Unud-1629-33778209-I Wayan Yogi Widyastana PDF
Unud-1629-33778209-I Wayan Yogi Widyastana PDF
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Lembar Pengesahan
Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil. Ir. A.A.Gde Raka Dalem, M.Sc.(Hons)
NIP . 19610112 198803 2 002 NIP. 19650708 199203 1 004
Mengetahui,
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP.19680327 199302 2 001 NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis ini Telah Diuji pada
Anggota :
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 1092261013
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam tulisan ini, maka saya bersedia
v
UCAPAN TERIMA KASIH
pada Beberapa Hasil Perikanan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat S-2 pada
bimbingan, dukungan serta bantuan dana dari berbagai pihak. Pada kesempatan
1. Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil., selaku dosen pembimbing I atas segala
2. Ir. A.A. Gde Raka Dalem, M.Sc.(Hons), selaku pembimbing II atas segala
Udayana
vi
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Udayana Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D atas bimbingan yang diberikan
6. Dr. I Ketut Ginantra, S.Pd., M.Si., Drs. Ida Bagus Gede Darmayasa, M.Si.,
7. Drs. Yan Ramona, M.App.Sc., Ph.D dan Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc.,
9. Seluruh keluarga tercinta, Bapak Drs. I Ketut Wedhana, M.M, Ibu Mugi
Hastuti, S.Pd, dan adik Ni Made Widyasari, S.Si, atas dukungan moral,
10. Ni Putu Purnama Dewi, S.Pd, atas dukungan semangat dan masukannya
11. Seluruh teman-teman S2 Program Studi Biologi angkatan 2010 dan 2011,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan
vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
Semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, pembaca,
Penulis
viii
KEBERADAAN BAKTERI PATOGEN Vibrio cholerae PADA
BEBERAPA HASIL PERIKANAN YANG DIJUAL DI PASAR
TRADISIONAL KOTA DENPASAR
ABSTRAK
Kata Kunci: Vibrio cholerae, pasar tradisional Kota Denpasar, hasil perikanan
ix
THE EXISTENCE OF PATHOGENIC BACTERIA Vibrio
cholerae IN SOME FISHERY PRODUCTS THAT SOLD IN
DENPASAR CITY TRADITIONAL MARKET
ABSTRACT
Key Words: Vibrio cholerae, Denpasar City traditional market, and fishery
products
x
RINGKASAN
xii
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil
Perikanan yang diperoleh dari Pasar Ketapian ..................................................... 39
2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil
3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu tujuan wisata dunia yang merupakan sektor
andalan bagi pemerintah Indonesia untuk menjaring devisa negara, karena pulau
ini didukung objek wisata dan atraksi wisata yang beranekaragam. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (2014), kunjungan wisatawan domestik dan manca
negara ke Pulau Bali menunjukan peningkatan yang sangat signifikan dari tahun
diimbangi dengan pelayanan yang semakin baik dari waktu ke waktu, terutama
wisatawan, terutama mereka yang berasal dari negara-negara maju, karena secara
(2008) sebagian besar kasus gangguan kesehatan yang terjadi di Bali adalah
Provinsi Bali pada tahun 2008 mengalami wabah muntah berak di Banjar
Wali, Desa Yeh Embang dan Banjar Bangli, Desa Yeh Embang Kangin,
Agustus sampai dengan 4 September 2008. Berdasarkan hasil kultur rectal swab
dan muntahan pada penderita muntaber ditemukan bakteri V. cholerae. Selain itu,
kultur sampel makanan tahu, tempe, pepes pindang, air sungai, sumur, perpipaan
desa serta perpipaan banjar positif tercemar bakteri V. cholerae. (Ikayana Kesmas,
2010)
sering ditemukan pada makanan (Siagan, 2002). Bila bakteri ini mencemari
penyakit kolera. Pada inangnya, bakteri V. cholerae dapat hidup pada permukaan
tubuh inangnya (dengan cara menempel) atau pada organ tubuh bagian dalam
inangnya, seperti hati, usus dan sebagainya. Dampak langsung bakteri patogen ini
Penyakit kolera ditandai oleh terjadinya diare yang disertai oleh muntah-
muntah yang akut dan hebat sebagai akibat dari enterotoksin yang dihasilkan
bakteri tersebut. Bentuk gejala klinis yang khas pada penderita adalah dehidrasi,
berlanjut dengan rejatan hipovolemik dan asidosis metabolik yang terjadi dalam
terkontaminasi oleh feses yang mengandung bakteri tersebut (Osawa, 2008). Oleh
3
karena itu, penularan penyakit kolera ini dapat melalui air, makanan, dan sanitasi
merupakan kelompok Vibrio yang bersifat patogen, karena kelompok ini dapat
dapat berasal dari hasil perikanan yang terkontaminasi bakteri patogen tersebut
tradisional. Pasar tradisional merupakan salah satu jenis pasar yang biasanya
terletak dekat pemukiman masyarakat dimana pasar ini menjual berbagai barang-
adalah hasil perikanan. Dalam hal ini, pasar tradisional berperan sebagai sumber
tempat jual beli hasil perikanan yang rentan terkontaminasi bakteri V. cholerae
cholerae yang terdapat pada hasil perikanan yang beredar di pasar tradisional
yang lebih luas, data yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan dapat dipakai
sebagai dasar dalam pengembangan vaksin dan antibiotik dimasa yang akan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
menular, yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke
dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak
memenuhi standar (Bitton, 2005). Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke
dalam saluran pencernaan melalui makanan yang tidak dimasak dengan benar.
