebih lanjut dibagi lagi ke dalam lebih dari 30 strain

berdasarkan variasi antigen, genomik dan toksisitasnya (Moat et al., 2002).


10

Grup O1 dibagi atas biotype Klasikal dan El-Tor. Biotype Klasikal adalah

penyebab kolera atau asiatik kolera. El-Tor pertama tercatat muncul di Sulawesi

pada tahun 1961. Biotype ini selain menghasilkan toksin seperti biotype Klasikal

juga menghasilkan hemolisin, yaitu suatu protein yang dapat menyebabkan

hemolisis darah sehingga penderita diare mengalami diare yang berdarah (Urassa

et al., 2000).

Grup non O1 dianggap tidak begitu berbahaya, karena infeksi oleh bakteri

V. cholerae non O1 hanya menyebabkan diare ringan. Namun, pada tahun 1991

dunia dikejutkan oleh wabah kolera di Banglades dan India yang disebabkan oleh

V. cholerae non O1 yang memproduksi toksin seperti grup O1. Strain baru ini

selanjutnya diberi nama V. cholerae O139 Bengal (Santoso, 2000).

2.2.4 Patogenesis dan patologi Vibrio cholerae

Secara alamiah, V. cholerae hanya patogen terhadap manusia. Seseorang

dengan asam lambung normal akan terinfeksi oleh Vibrio bila mengkonsumsi

makanan yang mengandung sebanyak 102 - 104 sel/gram makanan, karena bakteri

ini sangat sensitif dengan suasana asam. Beberapa proses pengobatan atau

keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang

lebih sensitif terhadap infeksi V. cholerae ( Dziejman, 2002).

Vibrio cholerae dapat menghasilkan enterotoksin, dengan berat molekul

sekitar 90.000 yang mengandung 98% protein, 1% lipid, dan 1% karbohidrat.

Bakteri ini tidak tahan asam dan panas. Pada tiap molekul enterotoksin V.

cholerae terdapat 5 sub unit B (binding) dan 1 sub unit A (active). Sub unit A ini

mempunyai 2 komponen A1 dan A2. Enterotoksin berikatan dengan reseptor


11

ganglion pada permukaan enterocytes melalui 5 sub unit B. Sedangkan komponen

sub unit A2 mempercepat masuknya enterotoksin ke sel dan komponen sub unit

A1 bertugas meningkatkan aktivitas Adenil siklase akibatnya produksi cyclic

AMP meningkat yang menyebabkan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.

Sehingga menimbulkan diare masif dengan kehilangan cairan mencapai 20 liter

perhari yang dikenal dengan Watery Diarrhea. Pada kasus berat dengan gejala

dehidrasi, syok, dan gangguan elektrolit dapat menyebabkan kematian (Tantillo et

al., 2004).

Vibrio cholerae tidak bersifat invasif (tidak masuk ke dalam aliran darah),

sehingga pada umumnya tetap berada di saluran usus penderita. Dalam proses

infeksinya, V. cholerae virulen akan menempel pada mikrovili permukaan sel

epithelial, dimana mereka melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera

diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan

klorida dan menghambat absorpsi natrium. Akibatnya penderita akan kehilangan

banyak cairan dan elektrolit, walaupun secara histologi usus tetap normal

(Novotny et al., 2004).

Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae ini asimptomatik

atau terjadi diare yang ringan pada pasien. Bila terjadi infeksi oleh V. cholerae,

gejala-gejala diare akan timbul setelah 1 4 hari masa inkubasi terlampaui. Gejala

khas akibat terinfeksi oleh bakteri kolera ini biasanya dimulai dengan munculnya

diare encer yang berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya

tenesmus. Dalam waktu singkat tinja yang semula berwarna dan berbau feses

berubah menjadi cairan putih keruh yang mirip air cucian beras (rice water stool).
12

Cairan ini mengandung mucus, sel epithelial, dan sejumlah besar bakteri V.

cholerae. Gejala mual akan timbul setelah diare yang diikuti gejala muntah, dan

selanjutnya biasanya diikuti oleh kejang otot, terutama pada otot-otot betis,

biseps, triseps, pektoralis, dan dinding perut (kram perut) (Nurmaini, 2001).

Dalam waktu singkat setelah terjadi diare yang hebat, penderita akan

kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok,

dan anuria. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas, berupa perubahan suara menjadi

serak seperti suara bebek manila (vox cholerica), kelopak mata cekung, mulut

menyeringai karena bibir yang kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit

berkurang, jari jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatan-lipatan kulit,

terutama ujung jari yang keriput (washer women hand), diuresis berangsur-angsur

kurang dan berakhir dengan anuria. Bila tidak diobati, tingkat kematian dapat

mencapai 25% sampai 50% (Simanjuntak, 2002). Gejala-gejala yang ditimbulkan

oleh serangan Vibrio ini dalam kasus-kasus yang bersifat sporadis maupun yang

ringan tidak mudah untuk dibedakan dari penyakit diare yang lain (Suzita et al.,

2009).

2.3 Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya

ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los

dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Kebanyakan pedagang menjual kebutuhan sehari-hari diantaranya bahan-bahan

makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
13

elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan

barang-barang lainnya (Soemirat, 2005). Pasar seperti ini masih banyak

ditemukan di Indonesia, khususnya di Kota Denpasar. Umumnya, kondisi pasar

tradisional identik dengan pasar yang kumuh dan kurang terjaga kebersihannya.