Gejala-gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh V. cholerae antara lain diare
hebat, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kalau gejala diare hebat tersebut
dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami
bagian dari distrik di India pada tahun 1817 dan berlangsung sampai tahun 1824
(Frerichs, 2010). Pada daerah ini, pandemi kolera telah terjadi sebanyak 7 kali
selama 200 tahun terakhir. Selanjutnya penyakit ini menyebar dari India ke Asia
Tenggara, Cina, Jepang, Timur Tengah, dan selatan Rusia. Pandemi kedua
berlangsung dari tahun 1827-1835 yang tersebar di wilayah Amerika Serikat dan
Eropa, yang dilanjutkan dengan pandemi ketiga pada tahun 1839-1856, dimana
wabah Kolera meluas sampai Afrika Utara dan mencapai Amerika Selatan,
dengan negara yang paling parah terkena dampak wabah kolera di wilayah
5
6
Amerika Selatan pada saat itu adalah Brasil. Pada tahun 1863-1875 terjadi
kelima dan keenam berlangsung pada tahun 1881-1896 dan 1899-1923. Mesir,
Jazirah Arab, Persia, India, dan Filipina merupakan negara yang terkena dampak
paling parah epidemi. Sementara daerah lain yang terkena wabah kolera, adalah
Jerman pada tahun 1892 dan Naples 1910-1911. Pandemi akhir atau pandemi ke
tujuh terjadi pada tahun 1961 di Indonesia yang ditandai oleh munculnya strain
baru, yang dijuluki El Tor, dan masih berlanjut hingga hari ini di negara-negara
Pandemik ketujuh baru dimulai pada tahun 1961 ketika Vibrio pertama
kali muncul dan menyebabkan epidemi kolera di Sulawesi, Indonesia. Penyakit ini
lalu menyebar dengan cepat ke Negara Asia timur lainnya dan mencapai
Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964 dan kawasan Soviet-Russia
pada tahun 1965-1966. Pada januari 1991, epidemi kolera menyerang Amerika
latin. Dimulai di Peru, penyakit ini dibawa oleh nelayan ke Ekuador dan
Kolombia dan dibawa pelancong ke seluruh Amerika Tengah dan Selatan. Pada
tahun pertama wabah ini menyerang, sebanyak 400.000 kasus telah dilaporkan
(Frerichs, 2010).
penemuannya ini kurang dikenal, karena pada masa tersebut masih berkembang
Teori Racun (penyakit seperti Kolera disebabkan oleh racun) sehingga penemuan
7
Fillipo Pacini diabaikan oleh komunitas ilmiah (Frerichs, 2010). V. cholerae baru
dikenal secara luas sebagai bakteri penyebab penyakit kolera setelah Robert Koch
feces yang mengandung bakteri tersebut, sehingga air dapat dianggap sebagai
salah satu media penularan penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Selain itu, makanan yang sanitasinya buruk juga dapat dipakai sebagai medium
oleh bakteri ini untuk menyebar dan menularkan penyakit kolera (Murray et al.,
2002).
seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 m. (Gambar 2.1). Koch menamakannya
Gambar 2.1. Bentuk sel bakteri V. cholerae (Howard and Daghlian, 2012)
menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri enterik gram negatif.