2.3.1 Pasar Ketapian

Pasar Ketapian adalah salah satu pasar tradisional yang berlokasi di Jalan

Katrangan, Kelurahan Sumerta, Denpasar Timur yang di bangun pada tahun 1978

dan mengalami revitalisasi pada tahun 2010. Pasar yang berdiri di atas tanah

seluas 2200 m2 memiliki luas bangunan sekitar 975 m2. Sekarang pasar ini

memiliki kios sebanyak 26 buah dan los sebanyak 75 buah (PD. Pasar Kota

Denpasar, 2015).

Sebelum mengalami revitalisasi, kondisi Pasar Ketapian sangat kumuh dan

kurang tertata dengan baik. Terlebih lagi jika musim penghujan tiba, lantai pasar

akan menjadi kotor dan berlumpur. Setelah mengalami revitalisasi, penempatan

para pedagang dan kondisi di Pasar Ketapian menjadi lebih teratur, bersih dan

nyaman untuk berbelanja. Pedagang sayuran, pakaian dan buah-buahan, berjualan

di pinggir jalan dekat area pasar. Para pedagang yang berjualan kebutuhan pokok

seperti sembako, ikan atau daging berada di dalam pasar. Jenis ikan yang dijual di

Pasar Ketapian sebagian besar adalah jangki, kakap, gurami, udang, cumi, dan

tongkol. Pedagang ikan disini juga menjual kerang hijau hanya saja tidak sering

dan dalam jumlah yang sedikit bila ada yang memesan. Hasil perikanan tersebut

mayoritas mereka dapatkan dari Kedonganan, Pasar Badung, dan ada pula yang
14

mendapatkannya dari pengepul ikan yang ada di kawasan Denpasar dan nelayan

lokal di daerah Padang Galak (PD. Pasar Kota Denpasar, 2015).

2.3.2 Pasar Kumbasari

Pasar Kumbasari dibangun pada tahun 1977 namun sempat terbakar pada

tahun 2000 yang kemudian dibangun kembali pada tahun 2001. Pasar ini berdiri

dengan luas tanah 7000 m2 dan luas bangunan sekitar 12.572 m2, serta memiliki

kios sebanyak 489 buah dan los sebanyak 188 buah (PD. Pasar Kota Denpasar,

2015).

Pasar Kumbasari termasuk pasar tradisional terbesar di Denpasar yang

terletak di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat.

Pasar tradisional ini buka selama 24 jam dalam setiap harinya, dimana pasar ini

terdiri atas dua lantai. Lantai dasar digunakan untuk menyediakan berbagai

kebutuhan pokok. Lantai dua biasanya digunakan sebagai tempat berjualan aneka

cinderamata kerajinan tangan yang dibuat masyarakat Bali seperti Kerajinan

Perak, Batik Bali, Lukisan, Aksesoris dan pernak khas Bali, serta Tenun Ikat Bali

(PD. Pasar Kota Denpasar, 2015).

Para pedagang daging dan ikan biasanya berjualan di kanan dan kiri jalan

dekat jembatan yang menghubungkan Pasar Kumbasari dengan Pasar Badung.

Mereka menjajakan dagangannya di luar kios untuk mempermudahkan mereka

membersihkan ikan-ikan yang mereka jual. Ikan-ikan yang dijual di pasar ini

sebagian besar adalah jenis kakap merah, tongkol, udang, kerang, jangki, dan

gurami. Adapula yang menjual kerang hijau, gurita, cumi-cumi, kepiting dan

lobster. Hasil perikanan tersebut mereka dapatkan dari berbagai tempat. Ada yang
15

mendapatkannya dari pengepul ikan, ada yang berasal dari nelayan lokal Bali,

seperti dari Kedonganan, Klungkung, Karangasem dan Negara, adapula dari

Lombok, Banyuwangi dan Madura (PD. Pasar Kota Denpasar, 2015).

2.3.3 Pasar Pidada

Pasar Pidada dibangun pada tahun 2000 dengan luas tanah 3200 m2 dan

luas bangunan sekitar 2410 m2. Pasar ini terletak di Jalan Abimayu, Kelurahan

Ubung, Kecamatan Denpasar Utara. Pasar Pidada memiliki 1 lantai dengan kios

sebanyak 48 buah dan los sebanyak 211 buah yang menjual beraneka ragam jenis

kebutuhan pokok. Kios sayur, daging dan ikan di pasar ini letaknya

berdampingan. Sama seperti pasar-pasar sebelumnya, di pasar ini, para pedagang

menjual hasil perikanan yang di dapat dari para pengepul ikan dari Kedonganan

dan ada juga yang berasal dari Pasar Badung, dan Negara. Mayoritas pedagang

disini menjual udang, ikan tongkol, mujair, kakap merah, gurami, cumi-cumi,

kepiting, dan kerang hijau. Para pedagang disini juga jarang menjual kerang hijau,

hanya ada beberapa yang menjual kerang hijau, mereka menjual ketika sedang ada

pesanan (PD. Pasar Kota Denpasar, 2015).


16

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Provinsi Bali merupakan salah satu tempat tujuan pariwisata dunia. Sektor

pariwisata merupakan sektor yang sangat diandalkan dimana didukung oleh

adanya beranekaragam objek wisata yang menjadikan pariwisata berperan sebagai

pemberi kontribusi pendapatan terbesar Bali. Dinas Pariwisata Provinsi Bali

mencatat jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) pada tahun 2014 mencapai

3.766.638 orang. Berdasarkan data capaian kunjungan Wisman itu, posisi teratas

masih dipegang oleh wisatawan Australia, disusul China, Jepang, Malaysia, dan

Korea Selatan (BPS, 2014).

Banyaknya kunjungan wisatawan asing ke Bali ikut meningkatkan

permintaan akan bahan makanan dari produk perikanan. Wisatawan asing asal

China, Jepang, dan Korea Selatan sangat gemar mengkonsumsi ikan, khususnya

wisatawan Jepang yang suka mengkonsumsi ikan mentah (Wirawan, 2008).

Produk perikanan sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri V. cholerae

Bakteri ini telah menjadi wabah pandemik di beberapa negara di dunia selama

hampir 200 tahun. Tidak semua jenis dari bakteri V. cholerae dapat menyebabkan

wabah yang bersifat epidemik dan pandemik. Hanya bakteri V. cholerae patogen

dari golongan serogroup O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah kolera

yang meluas (Amizar, 2001).

16
17

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian disajikan dalam bentuk bagan seperti terlihat pada

gambar berikut :

Wisatawan
Pariwisata Mancanegara dan
Bali Domestik

Permintaan Tinggi
terhadap Hasil
Perikanan (Ikan,
Udang, Kerang)

Masalah Kontaminasi
Vibrio cholerae

Ikan, Udang, dan Kerang

Bakteri golongan Vibrio Bakteri bukan


golongan Vibrio

Bakteri spesifik Vibrio


cholerae

Ogawa Inaba Hikojima

Gambar 3.1 Konsep Penelitian


18

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian eksplorasi. Rancangan penelitian ini digunakan untuk melihat

keberadaan bakteri V. cholerae patogen yang terdapat pada beberapa hasil

perikanan yang tersebar pada pasar tradisional di Denpasar. Penelitian eksplorasi

seperti ini dilakukan untuk mendapatkan data awal yang dapat digunakan sebagai

acuan atau referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dikemudian hari.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Sampel hasil perikanan, yaitu Ikan Tongkol (Euthynnus affinis), Udang

Kelong (Penaeus indicus), dan Kerang Kijing (Anodonta sp.) diambil dari Pasar

Ketapian, Pasar Kumbasari, dan Pasar Ubung Pidada di kota Denpasar, Bali.

Isolasi bakteri V. cholerae patogen dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana di kampus Bukit Jimbaran dan di

UPT. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali, dari bulan Mei sampai dengan

Juni 2013.

4.3 Penentuan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan pada hasil perikanan (ikan, udang, dan kerang)

yang tersebar pada pasar tradisional di Denpasar. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode Purposive Random Sampling. Jumlah sampel yang diambil

18
19

sebanyak 27 sampel bersumber dari Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) 9 sampel,

Udang Kelong (Penaeus indicus) 9 sampel, dan Kerang Kijing (Anodonta sp.) 9

sampel.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah isolat V. cholerae yang didapat dari

berbagai hasil perikanan (ikan, udang, dan kerang) pada masing-masing pasar

tradisional.

4.4.2 Definisi operasional variabel

Setelah variabel dalam penelitian ini diidentifikasi dan diklasifikasi maka

variabel-variabel tersebut harus didefinisikan agar tidak menimbulkan keraguan

apabila ada yang melakukan penelitian lebih lanjut atau menguji penelitian yang

telah dilaksanakan. Adapun definisi operasional variabel tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Hasil perikanan adalah jenis perikanan yaitu ikan, udang, dan kerang yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasar tradisional di kota

Denpasar yang diambil secara purposive random sampling.

2. Vibrio cholerae merupakan bakteri yang diperoleh dari sampel hasil

perikanan (ikan, udang, dan kerang) melalui isolasi dan identifikasi bakteri

dengan menggunakan media spesifik.

3. Pasar Tradisional adalah tempat transaksi jual beli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, digunakan sebagai tempat

pengambilan sampel yang terletak di Kota Denpasar.


20

4.5 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai hasil

perikanan berupa Ikan Tongkol (Euthynnus affinis), Udang Kelong (Penaeus

indicus), dan Kerang Kijing (Anodonta sp.). Media Alkaline Peptone Water

(APW) OxoidTM, Media agar Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose (TCBS)

OxoidTM, Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) OxoidTM, Media Sulfida Indol

Motility (SIM) OxoidTM, Media agar Simmons Citrate OxoidTM , Serum

Aglutinasi (Polyvalent, Inaba, Ogawa) Bio Farma dan Aquades steril digunakan

untuk isolasi bakteri V. cholerae.

4.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini membutuhkan instrumen berupa Cooler Box untuk

menyimpan sampel. Untuk Isolasi bakteri V. cholerae menggunakan instrument

berupa pisau scalpel, gunting, jarum lanset, jarum ose, pipet mikro (Gilson), pipet

tetes, cawan petri, gelas beaker, dan timbangan analitik. Refrigerator dan Freezer

digunakan untuk menyimpan bahan dan media penelitian. Inkubator (Memmert,

Germany) digunakan untuk menginkubasi biakan bakteri. Untuk sterilisasi alat

dan bahan menggunakan Autoclave (Hirayama, HH-300 niv, Japan).

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pengambilan sampel hasil perikanan (ikan, udang, dan kerang)

Masing-masing sampel (ikan, udang, dan kerang) diambil, kemudian

dibungkus dengan plastik steril, dan diberi kode. Semua sampel disimpan dalam

Cooler Box dan diberi es agar sampel kualitasnya tetap terjaga selama dibawa ke
21

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana di

kampus Bukit Jimbaran.

4.7.2 Isolasi bakteri Vibrio cholerae

Isolasi bakteri diawali dengan proses enrichment (pengayaan). Pada proses

ini masing-masing sampel (ikan, udang, dan kerang) dipotong kecil dan

dihancurkan terlebih dahulu, setelah itu diambil 1 g sampel dimasukkan dalam 9

ml media Alkaline Peptone Water (APW), lalu dihomogenkan kemudian

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam. Setelah sampel

diinkubasi, diambil satu jarum ose, digoreskan secara streak ke medium agar

TCBS, diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam. Koloni yang dicurigai

yaitu berwarna kuning dengan ukuran 2-3 mm diambil dengan jarum Ose dan di-

streak kembali pada medium agar TCBS untuk dilakukan pemurnian kemudian

diinkubasi pada suhu 37C. Selanjutnya, koloni bakteri yang terpisah diambil

dengan menggunakan jarum ose dan dibiakan dimedia agar TCBS miring yang

diinkubasi pada suhu 37C selama 18 jam.