Bakteri ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah flagellum
8
halus pada ujungnya (Monotrikh). Karakteristik morfologi lain dari bakteri ini
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk
pertumbuhan yang berkisar antara 18 sampai 37C. Bakteri ini dapat tumbuh pada
berbagai jenis media, termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral
akan menjadi lebih baik dan lebih cepat, bila ditumbuhkan pada medium padat
berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk
dengan kecepatan optimum dan mengalami laju kematian yang sangat cepat pada
pH asam (Yuwono, 2005). Namun, dalam keadaan tertentu, bakteri ini dapat juga
memfermentasi arabinosa. Ciri khas lain yang membedakan Vibrio dari bakteri
enterik gram negatif lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes oksidasi
yang hasilnya positif. Pada air peptone alkali, bakteri ini akan tumbuh dengan
baik setelah 6 jam inkubasi pada suhu kamar, sehingga medium ini sering dipakai
untuk mentransport sampel feses atau usapan dubur penderita penyakit kolera
akan menunjukkan sifat sensitif terhadap campuran 0/129, tapi tumbuh pada
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
mengaglutinasi antisera polivalent O, yang juga terbagi atas tiga, yaitu Ogawa
(AB), Inaba (AC), dan Hikojima (ABC). Sementara itu, untuk biotype, bakteri ini
El-Tor. V. cholerae lebih lanjut dibagi lagi ke dalam lebih dari 30 strain
Grup O1 dibagi atas biotype Klasikal dan El-Tor. Biotype Klasikal adalah
penyebab kolera atau asiatik kolera. El-Tor pertama tercatat muncul di Sulawesi
pada tahun 1961. Biotype ini selain menghasilkan toksin seperti biotype Klasikal
hemolisis darah sehingga penderita diare mengalami diare yang berdarah (Urassa
et al., 2000).
Grup non O1 dianggap tidak begitu berbahaya, karena infeksi oleh bakteri
V. cholerae non O1 hanya menyebabkan diare ringan. Namun, pada tahun 1991
dunia dikejutkan oleh wabah kolera di Banglades dan India yang disebabkan oleh
V. cholerae non O1 yang memproduksi toksin seperti grup O1. Strain baru ini
dengan asam lambung normal akan terinfeksi oleh Vibrio bila mengkonsumsi
makanan yang mengandung sebanyak 102 - 104 sel/gram makanan, karena bakteri
ini sangat sensitif dengan suasana asam. Beberapa proses pengobatan atau
keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang
Bakteri ini tidak tahan asam dan panas. Pada tiap molekul enterotoksin V.
cholerae terdapat 5 sub unit B (binding) dan 1 sub unit A (active). Sub unit A ini
sub unit A2 mempercepat masuknya enterotoksin ke sel dan komponen sub unit
perhari yang dikenal dengan Watery Diarrhea. Pada kasus berat dengan gejala
al., 2004).
Vibrio cholerae tidak bersifat invasif (tidak masuk ke dalam aliran darah),
sehingga pada umumnya tetap berada di saluran usus penderita. Dalam proses
diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan
banyak cairan dan elektrolit, walaupun secara histologi usus tetap normal
atau terjadi diare yang ringan pada pasien. Bila terjadi infeksi oleh V. cholerae,
gejala-gejala diare akan timbul setelah 1 4 hari masa inkubasi terlampaui. Gejala
khas akibat terinfeksi oleh bakteri kolera ini biasanya dimulai dengan munculnya
diare encer yang berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya
tenesmus. Dalam waktu singkat tinja yang semula berwarna dan berbau feses
berubah menjadi cairan putih keruh yang mirip air cucian beras (rice water stool).
12
Cairan ini mengandung mucus, sel epithelial, dan sejumlah besar bakteri V.
cholerae. Gejala mual akan timbul setelah diare yang diikuti gejala muntah, dan
selanjutnya biasanya diikuti oleh kejang otot, terutama pada otot-otot betis,
biseps, triseps, pektoralis, dan dinding perut (kram perut) (Nurmaini, 2001).
Dalam waktu singkat setelah terjadi diare yang hebat, penderita akan
kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok,
dan anuria. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas, berupa perubahan suara menjadi
serak seperti suara bebek manila (vox cholerica), kelopak mata cekung, mulut
menyeringai karena bibir yang kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
berkurang, jari jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatan-lipatan kulit,
terutama ujung jari yang keriput (washer women hand), diuresis berangsur-angsur
kurang dan berakhir dengan anuria. Bila tidak diobati, tingkat kematian dapat
oleh serangan Vibrio ini dalam kasus-kasus yang bersifat sporadis maupun yang
ringan tidak mudah untuk dibedakan dari penyakit diare yang lain (Suzita et al.,
2009).
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los
dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
13
elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan
tradisional identik dengan pasar yang kumuh dan kurang terjaga kebersihannya.