4.7.3 Pengamatan makroskopis

Koloni yang tumbuh diamati secara makroskopis meliputi bentuk, ukuran,

tekstur dan warna koloni pada media agar TCBS. Koloni yang diduga bakteri V.

cholerae berwarna kuning, cembung, keruh, dan bergranul bila disinari.

4.7.4 Pengamatan mikroskopis (pewarnaan gram)

Dibuat apusan bakteri pada kaca objek yang kering dan bersih. Kemudian

difiksasi di atas nyala api bunsen dan diwarnai dengan larutan kristal violet
22

selama 1 sampai 1.5 menit. Setelah itu dicuci dengan air suling dan ditetesi

dengan larutan garam iodin serta dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya dicuci

dengan larutan alkohol 95 % sampai warnanya terhapus kurang lebih selama 30

detik. Kemudian dicuci dengan air dan diwarnai dengan safranin selama 5 sampai

15 menit lalu dicuci lagi dengan air. Setelah itu dikeringkan di udara atau diatas

nyala api bunsen. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

4.7.5 Uji biokimia bakteri

4.7.5.1 Uji TSIA

Isolat dari agar miring TCBS diambil koloninya dengan menggunakan

jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam media TSIA dengan cara ditusukkan,

setelah itu digores pada lereng media. Inkubasi 37 C selama 24 jam. Kemudian,

amati perubahan warna pada dasar media, lereng dan pembentuka H2S, gas.

4.7.5.2 Uji motilitas

Isolat dari agar miring ditusukkan pada agar tegak semi solid (media SIM)

kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dan diamati uji motilitas

bakteri. Uji motilitas positif jika pertumbuhan koloni menyebar luas pada agar.

4.7.5.3 Uji simmon citrate

Isolat dari agar miring TCBS diambil koloninya dengan menggunakan

jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam media Simmon Citrate dengan cara

digores pada lereng media. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Citrate positif

jika terjadi perubahan warna pada lereng media dari hijau menjadi biru dan ada

pertumbuhan bakterinya.
23

4.7.6 Uji serologi

Diambil 1 ose kultur dari agar miring TCBS dan diletakkan diatas gelas

preparat, kemudian ditetesi dengan larutan saline 0,85% dan diemulsikan. Setelah

itu, diletakkan 1 tetes antiserum Polyvalent, Inaba, Ogawa disamping suspensi

koloni dan dicampurkan antiserum sedikit demi sedikit dengan suspensi koloni

sampai tercampur sempurna. Dilakukan kontrol dengan menggunakan laruran

saline dan antiserum. Setelah itu, diamati reaksi penggumpalan. Reaksi positif

terjadi apabila terdapat penggumpalan pada larutan kultur dan tidak terjadi

penggumpalan pada larutan kontrol. Reaksi negatif ditunjukan dengan tidak terjadi

penggumpalan baik pada larutan kultur maupun larutan kontrol. V. cholerae

menghasilkan reaksi positif.

4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

mendeskripsikan hasil penelitian dari isolasi bakteri V. cholerae patogen yang

terdapat pada beberapa hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional Denpasar.
24

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Keberadaan Vibrio cholerae pada Pasar Ketapian

Masing-masing 3 sampel dari pedagang yang berbeda di Pasar Ketapian

diambil untuk diperiksa keberadaan bakteri patogen V. cholerae. Berdasarkan

Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari beberapa sampel hasil pemeriksaan bakteri

patogen V. cholerae yang diambil secara acak dari pedagang hasil perikanan di

Pasar Ketapian terdapat beberapa sampel yang positif mengandung bakteri

golongan Vibrio dan bakteri patogen V. cholerae. Sampel yang positif

mengandung bakteri patogen V. cholerae yaitu sampel udang dengan kode UA2

dan kerang dengan kode KA2.

Tabel 5.1
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Ketapian
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IA1 Negatif Negatif
IA2 Positif Negatif
IA3 Negatif Negatif
2 Udang UA1 Negatif Negatif
UA2 Positif Positif
UA3 Positif Negatif
3 Kerang KA1 Negatif Negatif
KA2 Positif Positif
KA3 Positif Negatif

5.2 Keberadaan Vibrio cholerae pada Pasar Kumbasari

Masing-masing 3 sampel di Pasar Kumbasari dari pedagang yang berbeda

juga diambil untuk diperiksa keberadaan bakteri V. cholerae. Dari hasil

24
25

pemeriksaan ketiga sampel di Pasar Kumbasari, diperoleh bahwa ada beberapa

sampel yang positif mengandung bakteri golongan Vibrio, yakni pada sampel ikan

dan udang. Sedangkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, semua sampel tidak ada

yang mengandung bakteri patogen V. cholerae seperti yang ditunjukan pada Tabel

5.2.

Tabel 5.2
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Kumbasari
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IB1 Positif Negatif
IB2 Negatif Negatif
IB3 Positif Negatif
2 Udang UB1 Positif Negatif
UB2 Negatif Negatif
UB3 Positif Negatif
3 Kerang KB1 Negatif Negatif
KB2 Negatif Negatif
KB3 Negatif Negatif

5.3 Keberadaan Vibrio cholerae pada Pasar Pidada

Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan bahwa sampel yang diambil

yaitu sampel ikan, udang, dan juga kerang, hampir semuanya mengandung bakteri

golongan Vibrio. Akan tetapi, ketiganya tidak mengandung bakteri patogen V.

cholerae. Seperti yang ada pada Tabel 5.3.


26

Tabel 5.3
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Pidada
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IC1 Positif Negatif
IC2 Positif Negatif
IC3 Negatif Negatif
2 Udang UC1 Negatif Negatif
UC2 Positif Negatif
UC3 Negatif Negatif
3 Kerang KC1 Negatif Negatif
KC2 Positif Negatif
KC3 Positif Negatif
27

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Isolasi Bakteri Patogen V. cholerae

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau

memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur

murni atau biakan murni (Agus, 2002). Pada penelitian ini, untuk mengisolasi

bakteri V. cholerae pada sampel hasil perikanan digunakan medium pengaya

APW. Pertumbuhan bakteri V. cholerae pada media APW diperoleh hasil yaitu

media APW mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh

disertai timbulnya gelembung gas. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri V.

cholerae tumbuh dalam media tersebut, karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali

(8,5-9,5) pada media APW sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri V. cholerae

(Davis et al., 2001).

Pembiakan bakteri V. cholerae dapat menggunakan media selektif TCBS

agar. Media selektif merupakan media yang selain mengandung nutrisi, juga

ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan

mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan

(Dwidjoseputro, 2005). Media selektif TCBS mengandung NaCl 3 % adalah suatu

media yang paling tepat untuk mengisolasi V. cholerae dan Vibrio sp. lainnya.

Kadar NaCl optimum dalam media TCBS untuk pertumbuhan bakteri patogen

pada hewan laut adalah 3-4 % (Amelia, 2005). Media TCBS mempunyai pH yang

sangat tinggi (8,5-9,5) yang dapat menekan pertumbuhan mikroba usus selain

27
28

Vibrio sp. Kandungan utama terdiri dari protein nabati dan hewani, campuran

garam (bile salts), 1% Sodium Chlorida, Sodium Thiosulfate, Ferric Citrat,

sukrosa dan ekstrak kapang. Sukrosa ditambahkan sebagai bahan karbohidrat

yang dapat difermentasi oleh Vibrio dan sodium chlorida dapat merangsang

pertumbuhan Vibrio dengan indikator campuran Bromothymol blue dan Thymol

blue. Media TCBS agar berwarna hijau dan pH media bersifat basa. V. cholerae

menghasilkan koloni berwarna kuning pada media TCBS Agar disebabkan karena

bakteri tersebut memfermentasi sukrosa dan menurunkan pH media sehingga

menjadi asam (Farouque et al., 2000).

Uji biokimiawi menggunakan media TSIA, SIM, dan Simon Citrat. Uji

fermentasi gula dan H2S merupakan serangkaian uji yang dilakukan dengan

menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Tujuannya adalah untuk

mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi gula untuk menghasilkan

asam atau gas. Pada media TSIA mengandung tiga macam gula, yaitu glukosa,

laktosa atau sukrosa dan indikator merah fenol serta FeSO4 (Amelia, 2005).

Warna merah pada agar menunjukkan reaksi basa, sedangkan warna kuning

menunjukkan reaksi asam. Warna merah pada permukaan (lereng) agar dan

kuning di bagian bawah (dasar) agar menunjukkan terjadinya fermentasi glukosa

sedangkan warna kuning pada bagian permukaan dan bawah tabung menunjukkan

terjadinya fermentasi laktosa dan sukrosa (Provenzano et al., 2001).

Uji TSIA ini dilakukan untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada

goresan miring (Slant) dan tusukan tegak (Butt) dan melihat reaksi bakteri

terhadap asam dan basa, serta kemampuan bakteri manghasilkan gas dan H2S.
29

apabila terjadi perubahan warna merah pada goresan miring dan tusukan tegak

maka bakteri bersifat K/K (basa), sedangkan apabila perubahan pada goresan

miring menjadi warna kuning dan pada tusukan tegak menjadi merah maka

bakteri bersifat A/K (Asam/Basa). Selain itu apabila terbentuk warna hitam, maka

bakteri menghasilkan H2S dan apabila ada gas, maka bakteri dapat menghasilkan

gas (Provenzano et al., 2001).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sampel hasil perikanan yang positif

tercemar bakteri V. cholerae patogen adalah sampel dengan kode KA2 dan UA2.

Pada sampel yang positif tercemar V. cholerae menunjukan hasil uji

menggunakan media TSIA berupa lereng berwarna merah dan dasar berwarna

kuning. Hal ini menunjukan bahwa bakteri V. cholerae mampu

memfermentasikan gula. Menurut Yuwono (2005) sifat biokimia V. cholerae

adalah adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa, dan manitol menjadi asam tanpa

menghasilkan gas, sedangkan laktosa dapat diragikan tetapi lambat.

Pemeriksaan berikutnya adalah uji motilitas menggunakan media SIM.

Media SIM merupakan media semi padat yang berfungsi untuk mendeteksi

pergerakan bakteri. Pembiakan sampel yang tercemar bakteri patogen V. cholerae

pada media SIM menunjukan hasil yang positif, yaitu pertumbuhan bakteri

menyebar seperti akar. Hasil positif menunjukan bahwa V. cholerae memiliki

sebuah flagel yang terdapat dibagian kutub (Monotrikh) sehingga bakteri ini dapat

bergerak secara aktif (Farouque et al., 2000).