Pasar Ketapian adalah salah satu pasar tradisional yang berlokasi di Jalan
Katrangan, Kelurahan Sumerta, Denpasar Timur yang di bangun pada tahun 1978
dan mengalami revitalisasi pada tahun 2010. Pasar yang berdiri di atas tanah
seluas 2200 m2 memiliki luas bangunan sekitar 975 m2. Sekarang pasar ini
memiliki kios sebanyak 26 buah dan los sebanyak 75 buah (PD. Pasar Kota
Denpasar, 2015).
kurang tertata dengan baik. Terlebih lagi jika musim penghujan tiba, lantai pasar
para pedagang dan kondisi di Pasar Ketapian menjadi lebih teratur, bersih dan
di pinggir jalan dekat area pasar. Para pedagang yang berjualan kebutuhan pokok
seperti sembako, ikan atau daging berada di dalam pasar. Jenis ikan yang dijual di
Pasar Ketapian sebagian besar adalah jangki, kakap, gurami, udang, cumi, dan
tongkol. Pedagang ikan disini juga menjual kerang hijau hanya saja tidak sering
dan dalam jumlah yang sedikit bila ada yang memesan. Hasil perikanan tersebut
mayoritas mereka dapatkan dari Kedonganan, Pasar Badung, dan ada pula yang
14
mendapatkannya dari pengepul ikan yang ada di kawasan Denpasar dan nelayan
Pasar Kumbasari dibangun pada tahun 1977 namun sempat terbakar pada
tahun 2000 yang kemudian dibangun kembali pada tahun 2001. Pasar ini berdiri
dengan luas tanah 7000 m2 dan luas bangunan sekitar 12.572 m2, serta memiliki
kios sebanyak 489 buah dan los sebanyak 188 buah (PD. Pasar Kota Denpasar,
2015).
Pasar tradisional ini buka selama 24 jam dalam setiap harinya, dimana pasar ini
terdiri atas dua lantai. Lantai dasar digunakan untuk menyediakan berbagai
kebutuhan pokok. Lantai dua biasanya digunakan sebagai tempat berjualan aneka
Perak, Batik Bali, Lukisan, Aksesoris dan pernak khas Bali, serta Tenun Ikat Bali
Para pedagang daging dan ikan biasanya berjualan di kanan dan kiri jalan
membersihkan ikan-ikan yang mereka jual. Ikan-ikan yang dijual di pasar ini
sebagian besar adalah jenis kakap merah, tongkol, udang, kerang, jangki, dan
gurami. Adapula yang menjual kerang hijau, gurita, cumi-cumi, kepiting dan
lobster. Hasil perikanan tersebut mereka dapatkan dari berbagai tempat. Ada yang
15
mendapatkannya dari pengepul ikan, ada yang berasal dari nelayan lokal Bali,
Pasar Pidada dibangun pada tahun 2000 dengan luas tanah 3200 m2 dan
luas bangunan sekitar 2410 m2. Pasar ini terletak di Jalan Abimayu, Kelurahan
Ubung, Kecamatan Denpasar Utara. Pasar Pidada memiliki 1 lantai dengan kios
sebanyak 48 buah dan los sebanyak 211 buah yang menjual beraneka ragam jenis
kebutuhan pokok. Kios sayur, daging dan ikan di pasar ini letaknya
menjual hasil perikanan yang di dapat dari para pengepul ikan dari Kedonganan
dan ada juga yang berasal dari Pasar Badung, dan Negara. Mayoritas pedagang
disini menjual udang, ikan tongkol, mujair, kakap merah, gurami, cumi-cumi,
kepiting, dan kerang hijau. Para pedagang disini juga jarang menjual kerang hijau,
hanya ada beberapa yang menjual kerang hijau, mereka menjual ketika sedang ada
BAB III
Provinsi Bali merupakan salah satu tempat tujuan pariwisata dunia. Sektor
3.766.638 orang. Berdasarkan data capaian kunjungan Wisman itu, posisi teratas
masih dipegang oleh wisatawan Australia, disusul China, Jepang, Malaysia, dan
permintaan akan bahan makanan dari produk perikanan. Wisatawan asing asal
China, Jepang, dan Korea Selatan sangat gemar mengkonsumsi ikan, khususnya
Bakteri ini telah menjadi wabah pandemik di beberapa negara di dunia selama
hampir 200 tahun. Tidak semua jenis dari bakteri V. cholerae dapat menyebabkan
wabah yang bersifat epidemik dan pandemik. Hanya bakteri V. cholerae patogen
dari golongan serogroup O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah kolera
16
17
gambar berikut :
Wisatawan
Pariwisata Mancanegara dan
Bali Domestik
Permintaan Tinggi
terhadap Hasil
Perikanan (Ikan,
Udang, Kerang)
Masalah Kontaminasi
Vibrio cholerae
BAB IV
METODE PENELITIAN
seperti ini dilakukan untuk mendapatkan data awal yang dapat digunakan sebagai
acuan atau referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dikemudian hari.