Pada pemeriksaan sampel menggunakan media Simmons Citrate,

menunjukan hasil yang negatif. Simmons citrate agar merupakan medium sintetik
30

dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan

brom thymol blue sebagai indikator pH. Hasil positif pada media Simmons Citrate

akan mengubah media menjadi berwarna biru, sedangkan reaksi negatif tidak

mengubah warna media, yaitu tetap berwarna hijau. Uji sitrat digunakan untuk

melihat kemampuan bakteri menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber

karbon. V. cholerae tidak mampu memfermentasikan sitrat sebagai satu-satunya

sumber karbon untuk metabolisme sehingga tidak terjadi perubahan warna pada

media Simmons Citrate (Davis et al., 2001).

6.2 Kondisi Pasar Tradisional dan Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio

cholerae

Kondisi pasar tradisional umumnya kumuh dan berbau tak sedap, dengan

lokasi yang kurang tertata rapi serta memiliki higienitas yang lebih buruk

dibandingkan dengan pasar modern yang memiliki suasana nyaman dan bersih.

Namun dalam hal penyediaan hasil perikanan, baik pasar modern maupun pasar

tradisional tersebut mendapatkan sumber hasil perikanan dari tempat yang sama,

seperti di pasar ikan atau pelabuhan ikan yang sama yang beberapa diantaranya

telah terkontaminasi bakteri berbahaya misalnya bakteri V. cholerae (Hidayat

dkk., 2006). Jika hasil perikanan tersebut dikonsumsi tanpa pengolahan yang baik,

dapat menyebabkan konsumennya terinfeksi penyakit kolera. Selain itu fakta di

lapangan bahwa tidak jarang pula para pedagang ikan di pasar tradisional juga

kurang memperhatikan kehigeinisan dagangannya (Adawiyah, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel hasil perikanan yang terdapat

di salah satu pasar tradisional Denpasar sudah terinfeksi bakteri V. cholerae tipe
31

Inaba yaitu pada Pasar Ketapian diantaranya pada sampel udang (UA2) dan

kerang (KA2) atau sekitar 7.4% dari semua sampel telah tercemar bakteri V.

cholerae. Hasil tersebut telah melewati ambang batas persyaratan mutu dan

keamanan pangan ikan segar (SNI 01-2729.1-2006). Hasil pemeriksaan tersebut

memberi petunjuk bahwa tingkat infeksi terjadi salah satunya disebabkan oleh

sistem pengelolaan pelelangan ikan yang kurang baik karena lingkungan yang

kurang bersih, sehingga bakteri V. cholerae yang berasal dari laut yang tercemar

dapat mencemari pasar tradisional (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2012).

Penemuan yang sejenis dengan penelitian ini juga pernah didapatkan oleh

Taneja (2005) yang melakukan studi pada 32 pasien yang menderita gejala-gejala

penyakit kolera di India. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil

perikanan laut yakni udang, ikan, cumi dan lobster yang diketahui sebelumnya

telah terkontaminasi bakteri V. cholerae. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil

yaitu 15 sampel terinfeksi oleh bakteri V. cholerae O1 tipe Inaba.

Temuan lainnya yaitu sebuah penelitian yang dilansir Departemen pangan

dan higienisitas lingkungan (Food and Environment Hygiene Department) di

Hongkong pada tahun 2005, mengemukakan hasil studi bahwa 38% dari kasus

kolera yang terjadi berasal dari hasil perikanan laut, dan dalam analisis berbeda

didapatkan 59% kasus disebabkan karena makanan yang dimasak tidak secara

matang.

Menurut Purwoko (2007), transmisi utama penyakit kolera ditentukan oleh

faktor lingkungan seperti temperatur, kebersihan dan konsentrasi nutrien misalnya

zooplankton dalam air. Kondisi pasar sebagai tempat berjualan juga dapat
32

mempengaruhi keberadaan bakteri V. cholerae. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pribadi (2008), faktor lokasi penjualan, peralatan, yang kurang

higienis mempengaruhi adanya kontaminasi dari bakteri V. cholerae.

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai

sumber tranmisi dari bakteri V. cholerae. Sumber makanan yang berasal dari hasil

perikanan merupakan salah satu sumber transmisi yang paling sering terjadi. Hal

ini erat kaitannya dengan teori bahwa air dengan kadar garam tinggi seperti air

laut adalah tempat hidup alami dari Vibrio sp., sehingga memudahkan proses

kontaminasi (Madigan et al., 2002). Selain itu faktor seperti temperatur,

kebersihan, dan konsentrasi dari makanan yang tercemar bakteri V. cholerae yang

tidak sengaja dikonsumsi juga berpengaruh pada transmisi ini (WHO, 2005).

Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Ananta et al. (2011)

bahwa penggunaan es bahan pengawet ikan yang digunakan oleh pedagang ikan

juga dapat mengandung bakteri V. cholerae. Berdasarkan penelitian tersebut,

83,33% dari seluruh sampel es positif mengandung bakteri V. cholerae. Sampel

yang diambil ini secara keseluruhan memiliki kontak dengan hasil perikanan dan

air laut yang memiliki kadar garam tinggi. Selain itu, Shawyer (2003) menyatakan

bahwa dalam penggunaan es maupun air es itu sendiri juga digunakan berulang-

ulang sehingga kemungkinan untuk adanya kontaminan V. cholerae juga

meningkat.

Tercemarnya hasil perikanan dapat disebabkan oleh air sungai atau laut

yang merupakan sumber hasil perikanan terkontaminasi oleh bakteri V. cholerae

(Waluyo, 2004). Bakteri V. cholerae menyebar melalui feses atau kotoran


33

manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai

atau air laut, maka hasil perikanan yang hidup diperairan tersebut akan

terkontaminasi bakteri itu juga (Suriawiria, 2003). Selain itu, bila air yang

terkontaminasi ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci tangan,

maka orang tersebut dapat membawa bakteri V. cholerae. Bila orang tersebut

berprofesi sebagai nelayan atau pedagang ikan dan melakukan kontak dengan

hasil perikanan, maka hasil perikanan yang disentuhnya dapat terkontaminasi

bakteri V. cholerae. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari WHO (2004),

menyatakan bahwa penularan penyakit kolera dapat melalui manusia yang kurang

menjaga kebersihan diri dan lingkungan.