Kelong (Penaeus indicus), dan Kerang Kijing (Anodonta sp.) diambil dari Pasar
Ketapian, Pasar Kumbasari, dan Pasar Ubung Pidada di kota Denpasar, Bali.
UPT. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali, dari bulan Mei sampai dengan
Juni 2013.
Penelitian ini dilakukan pada hasil perikanan (ikan, udang, dan kerang)
18
19
Udang Kelong (Penaeus indicus) 9 sampel, dan Kerang Kijing (Anodonta sp.) 9
sampel.
Variabel dalam penelitian ini adalah isolat V. cholerae yang didapat dari
berbagai hasil perikanan (ikan, udang, dan kerang) pada masing-masing pasar
tradisional.
apabila ada yang melakukan penelitian lebih lanjut atau menguji penelitian yang
berikut :
1. Hasil perikanan adalah jenis perikanan yaitu ikan, udang, dan kerang yang
perikanan (ikan, udang, dan kerang) melalui isolasi dan identifikasi bakteri
3. Pasar Tradisional adalah tempat transaksi jual beli secara langsung dan
indicus), dan Kerang Kijing (Anodonta sp.). Media Alkaline Peptone Water
(APW) OxoidTM, Media agar Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose (TCBS)
OxoidTM, Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) OxoidTM, Media Sulfida Indol
Aglutinasi (Polyvalent, Inaba, Ogawa) Bio Farma dan Aquades steril digunakan
berupa pisau scalpel, gunting, jarum lanset, jarum ose, pipet mikro (Gilson), pipet
tetes, cawan petri, gelas beaker, dan timbangan analitik. Refrigerator dan Freezer
dibungkus dengan plastik steril, dan diberi kode. Semua sampel disimpan dalam
Cooler Box dan diberi es agar sampel kualitasnya tetap terjaga selama dibawa ke
21
ini masing-masing sampel (ikan, udang, dan kerang) dipotong kecil dan
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 24 jam. Setelah sampel
diinkubasi, diambil satu jarum ose, digoreskan secara streak ke medium agar
TCBS, diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam. Koloni yang dicurigai
yaitu berwarna kuning dengan ukuran 2-3 mm diambil dengan jarum Ose dan di-
streak kembali pada medium agar TCBS untuk dilakukan pemurnian kemudian
diinkubasi pada suhu 37C. Selanjutnya, koloni bakteri yang terpisah diambil
dengan menggunakan jarum ose dan dibiakan dimedia agar TCBS miring yang
tekstur dan warna koloni pada media agar TCBS. Koloni yang diduga bakteri V.
Dibuat apusan bakteri pada kaca objek yang kering dan bersih. Kemudian
difiksasi di atas nyala api bunsen dan diwarnai dengan larutan kristal violet
22
selama 1 sampai 1.5 menit. Setelah itu dicuci dengan air suling dan ditetesi
dengan larutan garam iodin serta dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya dicuci
detik. Kemudian dicuci dengan air dan diwarnai dengan safranin selama 5 sampai
15 menit lalu dicuci lagi dengan air. Setelah itu dikeringkan di udara atau diatas
nyala api bunsen. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.
jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam media TSIA dengan cara ditusukkan,
setelah itu digores pada lereng media. Inkubasi 37 C selama 24 jam. Kemudian,
amati perubahan warna pada dasar media, lereng dan pembentuka H2S, gas.
Isolat dari agar miring ditusukkan pada agar tegak semi solid (media SIM)
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dan diamati uji motilitas
bakteri. Uji motilitas positif jika pertumbuhan koloni menyebar luas pada agar.
jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam media Simmon Citrate dengan cara
digores pada lereng media. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Citrate positif
jika terjadi perubahan warna pada lereng media dari hijau menjadi biru dan ada
pertumbuhan bakterinya.
23
Diambil 1 ose kultur dari agar miring TCBS dan diletakkan diatas gelas
preparat, kemudian ditetesi dengan larutan saline 0,85% dan diemulsikan. Setelah
koloni dan dicampurkan antiserum sedikit demi sedikit dengan suspensi koloni
saline dan antiserum. Setelah itu, diamati reaksi penggumpalan. Reaksi positif
terjadi apabila terdapat penggumpalan pada larutan kultur dan tidak terjadi
penggumpalan pada larutan kontrol. Reaksi negatif ditunjukan dengan tidak terjadi
terdapat pada beberapa hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional Denpasar.
24
BAB V
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari beberapa sampel hasil pemeriksaan bakteri
patogen V. cholerae yang diambil secara acak dari pedagang hasil perikanan di
mengandung bakteri patogen V. cholerae yaitu sampel udang dengan kode UA2
Tabel 5.1
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Ketapian
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IA1 Negatif Negatif
IA2 Positif Negatif
IA3 Negatif Negatif
2 Udang UA1 Negatif Negatif
UA2 Positif Positif
UA3 Positif Negatif
3 Kerang KA1 Negatif Negatif
KA2 Positif Positif
KA3 Positif Negatif
24
25
sampel yang positif mengandung bakteri golongan Vibrio, yakni pada sampel ikan
dan udang. Sedangkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, semua sampel tidak ada
yang mengandung bakteri patogen V. cholerae seperti yang ditunjukan pada Tabel
5.2.
Tabel 5.2
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Kumbasari
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IB1 Positif Negatif
IB2 Negatif Negatif
IB3 Positif Negatif
2 Udang UB1 Positif Negatif
UB2 Negatif Negatif
UB3 Positif Negatif
3 Kerang KB1 Negatif Negatif
KB2 Negatif Negatif
KB3 Negatif Negatif
yaitu sampel ikan, udang, dan juga kerang, hampir semuanya mengandung bakteri
Tabel 5.3
Hasil Pemeriksaan Bakteri Patogen V. cholerae di Pasar Pidada
No Jenis Sampel Kode Hasil Pemeriksaan
Bakteri Gol. Bakteri Patogen
Vibrio V. cholerae
1 Ikan IC1 Positif Negatif
IC2 Positif Negatif
IC3 Negatif Negatif
2 Udang UC1 Negatif Negatif
UC2 Positif Negatif
UC3 Negatif Negatif
3 Kerang KC1 Negatif Negatif
KC2 Positif Negatif
KC3 Positif Negatif
27
BAB VI
PEMBAHASAN
murni atau biakan murni (Agus, 2002). Pada penelitian ini, untuk mengisolasi
APW. Pertumbuhan bakteri V. cholerae pada media APW diperoleh hasil yaitu
media APW mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh
cholerae tumbuh dalam media tersebut, karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali
(8,5-9,5) pada media APW sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri V. cholerae
agar. Media selektif merupakan media yang selain mengandung nutrisi, juga
ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan
media yang paling tepat untuk mengisolasi V. cholerae dan Vibrio sp. lainnya.
Kadar NaCl optimum dalam media TCBS untuk pertumbuhan bakteri patogen
pada hewan laut adalah 3-4 % (Amelia, 2005). Media TCBS mempunyai pH yang
sangat tinggi (8,5-9,5) yang dapat menekan pertumbuhan mikroba usus selain
27
28
Vibrio sp. Kandungan utama terdiri dari protein nabati dan hewani, campuran
yang dapat difermentasi oleh Vibrio dan sodium chlorida dapat merangsang
blue. Media TCBS agar berwarna hijau dan pH media bersifat basa. V. cholerae
menghasilkan koloni berwarna kuning pada media TCBS Agar disebabkan karena
Uji biokimiawi menggunakan media TSIA, SIM, dan Simon Citrat. Uji
fermentasi gula dan H2S merupakan serangkaian uji yang dilakukan dengan
menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Tujuannya adalah untuk
asam atau gas. Pada media TSIA mengandung tiga macam gula, yaitu glukosa,
laktosa atau sukrosa dan indikator merah fenol serta FeSO4 (Amelia, 2005).
Warna merah pada agar menunjukkan reaksi basa, sedangkan warna kuning
menunjukkan reaksi asam. Warna merah pada permukaan (lereng) agar dan
sedangkan warna kuning pada bagian permukaan dan bawah tabung menunjukkan
Uji TSIA ini dilakukan untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada
goresan miring (Slant) dan tusukan tegak (Butt) dan melihat reaksi bakteri
terhadap asam dan basa, serta kemampuan bakteri manghasilkan gas dan H2S.
29
apabila terjadi perubahan warna merah pada goresan miring dan tusukan tegak
maka bakteri bersifat K/K (basa), sedangkan apabila perubahan pada goresan
miring menjadi warna kuning dan pada tusukan tegak menjadi merah maka
bakteri bersifat A/K (Asam/Basa). Selain itu apabila terbentuk warna hitam, maka
bakteri menghasilkan H2S dan apabila ada gas, maka bakteri dapat menghasilkan
tercemar bakteri V. cholerae patogen adalah sampel dengan kode KA2 dan UA2.