34

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Hasil penelitian ini, menunjukkan sampel udang dan kerang yang dijual di

pasar tradisional Kota Denpasar, memiliki peluang tercemar bakteri V. Cholerae,

walaupun peluang terjadinya pencemaran tersebut tidak tinggi, yaitu 7.4%.

Bakteri V. cholerae ditemukan pada sampel udang dengan kode UA2 dan kerang

dengan kode KA2 yang terdapat di Pasar Ketapian.

7.2 Saran

Penelitian lebih lanjut agar dilakukan identifikasi secara molekular serta

mengidentifikasi keragaman genetik bakteri Vibrio cholerae yang bersifat patogen

sehingga diperoleh data yang lebih spesifik.

34
35

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah , R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara .

Agus, M. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang Press.

Amelia, S. 2005. Vibrio cholerae. Medan: Departemen Mikrobiologi Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Amizar, R. 2011. Karakterisasi Molekuler dari V. parahaemolyticus dan V.


cholerae yang Diisolasi dari Seafood (Udang, Kerang dan Kepiting) Asal
Kota Padang, Sumatera Barat dan Muara Angke, Jakarta Utara (tesis).
Padang : Universitas Andalas.

Ananta W.S., I.G.M. Wijaya, P.Yuniadi, I.G.P. Dhinarananta, dan M.Agus


Hendryana. 2011. Deteksi Serotipe Bakteri Vibrio cholerae O1 pada
Sampel Es Pengawet Hasil Laut di Pasar Ikan Kedonganan, Kuta.
(laporan penelitian). Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Wisatawan Manca Negara ke Bali Tahun
2014. Denpasar : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2012. Pengolahan Ikan dan Hasil Laut.
Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-2729.1-2006 Spesifikasi Ikan Segar I.


Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Bitton, G. 2005. Waste Water Microbiology. New Jersey: John Wiley and Son
Inc.

Davis, B. M., H. M. Kimsey, W. Chang, and M. K. Waldor. 2001. The Vibrio


cholerae O139 Calcutta Bacteriophage CTX is Infectious and Encodes a
Novel Repressor. Journal of Bacteriology, 181(21) : 67-79.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Dziejman, M., E. Balon, D. Byod, C.M. Fraser, J.F. Heidelberg, and J.J.
Mekalanos. 2002. Comparative Genomic Analysis of Vibrio cholerae
Genes that Correlate with Cholera Endemic and Pandemic Diseases.
Proceeding of the National Academy of Sciences, 99 (2): 1556 1561.

35
36

Farouque, S. M., M. J. Albert, and J. J. Mekalanos. 2000. Epidemiology,


Genetiks, and Ecology of Toxigenic Vibrio cholerae. Microbiology and
Molecular Biology Reviews, 62 (4) : 1301-1314.

Food and Environment Hygiene Department. 2005. Vibrio Species in Seafood.


Hongkong: The Government of the Hongkong Special Administrative
Region.

Frerich, R.R. 2010. Who First Discovered Vibrio Cholerae?. Dept. of


Edidemiology University of California, Los Angeles (serial online),
[cited on 2013 Apr. 20]. Available from: URL : http://www.ph.ucla.edu/
epi/snow/firstdiscoveredcholera.html.

Hidayat, N., M. C. Padaga, S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta:


Penerbit ANDI.

Howard, L., and C. Daghlian. 2012. Vibrio cholerae Acrylic Print. Fine Art
America. [cited on 2013 Apr. 20]. Available from: URL : http:
//fineartamerica.com/products/vibrio-cholerae-louisa-howard-and-charles
-daghlian-and-photo-researchers-acrylic-print.html.

Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 2010. Resume Hasil


Penelusuran KLB Muntah Berak di Kabupaten Jembrana [cited 2015 Jun.
12]. Available from: URL:
http://ikayanakesmas.blogspot.com/2008/10/resume-penelusuran-klb-
diare-di.html

Jawetz, E.,J. L. Melnick and E. A. Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran.


Surabaya: Salemba Medika.

Madigan, M. T., P. J. Martinko, and J.Parker. 2002. Brock Biologi of


microorganisms. New York : Prentice Hall International Inc., Englewood
Cliff.

Matson, J.S., J.H. Withey, and V.J. Dirita. 2007. Regulatory Networks
Controlling Vibrio Cholerae Virulence Gene Expression. American
Society for Microbiology, 64(4): 5542-5549.

Moat, A. G., J. W. Foster, and M.P.Spector. 2002. Microbial Physiologi. New


York : Wiley-Liss, Inc.

Murray, P., R. Rosenthal, Kobayashi, and M.A. Pfaller. 2002. Medical


Microbiology. 4th Ed. St. Louis: Mosby a Harcourt Health Science
Company.
37

National Standard Method. 2007. Identification of Vibrio Cholerae Species.


Northern Ireland: Standards Unit, Evaluations and Standard Laboratory.

Novotny, L., L. Dvorska, A. Lorencova, V. Beran, and I. Pavlik. 2004. Fish: a


Potential Source of Bacterical Pathogens for Human Beings. Czech
Republic: Veterinarity Research Institute. 32(3): 343-358.

Nurmaini. 2001. Pencemaran Makanan Secara Kimia dan Biologis. Medan : USU
Library Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Osawa. 2008. Osawa senseis Vibrio cholerae Isolation Protocol for


Environmental Samples (Seafood and River or Melted Ice Water). Japan :
KOBE University.