menggunakan media TSIA berupa lereng berwarna merah dan dasar berwarna
adalah adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa, dan manitol menjadi asam tanpa
Media SIM merupakan media semi padat yang berfungsi untuk mendeteksi
pada media SIM menunjukan hasil yang positif, yaitu pertumbuhan bakteri
sebuah flagel yang terdapat dibagian kutub (Monotrikh) sehingga bakteri ini dapat
menunjukan hasil yang negatif. Simmons citrate agar merupakan medium sintetik
30
dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan
brom thymol blue sebagai indikator pH. Hasil positif pada media Simmons Citrate
akan mengubah media menjadi berwarna biru, sedangkan reaksi negatif tidak
mengubah warna media, yaitu tetap berwarna hijau. Uji sitrat digunakan untuk
sumber karbon untuk metabolisme sehingga tidak terjadi perubahan warna pada
cholerae
Kondisi pasar tradisional umumnya kumuh dan berbau tak sedap, dengan
lokasi yang kurang tertata rapi serta memiliki higienitas yang lebih buruk
dibandingkan dengan pasar modern yang memiliki suasana nyaman dan bersih.
Namun dalam hal penyediaan hasil perikanan, baik pasar modern maupun pasar
tradisional tersebut mendapatkan sumber hasil perikanan dari tempat yang sama,
seperti di pasar ikan atau pelabuhan ikan yang sama yang beberapa diantaranya
dkk., 2006). Jika hasil perikanan tersebut dikonsumsi tanpa pengolahan yang baik,
lapangan bahwa tidak jarang pula para pedagang ikan di pasar tradisional juga
di salah satu pasar tradisional Denpasar sudah terinfeksi bakteri V. cholerae tipe
31
Inaba yaitu pada Pasar Ketapian diantaranya pada sampel udang (UA2) dan
kerang (KA2) atau sekitar 7.4% dari semua sampel telah tercemar bakteri V.
cholerae. Hasil tersebut telah melewati ambang batas persyaratan mutu dan
memberi petunjuk bahwa tingkat infeksi terjadi salah satunya disebabkan oleh
sistem pengelolaan pelelangan ikan yang kurang baik karena lingkungan yang
kurang bersih, sehingga bakteri V. cholerae yang berasal dari laut yang tercemar
dapat mencemari pasar tradisional (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2012).
Penemuan yang sejenis dengan penelitian ini juga pernah didapatkan oleh
Taneja (2005) yang melakukan studi pada 32 pasien yang menderita gejala-gejala
penyakit kolera di India. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil
perikanan laut yakni udang, ikan, cumi dan lobster yang diketahui sebelumnya
Hongkong pada tahun 2005, mengemukakan hasil studi bahwa 38% dari kasus
kolera yang terjadi berasal dari hasil perikanan laut, dan dalam analisis berbeda
didapatkan 59% kasus disebabkan karena makanan yang dimasak tidak secara
matang.
zooplankton dalam air. Kondisi pasar sebagai tempat berjualan juga dapat
32
dilakukan oleh Pribadi (2008), faktor lokasi penjualan, peralatan, yang kurang
sumber tranmisi dari bakteri V. cholerae. Sumber makanan yang berasal dari hasil
perikanan merupakan salah satu sumber transmisi yang paling sering terjadi. Hal
ini erat kaitannya dengan teori bahwa air dengan kadar garam tinggi seperti air
laut adalah tempat hidup alami dari Vibrio sp., sehingga memudahkan proses
kebersihan, dan konsentrasi dari makanan yang tercemar bakteri V. cholerae yang
tidak sengaja dikonsumsi juga berpengaruh pada transmisi ini (WHO, 2005).
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Ananta et al. (2011)
bahwa penggunaan es bahan pengawet ikan yang digunakan oleh pedagang ikan
yang diambil ini secara keseluruhan memiliki kontak dengan hasil perikanan dan
air laut yang memiliki kadar garam tinggi. Selain itu, Shawyer (2003) menyatakan
bahwa dalam penggunaan es maupun air es itu sendiri juga digunakan berulang-
meningkat.
Tercemarnya hasil perikanan dapat disebabkan oleh air sungai atau laut
manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai
atau air laut, maka hasil perikanan yang hidup diperairan tersebut akan
terkontaminasi bakteri itu juga (Suriawiria, 2003). Selain itu, bila air yang
maka orang tersebut dapat membawa bakteri V. cholerae. Bila orang tersebut
berprofesi sebagai nelayan atau pedagang ikan dan melakukan kontak dengan
bakteri V. cholerae. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari WHO (2004),
menyatakan bahwa penularan penyakit kolera dapat melalui manusia yang kurang
BAB VII
7.1 Simpulan
Hasil penelitian ini, menunjukkan sampel udang dan kerang yang dijual di
Bakteri V. cholerae ditemukan pada sampel udang dengan kode UA2 dan kerang
7.2 Saran
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Wisatawan Manca Negara ke Bali Tahun
2014. Denpasar : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2012. Pengolahan Ikan dan Hasil Laut.
Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.
Bitton, G. 2005. Waste Water Microbiology. New Jersey: John Wiley and Son
Inc.
Dziejman, M., E. Balon, D. Byod, C.M. Fraser, J.F. Heidelberg, and J.J.
Mekalanos. 2002. Comparative Genomic Analysis of Vibrio cholerae
Genes that Correlate with Cholera Endemic and Pandemic Diseases.
Proceeding of the National Academy of Sciences, 99 (2): 1556 1561.
35
36
Howard, L., and C. Daghlian. 2012. Vibrio cholerae Acrylic Print. Fine Art
America. [cited on 2013 Apr. 20]. Available from: URL : http:
//fineartamerica.com/products/vibrio-cholerae-louisa-howard-and-charles
-daghlian-and-photo-researchers-acrylic-print.html.
Matson, J.S., J.H. Withey, and V.J. Dirita. 2007. Regulatory Networks
Controlling Vibrio Cholerae Virulence Gene Expression. American
Society for Microbiology, 64(4): 5542-5549.
Nurmaini. 2001. Pencemaran Makanan Secara Kimia dan Biologis. Medan : USU
Library Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Perusahaan Daerah Pasar Pemerintah Denpasar. 2015. Info Potensi Pasar. [cited
2015 Jun. 12]. Available from: URL: http://pdpasar.denpasarkota.go.id/
index.php/profil/234/Info-Potensi-Pasar/
Pribadi A. 2008. Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Udang Bakar yang
Dijual di Sekitar Jalan Pahlawan Semarang. [cited 2013 Des. 8].
Available from: URL : http://digilib.unimus.ac.id.
Santoso, S. B. 2000. Isolasi dan Identifikasi Vibrio sp. dari Udang Windu
(Penaeus monodon Fab.) yang Dipelihara di Tambak Tradisional dan
Intensif di Kabupaten Lamongan (skripsi). Surabaya: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Shawyer, M. 2003. The Use of Ice on Small Fishing Vissels. Food Agricultural
Organization of the United Nations, 9(4): 9-21
Suzita, R., A.S. Abdulamir, F.A. Bakar, and R. Son. 2009. A Mini Review:
Cholera Outbreak via Shellfish. American Journal of Infectious Disease,
5(1) : 40-47
Urassa, W.K., Y.B. Mhando, F.S. Mhalu, and S.J. Mjonga. 2000. Antimicrobial
Susceptibility Pattern of Vibrio cholerae O1 Strain During Two Cholerae
Outbreaks in Dar es Salaam, Tanzania. East African Medical Journal. 77
(7) : 350-353
Wirawan, A. 2008. Bali Needs to Develop Tourism Health. [cited 2012 Des. 9].
Available from: URL : http://wordpress.com/tag/aviation-medicine/
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Ketapian
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IA1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
IA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IA3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UA1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Inaba
Merah
UA3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KA1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KA2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Inaba
Merah
KA3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
Keterangan:
IA : sampel ikan di Pasar Ketapian
UA : sampel udang di Pasar Ketapian
KA : sampel kerang di Pasar Ketapian
40
Lampiran 2. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Kumbasari
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IB1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
IB3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UB1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UB3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KB1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KB2 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KB3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
Keterangan:
IB : sampel ikan di Pasar Kumbasari
UB : sampel udang di Pasar Kumbasari
KB : sampel kerang di Pasar Kumbasari
41
Lampiran 3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio cholerae pada Sampel Hasil Perikanan yang Diperoleh dari Pasar
Pidada
APW TCBS UJI BIOKIMIAWI
SIMON
Kode Tumbuh Koloni PEWARNAAN TSIA SIM UJI
CITRAT
Sampel Bakteri/ Berwarna GRAM SEROLOGI
Keruh Kuning Dasar/ Berwarna
Gas H2 S Motilitas
Lereng Biru
IC1 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
IC3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UC1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
UC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
UC3 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KC1 Positif - Gram Negatif - - - - - Negatif
KC2 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
KC3 Positif Positif Gram Negatif Kuning/ Negatif Negatif Positif Negatif Negatif
Merah
Keterangan:
IC : sampel ikan di Pasar Pidada
UC : sampel udang di Pasar Pidada
KC : sampel kerang di Pasar Pidada
42
A B
Ket: Gambar cawan A adalah media yang tidak ditumbuhi bakteri. Gambar cawan
Lampiran 5. Hasil Streak For Single Colony Bakteri Vibrio cholerae Patogen
43