Pelczar, Jr. dan E. C. S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi I&II. Jakarta :


Universitas Indonesia (UI-Press).

Perusahaan Daerah Pasar Pemerintah Denpasar. 2015. Info Potensi Pasar. [cited
2015 Jun. 12]. Available from: URL: http://pdpasar.denpasarkota.go.id/
index.php/profil/234/Info-Potensi-Pasar/

Pribadi A. 2008. Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Udang Bakar yang
Dijual di Sekitar Jalan Pahlawan Semarang. [cited 2013 Des. 8].
Available from: URL : http://digilib.unimus.ac.id.

Provenzano, D., D. A. Scuhmacher, J. L. Barker, and K. E. Klose. 2001. The


Virulence Regulatory Protein ToxR Mediates Enhanced Bile Resistance
in Vibrio cholerae and Other Pathogenic Vibrio Species. Journal of
Clinical Microbiology, 12(2) : 7758-7763.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara.

Santoso, S. B. 2000. Isolasi dan Identifikasi Vibrio sp. dari Udang Windu
(Penaeus monodon Fab.) yang Dipelihara di Tambak Tradisional dan
Intensif di Kabupaten Lamongan (skripsi). Surabaya: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Shawyer, M. 2003. The Use of Ice on Small Fishing Vissels. Food Agricultural
Organization of the United Nations, 9(4): 9-21

Siagan, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya.


[cited 2012 Des. 9]. Available from: URL : http://library.usu.ac.id/
download/fkm/fkm-albiner3.pdf.

Simanjuntak, C.H. 2002. Cholera in Indonesia in 1993-1999. The American


Society of Tropical Medicine and Hygiene. 65(5): 788-797.
38

Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas


Press.

Suriawiria. 2003. Mikrobiologi Air. Bandung: PT Alumni.

Suzita, R., A.S. Abdulamir, F.A. Bakar, and R. Son. 2009. A Mini Review:
Cholera Outbreak via Shellfish. American Journal of Infectious Disease,
5(1) : 40-47

Taneja, N. 2005. Emergence of Vibrio Cholerae O1 Biotipe E1 Tor Serotype


Inaba in North India. Japan: Japan Journal of Infectious Disease, 8(3):
238-240.

Tantillo, G.M., M. Fontanarods, A. Di Pinto, and M. Musti. 2004. Updated


Perspectives on Emerging Vibrios Associated with Human Infections.
Letters in Applied Microbiology, 39(1): 117-126.

Urassa, W.K., Y.B. Mhando, F.S. Mhalu, and S.J. Mjonga. 2000. Antimicrobial
Susceptibility Pattern of Vibrio cholerae O1 Strain During Two Cholerae
Outbreaks in Dar es Salaam, Tanzania. East African Medical Journal. 77
(7) : 350-353

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Wirawan, A. 2008. Bali Needs to Develop Tourism Health. [cited 2012 Des. 9].
Available from: URL : http://wordpress.com/tag/aviation-medicine/

World Health Organization. 2004. Cholera Outbreak: Assessing the Outbreak


Response and Improving Preparedness. Global Task Force on Cholera
Control. 9(2): 7-18

World Health Organization, Food and Agricultural Organization. 2005. Risk


Assessment of Choleragenic Vibrio Cholerae O1 and O139 in Warm-
water Shrimp in International Trade. Microbiological Risk Assessment
Series. 9th Ed. 16(2): 17-21

Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.


39

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Ketapian
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IA1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
IA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IA3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UA1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Inaba
Merah
UA3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KA1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Inaba
Merah
KA3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah

Keterangan:
IA : sampel ikan di Pasar Ketapian
UA : sampel udang di Pasar Ketapian
KA : sampel kerang di Pasar Ketapian
40

Lampiran 2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Kumbasari
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IB1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
IB3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UB1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UB3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KB1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KB3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif

Keterangan:
IB : sampel ikan di Pasar Kumbasari
UB : sampel udang di Pasar Kumbasari
KB : sampel kerang di Pasar Kumbasari
41

Lampiran 3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Pidada
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IC1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IC3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UC1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UC3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KC1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KC3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah

Keterangan:
IC : sampel ikan di Pasar Pidada
UC : sampel udang di Pasar Pidada
KC : sampel kerang di Pasar Pidada
42

Lampiran 4. Pertumbuhan Bakteri Vibrio cholerae pada Media Agar TCBS

A B
Ket: Gambar cawan A adalah media yang tidak ditumbuhi bakteri. Gambar cawan

B adalah media yang ditumbuhi bakteri Vibrio cholerae

Lampiran 5. Hasil Streak For Single Colony Bakteri Vibrio cholerae Patogen
43

Lampiran 6. Hasil Foto Bakteri Vibrio cholerae Perbesaran 1000 Kali

Lampiran 7. Sampel Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)


44

Lampiran 8. Sampel Udang Kelong (Penaeus indicus)

Lampiran 9. Sampel Kerang Kijing (Anodonta sp.)


45

Lampiran 10. Standar Mutu Ikan Segar


Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Ikan Segar (SNI 01-2729.1-2006)
Jenis Uji Satuan Persyaratan

a. Organoleptik Angka (1-9) 7


b. Cemaran Mikroba:
- ALT Koloni/ gram Maksimal 5x105
- Escherechia coli APM/ gram Maksimal <2
- Salmonela APM/ 25 gram Negatif
- V. cholerae APM/ 25 gram Negatif
c. Cemaran kimia:

- Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,5


- Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 0,4
- Histamin mg/kg Maksimal 100
- Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0,1
d. Parasit ekor Maksimal 0

Sumber : BSN (2006)


Keterangan : ALT : Angka Lempeng Total
APM : Angka Paling Memungkinkan

Anda mungkin juga menyukai